PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu Negara akan meningkat jika kesehatan
masyarakatnya baik. Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan
kesejahteraan bangsa. Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju
keluarga sehat dan bahagia. Mengingat anak-anak merupakan salah satu aset
bangsa maka masalah kesehatan anak memerlukan prioritas masih cukup
tinggi.
Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan
kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, lebih
dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk
mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk mengurangi
jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka
kematian balita menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000
(Syarief,Hidayat.2004).
Sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan suatu Negara. Terbentuknya sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif.
Pada bayi dan balita, kekurangan gizi dapat mengakibatnya
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual.
Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit
untuk diperbaiki. Dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Negara dan bangsa juga akan menderita bila ibu, anak
dan keluarga serta masyarakat tidak sehat.Sebab kematian balita sangat erat
hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi, keadaan gizi dan pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, kami akan membahas pelayanan kesehatan pada
bayi dan balita agar kedepannya derajat kesehatan meningkat.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2) Apa saja yang termasuk perawatan kesehatan bayi?
1
3) Apa saja yang termasuk perawatan kesehatan anak balita?
4) Bagaimanakah pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan balita?
C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
2) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam perawatan kesehatan bayi.
3) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam perawatan kesehatan anak
balita
4) Untuk mengetahui cara pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan balita.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1
Soekidjo Notoadmodjo.Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Jakarta, 2013 : Rineka Cipta cet 2)
3
www.bidanku.com (diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 14.00 WIB)
10 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Paling sesuai dengan kondisi bayi
Terjamin kebersihannya sehingga aman dikonsumsi
Mengandung zat antibodi yang melindungi bayi dari serangan
penyakit selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Kebutuhan gizi untuk bayi di Indonesia:
satuan Usia Usia
0-6 7-12
bulan bulan
BB Kg 5,5 8,5
TB cm 60 71
Energi Kkal 560 800
Protein Gr 12 15
Vitamin :
Vitamin A RE 350 350
Thiamin mg 0,3 0,4
Ribolavin mg 0,3 0,5
Niasin mg 2,5 3,8
Vit. B12 mcg 0,1 0,1
Asam folat mcg 22 32
Vit. C mcg 30 35
Mineral :
Kalisum mg 600 400
Phospor mg 400 250
Magnesium mg 35 55
Besi mg 3 5
Seng mg 3 5
Iodium mcg 50 75
Selenium mcg 10 15
Keterangan : Tad* = tidak ada data4
4
Risalah Widyakarya Pangan Gizi V (Jakarta , 1993 : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
11 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Hanya berikan ASI
2. Umur 6 – 8 bulan
Terus berikan ASI
Mulai berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), contohnya bubur
sumsum yang dilumat 2- 3 kali sehari dengan 2 – 3 sendok makan
secara bertahap bertambah hingga mencapu ½ gelas atau 125 cc setiap
kali makan.
makananselingan 1- 2 kali sehari (jus buah, biskuit)
BerikannMP – ASI secara bertahap sesuai umur
3. Umur 9 – 11 bulan
Teruskan pemberian ASI
Berikan MP – ASI lebih padat
Contohnya : bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek 3- 4 kali sehari.
4. Umur 1- 2 tahun
Bentuk makanan : makanan keluarga 3-4 kali sehari, banyaknya ¾
gelas nasi / penukar (200cc)
Makanan selingan 2 kali sehari
Teruskan pemberian ASI
5. Umur 2- 3 tahun
Lanjutkan pemberian makan orang dewasa
Tambahkan porsinya menjadi ½ piring
Beri makanan selingan 2 kali sehari
Jangan berikan makanan masnis sebelum waktu makan, sebab bisa
mengurangi nafsu makan.
b. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, meliputi:
Pemantauan tumbuh kembang untuk meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang.
Pencegahan kecelakaan
Kesehatan pola piker
c. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatau upaya untuk mendapatkan kekabalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau diamatikan ke dalam tubuh dan diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh dan
diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan
tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
12 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Jika ada antigen (kuman, bakteria, virus, parasit, racun) memasuki
tubuh, tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti
berupa zat antibodi atau antitoksin. Reaksi tubuh pertama kali terhadap
antigen berlangsung lambat atau lemah sehingga tidak cukup banyak antibodi
terbentuk. Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga, dan seterusnya, tubuh
sudah lebih mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai
membuat zat anti, sehingga dalam waktu yang lebih singkat akan terbentuk
zat anti yang cukup banayak. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam
tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu
diberikan antigen/ suntikan/ imunisasi ulang. Ini merupakan rangsangan bagi
tubuh untuk membuat zat anti kembali. (Markum, 2002)
Imunisasi pada bayi dan balita bertujuan untuk mencegah penyakit
pada bayi dan balita yang pada akhirnya akan menghilangkan penyakit
tersebut.
Jenis imunisasi
Ada 2 jenis imunisasi pada bayi dan balita, yaitu imunisasi aktif dan pasif.
a. Imunisasi aktif.
Tubuh akan membuat sendiri zat anti setelah adanya rangsangan
antigen dari luar tubuh, rangsangan virus yang telah dilemahkan seperti pada
imunisasi polio atau imunisasi campak. Antigen adalah kuman bakteri, virus,
parasit, maupun racun yang memasuki tubuh. Tubuh yang terpapar antigen
akan membentuk zat anti terhadap antigen tersebut. Keberhasilan
pemusnahan antigentersebut tergantung pada jumlah antigen yang berhasil
dibentuk atau dimiliki oleh tubuh. Jumlah zat anti yang cukup tinggi biasanya
diperoleh setelah tubuh mengalami reaksi kedua, ketiga, dan seterusnya
akibat rangsangan antigen. Pembentukan zat anti akibat paparan kembali
antigen yang sama pada tubuh akan berlangsung lebih cepat. Titer antibodi
yang terbentuk akibat rangsangan antigwn pada tubuh untuk pertamakalinya
tidak tinggi dan kadarnya cepat menururn. Oleh sebaba itu, pemeberian
imunisasi ulang (booster) perlu dilakukan untuk mempertahankan jumlah zat
anti yang tetap tinggi di dalam tubuh.
b. Imunisasi pasif.
13 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Tubuh anak tidak mebuat zat antibodi sendiri. Tetapiu kekebalan
tersebut diperoleh dari luar dengan cara penyuntikan bahan / serum yang telah
menggunakan zat anti/ atau anak tersebut mendapatkan zat anti dari ibunya
semasa dalam kandungan, setelah memperoleh zat penolak, prosesnya cepat,
tetapi tidak bertahan lama. (Markum, 2002)
Kekebalan pasif dapat terjadi dengan 2 cara :
Kekebalan aktif alamiah, yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak
lahir dari ibunya dan tidak berlangsung lama (kira-kira sekitar 5 bulan
setelah bayi baru lahir).
Kekebalan pasif buatan, yaitu kekebalan yang diperoleh setelah
mendapatkan suntikan zat penolak. (Rochmah, 2011 : 88)
5
Alimuz Aziz, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.(Jakarta, 2011 :
Salemba Medika)
14 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Imunisasi DPT/DT merupakan tindakan imunisasi dengan memberi
vaksin DPT(difhteria, pertusis, tetanus)/DT (Difteri Tetanus) pada
anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,
pertusisi, dan tetanus.6
Manfaat pemberian imunisasi ini untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusi dan
tetanus. (FKUI. 2002; 17)
Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokkan berat yang dapat
menyebar ke jantung dan sistem syaraf sehingga menimbulkan
kematian. Disebabkan oleh Corynebacterium Dyptheria. Penularannya
mlli percikan ludah yg tercemar. Difteri dpt menjadi endemik pada
lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.7
Pertusis adalah batuk rejan atau batuk 100 hari yang termasuk jenis
penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bardetella
Pertussis yang menyebabkan batuk berat dan lama dengan komplikasi
yang berbahaya bila tidak ditangani. 8
Tetanus adalah penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan
kejang otot dan sakit yang luar biasa.. Disebabkan oleh Mycobacterium
Tetani, yg berbentuk spora masuk ke dlm luka terbuka, berkembang
biak secara anerobik, dan membentuk toksin.9
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan
interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan pada usia 2-4 bulan, DPT 2
pada usia 3-5 bulan, dan DPT 3 diberikan pada usia 4-6 bulan.
Imunisasi selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3,
yaitu usia 18-24 bulan, dan DPT 5 pada saat masuk sekolah usia 5-7
tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 diberikan pada kegiatan imunisasi di
sekolah dasar (Bulan Imunisasi Anak Skolah,BIAS). Ulangan DPT 6
diberikan pada usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteria
pada anak usia > 10 tahun. Imunisasi DPT disuntikkan secara IM pada
vastus lateralis.
6
Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus, bayi dan balita.(Jakarta, 2008 : EGC) hal 99
7
.ibid.
8
.ibid.
9
.ibid.
15 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
2) Imunisasi campak.
Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
yang masuk dalam genus virus morbili. Penyakit ini bersifat akut dan menular
lewat udara melalui sistem pernapasan terutama percikan ludah seorang
penderita. Masa inkubasi 10-12 hari, kadang – kadang 2 - 4 hari. Gejala
berupa demam, lemah, kemerahan pada mata dan radang pada tenggorok
saluran napas10.
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak, karena penyakit ini sangat
menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi
pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi
campak pada umur 9 -11 bulan dan diberikan secara subkutan. 11
WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak dengan dosis 0,5
cc. Dan untuk memberi kekebalan seumur hidup, WHO juga
merekomendasikan imunisasi campak diberikan di usia lebih dari 12 bulan.
Namun, kejadian campak di Indonesia masih sering terjadi, sehingga
dianjurkan imunisasi campak diberikan pada usia 6-9 bulan dan diulang pada
umur 6 tahun. Dalam program Pemerintah, jika seorang bayi lebih dari 9
bulan belum diimunisasi campak, maka imunisasi tetap boleh diberikan. Atau
bisa juga diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Tetapi imunisasi hanya
boleh diberikan pada salah satu vaksin saja, dan yang diutamakan tetap
imunisasi campak yang menjadi program imunisasi wajib dari Pemerintah.
Vaksin campak disuntikkan secara subkutan, lebih baik pada lengan
kiri atas. Tetapi pada kenyataannya, di lapangan imunisasi campak sering
disuntikkan secara intramuskular. Kontraindikasi pemberian pemberian
imunisasi campak adalah bila panas lebih dari 38ºC dan ada riwayat kejang
demam. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang
steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga
(maksimum untuk 8 jam).
10
(Sari Wahyuni, 2011 : 98)
11
Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus, bayi dan balita.(Jakarta, 2008 : EGC) hal 64
16 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
d. Umur Jenis imunisasi Pemberian
0 – 7 hari HB 0
vitamin 1 bulan BCG, Polio 1 A, kapsul
vitamin DPT/HB 1, Polio A berwarna
2 bulan
biru 2 yang diberikan
DPT/HB 2, Polio
1 kali 3 bulan dalam setahun.
3 Vitamin A
DPT/HB 3, Polio
adalah 4 bulan salah satu zat
4
gizi dari golongan
9 bulan Campak
vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna utuk kesehatan mata (agar dapatmelihat
dengan baik) dan untuk keehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, melawan peyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan pada vitamin A, yang dilakukan
melalui pemberian kapsul vitamin A sebanhyak 2 kali dalam setahun.
(DepkesRI, 2007)
Di Indonesia pemberian suplemen vitamin A dimulai setelah anak
berumur 6 bulan. Setiap anak umur 6 – 12 bulan diberi suplemen Vit. A
100.000 IU (kapsul warna biru) sekali, sedangkan umur 1 – 5 tahun diberi
vitamin A 200.000 IU (kapsul warna merah) sebanyak 2 kali dalam setahun.
Pemberiannya serentak pada bulan promosi Vitamin A yaitu : Pebruari dan
Agustus. Memeriksa setiap anak sakit umur 6 bulan – 5 tahun, apakah sudah
mendapatkan vitamin A.
e. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan.
17 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan
balita dapat dicegah dengan tegnologi sederhana ditingkat pelayanan
kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank
dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh
infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang
sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sabagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
balita, Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang mulai dikembangkan di indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita
sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila
berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak
balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK
18 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di
rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan
keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan
atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas
kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan
anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
19 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare
dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran
yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal
ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan
sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput
bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari
dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target
pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga
menengah kebawah.
Pelayanan kesehatan yang lain pada balita adalah:
1. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
20 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan
kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap
untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian
bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya
preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki komponen khas yang menguntungkan,
yaitu:
21 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1) Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini, meliputi
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan
terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda, antara lain
adanya kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, gangguan saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah
dan masalah pemberian ASI.
2) Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia 2
bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu bayi muda, yaitu
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun ini,
dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum ( tidak bias minum
atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar ), batuk dan sukar
bernafas, diare, demam, masalah telinga, status gizi buruk ( malnutrisi dan
anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
balita, Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )
22 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
2. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi
imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut:
TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B.
Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari
cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
3. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
1. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2. Pemberian makanan bayi
3. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5. peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan
seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan
2.4 Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Istilah pertumbuhan dan perkembangan sebenarnya mencakup 2
peristiwa yang sifatnya berbeda namun saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan.12
Pertumbuhan (growth) adalah hal-hal yang berkaitan dengan besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
12
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC) 1
23 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan
metabolik.13
Depkes RI, 2006 pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan.
Menurut Depkes RI, 2006 perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak
kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak
terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan aspek
pematangan fungsi organ.15
Ciri-ciri tumbuh kembang anak
Menurut Depkes RI, 2006 Proses tumbuh kembang anak mempunyai
beberapa cirri yang saling berkaitan, antara lain :
Perkembangan menimbulkan perubahan
Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Perkembangan mempunyai pola yang tetap
13
Ibid.
14
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC)
15
Ibid.
24 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Terdapat kesamaan pola perkembangan semua anak. Sehingga pola
perkembangan anak dapat diramalkan.
Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terhadap
tumbuh kembang anak yaitu :
1. Faktor genetic
Faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetic yang terkandung
dalam sel telur yang dibuahi. Yang termasuk dalam faktor genetic adalah
berbagai faktor kelainan bawaan yang normal dan patologik, jneis kelamin,
suku bangsa atau bangsa. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih
sering terjadi akibat faktor ini. Sedangkan di Negara berkembang selain
faktor genetic juga disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang
mendukung.16
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis
besar dibagi menjadi :
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan (faktor prenatal). Faktor prenatal meliputi pula : gizi, mekanis,
toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoreksia embrio
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada setelah lahir
(faktor postnatal). Faktor postnatal meliputi : lingkungan biologis, faktor
fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.17
Periode tumbuh kembang anak
Menurut Depkes RI, 2006 Tumbuh kembang anak berlangsung secara
teratur dan saling berkaitan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode sebagai berikut :
1) Masa prenatal
Masa ini dibagi menjadi 3 periode : masa zigot, masa embrio, masa
janin
2) Masa bayi
Masa ini dibagi menjadi 2 periode : masa neonatal, masa postnatal
16
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC) 2
17
.ibid
25 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
3) Masa anak dibawah lima tahun
4) Masa anak prasekolah
Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan
Gangguan bicara dan bahasa
Cerebral Palsy
Sindrom Down
Perwatakan pendek
Gangguan autism
Retradasi mental
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
Stimulasi tumbuh kembang anak
Stimulasi adalah merangsang kemampuan dasar anak agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Prinsip dasar dalam stimulasi tumbuh kembang anak adalah :
Stimulasi dilakukan dengan rasa cinta dan kasih saying
Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
Menstimulasi dengan cara mengajak anak bermain dan bernyanyi
tanpa paksaan dan adanya hukuman.
Melakukan stimulasi secara bertahap sesuai dengan usia anak
Menggunakan alat bantu /permainan sederhana
Anak selalu diberi pujian atas keberhasilannya.18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat, lingkungan.
Perawatan kesehatan pada bayi meliputi : Penyuluhan kesehatan
kepada keluarga khususnya ibu, tentang konseling ASI ekskulusif, pemberian
makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi
di rumah menggunakan Buku KIA, pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi
18
Depkes RI.Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak
ditingkat pelayanan kesehatan dasar. (Jakarta, 2006 : Depkes RI) 15
26 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
dan balita, pemberian imunisasi, pemberian vitamin A, kapsul vitamin A
berwarna biru yang diberikan 1 kali dalam setahun, dan penanaganan dan
rujukan kasus bila di perlukan.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi: pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS,
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun, pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam
setahun., kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita,
pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.
DAFTAR PUSTAKA
27 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Notoadmodjo, Soekidjo. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta cet 2.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
DAFTAR LAMAN
28 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a