Milenial
Diterbitkan tanggal 28 September 2018
Oleh : Triningsih
(Pustakawan Muda IAIN Surakarta)
#banggaiainsurakarta
PROLOG
“Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan
bahkan jutaan kepala”. Ungkapan Sayyid Quthb tersebut memberikan makna yang besar
bahwa betapa besarnya manfaat menulis. Peluru hanya melukai anggota badan, sementara
dengan tulisan akan memberikan kesempatan orang lain untuk menggunakan pikirannya,
imajinasinya, yang kemudian menggerakkan seluruh anggota badan menjadi sebuah tindakan
yang nyata.
Jika kita mengamati di lingkungan kita saat ini, masih banyak masyarakat (sivitas akademika)
yang lebih mengedepankan budaya ngobrol atau ngerumpi daripada budaya menulis.
Kalaupun menulis itupun sebatas menulis status di facebook, whatsapp, atau media sosial
lainnya yang berisikan tentang chat maupun curahan hati. Mahasiswa pun menulis makalah
baru sebatas menggugurkan kewajiban dosen sebagai salah satu persyaratan mata kuliah.
Mahasiswa yang ada saat ini merupakan generasi milenial. Menurut Strauss dan Howe, 1991
dalam Fitria, 2018, nama lain dari generasi milenial adalah generasi Y, yaitu generasi yang
lahir di tahun 1977-1997. Generasi Y mempunyai nilai harga diri dan narsisme lebih besar
dari generasi sebelumnya (memiliki anggapan generasi yang lebih baik).
Sungguh ironis, karena mahasiswa yang seharusnya menjadi agent of change dalam sivitas
akademika belum menjadikan kegaiatn menulis sebagai budaya mereka. Padahal, dengan
memanfaatkan pikiran dan melihat fenomena lingkungan kampus serta menggunakan
referensi yang tersedia di perpustakaan, mahasiswa bisa membudayakan menulis sebagai
aktifitas sehari-hari.
PEMBAHASAN
Menulis adalah sebuah proses penyampaian pikiran sehingga membentuk wacana yang utuh
dan bermakna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dalman (2014:4), bahwa menulis adalah
proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan
yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun,
melukiskan suatu lambang/ tanda/ tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata,
kumpulan kata membentuk membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat
membentuk paragraph, dan kumpulan paragraph membentuk wacana/ karangan yang utuh
dan bermakna.
Mahasiswa sekarang ini bisa disebut dengan generasi milenial. Generasi milenial disebut juga
generasi Y, hal itu senada dengan yang dikatakan Strauss dan Howe, 1991 dalam Fitria,
2018), bahwa nama lain dari generasi milenial adalah generasi Y, yaitu generasi yang lahir di
tahun 1977-1997. Generasi Y mempunyai nilai harga diri dan narsisme lebih besar dari
generasi sebelumnya (memiliki anggapan generasi yang lebih baik). Karena lahir die era
kemajuan teknologi, perilaku Generasi Y ini amat sangat bergantung dengan teknologi.
Mereka bergantung pada internet untuk mencari beragam informasi termasuk mengumpulkan
informasi sebelum pembelian suatu produk.
Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan dalam
menuliskannya. Kendatipun secara teknik ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi
wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam
mengungkapkan gagasan. Banyak orang mempunyai ide-ide bagus di benaknya sebagai hasil
dari pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut
dilaporkan secara tertulis, laporan itu terasa amat kering, kurang menggigit, dan
membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang digunakan monoton, pilihan
katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya
kering (Dalman, 2014:5).
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, dalam komunikasi tulis terdapat
empat unsur yang terlibat, yaitu:
Jenis Tulisan
Kuncoro (2009:25), mengatakan bahwa tulisan terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah
paparan,uraian, penyampaian gagasan melalui susunan kata dan kalimat. Isi adalah gagasan,
pendapat, keinginan, usul, saran yang kita kemukakan lewat tulisan tadi.
Dilihat dari bentuk dan isinya, tulisan terdiri atas dua jenis, yakni
1. Fiksi (fiction) Yaitu tulisan berdasarkan imajinasi, khayalan, namun tetap berpijak
kepada gagasan nyata. Tulisan fiksi disampaikan dalam rangkaian kata dan kalimat
yang penuh “bunga” gaya bahasa, metafora, personifikasi, hiperbola, bombastisme,
dan sebagainya yang dikategorikan bahasa “sastra”. Tulisan fiksi meliputi prosa
(cerita pendek, novel, roman), dan puisi (sajak, lirik, nyanyian).
2. Nonfiksi (non-fiction) Yaitu tulisan berdasarkan data dan fakta. Tulisan disampaikan
dalam bahasa lugas, tidak menggunakan gaya bahasa sastra, walaupun mungkin ada
sebagian yang menampilkan kesan “sastra”, terutama pada tulisan berbentuk esai.
Tulisan yang termasuk tulisan nonfiksi adalah reportase, esai, artikel opini, kolom.
Manfaat Menulis :
Berdasarkan sumber referensi yang telah dibaca penulis, ada beberapa manfaat yang bisa
didapatkan dari kegiatan menulis yaitu :
2. Sosiologis, Ada hubungan timbal balik antara penulis dengan realitas masyarakat
yang terjadi di sekitarnya. Penulis biasanya mencari ide dengan melihat fenomena
yang terjadi di masyarakat.
3. Ekonomis, Berkaitan dengan keuangan. Karena di beberapa media, jika tulisan kita
berhasil dimuat maka ada nilai tambah yang berupa honor. Besaran honornya pun
bermacam-macam.
4. Keilmuwan, Menulis bukan sekedar menuangkan ide dan gagasan, tetapi juga
mengasah sejauhmana keilmuwan yang kita miliki. Seberapa banyak buku yang sudah
kit abaca dan mampu menuangkannya ke dalam sebuah tulisan yang dapat dipahami
oleh banyak orang. Dengan demikian, menulis adalah salah satu cara untuk tetap
melestarikan dan menjaga ilmu pengetahuan.
5. Dokumentasi, Merupakan salah satu cara untuk mendokumentasikan suatu hal,
misalnya perjalanan hidup seorang tokoh. Banyak sekali tulisan yang merupakan hasil
dokumentasi dari perjalanan hidup seorang yang kemudian dijadikan sebuah buku.
6. Eksistensi, Menulis merupakan ajang eksistensi diri. Dengan menulis, keberadaan
seseorang akan terlihat tampak, baik itu tampak dalam dunia profesinya, maupun
dalam masyarakat.
Kita bisa menulis hingga menghasilkan berlembar-lembar tentang curahan hati kita kepada
teman, pacar, suami, maupun istri. Kita juga bisa menulis status di facebook, whatsapp,
maupun media sosial lainnya hingga berjam-jam tidak terasa. Artinya, semua orang
mempunyai bakat untuk menulis. Hanya saja perlu meningkatkan keterampilan menulis
untuk berbagai kebutuhan. Bagi penulis pemula, menulis adalah hal yang paling sulit untuk
dilakukan. Kata kuncinya satu, yaitu dengan latihan.
2. Percaya bahwa menulis adalah perintah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Al-Qur’an Surat al-‘Alaq 1-5 memerintahkan manusia untuk membaca dan menulis. “bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainnya salng menunjang peran
dan fungsi masing-masing. Jika ada pendapat orang yang menyatakan bahwa membaca dan
menulis membuang-buang waktu, hal itu merupakan kekeliruan yang sangat besar.membaca
dan menulis adalah pekerjaan besar bagi orang-orang berperadaban. Pada QS al’Alaq 1-5
Allah menyandingkan kata iqra dengan kalimat ‘allama bi al-qalam yang mengajarkan
manusia dengan perantara qalam (menulis). Dalam pandangan Wahbah, sandingan ini
memiliki kekuatan yang sangat penting bagi manusia, yaitu Tuhan selain memerintah untuk
membaca, juga memerintah untuk menulis. Bahkan Abdullah bin ‘Amru seorang ulama salaf
mengungkapkan qayyidu al-ilma bi al-kitabah yaitu ikatlah ilmu dengan menulisnya
(Hudiata, 2005 dalam Kuncoro, 2009:3).
Ada dua faktor yang menjadi hambatan dalam menulis yaitu factor internal dan factor
internal, hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Wisnu Arya Wardhana dan Ardi Suryo
Ardianto (2007: 5-6). Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri. Antara lain :
belum mempunyai kebiasaan/ kegiatan membaca buku, belum memiliki kemampuan
berbahasa yang baik, dan belum ada minat (keinginan) untuk menulis.
Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar. Terdiri atas: kesulitan mendapat bahan
acuan (referensi) untuk menulis, kesulitan untuk menemukan topik (tema) bahan tulisan,
kesulitan dalam menyusun kalimat yang baku (efektif).
Salah satunya dengan cara ikut komunitas. Aktivitas dalam dunia kepenulisan terus diasah
dengan cara ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh komunitas. Komunitas
dapat berfungsi sebagai sarana inkubator dalam berkarya. Seperti namanya bahwa inkubator
merupakan penghangat, jadi dengan adanya penghangat akan memberikan suasana kondusif
bagi para anggota komunitas untuk berbagi dan berkarya (Hardiningtyas, Tri & Triningsih,
2018).
5. Manajemen waktu dalam menulis
Mengelola waktu 24 yang telah diberikan Allah secara efektif dan efisien. Al-Qur’an Surat
al-‘Ashr ayat 1-3 mengandung makna bahwa sesungguhnya manusia itu berada dalam
keadaan merugi kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal saleh dan saling
nasehat menasehati dalamkebenaran serta saling nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
Qur’an Surat al-Kahfi (18:109) yang artinya: “Katakanlah kalau sekiranya lautan menjadi
tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
Ayat dalam surat tersebut menjelaskan bahwa maha luasnya ilmu Allah yang ada di dunia ini.
Maka tidak ada alasan bagi penulis untuk tidak selalu menulis.
Artinya, mulai menulis dari sekarang juga dan tidak menunda-nundanya lagi.
Mulai menulis dari yang dikuasai terlebih dahulu. Misalnya kita baru bisa menguasai menulis
artikel opini ya jangan memaksa untuk menulis novel.
Target atau sasaran yang akan kita tulis dalam bulan ini ada berapa artikel harus ditulis agar
tidak terlupakan. Misalnya dalam bulan September ini ingin menulis satu artikel di website
iain.surakarta, satu artikel di acara call for papers, dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui kelompok pembaca yang akan kita tuju, hal tersebut mempermudah kita
dalam menulis. Misalnya di web iain.surakarta kelompok pembaca kita adalah civitas
akademika, di surat kabar kelompok pembaca kita terdiri dari semua generasi mulai dari
anak-anak sampai dengan orang tua, call for paper yang kelompok pembacanya dari disiplin
ilmu yang spesifik, dan lain sebagainya.
Kita bisa mendapatkan sumber-sumber informasi sebagai bahan kita menyusun tulisan adalah
dengan pergi ke perpustakaan. Disanalah gudangnya ilmu pengetahuan. Di zaman teknologi
sekarang ini melihat koleksi tersebut ada atau tidak cukup dengan genggaman tangan.
Misalnya Perpustakaan IAIN Surakarta dengan mobile Library System (mLibsys) nya yang
bisa diakses dimanapun, kapanpun, & oleh siapapun. Ada juga iLibry yang merupakan
perpustakaan digitalnya IAIN Surakarta.
Penulis Generasi Milenial Indonesia
Indonesia mempunyai penulis yang luar biasa karyanya. Seperti misalnya Pramoedya Ananta
Toer, Seno Gumira, Andrea Hirata, Habiburrahman el Shirazy, Dee Lestari, dan lain-lain.
Ada juga penulis muda yang berbakat dan sudah menghasilkan banyak karya, diantaranya :
Penulis & penerjemah cerita pendek. Novel berjudul “Kamu (Cerita yang Tak Perlu
Dipercaya)”, “24 Jam Bersama Gaspar”.
Penulis puisi “Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu”
3. Rio Johan
4. Dea Anugerah
Bukunya “Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya”
Kalangan kampus IAIN Surakarta sendiri mempunyai banyak penulis yang handal, misalnya
Bpk. Mudhofir, Bpk. Abdul Matin bin Salman, Bpk. Munadi, dan Bpk. Samsul Bakri, dan
lain-lain. Ada juga penulis muda yang menghiasi jagad kepenulisan. Seperti Bpk Zaenal
Anwar, Bpk. Endi Saputra, dan lain-lain. Pustakawan muda pun tidak kalah dalam
menggoreskan tintanya.
1. Website
2. Media Massa
3. Jurnal
4. Bunga Rampai
5. Prosiding
6. Buletin
EPILOG
Sebagai generasi milenial, yang sudah mengetahui bahwa menulis adalah sebuah
proses, jenis-jenis tulisan, manfaat menulis, langkah praktis menulis, dan beberapa penulis
generasi milenial, serta contoh-contoh hasil karya tulis yang dimuat di media, sudah
seharusnya kita mulai dari sekarang ini menumbuhkan budaya menulis. Terlebih lagi
lingkungan kita berada di lingkungan kampus yang auranya lekat sekali dengan pendidikan.
Satu hal yang harus diingat “Scripta Manen”. Tulisanlah yang abadi. Semoga, kita sebagai
generasi milenial ini bisa menumbuhkan menulis sebagai budaya kita.
TRININGSIH
Tulisan ini disajikan dalam WORKSHOP KEPENULISAN dalam rangka DIES NATALIS
UKM DINAMIKA IAIN Surakarta XVIII, Rabu 26 September 2018, Lt.1
UPT.Perpustakaan IAIN Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nurul. 2018. Pengelolaan Perpustakaan sebagai Perusahaan Jasa Penyedia Layanan
Informasi. Seminar & Call for Paper “Disruption in The Library : Inovasi dan Kreativitas
Pustakawan di Era Digital” Institut Seni Indonesia Surakarta 18-19 September 2018.
Hardiningtyas, Tri & Triningsih. 2018. Peran Serta Pembuatan Karya Tulis sebagai Bentuk
Literasi Kekinian. Seminar & Call for Paper “Disruption in The Library : Inovasi dan
Kreativitas Pustakawan di Era Digital” Institut Seni Indonesia Surakarta 18-19 September
2018.
Istiarni, Atin & Triningsih. 2018. Jejak Pena Pustakawan. Yogyakarta: Azyan.
Mursyid. 2015. Be a Writer Librarian, Strategi Jitu Menjadi Penulis Kreatif bagi
Pustakawan. Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata & Pustaka Nun.
Wardhana, Wisnu Arya & Ardianto, Ardi Suryo. 2007. Menyingkap Rahasia Jadi Penulis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.