Anda di halaman 1dari 3

1.

2 Epidemiologi
Di Kanada dalam kurun waktu 2000-2003, fimosis ditemukan sebanyak 34,8% dan
fimosis fisiologis sebanyak 56,5%. Menurut salah satu penelitian di Cina yang dilakukan
terhadap 10.421 anak laki-laki, fimosis ditemukan 99,7% pada bayi usia < 28 hari, 84,43%
pada bayi usia 1-12 bulan, 48,13% pada balita usia 1-2 tahun, 27,12% pada anak usia 3-6
tahun, 12,04% pada anak usia 7-10 tahun, dan 6,81% pada remaja 11-18 tahun.
(Yang C,et.al)
Di Inggris, Gardiner melaporkan bahwa saat lahir <5% anak laki-laki dapat menarik
sepenuhnya preputiumnya hingga ke korona gland penis, dan angka ini meningkat sampai
15% pada usia 6 bulan, 50% pada umur 1 tahun, 80% pada umur 2 tahun dan sekitar 90%
pada umur 3%.
(Yang C,et.al)
Di Jepang, fimosis ditemukan pada 88% bayi yang berusia 1 hingga 3 bulan dan
35% pada balita berusia 3 tahun. Insiden fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7
tahun dan 1% pada usia 16 sampai 18 tahun.
(Hayashi Y, et al)
Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia
16 sampai 18 tahun. Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4%
bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis
terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu
berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut
30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada
1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil
yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.

(Purnomo,2009)

PENCEGAHAN

Untuk mencegah dapat dilakukan dengan melebarkan lubang prepusium dengan cara mendorong
kebelakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan terjadi perlukaan, untuk menghindari infeksi
luka tersebut diberikan salep antibiotic. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter (pada orang
barat sunat dilakukan pada saat bayi baru lahir, tindakan ini dilakukan untuk menjaga kebersihan
atau mencegah infeksi karena adanya smegma). Adanya smegma pada ujung prepusium juga
menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi sebaiknya prepusium didorong
kebelakang dan kemudian dibersihkan dengan kapas yang diolesi air matang atau hangat.
(Sjamsuhidajat, 2004)

Cara menjaga kebersihan pada fimosis adalah dengan menjaga kebersihan bokong dan
penis.Berikut penjelasannya.

1) Bokong
Area bokong sangat mudah terkena masalah karena sering terpapar dengan popok
basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme
penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju.
Biasanya, akan timbul gatal-gatal dan merah di sekitar bokong. Meski tidak semua
bayi mengalaminya, namun pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong
cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah
mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian.
b) Jangan berganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok
dengan bayi
c) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan
bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali sehabis buang air
kecil atau besar).
d) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Pastikan suhu ruangan
cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan.
e) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1-2 hari atau
lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.

2) Penis

Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada area penis adalah sebagai berikut :

a) Sebaiknya setelah BAK, penis dibersihkan denga air hangat menggunakan kassa.
Membersihkannya harus sampai selangkangan, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari
atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.

b) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
c) Setelah BAK, penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa
menyebabkan iritasi. d) Memberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2 kali per hari selama 20-
30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan bagi bayi dan anak-anak yang masih memakai popok,
tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.

1. Yang C, Liu X, Wei GH. Foreskin development in 10421 Chinese boys aged 0-18
years. World J Pediatr 2009;5(4):312-315.
2. Hayashi Y, et al. Prepuce: Phimosis, Paraphimosis and circumcision. Departement
of Nephro-urology, Nagoya city University graduate school of Medical sciences,
Japan. The scientific world journal (2011) 11, 289-301 TSW Urology. ISSN 157-
744X; DOI 10.1100/tsw.2011.31
3. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
4. Santoso A. Fimosis`dan Parafimosis. Tim Penyusun Panduan Penatalaksanaan
Pediatric Urologi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2005.
5. Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004

Anda mungkin juga menyukai