PENDAHULUAN
(HIV/AIDS) merupakan salah satu ancaman serius dunia. HIV/AIDS adalah salah satu dari
memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya merupakan salah satu indikator
Development Goals (MDGs). Ini juga menjadi target dan perhatian khusus pemerintah
Indonesia.
Di Indonesia, jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun terus meningkat, meskipun
berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan
seksual (berganti-ganti pasangan atau dengan pasangan yang berisiko), penggunaan jarum
suntik bergantian, serta penularan dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya (sebelum atau
sesudah melahirkan). Sampai dengan saat ini belum ditemukan obat yang efektif untuk
menyembuhkan HIV/AIDS. Yang tersedia saat ini hanyalah obat yang membantu
perkembang-biakan virus di dalam tubuh pasien, sehingga bisa dikatakan bahwa infeksi virus
HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang panjang. Jadi ketika seseorang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka penambahan kasus HIV/AIDS
tercepat di Asia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pencegahan
menyebutkan bahwa jumlah kasus baru HIV pada tahun 2011 dan 2013 mengalami
peningkatan. Penemuan kasus baru HIV meningkat dari 21.511 orang pada tahun 2012
menjadi 29.037 pada tahun 2013. Secara kumulatif jumlah penemuan kasus HIV/AIDS mulai
1 April 1987 hingga 31 Maret 2014 adalah 134.042 kasus HIV, 54.231 kasus AIDS dan 9.615
yang tidak menyenangkan. Meskipun terkena karena perilaku mereka sendiri, diagnosa HIV
bisa terasa berat untuk dapat diterima. Reaksi bisa beragam, ada yang bereaksi dengan
kemarahan, ketakutan yang amat sangat, membantah kebenaran tes, atau kadang, dengan
reaksi tumpul. Seseorang begitu terinfeksi AIDS, individu akan mengalami shock, bisa putus
asa (karena shock berat) dan depresi berat. Hal ini menyebabkan penyakit makin lama makin
berat, timbul berbagai infeksi opotunistik, penderita makin tersiksa. Biaya pengobatan
tambah besar, macam penyakit tambah banyak, obat yang diberi harus tambah banyak dan
tambah keras, dengan berbagai efek samping, yang memperparah keadaan penderita.
Masyarakat sekitar turut pula memperburuk keadaan kejiwaan penderita, dengan segala
Mengingat bahwa pengobatan yang dilakukan pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS
mencakup dua sisi, yaitu medis dan psikologis. Pengobatan tidak berfungsi untuk penyembuhan,
tetapi hanya untuk mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik. Perawatan non-medis (terapi
penunjang), seperti terapi konseling atau psikologis lainnya, dukungan psikologis dari anggota
keluarga, teman dan para relawan sangat dibutuhkan terutama pada masa tidak adanya gejala fisik
Masalah HIV/AIDS bukan hanya masalah medis dari penyakit menular semata, tetapi
sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas, sehingga penanganannya
harus berdasarkan pendekatan kesehatan melalui pencegahan primer, skunder dan tersier,
dimana salah satu upaya tersebut adalah melalui konseling, dengan adanya konseling akan
HIV/AIDS yang mendapatkan dukungan dari kelompok terbukti tidak mengalami depresi .
Dukungan emosi yang diberikan kepada penderita HIV/AIDS terbukti berpengaruh pada
tingkat depresinya. Dukungan keluarga, teman dan masyarakat lainnya juga diharapkan dapat