Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derajat kesehatan suatu Negara akan meningkat jika kesehatan
masyarakatnya baik. Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan
kesejahteraan bangsa. Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju
keluarga sehat dan bahagia. Mengingat anak-anak merupakan salah satu aset
bangsa maka masalah kesehatan anak memerlukan prioritas masih cukup
tinggi.
Sekitar 37,3 juta penduduk di Indonesia hidup di bawah garis
kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan
kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, lebih
dari 100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk
mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) untuk mengurangi
jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka
kematian balita menjadi tinggal setengah dari keadaan pada tahun 2000
(Syarief,Hidayat.2004).
Sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan suatu Negara. Terbentuknya sumber daya manusia
yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan
produktif.
Pada bayi dan balita, kekurangan gizi dapat mengakibatnya
terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual.
Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit
untuk diperbaiki. Dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia. Negara dan bangsa juga akan menderita bila ibu, anak
dan keluarga serta masyarakat tidak sehat.Sebab kematian balita sangat erat
hubungannya dengan tingkat sosial ekonomi, keadaan gizi dan pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, kami akan membahas pelayanan kesehatan pada
bayi dan balita agar kedepannya derajat kesehatan meningkat.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan?
2) Apa saja yang termasuk perawatan kesehatan bayi?

1
3) Apa saja yang termasuk perawatan kesehatan anak balita?
4) Bagaimanakah pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan balita?

C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
2) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam perawatan kesehatan bayi.
3) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam perawatan kesehatan anak
balita
4) Untuk mengetahui cara pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan balita.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan


Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, pelayanan kesehatan adalah
sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan
preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan) kesehatan dengan sasaran
masyarakat.1
Menurut Levey dan Loomba (1973), pelayanan kesehatan adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri/secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan

1
Soekidjo Notoadmodjo.Ilmu Kesehatan Masyarakat. (Jakarta, 2013 : Rineka Cipta cet 2)

2|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Jadi, pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan) kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
lingkungan.
2.2 Perawatan Kesehatan Pada Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan bayi sedikitnya 4 kali, selama periode
29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Perawatan kesehatan pada bayi meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan kepada keluarga khususnya ibu, tentang :
konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda –
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA
 Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi
mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi
berumur dua tahun.
Pemberikan ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si
bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6

3|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


bulan, masa 6 bulan inilah yang di sebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan
bayi memang belum di beri makanan selain susu untuk itu ibu harus
memberikan perhatian yang ekstra pada bayi.
Namun, seringkali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI
eksklusif ini atau si bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI
si ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia
WHO, bayi sebaiknya di sapih setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI
eksklusi juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah
mencoba memberikan keleluasaan pada ibu yang pada masa pemberian ASI
eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya
memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Pentingnya ASI eksklusif memang harus menjadi perhatian, dan
tanggung jawab sebagai orang tua juga harus mulai menyadari akan dampak
pada si bayi jika ASI eksklusif ini tidak di berikan pada bayi dengan
maksimal. Pertumbuhan bayi pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat dan
kemungkinan besar juga bayi tidak sehat.
Bila ibu memberikan ASI nya secara maksimal maka otomatis sang
ibu akan mentrasfer imunitasnya kepada si bayi, sehingga apabila ibu sehat
maka bayi juga bisa sehat. Perhatian akan pentingnya ASI eksklusif juga
harus datang dari lingkungan sekitar, agar pemberian ASI eksklusif
diterapkan dalam kebiasaan atau budaya yang harus dilestarikan. Karena
meskipun ada susu formula sebagai pengganti ASI eksklusif itu tidak akan
sebaik ASI. ASI lebih memiliki fungsi menyeluruh pada bayi sedangkan susu
formula hanya memacu sebagian saja. Jadi, memberikan ASI eksklusif adalah
hal yang tidak bisa digantikan.2
Cara menyusui yang baik dan benar
1. Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah janin setelah bayi
lahir.
2. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum
menetekkan.
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan
sekitarnya.
2
http://dinkes.pamekasankab.go.id/ (diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 13.00 WIB)

4|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


4. Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
 Perut bayi menempel ke perut ibu.
 Dagu bayi menempel ke payudara.
 Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus.
 Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu.
6. Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting
susu pada bibir atau pipi bayi.
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan putting dan
sebagian besar lingkaran/daerah gelap sekitar putting susu ke dalam
mulut bayi.
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke
payudara lainnya.
9. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong
tadi.
Cara Melepaskan Putting Susu dari Mulut Bayi
Dengan menekan dagu bayi kea rah bawah atau dengan memasukkan jari ibu
antara mulut bayi dan payudara ibu.
Cara Memeras ASI dengan Tangan
1. Ibu duduk senyaman mungkin.
2. Pegang/letakkan cangkir dekat dengan payudara Ibu.
3. Letakkan ibu jari pada payudara diatas puting susu dan areola dan jari
telunjuk dibawah payudara, juga dibawah puting susu dan areola.
4. Tekan ibu jari dan telunjuk ke dalam, ke arah dada. Ibu tidak perlu
menekan terlalu keras, karena dapat menghambat aliran air susu.
5. Kemudian tekanlah payudara Ibu kebelakang puting dan areola antara jari
telunjuk dan ibu jari.
6. Selanjutnya tekan dan lepaskan, tekan dan lepaskan.
Kegiatan ini tidak boleh menyakiti atau Ibu sampai merasa nyeri.
Pada awalnya, mungkin tidak ada susu yang keluar, tetapi setelah
dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan mulai menetes keluar.
7. Tekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk
meyakinkan bahwa ASI di tekan dari
seluruh bagian payudara.
8. Hindari menggosok-gosok payudara atau memelintir puting susu.
9. Peras satu payudara sekurang-kurangnya 3 – 5 menit hingga aliran
menjadi pelan, kemudian lakukan pada payudara yang satu lagi dengan
cara yang sama. Kemudian ulangi keduanya. Ibu dapat menggunakan

5|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


satu tangan untuk satu payudara dan gantilah bila merasa lelah. Memeras
ASI membutuhkan waktu 20 – 30 menit. Terutamata pada hari-hari
pertama ketika masih sedikit ASI yang diproduksi.
10. Simpan.3
 Perawatan Bayi di Rumah
 Memandikan bayi
Dalam minggu-minggu pertama, bayi cukup mandi 1x/hari di pagi
hari. Jika perlu sore hari cukup dibersihkan dari kulit yang basah/berkeringat.
Usahakan tidak langsung memandikan bayi setelah menysu, sedang lapar atau
mengantuk untuk mengindarkan bayi muntah, kedinginan atau kaget.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memandikan bayi :
1. Ukur suhu bayi sebelumnya, jika kurang dari 36,5 oC sebaiknya
hangatkan dulu karena saat mandi suhu tubuh akan turun
2. Siapkan peralatannya dengan lengkap sehingga bayi tidak ditinggal
sendirian
3. Siapkan air hangat secukupnya. Ukur panasnya dengan punggung
tangan atau siku tangan
Tujuan memandikan bayi
1. Membersihkan tubuh bayi
2. Mengobservasi keadaan
3. Memberikan rasa nyaman
4. Supaya bayi terlihat sehat (merasa sehat)
5. Supaya tidak terjadi iritasi
Bayi yang tidak boleh dimandikan:
1. bayi lemah
2. bayi premature
3. bayi panas > 38oC
Memandikan bayi dengan cara sebagai berikut :
a. Persiapan alat
- 1 ember bayi berisi 2/3 air hangat
- sabun mandi bayi
- 1 handuk
- kapas rebus untuk mata
- kasa steril
- pakaian bayi lengkap (baju, popok, gurita, sarung tangan, sarung kaki,
gedong, topi)
- minyak talon, bedak
- kapas basah untuk membersihkan pantat bayi
- tempat kapas dan baju kotor
- sisir bayi

3
www.bidanku.com (diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 14.00 WIB)

6|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


b. Langkah-langkah
- Ibu mencuci tangan dan memebrsihkannya dengan handuk
- Mendekatkan alat
- Mempersiapkan pakaian yang akan digunakan
- Mengangkat bayi dengan perasat parpu
- Membaringkan bayi diatas meja yang telah dialasi handuk
- Membersihkan mata bayi dengan kapas rebus dari ujung mata ke
pangkal hidung
- Membersihkan mulut bayi dengan kapas yang telah dibasahi air DTT
- Melepaskan pakaian bayi
- Membersihkan feses bayi (jika ada) dengan kapas yang sudah
dibasahi
- Membersihkan muka tanpa sabun
- Membersihkan tubuh bayi dengan sabun yang dimulai dari kepala,
telinga, leher, dada, perut, lengan, ketiak, punggung, dan terakhir alat
kelamin.
- Memasukkan bayi ke dalam ember bayi  memegang bayi dengan
perasat parpu kemudian membalas tubuh bayi
- Mengeringkan bayi dengan handuk sambil memperhatikan
kemungkinan adanya kelainan-kelainan.
- Merawat tali pusat
- Memberikan minyak telin ke tubuh bayi secukupnya
- Menaburi bedak pada tubuh bayi dengan hati-hati jangan sampai
bedan terhirup oleh bayi
- Mengenakan popok, gurita, dan baju bayi serta sarung tangan serta
sarung kaki
- Menyisis rambut secara perlahan-lahan dan hati-hati
- Membungkus bayi dengan gedong
- Meletakkan bayi di tempat yang nyaman atau bayi disusui oleh ibunya
- Membereskan dan mengembalikan alat
- Ibu mencuci tangan.
 Perawatan tali pusat
a. Persiapan alat:
- Dua Air DTT hangat: untuk membasahi dan menyabuni dan untuk
membilas
- Washlap kering dan basah
- Sabun bayi
- Kassa steril
- Satu set pakaian bayi
b. Cara merawat tali pusat
- Cuci tangan dan dekatkan alat.

7|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


- Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,bedong
yang sudah digelar.
- Buka bedong bayi dan lepas bungkus tali pusat.
- Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai
kaki/ atas ke bawah.
- Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.Bersihkan tali pusat,
dengan cara:
o Pegang bagian ujung , basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke
batang
o Disabuni pada bagian batang dan pangkal dan bersihkan sampai sisa
sabunnya hilang
o Keringkan sisa air dengan kassa steril dan tali pusat tidak dibungkus.
- Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat
- Bereskan alat dan cuci tangan.
 Membersihkan rambut dan sela karang
Membersihkan rambut biasanya dilakukan pada saat mandi, caranya :
- Pegang kepala bayi erat-erat.
- Pilih shampo khusus untuk bayi
- Tuang shampo bayi di telapak tangan lalu oleskan ke rambut bayi
- Gosoklah dengan lembut hingga berbusa,
- Untuk menghilangkan kerak pada kulit bayi, gosoklah kulit kepala
bayi dengan kapas yang sudah diberi baby oil.
- Bilas hingga tidak ada lagi busa yang tersisa di rambut kepala bayi
- Angkat dari bak, segera bungkus dengan handuk.
- Sebelum memakai baju tepuk-tepuk lembut bayi dengan handuknya,
jangan mengosok-gosok handuk pada tubuh dan kepala bayi.
 Membersihkan tahi mata
- Cara membersihkan tahi mata menggunakan kapas steril yang dibasahi
air hangat.
- Ganti kapas setiap kali membersihkan mata agar tidak tejadi
perpindahan kuman.
- Lakukan pijatan lembut dari sudut mata ke bawah dan ke arah hidung
selama 7-10 kali
 Membersihkan hidung
- Dengan menggunakan kapas bertangkai yang sudah dicelup dalam air
hangat lakukan hati-hati jangan sampai masuk terlalu dalam karena
bayi bisa terluka.
- Ganti setiap membersihan cuping hidung yang lainnya.

8|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


- Ketika terlalu banyak lendir, bisa mengunakan aspirator, lakukan
secara bergantian karena menghisap kedua lubang sekaligus cukup
berbahaya, lendir dapat naik dan itu berpeluang terjadinya infeksi.
 Merawat gigi dan mulut
Perawatan mulut bayi tidak perlu menunggu hingga giginya
tumbuh, ibu harus membersihkan mulut bayi secara teratur, caranya :
- Cuci tangan sampai bersih
- Siapkan kasa steril, satu mangkuk air hangat
- Balut kelingking ibu dengan kain kasa steril
- Celupkan jari yang terbungkus kasa dalam air hangat
- Masukkan jari ibu pada mulut bayi secara perlahan
- Tekan dengan lembut lidahnya. Ulangi hingga dua atau tiga kali
- Jaga mood bayi, jika dia menolak, hentikan. Jangan memaksanya
karena akan trauma dan tidak mau membuka mulutnya
- Hindari memasukkan jari ibu terlalu dalam
- Sambil membersihkan mulutnya, bicaralah untuk menenangkan bayi.
 Membersihkan telinga
- Membersihakan telinga dengan menggunakan cotton bud yang
dibasahi air hangat supaya kotoran menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan, tapi sebatas pintu keluar telinga, sementara bagian dalam
telinga/ lubang telinga tidak boleh dibersihkan.
- Daun telinga bisa dibersihkan ketika memandikan atau bersihkan
dengan baby oil.
- Ganti kapas bertangkai yang baru untuk daun telinga lainnya,
kemudian keringkan telinga bayi ibu dengan handuk lembut.
 Membersihkan bokong dan alat kelamin
Berikut adalah yang harus diperhatikan ketika membersihkan bokong
dan alat kelamin :
- Jangan menggunakan pampers sepanjang waktu, cukup pada saat tidur
malam atau bepergian saja. jangan lupa untuk menggantinya setiap
kali buah hati habis buamg air kecil atau buang air besar.
- Bersihkan alat kelamin dengan sabun setiap kali mengganti popok.
Sesudah kotoran dibersihkan, ambil kapas bersih yang dibasahi air hangat
untuk membilasnya.
- Khusus bayi perempuan, selalu mulai pembersihan dari arah depan ke
belakang untuk menghindari bakteri yang terdapat di sekitar anus
 Mencegah lecet atau suam karena popok / pempers

9|Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita


Beberapa bayi mempunyai kulit yang peka sehingga kadang mengalami lecet
akibat popok/pempers. Bila ibu melihat warna kemerahan atau bercak merah
pada lipatan kulit bayi, bersihkan dengan lembut dan gantilah popok sesering
mungkin, ada baiknya sekali-kali membiarkan bayi tanpa popok agar kulitnya
terkenal udara. Jika lecet tidak membaik setelah beberapa hari konsultasikan
ke bidan atau ke dokter.
 Menjemur bayi
Untuk kesehatan kulit dan pertumbuhan tulang yang baik, dibutuhkan sinar
ultraviolet langsung dari matahari. Jemurlah bayi setiap hari dibawah sinar
ultraviolet/sinar matahari, pagi antara pukul 07.30-08.30 selama 15-30 menit.
hal-hal yang harus diperhatikan jika menjemur bayi antara lain :
- Jemurlah bayi sesudah bayi mandi
- Pakaikan bayi hanya dengan popok kecil saja.
- Hindari mata bayi dari sinar matahari langsung
- Tidurkanlah bayi terlentang dan tengkurap bergantian setiap 5 menit
- Hindari dari polusi udara
- Temani bayi selama berjemur
- Setelah berjemur, bersihkan kulit bayi yang basah keringat dengan lap
hangat dan keringkan selanjutnya kenakan kembali pakaiannya.
 Memakaikan pakaian bayi
Gunakan pakaian dari katun yang lembut dan bisa menyerap keringat
karena kulit bayi sangat peka. Jagalah kebersihannya dan usahakan
ukurannya cukup besar sehingga dapat dipakai dengan nyaman. Cuci pakaian
bayi terpisah dari orang dewasa. Jangan meletakkan kamper pada pakaian
bayi untuk menghindari efek yang tidak baik bagi bayi.
 Pemberian Makan Pendamping ASI
Status gizi dalam bulan – bulan pertama dari kehidupanya sangat
menentukan untuk kehidupan selanjutnya. Masa bayi ini metupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat – zat gizi yang
seimbang dan relatif besar. Bayi belum dapat makan makanan padat, yang
berserat banyak atau membebani ginjal. Satu – satunya makanan yang sesuai
dengan keadaan saluran pencernaan dan memenuhi kebutuhan selama bulan –
bulan pertama adalah ASI, karena :

10 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
 Paling sesuai dengan kondisi bayi
 Terjamin kebersihannya sehingga aman dikonsumsi
 Mengandung zat antibodi yang melindungi bayi dari serangan
penyakit selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Kebutuhan gizi untuk bayi di Indonesia:
satuan Usia Usia
0-6 7-12
bulan bulan
BB Kg 5,5 8,5
TB cm 60 71
Energi Kkal 560 800
Protein Gr 12 15
Vitamin :
Vitamin A RE 350 350
Thiamin mg 0,3 0,4
Ribolavin mg 0,3 0,5
Niasin mg 2,5 3,8
Vit. B12 mcg 0,1 0,1
Asam folat mcg 22 32
Vit. C mcg 30 35
Mineral :
Kalisum mg 600 400
Phospor mg 400 250
Magnesium mg 35 55
Besi mg 3 5
Seng mg 3 5
Iodium mcg 50 75
Selenium mcg 10 15
Keterangan : Tad* = tidak ada data4

Cara memberi makan anak:


1. Umur 0 – 6 bulan

4
Risalah Widyakarya Pangan Gizi V (Jakarta , 1993 : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

11 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Hanya berikan ASI
2. Umur 6 – 8 bulan
 Terus berikan ASI
 Mulai berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI), contohnya bubur
sumsum yang dilumat 2- 3 kali sehari dengan 2 – 3 sendok makan
secara bertahap bertambah hingga mencapu ½ gelas atau 125 cc setiap
kali makan.
 makananselingan 1- 2 kali sehari (jus buah, biskuit)
 BerikannMP – ASI secara bertahap sesuai umur
3. Umur 9 – 11 bulan
 Teruskan pemberian ASI
 Berikan MP – ASI lebih padat
Contohnya : bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek 3- 4 kali sehari.
4. Umur 1- 2 tahun
 Bentuk makanan : makanan keluarga 3-4 kali sehari, banyaknya ¾
gelas nasi / penukar (200cc)
 Makanan selingan 2 kali sehari
 Teruskan pemberian ASI
5. Umur 2- 3 tahun
 Lanjutkan pemberian makan orang dewasa
 Tambahkan porsinya menjadi ½ piring
 Beri makanan selingan 2 kali sehari
 Jangan berikan makanan masnis sebelum waktu makan, sebab bisa
mengurangi nafsu makan.
b. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita, meliputi:
Pemantauan tumbuh kembang untuk meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang.
 Pencegahan kecelakaan
 Kesehatan pola piker
c. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatau upaya untuk mendapatkan kekabalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau diamatikan ke dalam tubuh dan diharapkan tubuh
dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh dan
diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan
tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.

12 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Jika ada antigen (kuman, bakteria, virus, parasit, racun) memasuki
tubuh, tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti
berupa zat antibodi atau antitoksin. Reaksi tubuh pertama kali terhadap
antigen berlangsung lambat atau lemah sehingga tidak cukup banyak antibodi
terbentuk. Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga, dan seterusnya, tubuh
sudah lebih mengenal jenis antigen tersebut. Tubuh sudah lebih pandai
membuat zat anti, sehingga dalam waktu yang lebih singkat akan terbentuk
zat anti yang cukup banayak. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam
tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu
diberikan antigen/ suntikan/ imunisasi ulang. Ini merupakan rangsangan bagi
tubuh untuk membuat zat anti kembali. (Markum, 2002)
Imunisasi pada bayi dan balita bertujuan untuk mencegah penyakit
pada bayi dan balita yang pada akhirnya akan menghilangkan penyakit
tersebut.
 Jenis imunisasi
Ada 2 jenis imunisasi pada bayi dan balita, yaitu imunisasi aktif dan pasif.
a. Imunisasi aktif.
Tubuh akan membuat sendiri zat anti setelah adanya rangsangan
antigen dari luar tubuh, rangsangan virus yang telah dilemahkan seperti pada
imunisasi polio atau imunisasi campak. Antigen adalah kuman bakteri, virus,
parasit, maupun racun yang memasuki tubuh. Tubuh yang terpapar antigen
akan membentuk zat anti terhadap antigen tersebut. Keberhasilan
pemusnahan antigentersebut tergantung pada jumlah antigen yang berhasil
dibentuk atau dimiliki oleh tubuh. Jumlah zat anti yang cukup tinggi biasanya
diperoleh setelah tubuh mengalami reaksi kedua, ketiga, dan seterusnya
akibat rangsangan antigen. Pembentukan zat anti akibat paparan kembali
antigen yang sama pada tubuh akan berlangsung lebih cepat. Titer antibodi
yang terbentuk akibat rangsangan antigwn pada tubuh untuk pertamakalinya
tidak tinggi dan kadarnya cepat menururn. Oleh sebaba itu, pemeberian
imunisasi ulang (booster) perlu dilakukan untuk mempertahankan jumlah zat
anti yang tetap tinggi di dalam tubuh.
b. Imunisasi pasif.

13 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Tubuh anak tidak mebuat zat antibodi sendiri. Tetapiu kekebalan
tersebut diperoleh dari luar dengan cara penyuntikan bahan / serum yang telah
menggunakan zat anti/ atau anak tersebut mendapatkan zat anti dari ibunya
semasa dalam kandungan, setelah memperoleh zat penolak, prosesnya cepat,
tetapi tidak bertahan lama. (Markum, 2002)
Kekebalan pasif dapat terjadi dengan 2 cara :
 Kekebalan aktif alamiah, yaitu kekebalan yang diperoleh bayi sejak
lahir dari ibunya dan tidak berlangsung lama (kira-kira sekitar 5 bulan
setelah bayi baru lahir).
 Kekebalan pasif buatan, yaitu kekebalan yang diperoleh setelah
mendapatkan suntikan zat penolak. (Rochmah, 2011 : 88)

Imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi dan balita :


1) Imunisasi DPT
 Imunisasi DPT (Diphteri, pertussis, tetanus) merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Diphteri,
pertussis, tetanus. Vaksin ini mengandung racun kuman difteri yang
telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang
pembentukkan zat anti (Toksoid).5
 Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman
difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam
tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya
nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga
penyakit tersebut. (Markum, 2005)
 Imunisasi DPT yaitu imunisasi / vaksin kombinasi yang terdiri dari
bakteri pertusis yang telah dimatikan, toksoid (zat yang menyerupai
racun) dari difteri dan juga tetanus. Vaksin DPT ini diberikan untuk
mencegah penyakit difteri yang bisa mematikan, penyakit pertusis
yang sering disebut batuk 100 hari dan penyakit tetanus.

5
Alimuz Aziz, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.(Jakarta, 2011 :
Salemba Medika)

14 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
 Imunisasi DPT/DT merupakan tindakan imunisasi dengan memberi
vaksin DPT(difhteria, pertusis, tetanus)/DT (Difteri Tetanus) pada
anak yang bertujuan memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,
pertusisi, dan tetanus.6
 Manfaat pemberian imunisasi ini untuk menimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusi dan
tetanus. (FKUI. 2002; 17)
 Difteri adalah penyakit infeksi tenggorokkan berat yang dapat
menyebar ke jantung dan sistem syaraf sehingga menimbulkan
kematian. Disebabkan oleh Corynebacterium Dyptheria. Penularannya
mlli percikan ludah yg tercemar. Difteri dpt menjadi endemik pada
lingkungan masyarakat dengan sosial ekonomi rendah.7
 Pertusis adalah batuk rejan atau batuk 100 hari yang termasuk jenis
penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bardetella
Pertussis yang menyebabkan batuk berat dan lama dengan komplikasi
yang berbahaya bila tidak ditangani. 8
 Tetanus adalah penyakit bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan
kejang otot dan sakit yang luar biasa.. Disebabkan oleh Mycobacterium
Tetani, yg berbentuk spora masuk ke dlm luka terbuka, berkembang
biak secara anerobik, dan membentuk toksin.9
 Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan
interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan pada usia 2-4 bulan, DPT 2
pada usia 3-5 bulan, dan DPT 3 diberikan pada usia 4-6 bulan.
Imunisasi selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3,
yaitu usia 18-24 bulan, dan DPT 5 pada saat masuk sekolah usia 5-7
tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 diberikan pada kegiatan imunisasi di
sekolah dasar (Bulan Imunisasi Anak Skolah,BIAS). Ulangan DPT 6
diberikan pada usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteria
pada anak usia > 10 tahun. Imunisasi DPT disuntikkan secara IM pada
vastus lateralis.
6
Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus, bayi dan balita.(Jakarta, 2008 : EGC) hal 99
7
.ibid.
8
.ibid.
9
.ibid.

15 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
2) Imunisasi campak.
Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
yang masuk dalam genus virus morbili. Penyakit ini bersifat akut dan menular
lewat udara melalui sistem pernapasan terutama percikan ludah seorang
penderita. Masa inkubasi 10-12 hari, kadang – kadang 2 - 4 hari. Gejala
berupa demam, lemah, kemerahan pada mata dan radang pada tenggorok
saluran napas10.
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak, karena penyakit ini sangat
menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi
pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi
campak pada umur 9 -11 bulan dan diberikan secara subkutan. 11
WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak dengan dosis 0,5
cc. Dan untuk memberi kekebalan seumur hidup, WHO juga
merekomendasikan imunisasi campak diberikan di usia lebih dari 12 bulan.
Namun, kejadian campak di Indonesia masih sering terjadi, sehingga
dianjurkan imunisasi campak diberikan pada usia 6-9 bulan dan diulang pada
umur 6 tahun. Dalam program Pemerintah, jika seorang bayi lebih dari 9
bulan belum diimunisasi campak, maka imunisasi tetap boleh diberikan. Atau
bisa juga diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Tetapi imunisasi hanya
boleh diberikan pada salah satu vaksin saja, dan yang diutamakan tetap
imunisasi campak yang menjadi program imunisasi wajib dari Pemerintah.
Vaksin campak disuntikkan secara subkutan, lebih baik pada lengan
kiri atas. Tetapi pada kenyataannya, di lapangan imunisasi campak sering
disuntikkan secara intramuskular. Kontraindikasi pemberian pemberian
imunisasi campak adalah bila panas lebih dari 38ºC dan ada riwayat kejang
demam. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang
steril. Vaksin yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga
(maksimum untuk 8 jam).

10
(Sari Wahyuni, 2011 : 98)
11
Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus, bayi dan balita.(Jakarta, 2008 : EGC) hal 64

16 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
d. Umur Jenis imunisasi Pemberian
0 – 7 hari HB 0
vitamin 1 bulan BCG, Polio 1 A, kapsul
vitamin DPT/HB 1, Polio A berwarna
2 bulan
biru 2 yang diberikan
DPT/HB 2, Polio
1 kali 3 bulan dalam setahun.
3 Vitamin A
DPT/HB 3, Polio
adalah 4 bulan salah satu zat
4
gizi dari golongan
9 bulan Campak
vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna utuk kesehatan mata (agar dapatmelihat
dengan baik) dan untuk keehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh,
jaringan epitel, melawan peyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan pada vitamin A, yang dilakukan
melalui pemberian kapsul vitamin A sebanhyak 2 kali dalam setahun.
(DepkesRI, 2007)
Di Indonesia pemberian suplemen vitamin A dimulai setelah anak
berumur 6 bulan. Setiap anak umur 6 – 12 bulan diberi suplemen Vit. A
100.000 IU (kapsul warna biru) sekali, sedangkan umur 1 – 5 tahun diberi
vitamin A 200.000 IU (kapsul warna merah) sebanyak 2 kali dalam setahun.
Pemberiannya serentak pada bulan promosi Vitamin A yaitu : Pebruari dan
Agustus. Memeriksa setiap anak sakit umur 6 bulan – 5 tahun, apakah sudah
mendapatkan vitamin A.
e. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan.

2.3 Perawatan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual
berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi

17 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat
kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan
balita dapat dicegah dengan tegnologi sederhana ditingkat pelayanan
kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank
dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh
infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang
sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sabagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
balita, Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang mulai dikembangkan di indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita
sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran
berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila
berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak
balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan
perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan
kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK

18 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar
gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di
rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau
fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan
keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan
atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas
kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan
anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua
balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak

19 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare
dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran
yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang
dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ). Hal
ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan
sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput
bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari
dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target
pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga
menengah kebawah.
Pelayanan kesehatan yang lain pada balita adalah:
1. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

20 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan

c. Penyuluhan
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan
kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap
untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian
bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya
preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki komponen khas yang menguntungkan,
yaitu:

21 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1) Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini, meliputi
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan
terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda, antara lain
adanya kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, gangguan saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah
dan masalah pemberian ASI.
2) Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia 2
bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu bayi muda, yaitu
penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan,
penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun ini,
dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum ( tidak bias minum
atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar ), batuk dan sukar
bernafas, diare, demam, masalah telinga, status gizi buruk ( malnutrisi dan
anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
balita, Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )

22 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).

2. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi
imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut:
TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B.
Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari
cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
3. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
1. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2. Pemberian makanan bayi
3. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5. peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan
seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai
laki-laki atau perempuan
2.4 Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Istilah pertumbuhan dan perkembangan sebenarnya mencakup 2
peristiwa yang sifatnya berbeda namun saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan.12
Pertumbuhan (growth) adalah hal-hal yang berkaitan dengan besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa

12
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC) 1

23 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
diukur dengan ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan
metabolik.13
Depkes RI, 2006 pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan.
Menurut Depkes RI, 2006 perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak
kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak
terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan aspek
pematangan fungsi organ.15
Ciri-ciri tumbuh kembang anak
Menurut Depkes RI, 2006 Proses tumbuh kembang anak mempunyai
beberapa cirri yang saling berkaitan, antara lain :
 Perkembangan menimbulkan perubahan
 Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
 Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
 Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
 Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Prinsip tumbuh kembang anak


Menurut Depkes RI, 2006 Proses tumbuh kembang anak memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut :
 Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsic yang terjadi dengan
sendirinya. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari
latihan dan usaha.
 Pola perkembangan dapat diramalkan

13
Ibid.
14
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC)
15
Ibid.

24 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Terdapat kesamaan pola perkembangan semua anak. Sehingga pola
perkembangan anak dapat diramalkan.
Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi terhadap
tumbuh kembang anak yaitu :
1. Faktor genetic
Faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetic yang terkandung
dalam sel telur yang dibuahi. Yang termasuk dalam faktor genetic adalah
berbagai faktor kelainan bawaan yang normal dan patologik, jneis kelamin,
suku bangsa atau bangsa. Gangguan pertumbuhan di Negara maju lebih
sering terjadi akibat faktor ini. Sedangkan di Negara berkembang selain
faktor genetic juga disebabkan oleh keadaan lingkungan yang kurang
mendukung.16
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis
besar dibagi menjadi :
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam
kandungan (faktor prenatal). Faktor prenatal meliputi pula : gizi, mekanis,
toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoreksia embrio
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada setelah lahir
(faktor postnatal). Faktor postnatal meliputi : lingkungan biologis, faktor
fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.17
Periode tumbuh kembang anak
Menurut Depkes RI, 2006 Tumbuh kembang anak berlangsung secara
teratur dan saling berkaitan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode sebagai berikut :
1) Masa prenatal
Masa ini dibagi menjadi 3 periode : masa zigot, masa embrio, masa
janin
2) Masa bayi
Masa ini dibagi menjadi 2 periode : masa neonatal, masa postnatal

16
Soetjiningsih.. Tumbuh kembang anak. ( Jakarta, 1995 : Buku Kedokteran EGC) 2
17
.ibid

25 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
3) Masa anak dibawah lima tahun
4) Masa anak prasekolah
Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan
 Gangguan bicara dan bahasa
 Cerebral Palsy
 Sindrom Down
 Perwatakan pendek
 Gangguan autism
 Retradasi mental
 Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
Stimulasi tumbuh kembang anak
Stimulasi adalah merangsang kemampuan dasar anak agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
Prinsip dasar dalam stimulasi tumbuh kembang anak adalah :
 Stimulasi dilakukan dengan rasa cinta dan kasih saying
 Selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
 Menstimulasi dengan cara mengajak anak bermain dan bernyanyi
tanpa paksaan dan adanya hukuman.
 Melakukan stimulasi secara bertahap sesuai dengan usia anak
 Menggunakan alat bantu /permainan sederhana
 Anak selalu diberi pujian atas keberhasilannya.18

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan),
preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi (pemulihan)
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat, lingkungan.
Perawatan kesehatan pada bayi meliputi : Penyuluhan kesehatan
kepada keluarga khususnya ibu, tentang konseling ASI ekskulusif, pemberian
makanan pendamping ASI, tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi
di rumah menggunakan Buku KIA, pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi

18
Depkes RI.Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak
ditingkat pelayanan kesehatan dasar. (Jakarta, 2006 : Depkes RI) 15

26 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
dan balita, pemberian imunisasi, pemberian vitamin A, kapsul vitamin A
berwarna biru yang diberikan 1 kali dalam setahun, dan penanaganan dan
rujukan kasus bila di perlukan.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi: pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS,
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2
kali dalam setahun, pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) 2 kali dalam
setahun., kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita,
pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan
MTBS.

DAFTAR PUSTAKA

Alimuz Aziz, 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Depkes RI. 2006. .Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang anak ditingkat pelayanan kesehatan dasar.
Jakarta : Depkes RI.
Hidayat, Alimul. 2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 1993. Pangan Gizi V. Jakarta :
Risalah Widyakarya

27 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a
Notoadmodjo, Soekidjo. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta cet 2.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

DAFTAR LAMAN

http://dinkes.pamekasankab.go.id/ (diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 13.00


WIB)

www.bidanku.com (diakses pada tanggal 7 Maret 2014 pukul 14.00 WIB)

28 | P e l a y a n a n K e s e h a t a n P a d a B a y i d a n B a l i t a

Anda mungkin juga menyukai