Anda di halaman 1dari 17

KONSEP MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM

KESEHATAN

A. PENDAHULUAN
 Manajemen merupakan proses mengumpulkan dan mengorganisir
sumber-sumber dalam mencapai tujuan melalui orang lain yang
mencerminkan kedinamisan organisasi.

 Arah dan tujuan organisasi ditetapkan dan dicapai melalui misi,


filosofi dan tujuan organisasi.

 Fungsi manajemen dalam suatu organisasi dilakukan melalui


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
sumber-sumber daya termasuk manusia, fisik dan tehnologi.

 Dalam kehidupan organisasional, seorang manajer sekaligus


sebagai pemimpin yang memainkan peranan sangat penting dalam
usaha pencapaian tujuan organisasi. Pemimpin secara individu
maupun kelompok tidak dapat bekerja sendirian, namun
membutuhkan orang lain.

 Pemimpin yang baik tidak hanya mampu berperan sebagai atasan


yang keinginan dan kemauannya harus diikuti oleh orang lain
namun ia juga harus mampu mengembangkan perilaku
kepemimpinan yang efektif yang mampu menumbuhkan ,
memelihara dan mengembangkan iklim yang kooperatif.

1
 Seorang pemimpin selalu dihadapkan pada manusia yang
didalamnya memiliki keanekaragaman latar belakang budaya,
pengalaman, harapan, persepsi, kebutuhan, perasaan dan tujuan
yang menampakan pola perilaku tertentu.

 Menurut Siagian (1994) kepemimpinan merupakan keterampilan


dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi , baik yang
kedudukannya lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah
dalam hal berfikir dan bertindak agar perilaku yang semula
individualistik dan ego-sentris berubah menjadi perilaku
organisasional.

 La Monica (1998) membagi gaya kepemimpinan menjadi 4 yaitu


gaya kepemimpinan otoriter, partisipatif , katalis dan bebas tindak.

 Gaya kepemimpinan otoriter mempunyai ciri-ciri dominan,


menyatakan, menegaskan dan membentuk kepribadian tertentu.

 Gaya kepemimpinan partisipatif mempunyai ciri dominan


membimbing, merundingkan dan bekerjasama dengan bawahan.

 Gaya kepemimpinan katalis mempunyai ciri dominan memberikan


semangat kepada bawahan, memudahkan dan bersifat konsultatif
antara pimpinan dan bawahan.

 Gaya kepemimpinan bebas tindak mempunyai ciri dominan


mendelegasikan semua tugas kepada perawat pelaksana.

2
 Pimpinan keperawatan harus dapat menyediakan sesuatu yang
terbaik melalui pendidikan dan keahliannya untuk mengembangkan
dan mengoperasionalkan system yang baru dalam kerangka
restrukturisasi (Redmon, 1995). Sering hanya mereka orang-orang
yang dalam team eksekutive yang memungkinkan sebagai
integrator skills yang sukses (Cilliars, 1989; Crowel, 1996, Jaico,
Price & Davison, 1994). Coile (1996) menggambarkan abad 21
tim manajemen pelayanan kesehatan sebagai fokus dan inti bisnis ,
dia memprediksi bahwa 50% dari tim eksekutive adalah para
perawat dan dokter yang memiliki pengalaman klinik.

 Menurut Stogdill (dikutip dari Swansburg, 2000), efektifitas


kepemimpinan dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok
tertentu dapat dipengaruhi oleh persepsi orang-orang yang
dipimpinnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moss and
Raeles (1997) di Indiana Utara menyatakan bahwa penggunaan
kepemimpinan yang tepat dari seorang manajer keperawatan dapat
mempengaruhi kinerja perawat pelaksana.

 Perilaku kepemimpinan disamping sebagai suatu keterampilan


yang bersifat individualistik juga dipengaruhi oleh lingkungan
kerja terutama pada jenis dan sifat organisasi. Karena
kepemimpinan adalah suatu keterampilan dalam usaha
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi maka
gaya kepemimpinan yang digunakan akan mempengaruhi kinerja
bawahan.

3
B. Manajemen

1. Pengertian Manajemen
 Robin (1999:8) mendefinisikan bahwa menajemen adalah suatu
istilah yang mengacu pada proses mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan
secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain . Istilah
proses menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus atau
kegiatan utama yang dilakukan oleh para manajer. Fungsi-
fungsi ini lazimnya disebut merancang, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan.

 Hersey dan Blanchard (dikutip dari La Monica, 1998:8)


mendefinisikan manajemen yaitu bekerja dengan dan melalui
individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

 Stoner (1989:4) berpendapat manajemen adalah suatu proses


perencanaan , pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan
semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.

 Gillies (1982) mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai


proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien , keluarga dan
masyarakat.

4
2. Fungsi-Fungsi dan Proses Manajemen
 Henry Fayol (dikutip dari Robin, 1999:11) mengusulkan semua
manajer melaksanakan lima fungsi manajemen yaitu
merancang, mengorganisasi, memerintah , mengkoordinasi dan
mengendalikan .

 Pada perkembangannya kemudian fungsi-fungsi manajemen


diringkas menjadi empat fungsi dasar yaitu merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan (Stonner,
1986). Dengan singkat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1
Fungsi-Fungsi Manajemen (di salin dari Robin, 1999:11)

Merencanakan Mengorganisasikan Memimpin Mengawasi


(Planning) (Organizing) (Leading) (Controlling)
Pencapaia
Mengarahkan pada n
Tujuan
Organisas
Menetapkan sasaran, Menetukan apa yang Mengarahkan dan Memantau kegiatan i
merumuskan tujuan, perlu dilaksanakan, cara memotivasi semua untuk memastikan
menetapkan strategi, pelaksanaanya, dan pihak yang terlibat bahwa kegiatan-
membuat strategi, dan siapa yang dan memecahkan kegiatan dapat
mengembangkan subrencana melaksanakannya pertentangan dilaksanakan sesuai
untuk mengkoordinasikan yang direncanakan
kegiatan

 Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen tersebut dilihat sebagai


suatu proses manajemen yaitu merupakan serangkaian
keputusan dan kegiatan kerja yang terus menerus .

 Komponen-komponen yang agak berbeda dari pelaksanaan


fungsi-fungsi dan proses manajemen dapat disimpulkan dari
beberapa pendapat antara lain: Brosten, Hayman, Naylor, 1978;
Doceglass, Bevis, 1979; Haynes, Massie, Wallace, 1975;

5
Longest, 1976. Harsey dan Blanchard (1977) menyebutkan
empat fungsi manajerial yaitu perencanaan, pengorganisasian,
motivasi dan pengendalian.

 Gillies (1985:3) menggambarkan bahwa fungsi-fungsi


manajemen dalam keperawatan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengelolaan pegawai, pengarahan dan
pengawasan.
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan
perencanaan , karena melalui fungsi perencanaan,
pimpinan cepat menurunkan resiko pengambilan
keputusan, pemecahan masalah dan efek perubahan yang
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui
penggunaan waktu yang efektif . Manajer keperawatan
yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan
yang terprogram dengan baik dan melaksanan kegiatan
sesuai waktu yang ditetapkan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan
keputusan . Pengambilan keputusan akan tergantung pada
apakah pola komunikasi tradisional atau keputusan
desentralisasi untuk masing-masing tingkat.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan merupakan
focus kegiatan manajer keperawatan dengan
mempertimbangkan apa yang pasien lihat, pikir, yakini
dan ingini.
e. Manajemen keperawatan harus terorganisir .
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan
organisasi untuk mencapai tujuannya. Prinsip

6
pengorganisasian adalah pembagian tugas, koordinasi,
kesatuan komando, tanggung jawab dan kewenangan
yang sesuai, hubungan lini-staff dan Span of Control.
f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegesaian,
supervisi, koordinasi dan pengendalian rencana yang
telah diorganisasikan.
g. Manajer keperawatan yang baik selalu memotivasi staf
untuk memperlihatkan penampilan kerja terbaik.
h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif, karena dengan komunikasi yang efektif akan
mengurangi kesalahfahaman dan memberikan persamaan
pandangan, arah dan pengertian di antara staff.
i. Pengembangan staf keperawatan penting dilakukan
sebagai upaya persiapan perawat-perawat pelaksana
menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya
manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j. Pengendalian merupakan elemen manajemen
keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan
rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan
menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar ,
membandingkan penampilan dengan standard dan
memperbaiki kekurangan

7
3. Peran Manajer ; Kepala Ruangan
a. Definisi
Menurut Rakeesh, Longest and Donovan (1977) dikutip dari
Burgest (1988) mendefinisikan tentang manajemen yaitu; suatu
proses interaksi sosio tehnik yang terjadi dalam organisasi
formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Tanggung Jawab Kepala Ruangan


Tanggung jawab kepala ruangan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1). Ketenagaan , meliputi penerimaan, seleksi, promosi dan
penyediaan tenaga keperawatan.
2). Manajemen operasional , meliputi perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan.
3). Manajemen kualitas pelayanan yang meliputi
pengembangan standard asuhan keperawatan, program
kendali mutu, program evaluasi dan program akreditasi
pelayanan keperawatan.
4). Manajemen finansial, meliputi budgeting, “Cost Control”
dalam pelayanan keperawatan.

 Stoner (1985)menyampaikan sebaiknya manajer keperawatan


mendorong anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan
pekerjaan melalui :
1). Membuat kebijakan yang jelas untuk mendorong perilaku
etikal
2). Tanggung jawab kedisiplinan
3). Menyebarluaskan kode etik melalui tehnik belajar aktif

8
4). Mendorong bawahan untuk menambah pengetahuanya
tentang kasus-kasus managemen

c. Peran manajer
Dalam studi yang dilakukan oleh Henry Mitzberg pada tahun 1960
(dikutip dari Robbin, tahun 1996), bahwa para manajer melakukan
sepuluh peran yang dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu
yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi, transfer informasi
dan pengambilan keputusan. Kesepuluh peran tersebut adalah :
figure head, leader, liaison, monitor, disseminator, spokesperson,
entrepreneur, disturbance handler, resource allocator, negociator.
Apabila organisasi menggunakan system sentralisasi maka peran
figure head tidak tampak pada manajer dibawahnya, tetapi
sebaliknya bila organisasi menggunakan system desentralisasi
maka peran manajer dibawahnya akan tampak.

C. Konsep Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan.
 Menurut Stogdill (dikutip dari La Monica , 1998)
menyatakan bahwa terdapat begitu banyak definisi
kepemimpinan sebanyak orang berusaha untuk
mendefinisikan konsep tersebut.

 Fidler (1967) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah


suatu tindakan atau suatu perilaku. Koontz, O`Donnel &
Weihrich (1980) menyebutkan kepemimpinan adalah suatu
bentuk persuasi. Sejumlah ahli teori menyimpulkan bahwa
pimpinan adalah suatu alat untuk mencapai tujuan (Cattel,
1951; Urwich, 1953).

9
 Para ahli perilaku organisasi memandang kepemimpinan
sebagai suatu efek interaktif (Metton, 1969), suatu peran
yang berbeda (Sharif, Sharif, 1956) dan awal dari struktur
(Homans, 1950).

 Fleishmen (1973) menunjukkan bahwa kepemimpinan selalu


melibatkan percobaan-percobaan untuk mempengaruhi dan
semua hubungan interpersonal dapat melibatkan elemen-
elemen.

 Menurut Goerge R. Terry kepemimpinan adalah kegiatan


mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh
kemampuan untuk tujuan kelompok. Lebih lanjut Terry
menjelaskan kepemimpin adalah hubungan dimana satu
orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain untuk
bekerja sama secara sukarela dalam mengerjakan tugas-tugas
yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh
pimpinan tersebut.

 Kepimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh


dan bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang melalui
komunikasi guna mencapai tujuan tertentu (Gibson, 1995).

 Menurut Robin (1996), kepemimpinan didefinisikan sebagai


kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya tujuan.

10
2. Teori Kepemimpinan
a. Trait approach
Menurut pandangan teori ini seorang dilahirkan telah
mempunyai bakat sebagai pemimpin yang sukses. Menurut
paham teori bakat kepemimpinan, pemimpin yang dilahirkan
telah memiliki bakat-bakat yaitu : intelegensi, kepekaan social,
peran serta social, dan keterampilan berkomunikasi. Bakat
tersebutlah yang membuat mereka mampu mempengaruhi orang
lain dan melakukan inisiasi.

b. Situational theory
Menurut Stogdill ( dikutip dari Murray dan Di Croce 1997),
kepemimpinan berhubungan dengan situasi social, individu
dapat sebagai pemimpin pada situasi tertentu dan situsasi yang
lain sebagai pengikut. Menurut teori ini kepemimpinan yang
efektif bergantung pada usaha manajer, subordinat dan situasi.
Menurut teori ini kepemimpinan keperawatan yang efektif
harus memiliki : berpandangan kedepan, kredibilitas,
memungkinkan berbuat sesuatu, dapat dicontoh, mampu
mengelola perubahan.

c. Contingency model
Fiedler (1965) mengembangkan model contingency yang
menyatakan bahwa kepemimpinan mempunyai 3 dimensi yaitu :
pertama hubungan pemimpin-bawahan (leader-member
relations) yaitu kepercayaan dan loyalitas bawahan kepada
pimpinan, kedua struktur tugas (a task structure) yaitu solusi
masalah yang tepat pada keadaan dilema dan ketiga kekuasaan

11
(a position of power) yaitu dukungan organisasi yang tersedia
untuk pimpinan.

d. Transformational leadership
Teori kepemimpinan ini relatif baru yang dikenalkan oleh
Bennis dan Manus (1985). Menurut faham ini ada 2 jenis
kepemimpinan yaitu kepemimpinan tradisional/transaksional
dan kepemimpinan transformasional. Pada kepemimpinan
tradisional/transaksional pemimpin dan bawahan adalah sesuatu
yang terpisah tetapi mempunyai tujuan yang berhubungan dan
focus perbedaan tersebut pada system yang berlainan antra
pemimpin dengan bawahan. Kepemimpinan transformasional
memandang pemimpin dengan bawahan mempunyai tujuan
yang sama dan bekerja sama untuk mencapai penampilan yang
diharapkan.

e. Behavioral theory
Teori kepemimpinan yang berdasarkan perilaku memandang
perilaku seorang pemimpin yang dapat ditangkap oleh panca
indera sehingga dapat dipersepsikan oleh bawahan atau dirinya
sendiri. Menurut Teori Perilaku Kepemimpinan (Thorn, 1995),
keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin ditentukan oleh
cara bersikap dan bertindak. Hal tersebut akan tampak dari cara
membina hubungan dengan orang lain misalnya: cara memberi
tugas, cara memberi perintah, cara berkomunikasi, cara
membuat keputusan, cara mendorong semangat bawahan, cara
membimbing bawahan, cara menegakkan disiplin, cara
melakukan supervisi, cara meminta laporan dan lain-lain

12
3. Perilaku Gaya Kepemimpinan
 Perilaku gaya kepemimpinan dapat dilihat berdasarkan
sejumlah perilaku yang ditunjukkan. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh pengalaman bertahun-tahun dalam
kehidupannya. Oleh karena itu kepribadian seseorang akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Perilaku gaya kepemimpinan yang paling baik melengkapi
lingkungan organisasi, menyelesaikan tugas dan melibatkan
setiap individu (Sullivan dan Decker, 1989).

 Siagian (1994) menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan


seseorang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan,
pendidikan dan pengalaman. Faktor genetik adalah segala
hal yang oleh seseorang dibawa sejak lahir dan bahkan
diturunkan oleh kedua orang tuanya. Latar belakang
kehidupan karyawan penting sebagai referensi dalam
mengarahkan perilaku karyawan, mengoreksi yang negatif
dan mengembangkan yang positif.

 Lingkungan masa kecil, lingkungan keluarga, lingkungan


pergaulan dan lingkungan masyarakat membentuk perilaku
kepemimpinan seseorang . Lingkungan yang damai,
tenteram dan suasana yang mencerminkan keakraban akan
membentuk perilaku kepemimpinan yang baik pada diri
seseorang begitu pula sebaliknya.

 Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang


berlangsung seumur hidup. Berkaitan dengan pendidikan
sebagai faktor pembentuk perilaku kepemimpinan adalah

13
kegiatan pragmatis dan sistematis yang ditujukan kepada
kegiatan-kegiatan operasional . Seseorang yang memiliki
ketrampilan melakukan peran kepemimpinan akan mudah
melakukan fungsi-fungsi manajamen dengan baik.

 Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh


seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilaluinya sepanjang
perjalanan hidupnya. Bertitik tolak dari hal tersebut dapat
dikatakan bahwa pengalaman seseorang sejak kecil turut
membentuk perilaku orang yang bersangkutan dalam
kehidupan organisasional.

 Sullivan dan Decker (1989), membagi perilaku gaya


kepemimpinan sebagai berikut :
a. Kepemimpinan Otokratik
Pada gaya kepemimpinan otokratik pemimpin melakukan
kontrol maksimal terhadap bawahan, membuat keputusan
sendiri dan menentukan tujuan kelompok. Gaya
kepemimpinan otokratik tidak meningkatkan partisipasi
dan kerjasama antara pemimpin dan bawahan. Perilaku
pemimpin menimbulkan ketakutan diantara bawahan dan
sering mengakibatkan kekecewaan dan ketidak puasan.
Gaya kepemimpinan ini efektif digunakan dalam keadaan
darurat dan lazim digunakan pada lingkungan militer.
Dalam keperawatan , gaya kepemimpinan ini berguna
dalam menolong klien gawat darurat dimana diperlukan
tindakan yang cepat dan tepat. Disamping itu juga
bermanfaat bila pemimpin adalah satu-satunya orang
yang memiliki keterampilan penting. Selain itu juga bila

14
bawahan tidak percaya diri dalam suatu tugas (Kron,
1981).

b. Gaya Kepemimpinan Demokratik


Pada gaya kepemimpinan demokratik , pemimpin
menghargai karakteristik dan kemampuan bawahannya.
Pemimpinan menggunakan posisinya untuk
mendapatkan pandangan , pemikiran bawahan serta
memotivasi untuk menentuakan tujuan dan
membiarkan ,mereka mengambil keputusan tertentu bagi
dirinya. Dalam keperawatan gaya kepemimpinan ini
dapat digunakan dalam membimbing perawat lain
melaksanakan tugasnya , misalnya dalam membuat
rencana keperawatan, melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi. Kepala ruangan memotivasi, mengarahkan
dan memberikan bimbingan kepada para perawat juga
memberi penghargaan atas prestasi mereka.

c. Gaya Kepemimpinan Katalis


Gaya kepemimpinan katalis mempunyai ciri dominan
memberikan semangat kepada bawahan, memudahkan
dan bersifat konsultatif antara pimpinan dan bawahan

d. Gaya Kepemimpinan Bebas Tindak (Laissez-faire)


Pemimpin dengan gaya kepemimpinan bebas tindak ,
menyerahkan peran kepemimpinannya kepada bawahan
dengan bimbingan minimal atau tidak ada sama sekali.
Kepercayaan yang diberikan kepada bawahan untuk
melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan

15
pola kerja mereka. Gaya kepemimpinan ini efektif bila
bawahan memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang
tinggi . Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan
keresahan bila bawahan kurang mempunyai kemampuan
dan kurang mempunyai tanggung jawab karena mereka
tidak dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

4. Kepemimpinan Efektif
Kepala ruangan sebagai manajer menjalankan peran
kepemimpinan efektif dapat memilih gaya kepemimpinan
yang tepat dalam mempengaruhi bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi. Tappen (1995),
mengidentifikasi enam komponen penting dalam
kepemimpinan efektif yaitu: a). memiliki pengetahuan
yang luas b). sadar diri c). berkomunikasi d). mempunyai
tujuan e). mempunyai cukup energi f). dapat bertindak.
Menurut Luthans (dikutip dari Robin 1996), manajer
yang efektif yang sukses mempunyai empat kegiatan
manajerial:
a. Manajemen tradisional: pengambilan keputusan,
merencanakan, mengendalikan.
b. Komunikasi: mempertahankan informasi rutin dan
memproses dokumen.
c. Manajemen sumber daya manusia: memotivasi,
mendisiplinkan, mengelola konflik, pengisian staf,
dan melatih.Membentuk jaringan: bersosialisasi,
berpolitik, dan berinteraksi dengan orang-orang luar.

16
D. Persepsi
1. Pengertian persepsi
 Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka
agar memberikan makna bagi lingkungan mereka (Robin,
1996).
 Pentingnya persepsi dipahami dalam organisasi karena perilaku
orang-orang didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa
realitas itu, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dunia seperti
yang dipersepsikan adalah dunia yang penting dari segi
perilaku.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


 Menurut Robin (1996) faktor-faktor yang mempengaruhui
persepsi individu dalam mempersepsikan tanda-tanda yang ada
di lingkungannya adalah: pertama pelaku persepsi yaityu
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi (perceiver) ; kedua
target, yaitu karakteristik dalam target persepsi yang sedang
diobservasi dapat mempengaruhi apa saja yang dipersepsikan;
ketiga situasi, yaitu suatu aktivitas atau objek dapat
dipersepsikan berbeda pada situasi yang berbeda.
 Pertama, Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada
pempersepsi (perceiver): sikap, motif, kepentingan,
pengalaman, dan pengharapan. Kedua faktor yang
mempengaruhi persiapan pada terget atau obyek yang
dipersepsikan; hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan. Ketiga, faktor dalam situasi yaitu: waktu,
keadaan/tempat kerja dan keadaan sosial.

17

Anda mungkin juga menyukai