Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Schizophrenia

1. Pengertian

Skizofrenia adalah gangguan mental yang kronis dan parah yang

mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang. Orang dengan

skizofrenia mungkin tampak seperti kehilangan kontak dnegan kenyataan.

Walaupun skizofrenia bukan merupakan hal yang biasa terjadi seprti gangguan

mental lainnya, gejala yang muncul dapat sangat melumpuhkan (National

Institute of Mental Health [NIH], 2016). Terminologi skizofrenia muncul

pertama kali sebagai istilah medis di Swiss pada awal abad ini. Skizofrenia

sendiri mengacu pada gangguan mental mayor, atau kelompok gangguan yang

penyebabnya masih belum diketahui dan melibatkan perubahan kompleks

meliputi pikiran, persepsi, afek dan perilaku sosial. Sejauh ini tidak ada

komunitas ataupun budaya yang tebebas sama sekali dari skizofrenia di dunia

ini dan belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa gangguan ini

merepresentasikan masalah kesehatan masyarakat yang serius (World Health

Organization [WHO], 1998).

2. Tanda dan Gejala

Gejala skizofrenia biasanya mulai muncul antara usia 16 dan 30. Dalam

kasus yang jarang terjadi, anak-anak juga dapat menderita skizofrenia. Gejala

skizofrenia terbagi dalam tiga kategori yaitu: positif, negatif, dan kognitif (NIH,

2016).
a. Gejala positif. Gejala positif adalah perilaku psikotik yang umumnya

tidak terlihat pada orang sehat. Orang dengan gejala positif mungkin

kehilangan kontak dengan beberapa aspek realitas. Gejalanya meliputi:

 Halusinasi

 Delusi

 Gangguan pikiran (cara berpikir yang tidak biasa atau

disfungsional)

 Gangguan gerakan (gerakan tubuh yang gelisah)

b. Gejala negatif. Gejala negatif berhubungan dengan gangguan emosi dan

perilaku normal. Gejalanya meliputi:

 Efek datar (pengurangan ekspresi emosi melalui ekspresi wajah

atau nada suara)

 Mengurangi perasaan senang dalam kehidupan sehari-hari

 Kesulitan memulai dan mempertahankan kegiatan

 Mengurangi berbicara

c. Gejala kognitif. Untuk beberapa pasien, gejala kognitif skizofrenia halus,

tetapi untuk yang lain, mereka lebih parah dan pasien mungkin melihat

perubahan dalam memori mereka atau aspek pemikiran lainnya.

Gejalanya meliputi:

 Fungsi eksekutif yang buruk (kemampuan untuk memahami

informasi dan menggunakannya untuk mengambil keputusan)

 Kesulitan fokus atau memperhatikan


 Masalah pada working memory (kemampuan untuk

menggunakan informasi segera setelah mempelajarinya)

3. Penatalaksanaan

Perawatan yang paling efektif untuk penderita skizofrenia harus meliputi

medikasi, terapi psikologi dan dukungan untuk mengatasi masalah yang muncul

dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan mengenai penyakit dan belajar tentang

berespon efektif terhadap gejala munculnya episode juga merupakan hal yang

penting.

a. Medikasi. Medikasi yang digunakan untuk perawatan orang dengan

skizofrenia adalah anti-psikosis, baik tipikal (haloperidol, thioridazine,

fluphenazine) dan atipikal (clozapine, risperidone, olanzapine).

Medikasi bekerja dengan cara memperbaiki keseimbangan kimia dalam

otak yang berhubungan dengan penyakit. Obat dapat mengurangi atau

menghilangkan gejala positif dari pasien secara efektif, misalnya delusi,

halusinasi dan pikiran yang tidak teratur serta dapt juga digunakan untuk

meengendalikan kecemasam dam membantu seseorang dengan

skizofrenia kembali ke kehidupan nyata. Dengan meminum obat

seseorang dapat menjaga gejala yang muncul terkontrol dan mencegah

terjadinya episode berulang dari psikosis.

b. Rehabilitasi. Pemberian rehabilitasi dapat membantu dan melatih

seseorang dnegan skizofrenia untuk menghadapi dan mengelola

kehidupan mereka sendiri sehari-hari. Program perawatan rehabilitasi

akan disesuaikan dnegan kondisi tiap individu, misalnya pelatihan


perawatan diri, kemampuan kerja, manajemen stress dan keterampilan

interpersonal dengan anggota keluarga lainnya.

c. Perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup seperti mengindari alcohol

dan NAPZA atau hal lain yang dapat memicu munculnya episode dapat

membantu seseorang dengan skizofrenia sembuh.

d. Dukungan sosial. Dukungan sosial penting diberikan kepada seseorang

dengan skizofrenia, baik peer support maupun dukungan dari keluarga.

Dukungan sosial yang diberikan dapat membantu memecahkan maslaah

yang berhubungan dengan pekerjaan, keuangan, akomodasi, hubungan

sosial dan menghindarkan penderita dari kesepian. Dukungan sosial

tidak hanya diberikan kepada penderita namun juga kepada keluarga atau

teman dekat penderita. Hal ini dikarenakan terkadang mereka juga

merasa bingung dan distress, dengan pemberian dukungan sosial dan

pemberian informasi yang baik dapat menciptakan komunitas yang sehat

dan bebas dari stigma sehingga perawatan dapat berjalan lancar

(Hospital Authority, 2016; Australian Government Department of

Health, 2007).

B. Horticultural Therapy

1. Pengertian

Hortikultur merupakan salah satu jenis terapi berkebun dalam rehabilitasi

dan telah terbukti manfaatnya. Terapi hortikultur adalah terapi yang

menggunakan tumbuhan sebagai media terapeutik yang dilakukan oleh terapis

untuk mencapai tujuan yang ditentukan secara klinis sedangkan holtikultura


terapeutik lebih dilakukan untuk aktivitas rekreasi tanpa ada tujuan terapeutik

yang ingin dicapai. Terapi hortikultur awalnya diimplmentasikan pada orang

dengan disabilitas. Pada abad ke-19, Dr. Benjamin Rush, seorang yang dikenal

sebagai "Bapak Psikiatri Amerika," pertama kali mendokumentasikan efek

positif bekerja di kebun terhadap orang-orang dengan penyakit mental. Teknik

terapi hortikultur digunakan untuk membantu seseorang mempelajari

keterampilan baru atau mendapatkan kembali keterampilan yang hilang.

Penelitian menunjukkan bawa terapi hortikultur dapat meningkatkan kesehatan

fisik dan psikologis manusia serta dapat digunakan sebagai psikoterapi dan

rehabilitasi pada pasien dengan kebutuhan khusus (American Horticultural

Therapy Association, n.d; Kam and Siu, 2010).

2. Tujuan dan Manfaat

Secara umum, terapi hortikultur yang dilakukan secara berkelompok dapat

meningkatkan fungsi sosial dan self-efficacy pada orang dengan penyakit

psikiatrik yang memiliki gejala tipikial seperti gangguan pola pikir, emosi dan

perhatian. Terapi hortikultura dapat membantu penderita untuk memaksimalkan

semua aspek kesehatannya meliputi sosial, emosional, fisik, spiritual,

lingkungan dan intelektual. Contohnya pada pasien dengan halusinasi dapat

bermanfaat sebagai media pengalihan perhatian dari halusinogen. Aktivitas

yang ada pada terapi hortikultur mempunyai kelebihan yaitu dapat membatu

pasien untuk mengembangkan beberapa bidnag fungsi dalam satu macam


aktivitas. Hal ini menjadikan hortikultur sebagai terapi yang multifungsi untuk

pasien dengan skizofrenia yang memiliki berbagai masalah (Ascencio, 2019).

Penelitian Kam and Siu (2010) yang menyelidiki mengenai keefektifan

program terapi hortikultur pada pasien dnegan penyakit psikiatrik menunjukkan

hasil bahwa beberapa peserta yang terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa

program yang diberikan memiliki berbagai manfaat, yaitu:

a. Manfaat emosional seperti dapat mengurangi stress, dan peserta menjadi

lebih menyatu dengan alam.

b. Manfaat sosial yaitu meliputi meningkatnya ketrampilan sosial,

memperluas hubungan sosial dan menignkatkan rasa empati kepada

orang lain.

c. Manfaat okupasi yang meliputi peserta dapat mendapatkan kesempatan

untuk belajar ketrampilan baru, meningkatkan performa kerja, memliki

motivasi yang lebih untuk bekerja dan menjadikan hortikultura untuk

mengisi waktu luang.

d. Manfaat spiritual yang meliputi meningkatnya kepercayaan diri, lebih

merasa menyatu dnegan alam dan meningkatnya sensibilitas dengan

tumbuhan.

3. Program terapi hortikultur

Program terapi hortikultur sebagai media rehabilitasi tidak memiliki aturan

yang khusus, tergantung pada kelompok sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.

Contoh sesi program terapi hortikultur menurut Kam and Siu (2010) adalah

sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai