Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT


DI SEKSI PROMOSI KESEHATAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DINAS
KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

OLEH
NAMA : NANDA MUTIARA PURWANTI
NIM : 10011381621164

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
LAPORAN
PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT UPAYA
PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MELALUI PROGRAM POSYANDU
UNTUK PENCEGAHAN STUNTING
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Telah menyelesaikan Praktikum Kesehatan Masyarakat
Peminatan Promosi Kesehatan

OLEH
NAMA : NANDA MUTIARA PURWANTI
NIM : 10011381621164

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S1)


FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam
undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa “
Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis, selanjutnya pemerintah
bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyrakat dalam
segala bentuk upaya kesehatan.
Masalah stunting di Indonesia tidak telepas dari SDGs (Sustainable
Development Goals) yang memiliki 17 tujuan dengan 169 target terukur. Terdapat
2 tujuan pada goals ke 2 yaitu Menanggulangi Kelaparan dan Kemiskinan dan
Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan gizi, serta
mendorong pertanian yang berkelanjutan. Pada tujuan ke 2, terdapat target tahun
2030 yaitu mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target
internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan
mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta
lansia (Yosza, 2018).
Data Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 angka
stunting yang ditunjukan yaitu 37,2 %. Data Survei Indikator Kesehatan Nasional
(Sirkesnas) angka stunting ditunjukan yaitu 33,6% . Pemantauan Status Gizi
(PSG) 2017 menunjukkan kasus balita stunting di Indonesia masih cukup tinggi,
yakni 29,6%. Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara. Namun, pada 2018, menurut data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya terus menurun menjadi 30,8 %.
Walaupun angka diatas mengalami penurunan dari tahun 2013-2018 tetap saja
angka yang dintunjukan masih melebihi ambang batas atau prevalensi lebih dari
20%. Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis
(Kemenkes RI, 2018).
Dalam penurunan angka stunting di Indonesia dapat dilakukan dengan
pendekatan promotif preventif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat
dalam bidang kesehatan. Pemberdayaan merupakan bagian yang sangat penting
dalam upaya promosi kesehatan, dan bahkan dikatatakan sebagai ujung tombak.
Pemberdayaan merupakan proses memposisikan masyarakat agar memiliki peran
yang sangat besar (kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan penetapan
tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga, atau kelompok (sasran) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran serta
proses, membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan ( Kemenkes RI, 2011).
Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
adalah menumbuh kembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
yang secara langsung adalah bagian Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat salah satunya programnya adalah Posyandu. Posyandu merupakan
salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi serta penurunan angka stunting di
Indonesia (Kemenkes RI, 2014).
Tantangan utama dalam promosi kesehatan adalah pembangunan
kesehatan belum menjadi arus utama pembangunan sektor-sektor lain sehingga
peran serta sektor dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan masyrakat perlu
ditingkatkan. Tantangan lainnya dalam promosi kesehatan adalah jumlah mutu
kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi masih perlu ditingkatkan. Fasilitasi
kesehatan untuk menjamin efektifitas berlangsungnya promosi dan konseling
kesehatan secara baik perlu ditingkatkan. Berbagai gerakan sosial, advokasi, serta
kemitraan perlu diefektifkan. Kebijakan publik untuk menciptakan lingkungan
sehat perlu ditumbuh kembangkan serta pengembangan UKBM dan peran serta
masyarakat, swasta perlu ditingkatkan (Kemenkes RI, 2016).
Pencegahan stunting ditetapkan sebagai program prioritas nasional yang
harus dimasukan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tahun 2018-
2021. Program pencegahan stunting diselenggarakan untuk menyasar ke
kelompok prioritas, di lokasi prioritas dan melalui intervensi prioritas. Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat juga memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya
dalam upaya pencegahan stunting. Terkait masalah stunting dalam Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat konsep pencegahannya yang
sebenarnya harus dimulai dari Wanita Usia Subur, Pasangan Usia Subur, Ibu
Menyusui, Ibu Hamil, Bayi, dan Balita. Masalah stunting di atas tidak terlepas
dari pelayanan dasar yang ada di posyandu.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah institusi pemerintah
melalui perpanjangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
menjalankan fungsi sebagai fasilitator, pembinaan, monitoring serta evaluasi
pelaksanaan program pencegahan stunting melalui pemberdayaan masyarakat di
tiap kota atau kabupaten
Kegiatan praktikum kesehatan masyarakat dilaksanakan agar mahasiswa
mendapatkan pengalaman belajar dalam prakteknya di lapangan sebagai upaya
pemahaman dan melatih keterampilan bagi mahasiswa dalam bidang kesehatan
masyrakat untuk memperoleh kompetensi dan daya saing tinggi serta berintegritas
dan tergolong dalam kategori tenaga siap pakai. Dalam kesempatan ini melakui
praktikum kesehatan masyrakat yang dilakukan di Dinas Kesehtan Provinsi
Sumatera Selatan, mahasiswa tertarik untuk membahas pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya pencegahan stunting melalui
pengoptimalisasian peran posyandu yang dilakukan di Seksi Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2019.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan serta melihat upaya Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan terkait pemberdayaan masyarakat khususnya di Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan guna pengoptimalisasian peran posyandu dalam
pencegahan stunting.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Input dari Upaya yang dilakukan dalam
pengoptimalisasian peran posyandu dalam pencegahan stunting
2. Mengetahui Proses dari upaya yang dilakukan dalam
pengoptimalisasian peran posyandu dalam pencegahan stunting
3. Mengetahui Output dari upaya yang dilakukan dalam
pengoptimalisasian peran posyandu dalam pencegahan stunting.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengetahuan, meningkatkan Kompetensi, dan
Keterampilan yang lebih aplikatif dalam Bidang Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori-teori yang
didapatkan selama perkuliahan
3. Mendapatkan pengalaman dalam bekerja serta mampu
mengembangkan sikap profesionalisme di lingkungan kerja
4. Sebagai salah satu wadah untuk meningkatkan kredibilitas sebagai
calon Sarjana Kesehatan Masyarakat

1.3.2 Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat


1. Terbinanya kerjasama anatara Fakultas Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
2. Menambah literature ilmiah terkait pemberdayaan masyarakat dalam
pengoptomalisasian posyandu dalam pencegahan stunting
1.3.3 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
1. Membangun hubungan kerjasama yang saling menguntungkan serta
bermanfaat anata Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dan
Fakultas Kesehatan
2. Sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi bagi Dinas Kesehatan
Provinsi agar kedepanya diharapkan dapat memberikan yang terbaik
khususnyan di Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat.

1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


1.4.1 Waktu Pelaksanaan
Kegitan Praktikum Kesehatan Masyarakat dilaksanakan pada tanggal 01
Juli- 31 Juli 2019.
1.4.2 Lokasi Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini dilaksanakan di Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting
2.1.1 Pengertian Stunting
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai
dengan banyaknya kasus gizi kurang pada anak balita, usia masuk sekolah baik
pada laki-laki dan perempuan. Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan
rendahnya kualiatas tingkat pendidikan, tingginya angka absensi dan tingginya
angka putus sekolah. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama. Stunting adalah salah
satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidak cukupan zat gizi masa
lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur
sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan
jenis kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita
di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari (Sutarto et.al 2018).
Stunting merupakan refleksi jangka panjang dari kualitas dan kuantitas
makanan yang tidak memadai dan sering menderita infeksi selama masa kanak-
kanak. Anak yang stunting merupakan hasil dari masalah gizi kronis sebagai
akibat dari makanan yang tidak berkualitas, ditambah dengan morbiditas, penyakit
infeksi, dan masalah lingkungan. Stunting masa kanak-kanak berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan motorik dan tingkat kecerdasan yang lebih
rendah. Selain itu, juga dapat menyebabkan depresi fungsi imun, perubahan
metabolik, penurunan perkembangan motorik, rendahnya nilai kognitif dan
rendahnya nilai akademik. Anak yang menderita stunting akan tumbuh menjadi
dewasa yang berisiko obesitas, glucose tolerance, penyakit jantung koroner,
hipertensi, osteoporosis, penurunan performa dan produktivitas. Indonesia
termasuk di antara 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi masalah
gizi dunia. Dari pelbagai penelitian tentang stunting dan literatur yang ada
diketahui bahwa selain infeksi stunting berhubungan juga dengan defisiensi gizi
(mikronutrien dan makronutrien). Terdapat beberapa zat gizi yang berkaitan
dengan stunting seperti protein, zat besi, zink, kalsium, dan vitamin D, A dan C.
Selain itu, faktor hormon, genetik dan rendahnya pengetahuan orang tua dalam
pengasuhan, kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan, rendahnya aksesibilitas
pangan pada tingkat keluarga terutama pada keluarga miskin, rendahnya akses
keluarga terhadap pelayanan kesehatan dasar, dan masih terjadi disparitas antar
provinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di
wilayah rawan. Stunting merupakan indikator yang sensitif untuk sosial ekonomi
yang buruk dan prediktor untuk morbiditas serta mortilitas jangka panjang.
Stunting pada anak usia dini itu bersifat reversible (Kusumawati et.al 2015).
2.1.2 Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh factor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada
menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air
Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak
menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). MP-ASI
diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan
sistem imunologis anak terhadapmakanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal
Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan
dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat
kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke
layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6
tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi.
Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong
mahal.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih
buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum
memiliki akses ke air minum bersih (Sutarto et.al 2018).

2.1 Pemberdayaan
2.1.1 Pengertian Pemberdayaan
Dalam upaya promosi kesehatan pemberdayaan merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan bisa dikatakan ujung tombak. Sejak berdirinya Ottawa
charter , yang mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan,
pemberdayaan sudah dijadikan sebagai salah satu strategi dari promosi kesehatan.
Selanjutnya dalam komitmen global yang dicapai di setiap konferensi
Internasional pemberdayaan tidak pernah dilupakan. Pemberdayaan masyarakat
adalah suatu tindakkan yang harus segara dilaksanakkan (Kemenkes RI, 2014).
Konsep pemberdayaan masyrakat mencakup pengertian community
development (pembangunan masyarakat) dan community based development
(pembangunan yang bertumpu pada masyarakat) tahap selanjutnya muncul istilah
community driven development yang diterjemahkan sebagai pembangunan yang
diarahkan masyarakat atau pemabangunan yang digerakkan masyarakat.
Pembangunan yang digerakkan masyarakat didefinisikan sebagai kegiatan
pembangunan yang diputuskan sendiri oleh warga komunitas dengan
menggunakan sebanyak mungkin sumber daya setempat. Dengan demikian
pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non
konstruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar
mampu mengidentiffikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi daya
setempat (Kemenkes RI, 2014).
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan suatu proses
aktif, dimana sasaran atau klien dan masyarakat yang diberdayakan harus
berperan aktif berpatasipasi dalam kegiatan dan program kesehatan. Ditinjau dari
konteks pembanguanan kesehatan, partipasi masyrakat adalah keikutsertaan dan
kemitraan masyarakat serta fasulitator baik pemerintah dan non pemerintah dalam
pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian
kegiatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari
keikutsertaannnya dalam rangka membangunan kemandirian masyarakat. Proses
pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal yang
saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Salah satu
faktor eksternal dalam pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan fasilitator
pemberdayaan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
2.1.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan,
secara umum ditunjukkan pada meningkatnya kemandirian masyarakat dan
keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyrakat dapat memberikan andil
dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Secara khusus pembedayaan
masyarakat dibidang kesehatan ditujukkan pada
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat bidang kesehatan
2. Meningkatnya kemampuan masyrakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatannya sendiri
3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitasi pelayanan kesehatan oleh masyarakt
4. Terwujudnya kelembagaan dan UKBM
2.1.2 Unsur-Unsur Pemberdayaan
1. Penggerak pemberdayaan masyarakat
Pemerintah, masyarakat, swasta, motivator, dan fasilitator yang
mempunyai kopetensi memadai dan dapat membangun komitmen
dengan dukungan pimpinan formal dan non formal.
2. Sasaran Pemberdayaan Masyarakat
a. Sasaran primer atau sasaran utama pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan adalah individu, keluarga dan masyarakat
b. Sasaran sekunder adalah individu, kelompok atau masyarakat yang
mempunyai potensi serta mendukung upaya
pemberdayaanmasyarakat di bidang kesehatan adalah petugas
kesehatan, kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
organisasi pemuda, organisasi pemuda, kelompok peduli kesehatan,
media massa, lintas sektoral, swasta atau dunia usaha.
c. Sasaran tersier adalah pengambil keputusan yang mempunyai
kewenangan serta potensi memberikan dukungan kebijakan dan
sumberdaya lainnya dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat yaitu Rt, RW, Kepala Desa, Camat, Lurah, Bupati,
BPD, DPRD, Gubernur dan lain-lain.
2.1.3 Tahapan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi mengenai pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dengan
kementerian atau Lembaga dan pihak yang terkait termasuk
organisasi masyarakat dan dunia usaha
b. Mengembangkan sistem database dan informasi terkait pelaksana
dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
terintegrasi
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat dengan Kementerian atau lembaga dan pihak lain
yang terkait termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha
b. Mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
3. Pelaksanaan
a. Membentuk kelembagaan untuk pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat pusat yang
beranggota Kementerian atau Lembaga dan pihak lain yang
terkait termasuk organisasi masyarakat dan dunia usaha.
b. Menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan
c. Menerbitkan pedoman dan petunjuk teknis yang diperlukan dalam
pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan
d. Mensosialisasikan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang
mendukung operasionalisasi pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
e. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas aparatur
provinsi dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
4. Monitoring dan Evaluasi
a. Pemantauan berkala terintegrasi perkembangan kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan pada lingkup
nasional
b. Melaporkan perkembangan dan upaya perbaikan kegiatan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan kepada
Kementerian atau Lembaga terkait secara berkala
c. Melakukan evaluasi secara periodik. Pemantauan dan pengawasan
independen oleh berbagai pihak, baik secara internal maupun
eskternal. Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
rujukan untuk melakukan kegiatan yang berkelanjutan
2.1.4 Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip dasar pemberdayaan masyarakat yang perlu dipahami dalam
pemberdayaan masyarakat dikenal dengan istilah pengorganisasian masyarakat
community organization dan pengembangan masyarakat community development.
Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat menuju tercapainya
kemandirian melalui keterlibatan anggota masyarakat. Lima prinsip dasar
pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu :
a. Menumbuhkan kembangkan kemampuan, peran serta masyarakat dan
semangat gotong royong
b. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaan. Berbasis masyarakat community based, memberikan
kesempatan mengemukan pendapat, memilih dan menetapkan keputusan
bagi dirinya (voice and choice) keterbukaan, kemitraan, kemandirian
c. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan
sumber daya, khususnya dalam dana, baik berasal dari pemerintah maupun
swasta maupun sumber dana dari penyandang dana, dan sponsor
d. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang
menghubungkan antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan
antara kepentingan masyarakat yang bersifat mikro
e. Memepertahankan eksistensinya, pemberdayaan masyarakat memerlukan
break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Tidak sebagai organisasi
bisnis atau profit (Kemenkes, 2014).

2.3 Posyandu
2.3.1 Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak
dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien
dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan kesehatan
anak, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.
Sejak dicanangkannya Posyandu pada tahun 1986, berbagai hasil telah
banyak dicapai. Angka kematian ibu dan kematian bayi telah berhasil diturunkan
serta umur harapan hidup rata-rata bangsa Indonesia telah meningkat secara
bermakna. Jika pada tahun 2003 AKI tercatat 307/100.000 kelahiran hidup dan
AKB sebesar 37/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003), maka pada tahun 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami
penurunan yaitu masing-masing adalah 228/100.000 kelahiran hidup serta
34/1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Sementara itu, umur harapan hidup rata-
rata meningkat dari 70,5 tahun pada tahun 2007 menjadi 72 tahun pada tahun
2014 (RPJMN, 2010-2014).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat,
yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sector dan
lembaga terkait lainnya
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar
mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki,
merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya
mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan
diare.
2.3.2 Landasan Hukum Posyandu
1. Undang-undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
6. Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang
Revitalisasi Posyandu.
2.3.3 Tujuan Posyandu
Menunjang percepatan penurunan angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat. Posyandu juga memiliki peran dalam
meningkatkan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Selain itu juga peran lintas sektor dalam Penyelenggaraan Posyandu
harus ditingkatkan terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan
AKB. Posyandu memiliki cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2.3.4 Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
5. Wanita Usia Subur (WUS)
2.3.5 Fungsi Posyandu
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
2.3.6 Pengelola Posyandu.
1. Penanggung jawab umum: Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional: Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana: Ketua Tim Penggerak PKK
4. Sekretaris: Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
2.3.7 Kegiatan Pokok Posyandu:
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.
2.3.8 Pembentukan Posyandu.
Langkah – langkah pembentukan:
1. Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2. Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB.
3. Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri,
sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu
4. Pemilihan kader Posyandu
5. Pelatihan kader Posyandu.
6. Pembinaan.
2.3.9 Kriteria pembentukan Posyandu.
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas
agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai
sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita. Adapun kriteria kader Posyandu
sebagai berikut :
1. Dapat membaca dan menulis.
2. Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3. Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4. Mempunyai waktu yang cukup.
5. Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
6. Berpenampilan ramah dan simpatik.
7. Diterima masyarakat setempat.
8. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas,
dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
a. Meja I: Pendaftaran.
b. Meja II: Penimbangan
c. Meja III: Pengisian KMS
d. Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
e. Meja V: Pelayanan KB & Kesehatan
2.3.10 Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi:
1. Kesehatan ibu dan anak:
2. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
3. Pemberian vitamin A dosis tinggi (bulan vitamin A pada bulan
Februarii dan Agustus)
4. PMT
5. Imunisasi.
6. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan
balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan.
Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS
setiap bulan.
7. Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
8. Pemberian Oralit dan pengobatan.
Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan materi
dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
2.3.11 Tingkat Perkembangan Posyandu
1. Posyandu Pratama
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.
Keadaan ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader
ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan
dasar lagi.

2. Posyandu Madya
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan
Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian
posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya. Intervensi untuk
posyandu madya ada 2 yaitu:
a. Pelatihan tokoh masyarakat dengan modul eskalasi posyandu
yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.
b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD)
untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya,
termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat.
3. Posyandu Purnama
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan
cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana
Sehat yang masih sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini
adalah:
a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan
masyarakat menetukan sendiri pengembangan program di
posyandu
b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana
Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau
lebih.
4. Posyandu Mandiri
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana
Sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah
pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut
menggunakan prinsip JPKM.
2.3.12 Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN
1. S: Semua balita diwilayah kerja Posyandu.
2. K: Semua balita yang memiliki KMS.
3. D: Balita yang ditimbang.
4. N: Balita yang naik berat badannya.
2.3.12 Keberhasilan Posyandu berdasarkan:
1. D /S: baik/kurangnya peran serta masyarakat
2. N /D: Berhasil tidaknyaProgram posyandu
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan
meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat clan
Petugas KB)
2.3.13 Sumber daya Manusia
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui
gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa
lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpunan
melalui kegiatan Dana Sehat.
BAB III
DESKRIPSI TEMPAT MAGANG

3.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan


3.1.1 Letak Geografis Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terletak di Jl. Dr. M Ali
Komp. RSUP. Dr. M. Hoesin Palembang adapaun Dinas Kesehatan Provinsi
Palembang sebelah Timur berbatasan dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya, sebelah selatan berbatasan dengan Red Planet Hotel Palembang,
sebelah selatan berbatasan dengan Rumah Sakit Moh. Hoesin, Markas Kodam II
Sriwijaya dan sebelah Utara berbatasan dengan Universitas Raden Fatah
Palembang.
3.1.2 Sejarah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Seiring berkembangnya zaman dan semakin majunya teknologi Dinas
Kesehatan juga mengalami perubahan. Pada zaman penjajahan Belanda sebelum
17 Agustus 1945, Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel dinamakan DVG (Diens Van
Gezond Hield), kemudian setelah merdeka 17 Agustus 1945 diberi nama Dinas
Kesehatan Rakyat, dan diubah lagi dengan nama Pengawas atau Kepala Dinas
Kesehatan Rakyat Provinsi Sumatera Selatan (tahun 1950 -1967) dimana
pimpinan Kepala dinasnya seperti Dr. Zahar, Dr. Badrul Munir, Dr. Mochammad
Hoesin, Dr. R. Setiarjo. Kemudian diubah lagi menjadi Djawatan Kesehatan
Rakyat Provinsi Sumatera Selatan Palembang (tahun 1967 -1985) yang
pimpinannya antara lain Dr. A. I. Mutalib, M.Com IL, Dr. Noesmir, Dr. Mustafa
Abubakar. Kemudian berubah lagi menjadi IKES (Instansi Kesehatan) yang
merupakan cikal bakal Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan, yang dipimpin oleh Dr. Mustafa Abubakar kemudian digantikan oleh Dr.
Mangasar Siregar. Selanjutnya pada tahun 1985 – 1999 dipisah menjadi Dinas
Kesehatan Tingkat I Sumsel dan Kanwil Dep. Kes prov Sumsel. Berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Mei tahun 2000 keduanya
dibubarkan dan dibentuk lembaga baru yang bernama Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan tanggal 17 Januari 2001, yang dipimpin Dr. Syafii Ahmad,
MPH. Dalam kurun waktu 5 tahun Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
mengalami beberapa kali perubahan kepemimpinan hingga pada bulan Juli 2005
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dipimpin oleh Dr. H. Syahrul
Muhammad. Pada tahun 2010 Dinas Kesehatan dipimpin oleh Dr. H. Zulkarnain
Noerdin, M.Kes. Lalu pada Tahun 2012 Kepala Dinas Kesehatan berganti
kepemimpinan menjadi dr. Hj. Fenty Aprina, M. Kes. Tahun 2014 Kepala Dinas
Kesehatan adalah Dra. Lesty Nurainy, Apt., M.Kes hingga Sekarang.
3.1.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
1. Visi
Dalam menjalankan tugasnya tentu Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan memiliki visi Sumatera Selatan sehat, mandiri,berkeadilan dan
berdaya saing internasional.
2. Misi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untuk mewujudkan visinya
tentulah memiliki misi yang ingin dicapai yaitu dengan mewujudkan
kesehatan yang berkualitas dan tejangkau bagi seluruh masyarakat
Sumatera Selatan. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat. Meningkatkan profesionalitas SDM kesehatan yang berdaya saing
global. Mengutamakan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan
kesehatan.
3.1.4 Tujuan dan Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
1. Tujuan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tentunya dalam menjalankan
tugasnya memiliki tujuan yaitu mewujudkan sumber daya kesehatan
masyarakat yang berkualitas dan tersebar secara merata, sehingga
masyarakat dapat mandiri untuk hidup bersih dan sehat dalam mencapai
derajat kesehatan yang setingg-tingginya.
2. Sasaran
Sasaran Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah untuk
mengutamakan derajat kesehatan masyarakat dimulai dengan
meningkatkan kesadaran masyrakat, mengatasi masalah gizi dengan
harapan dapat menurunkan penyakit menular maupun tidak menular,
menjamin ketersedian obat dan pelayanan kesehatan bagi penduduk,
meningkatkan kecukupan sumber daya manusia di setiap jenjang
pelayanan kesehatan.

3.1.5 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Kepegawaian Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,2018


Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas membawahi Sekertaris dan Kelompok Jabatan Fungsional. Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terbagi menjadi empat bidang yaitu Bidang
Kesehatan Masyrakat yang terdiri dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Masyarakat, Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Seksi
Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga. Adapun di Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular teridiri dari Seksi Survailens dan
Imunisasi, Seksi Pengawasan dan Pengendalian Penyakit Menular, dan Seksi
Pengawasan dan Pengendaliaan Penyakit Tidak Menular dan kesehatan Jiwa.
Ketiga Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Seksi Pelayanan
Kesehatan Tradisional. Bidang Keempat yaitu Sumber Daya Kesehatan yang
terdiri dari Seksi Kefamarsian, Seksi Alat Kesehatan dan Seksi Sumber Daya
Manusia.

3.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Pelaksanaan ketentuan berdasarkan Peraturan gubernur Sumatera Selatan
nomor 76 tahun 2016 tentang Susunan Organisasi, Uraian Tugas Dan Fungsi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan bab II Kedudukan pasal 2 ayat 1
berbunyi Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah provinsi di bidang Kesehatan dan di bidang
pengendalian penduduk dan keluarga berencana dan ayat 2 berbunyi Dinas
Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
bertanggung jawah kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas mempunyai
fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan dibidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian,
alat kesehatan, sumber daya kesehatan serta pengendalian penduduk dan
keluarga berencana;
2. Pelaksanaan kebijakan dibidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan,
sumber daya kesehatan serta pengendalian penduduk dan keluarga
berencana;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian,
alat kesehatan, sumber daya kesehatan serta pengendalian penduduk dan
keluarga berencana;
4. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/Kota;
5. Pengkoordinasian penatausahaan, pemanfaatan dan pengamanan barang
milik negara/daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan;
6. Pembinaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
7. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya.
Dan bagian ke Dua Sekretariat pasal 6 dan pasal 7
Sekretariat mempunyai tugas merencanakan, menyusun program,
melaksanakan pembinaan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian,
perlengkapan pemeliharaan kantor dan pengelolaan keuangan
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi
yaitu :
1. Penyiapan perumusan kebijakan operasional tugas administrasi di
lingkungan Dinas Kesehatan;
2. Pelaksanaan koordinasi tugas dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan;
3. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan
serta pelaksanaan advokasi hukum;
4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi kepegawaian, keuangan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip
dan dokumentasi Dinas Kesehatan;
5. Pelaksanaan pembinaan dan penataan organisasi dan tatalaksana;
6. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas administrasi
di lingkungan Dinas Kesehatan;
7. Pelaksanaan penatausahaan, pemanfaatan dan pengarnanan barang milik
negara / daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan; dan
8. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.

3.2 Gambaran Khusus Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat
3.2.1 Struktur Organisasi Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dalam menjalankan tugas serta peran masing-masing program Seksi
Promosi Kesehatan memiliki struktur organisasi Seksi Promosi Kesehatan di
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terbagi atas 3 Seksi, yaitu Seksi
Kesehatan Keluarga dan Gizi, Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat, dan Seksi Penyehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga.
Dimana program yang dilaksanakan dalam Seksi Promosi Kesehatan terdiri dari
Pengelolaan program Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
Kesehatan, penyebarluasan informasi kesehatan, pengadministrasian program dan
perencanaan, program advokasi kesehatan, kemitraan, pengadministrasian
keuangan yang bersumber APBN/APBD, penggerakan promosi kesehatan, sarana
dan prasarana, administrasi arsip dan laporan, pengorganisasian masyarakat,
peningkatan peran serta masyarakat dan jabatan fungsional.

3.2.2 Tugas dan Fungsi Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki tugas
dan fungsi sebagaimana yang telah disusun, ditetapkan dan disepakti oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan untk itu dalam menjalankan Program yang
ada Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat harus mengacu pada
tugas dan fungsi yang telah dibuat. Adapun tugas dan fungsi Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yaitu :
1. Menyiapkan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan,
potensi sumber daya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
2. Menyusun rencana kegiatan pelayanan promosi kesehatan berdasarkan
data program dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai
pedoman kerja
3. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
4. Merencanakan, melaksanakan dan evaluasi kegiatan Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan meliputi penyuluhan
kesehatan, pembinaan PSM/UKBM, pembinaan PHBS dan fasilitator
desa siaga serta koordinasi lintas program terkait sesuai dengan
prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
6. Melaksanakan pemberdayaan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) yang meliputi Poskesdes, Posyandu, Saka Bakti Husada
( SBH), Poskestren, pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK)
7. Membuat catatan dan laporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada atasan
8. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh pimpinan.
3.2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 maupun misi WHO yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan,
baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosial. Menurut Notoatmodjo (2012) untuk mencapai visi tersebut, perlu upaya
yang harus dilakukan berupa misi promosi kesehatan secara umum yang terdiri
dari Advokasi, Kemitraan, Pemberdayaan Masyarakat, serta Komunikasi
Informasi dan Edukasi KIE.
3.2.4 Susunan Kepegawaian Seksi Peomosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari 12
pegawai. Berikut ini tabel data kepegawaian seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Tabel 3.1 Distribusi Pegawai Di Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Latar Belakang Pendidikan
No. Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah
Lk Pr
1. S.K.M 3 5 8
2. S.Sos - 1 1
3. S.E 1 - 1
4. A.Md - 2 2
Total 4 8 12
Sumber: Kepegawaian Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel 2019
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 12 pegawai, 4 laki-laki dan 8
perempuan di seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, yang
berlatar belakasng Sarjana Kesehatan Masyarakat sebanyak 8 orang, Sarjana
Sosial sebanyak 1 orang, Sarjana Ekonomi sebanyak 1 orang, dan Ahli Madya
Sebanyak 2 orang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komponen Input dari Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat melalui Program Posyandu untuk Pencegahan Stunting
4.1.1 Sumber Daya Manusia (Man)
Sumber daya Manusia atau Human Recources adalah orang yang siap,
mau dan mampu memberikan sumbangan dalam usaha pencapain tujuan
organisasional, sumber daya manusia mencangkup tiga aspek, yaitu pendidikan,
pengalaman dan pelatihan. Sumber daya manusia harus baik karena sumber daya
manusia yang baik akan menunjukkan kapasitas sumber daya yang baik juga.
Manusia bertanggung jawab untuk mengelola organisasi, oleh karena itu sumber
daya manusia merupakan elemen penting dan selalu ada dalam organisasi (Hullah
et.al 2012)
Sumber Daya Manusia yang berperan dalam program Posyandu yakni :
1. Tenaga Promosi Kesehatan
Tenaga Promosi Kesehatan memiliki peran penting dalam Posyandu.
Tenaga Promosi Kesehatan yang melaksanakan fungsi teknis di bidang
Promosi Kesehatan disebut Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan.
Tempat kedudukan Pejabat Penyuluh Kesehatan berada di pusat
Kementerian Kesehatan dan jajarannya, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, rumah sakit, puskesmas dan unit lainnya yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan oleh Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat lebih ke arah
mendorong upaya pembinaan yang dilakukan Pejabat Penyuluh Kesehatan
Masyarakat secara berjenjang sesuai dengan kewenangannya serta
pemenuhan tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas dengan perekrutan
tenaga melalui Dana Alokasi Khusus non Fisik Promosi Kesehatan.
2. Kelompok Kerja Posyandu (PokJa Posyandu)
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaran/pengelolaan
Posyandu yang berkedudukan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu
terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan
aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra
pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki
waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di
Posyandu. Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat
musyawarah pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara
lain sebagai berikut:
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat
4. Kader Posyandu
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara
sukarela. Kader merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan pelayanan
Posyandu. Upaya yang dilakukan oleh Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat terkait pengelolaan kader Posyandu adalah
melalui pendorongan upaya pembinaan UKBM oleh Pokjanal baik di
tingkat Provinsi dan Kabupaten dengan menggunakan Dana Dekonsentrasi
serta pembinaan yang dilakukan oleh Tenaga Promosi Kesehatan di
Puskesmas serta peningkatan kapasitas kader (refreshing) melalui Dana
Alokasi Khusus non Fisik Promosi Kesehatan.
4.1.2 Sumber Dana (Money)
Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui
Program Posyandu terkait pembiayaan yang dilakukan adalah dengan mendorong
pembiayaan dari berbagai sumber. Adapun sumber dana untuk Program Posyandu
pada Pencegahan Stunting adalah sebagai berikut:

1. APBN
Merupakan anggaran yang ada di Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat yang digunakan untuk pembiayaan upaya-upaya
yang dilakukan oleh Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
untuk menunjang dan mendukung program Posyandu. Dana Dekonsentrasi
Merupakan dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan Gubernur dalam
hal ini Dinas Kesehatan Provinsi untuk pelaksanaan
Dekonsentrasi/pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kementerian Kesehatan.
2. APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota
Rencana Kerja Pemerintah menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD digunakan
sebagai pedoman dalam proses penyusunan rancangan peraturan daerah
tentang APBD. Berdasarkan hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah memastikan
pembiayaan upaya pencegahan stunting melalui UKBM berbasis Posyandu
melalui APBD Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab./Kota.
Dana Alokasi Khusus Merupakan dana perimbangan dan bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. Upaya yang dilakukan oleh Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah mendorong Dinas
Kesehatan Kab./kota untuk mengalokasikan Dana Alokasi Khusus untuk
Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kab/Kota dan
Puskesmas yaitu:
a. Promkes Kit di Puskesmas sebagai sarana Penyuluhan di Puskesmas
b. UKBM Kit
c. Tenaga Promosi Kesehatan di Puskemas
d. Orientasi Kader Kesehatan; Penyuluhan kelompok, massal;
e. Advokasi kesehatan tingkat desa, kecamatan;
f. Penggerakan Keluarga/Masyarakat;
g. Pembinaan/pendampingan masyarakat, kelompok masyarakat;
h. Penggalangan dukungan masyarakat, LS, dunia usaha
3. Dana Desa
Merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk
mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Upaya yang
dilakukan oleh Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
adalah mendorong pemanfaatan dana desa untuk bidang kesehatan. Hal ini
tertuang dalam Permen DPDTT No. 22 tahun 2016 tentang Penetapan
Prioritas Dana Desa tahun 2017.
4. Sumber Daya Lain (CSR, Lintas Sektor/Lintas Program dll)
Peran aktif swasta/dunia usaha (CSR, Lintas Sektor/ Lintas Programa, dll)
juga diharapkan dapat menunjang pembiayaan Posyandu. Misalnya dengan
menjadikan Posyandu sebagai anak angkat perusahaan. Bantuan yang
diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai
sukarelawan Posyandu.
4.1.3 Material
Bahan atau material yang diperlukan dalam program Posyandu dalam
Pencegahan stunting adalah modul dan kurikulum atau buku panduan fasilitator
untuk pemberdayaan seperti Pelatihan Kader Posyandu, Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan,Panduan Posyandu

4.2 Komponen Proses dari Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat melalui Program Posyandu untuk Pencegahan Stunting
4.2.1 Perencanaan Kegiatan Program Posyandu
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat memiliki
program khusus yaitu Posyandu. Periode sasaran utama yang menjadi kegiatan di
Posyandu adalah wanita usia subur, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui,
ibu nifas, bayi, dan anak balita. Dalam hal ini pencegahan stunting bukanlah
program prioritas di promosi kesehatan, tetapi seluruh kegiatan yang ada di seksi
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat ialah mendukung program
prioritas melalui arahan Kementerian Keseahatan RI seperti yang tertuang dalam
Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2018-2021 yang berisi program
pencegahan stunting diselenggarakan untuk menyasar ke kelompok sasaran
prioritas, di lokasi prioritas, dan melalaui intervensi prioritas. Salah satu upaya
yang dilakukan oleh seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
melalui program Posyandu untuk pencegahan stunting adalah dengan revitalisasi
Posyandu. Revitalisasi Posyandu yaitu suatu upaya untuk meningkatkan fungsi
dan kinerja Posyandu. Revitalisasi Posyandu itu sendiri memiliki sasaran utama
yaitu Posyandu yang sudah tidak aktif lagi atau yang berstrata rendah. Dalam
penyusunan perencanaan dan kegiatan di Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat melalui tahapan sebagai berikut :
1. Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
RKP merupakan penjabaran tahun ketiga pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang memuat sasaran, arah kebijakan, dan
strategi pembangunan. Penyusunan RKP merupakan upaya dalam menjaga
kesinambungan pembangunan terencana dan sistematis yang dilaksanakan
oleh masing-masing maupun seluruh komponen bangsa dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien,
efektif dan akuntabel dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup
manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.
2. Renja SKPD
Setelah RKP ditetapkan oleh pemerintah, Dinas Kesehatan Provinsi
membuat Renja SKPD yaitu rencana tahunan yang memuat rancangan
usulan program pembangunan kesehatan di Provinsi tahun yang akan
datang diharapkan dapat memberikan gambaran singkat dari program dan
kegiatan yang diprioritaskan. Renj SKPD tentunya mengacu pada Renja
K/L.
3. Usulan Kegiatan Prioritas
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat membuat usulan
program kegiatan mengenai Posyandu. Tetapi dalam prosesnya dalam
menentukan pagu anggaran dari tiap seksi telah ditentukan oleh Kepala
Dinas Kesehatan. Setelah itu tiap seksi/bidang tinggal menyesuaikan
kegiatan yang berhubungan dengan program prioritas seperti Posyandu.
4. Program disesuaikan dengan program prioritas Gubernur Sumatera Selatan
Setelah menentukan usulan program dari masing-masing seksi/bidang
program tersebut tentunya harus sejalan dan mendukung program prioritas
pembangunan dari Gubernur Sumatera Selatan. Karena Posyandu
merupakan salah satu program prioritas Gubernur Sumatera Selatan jadi
sebagian besar dana APBD dimanfaatkan untuk Posyandu. Untuk APBN
sendiri Pagu Definitif K/L dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Surat
Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Definitif Kementerian
Negara/Lembaga yang dalam pendanaan terkait Posyandu dalam hal ini
penentuan kegiatan telah di selaraskan oleh Kementerian/Pusat dan daerah
hanya, menyesuaikan dengan pagu anggaran yang telah ditentukan di tiap
provinsi.
4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan
Dalam menurunkan angka stunting sektor kesehatan tentunya tidak dapat
bekerja sendiri karena sehat tanggung jawab bersama. Untuk itu pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat melalui program Posyandu untuk pencegahan Stunting melalui
beberapa cara yaitu:
1. Melakukan Koordinasi dengan Lintas Sektor
Koordinasi yang dilakukan untuk mendukung penguatan UKBM melalui
program posyandu di Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat bekerja sama dengan lintas sektor seperti mengundang Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN, Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (PMD), Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) untuk mengayomi masyarakat agar terciptanya koordinasi
yang bisa menunjang UKBM tentunya baik dari segi pemanfaatan dana
desa yang tidak hanya berorientasi pada pembangunan tetapi juga
kemajuan di sektor kesehatan. Karena Posyandu itu sendiri dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan secara teknis dibina oleh
Puskesmas.
2. Melakukan Koordinasi serta Pengutan Pokjanal tingkat Provinsi
Pokjanal tingkat Provinsi berperan dalam membantu pemenuhan
pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan,
distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan
bimbingan tenaga teknis kesehatan. Menyampaikan berbagai data,
informasi terkait Posyandu, serta berperan dalam penyuluhan,
penggerakan peran serta masyarakat melalui Bina Keluarga Balita (BKB)
dibawah wewenang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. Pokjanal tingkat Provinsi bertanggung jawab langsung
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur dan Ketua
Pokjanal Posyandu Pusat..
3. Melakukan Koordinasi serta Pengutan Pokjanal tingkat Kabupaten/Kota.
Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan.
4. Pembinaan Pokjanal tingkat Provinsi dan tingkat Kab./Kota ke Desa dan
UKBM dilakukan bimbingan dan pembinaan, fasilitasi pamantauan dan
evaluasi terhadap pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara
berkesinambungan.
5. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kab/kota untuk memastikan Kegiatan
Promosi Kesehatan dianggarkan melalui DAK.
6. Melakukan pencatatan, penilaian strata Posyandu di Sumatera Selatan
dengan melakukan kerjasama dengan Pokjanal.
7. Pembinaan Teknis petugas promosi kesehatan di Puskesmas terkait
Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan serta peran aktif Petugas
Promosi Kesehatan di Puskesmas dalam proses perencanaan di desa untuk
mendorong pembiayaan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
melalui Dana Desa.
8. Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusat terkait Posyandu
maupun peranan Posyandu dalam pencegahan Stunting.
9. Mengikuti lokakarya yang diselenggarakan oleh Pusat.
10. Serta melakukan orientasi kader Posyandu dan orientasi kader UKBM, dan
lomba posyandu berprestasi

4.3 Komponen Output dari Upaya Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Posyandu untuk
Pencegahan Stunting
Output yang dihasilkan dari Input dan Proses dalam program Posyandu
berupa peningkatan Strata Posyandu di Sumatera Selatan
Tabel 4.1 Presentase Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan Dan Puskesmas
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Sumber : Seksi Promkes Dinkes Kab/Kota Se-Sumatera Selatan
Berdasarkan gambar diatas jumlah Posyandu aktif di Sumatera Selatan
melebihi target capain yaitu 61.01 % walaupu ada beberapa Kabupaten/Kota yang
belum memenuhi target capain karena cakupan Posyandunya masih kurang dari
50% Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan terus berupaya dalam
meningkatkan Hal ini membuktikan bahwa upaya semua pihak lintas sektor
maupun lintas program sudah baik dilihat dari targer Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahun 2017 yaitu 50 %.

4.4 Identifikasi Masalah


Secara keseluruhan terdapat tiga masalah yang ada di Seksi Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam pencapain Program Posyandu
berikut ketiga masalalah tersebut :
1. Koordinasi Lintas Sektor Masih Terbatas Masih Mengandalkan Sektor
Kesehatan.
Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, kesehatan bukan hanya
tanggung jawab Sektor Kesehatan saja tetapi tanggung jawab semua Lintas
Sektor. Sementara itu peran koordinasi merupakan salah satu peran penting
yang semestinya dijalankan oleh pemda (Dinas Kesehatan sebagai leading
sektor kesehatan) disamping peran perencanaan, pelaksana dan monitoring
evaluasi. Dinas Kesehatan terutama Seksi Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat dalam memenuhi pencapaian program Posyandu
masih memiliki keterbatasan untuk melakukan koordinasi dengan pihak
Lintas Sektoral. Karena Lintas Sektoral masih beranggapan tanggung jawab
kesehatan dan kesejahteraan bangsa khususnya kesehatan masyarakat
Indonesia hanya bergantung pada Sektor Kesehatan dalam menjalankan
semua tanggung jawab.
Dalam kenyataannya dilapangan ternyata koordinasi dan komunikasi masih
sangat terbatas, seperti koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Dan Desa (PMD), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, disingkat BAPPEDA. Lintas Sektor tersebut
merupakan akses bagi Dinas Kesehatan untuk menjangkau masyarakat serta
menunjang dalam menjalankan program Posyandu yang ada. Melalui sumber
infroman yang telah saya wawancarai, dalam pengutan koordinasi Lintas
Sektoral yang diundang dalam melakukan koordinasi sering sekali tidak
memenuhi undangan. Maka dari itu perlu adanya koordinasi yang kuat bagi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dapat menjangkau masyarakat
dengan mudah karena adanya koordinasi dengan Lintas Sektoral. Diharapkan
dengan melakukan koordinasi dengan Lintas Sektoral dapat membantu dalam
penurunan angka kesakitan dan meningkatkan angka kesehatan terutama
dalam kemajuan program Posyandu terutama dalam pencegahan stunting .
2. Sistem Informasi Posyandu
Sistem Informasi Posyandu yang lebih dikenal dengan SIP adalah tatanan
dari berbagai komponen kegiatan Posyandu yang menghasilkan data dan
informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh kembang anak dan
pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan program,
pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan
partisipasi masyarakat. (Kementerian Kesehatan RI. 2013)
SIP yang berjalan tidak efektif di lapangan menghambat dalam sinkronisasi
laporan sehingga menghasilkan laporan yang tidak valid dan kurang
menggambarkan kejadian yang sebenarnya di masyarakat. Pengolahan data
Posyandu secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima,
karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Begitu juga dengan kegiatan
Posyandu, ketersediaan data dan informasi yang akurat diperlukan sebagai
dasar untuk menyusun perencanaan dalam upaya pengembangan Posyandu.
Pengisian SIP seperti administrasi pencatatan, penghitungan, dan pelaporan,
selain banyaknya jenis data, juga beberapa buku laporan dianggapa terlalu
rumit bagi kader Posyandu. Maka dari itu sering terlambatnya pelaporan ke
kelurahan karena proses pendataan serta pelaporan yang kompleks dan rumit
akan mempengaruhi pelaporan dari Kabupaten/Kota dan Provinsi bahkan ke
Pusat. Semakin berkembangnya zaman semakin berkembang pula teknologi,
diharapkan akan berdampak positif pada Posyandu dalam pencatatan dan
pelaporan sehingga data yang dihasilkan lebih akurat serta menggambarkan
keadaan yang sebenarnya walaupun kendati demikian untuk mencapai sistem
informasi Posyandu berbasis Komputer memerlukan waktu yang cukup lama.
Untuk pencacatan yang masih manual diperlukan kader yang berkompeten,
memiliki pengetahuan yang cukup sangat berpengaruh pada SIP, maka dari
itu diperlukannya pelatihan kader dan tenaga Kesehatan baik yang diadakan
ditingkat Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan Pusat. Refreshing kader pun akan
sangat menunjang kinerja kader Posyandu sehingga ada peningkatan dan
pengoptimalisasian dalam pencacatan. Adapun Macam-macam format
Sistem Informasi Posyandu :
a. Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil,
Pencatatan dan Pelaporan Posyandu Pencatatan dan Pelaporan
Posyandu
b. Register bayi dan balita di wilayah kerja Posyandu. Berisi catatan
pemberian tablet besi, vitamin A, pemberian oralit, tanggal imunisasi,
dan tanggal bayi meninggal di wilayah kerja Posyandu tersebut.
c. Register ibu hamil dan nifas di wilayah kerja Posyandu. Berisi daftar
ibu hamil dan ibu nifas, catatan umur kehamilan, pemberian tablet
tambah darah, imunisasi, pemberian kapsul yodium, pemeriksaan
kehamilan, risiko kehamilan, tanggal dan penolong kelahiran, data bayi
yang hidup dan meninggal, serta data ibu meninggal di wilayah kerja
Posyandu.
d. Register WUS dan PUS di wilayah kerja Posyandu. Berisi daftar wanita
dan suami-istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai
anak (hamil).
e. Data Posyandu. Berisi catatan jumlah pengunjung (bayi, balita WUS,
PUS, ibu hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas
yang hadir (kader Posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedis dan
sebagainya).
f. Data hasil kegiatan Posyandu. Berisi catatan jumlah ibu hamil yang
diperiksa dan mendapat tablet tambah darah, jumlah ibu menyusui,
peserta KB ulang yang dilayani, panimbangan balita, semua balita yang
punya KMS (K), balita yang timbangannya naik dan yang di Bawah
Garis Merah (BGM), balita yang mendapat vitamin A, KMS yang
dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi, dan imunisasi
(DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) serta balita yang menderita diare.

3. Pokjanal Posyandu belum berjalan baik


Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai
keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaraan Posyandu yang berkedudukan
di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai
satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administrative, keuangan, dan
program dari Pokja. Pokja Posyandu memiliki tugas yang implementatif,
yaitu untuk mendongkrak skor indikator penilaian strata Posyandu, mulai dari
pembinaan kader, keterpaduan layanan, infrastruktur penunjang dan
sebagainya. Sehingga setiap tahunnya ada pertambahan posyandu yang naik
strata khususnya strata Purnama.
Dari data yang di tunjukkan pada gambar 1 diatas terlihat 53,56 % cakupan
Posyandu untuk Strata Purnama, hal ini perlu ditinggkatkan untuk mencapai
cakupan strata Posyandu Mandiri. Karena masyarakat harus mandiri dalam
memelihara Kesehatannya khusunya dalam peningkatan pelayanan dasar
kesehatan. Sejauh ini masih banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh
Posyandu. Mulai dari belum adanya SK Posyandu di beberapa desa, masih
ada posyandu yang belum memiliki bangunan sendiri, para kader Posyandu
yang belum mengantongi sertifikat. Selain itu juga Posyandu belum ada akses
pendanaan dari desa untuk operasional.
4.5 Prioritas Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah, maka dapat dilanjutkan dengan
menentukan Prioritas Masalah, menentukan Identifikasi Masalah dengan
menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) terkait Upaya
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Posyandu
untuk Pencegahan Stunting di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Tabel 4.2 Matriks Pemecahan Masalah Dengan Metode USG
No. Isu/Masalah Urgency Seriousness Growth Total
(U) (S) (G)
1. Koordinasi Lintas Sektor 3 3 3 9
Masih Terbatas Masih
Mengandalkan Sektor
Kesehatan.
2. Sistem Informasi Posyandu 4 4 5 13
yang tidak berjalan
3. Pokjanal Posyandu yang 4 4 3 11
belum berjalan baik
Keterangan:
1 = Rendah
2 = Cukup Rendah
3 = Sedang
4 = Cukup Tinggi
5 = Tinggi

4.6 Pembahasan dan Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk mengetahui penyebab Pokjanal Posyandu yang kurang berjalan baik
maka digunakan analisis fishbone dengan diagram tulang ikan (Ishikawa).
Gambar 4.1 Analisis Fishbone
Caused Effect
Man
Man Money
Money

Dana desa yang


Keterbatasan belum optimal
SDM
Sistem
Sistem
Informasi
Informasi
Posyandu
Posyandu yang
yang
tidak
tidak berjalan
berjalan
baik
baik

Pencatatan dan
pelaporan yang
masih manual.
Methode
Methode

/
1. Man
Jumlah sumberdaya manusia yang tersedia di Seksi Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat untuk program Posyandu yaitu
penanggung jawab sekaligus pemegang program hanya satu orang pada
seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat tentunya
memiliki sarjana yang telah berstrata S2 sebanyak dua orang dan satu
orang yang sedang melanjutkan studi S2 nya dari keseleruhan jumlah
pegawai 15 orang. Secara kualitas tentu sudah baik tetapi dari segi
kuantitas perlu adanya penambahan. Sehingga dengan adanya bantuan
SDM dalam memegang Program Posyandu tentunya akan mempermudah
pekerjaan.
Keterbatasan SDM juga dialami pada saat pelaksaanaan Posyandu seperti
yang kita ketahui saat ini banyak sekali kader-kader Posyandu yang
kurang berkompeten dan tingkat pengetahuan kader juga masih minim.
Serta dalam pengisian buku KIA banyak terdapat table dan grafik hal ini
mempersulit dalam pencatatan dan pelaporan dalam pengisian KIA. Kader
seharusnya memiliki kapasitas dalam melayani dengan baik, kader
posyandu merupakan pilar utama penggerak pembangunan khususnya di
bidang kesehatan. Sayangnya sampai saat ini pemerintah belum serius
meningkatkan kapasitas kader posyandu. Kegiatan di Posyandu
merupakan kegiatan promotif dan preventif dala kegiatan Posyandu kader
Posyandu dapat memeberikan penyuluhan minimal penyuluhan tentang
kesehatan ibu dan anak tetapi faktanya banyak kader-kader terutama di
desa tidak dapat memberikan penyuluhan yang maksimal lebih banyak
mengandalkan petugas kesehatan seperti bidan. Seharusnya pemerintah
khususnya Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan dapat bekerjasama
dengan Pokjanal Posyandu untuk menyelenggarakan kegiatan memberikan
bekal kepada para kader Posyandu agar menjadi kader yang berkualitas
dan dapat menjadi ujung tombak dalam pelayanan dasar kesehatan di
masyarakat dan dibarengi dengan kemauan dari kader untuk belajar.
Melalui koordinasi dengan Pokjanal Posyandu dengan mengajak tenaga
kesehatan di Puskesmas untuk melakukan pengkaderan Posyandu yang
memiliki kemampuan yang berkompeten dan tidak luput pula untuk
melakukan pembinaan terhadap para kader dan mendorong kader untuk
dapat berinovasi. Perlahan tapi pasti demi mewujudkan strata Posyandu
Purnama menjadi Strata Posyandu Mandiri.
2. Money
Posyandu merupakan program unggulan Gubernur Sumatera Selatan H.
Herman Deru. Posyandu menjadi perhatian Gubernur Sumatera Selatan
dana yang dikeluarkan untuk program Posyandu melalui alokasi dana
APBD terbilang cukup besar pada tahun 2019 ini tercatat sekitar kurang
lebih 3 miliar dana yang dialokasikan untuk program Posyandu Dalam
penganggaran dana dari APBN yang dialokasikan untuk pemberdayaan
masyarakat sebesar Rp.486.945.000 dari jumlah tersebut yang
dilakosasikan untuk program Posyandu kurang lebih sebesar 50% pada
tahun 2019. Tetapi walaupun kendati demikian dana yang dikeluarkan
melalui APBN maupun APBD terbilang cukup besar, tetapi dana desa
dalam pemanfaatannya tidak berjalan efektif, disebagaian wilayah bahkan
tidak ada dana desa sama sekali. Permasalahan kesehatan di masyarakat
juga menjadi tanggung jawab pemerintah desa. Pemerintah Desa melalui
Pokjanal Posyandu seharusnya dapat mengatasi masalah Dana Desa
maksimal 10% untuk alokasi dibidang kesehatan khususnya Posyandu.
Melalui Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD). SMD dan MMD sendiri merupakan suatu upaya bersama yang
dilakukan oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat
untuk bersama-sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di
masyarakat, dan menggali potensi-potensi yang dimiliki untuk
memecahkan permasalahan tersebut. Untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan bersama Dinas PMD melalui Pokjanal Posyandu
bekerjasama, berkoordinasi serta memperhatikan tanggung jawab
Posyandu sendiri merupakam tanggung jawab bersama dan tidak lepas dari
tanggung jawab lintas sektoral juga. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan dapat melakukan regulai melalui stakeholder seperti Gubernur
untuk membuat peraturan terkait penggunaan dana desa untuk bidang
kesehatan sebanyak 10%.
Hal ini dilakukan agar kedepannya diharapkan dengan adanya kordinasi
ini lebih memudahkan Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupatrn/Kota serta
Puskesmas untuk bersama-sama menjangkau masyarakat melalui
koordinasi tentunya agar kedepannya diharapkan masyarakat dapat
mandiri dan penuruan AKI, AKB serta pencegahan stunting pun dapat
membuahkan hasil yang bagus.
3. Methode
Dalam sistem informasi posyandu pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan masih manual. Hal ini menjadi hambatan dalam sistem
informasi posyandu pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara
manual tentu akan banyak mengalami banyak masalah terutama data
posyandu yang tidak valid atau data yang dihasilkan tidak akurat tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Data yang dihasilkan tidak
akurat ini akan menghasilkan jenis kegiatan yang tidak tepat dan tidak
sesuai dengan kebutuhan sasaran. Pencatatan dan pelaporan yang terbilang
dalam jumlah banyak, seperti analisa berat badan dan umur yang
tergambar dalam grafik KIA dan pelaporan ke puskesmas. Kader harus
mengisi data berupa table dan grafik terutama laporan yang berupa
perhitungan persentase secara akurat dimana hal ini terbilang masih sulit
bagi sebagian kader yang latar belakang pendidikannya tidak mempuni
serta kebanyakan usia kader yang terbilang tidak muda walaupun usia
bukan suatu penghalang bagi seseorang yang ingin menjadi kader
Posyandu. Belum lagi jika pencatatan manual ini hilang atau rusak maka
akan sangat mempengruhi data yang ada di posyandu. Karena dengan
adanya pencatatan dan pelaporan yang baik maka hasilnya dapat terlihat.
Maka dari itu perlu ditingkatkannya pencatatan dan pelaporan yang baik
sebagaimana dengan menggunakan metode yang tepat dan benar agar
mengurangi ketidak validan data di Posyandu. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data
dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut. Dalam pengertian tersebut dapat didimpulkan bahwa
Sitem Pencatatan dan Pelaporan data suatu Program sangat berpengaruh
terhadap tercapai atau tidaknya tujuan suatu program yang telah dibuat.
Tabel 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan
Masalah
Keterbatasan Sumber Dinas Kesehatan Provinsi
Daya Mausia (SDM) baik Sumatera Selaatan
dari tenaga kesehatan hendaknya menambah
maupun kader Posyandu tenaga kesehatan agar
membantu pengelola
program Posyandu. Dinas
Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan dapat
bekerjasama dengan
Pokjanal Posyandu
menyelenggarakan
kegiatan untuk
melakukan pelatihan
kader. Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera
Selatan Melakukan
koordinasi dengan
Puskesmas terkait agar
melakukan pengkaderan
Sistem Informasi Posyandu yang memiliki
Posyandu yang tidak kemampuan yang
berjalan baik berkompeten dan tidak
luput pula untuk
melakukan pembinaan
terhadap para kader agar
mendorong kader untuk
dapat berinovasi.
Keterbatasan Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi
Dana Sumatera Selatan
melakukan kerjasama
antar Lintas sektoral
seperti Dinas PMD
melalui Pokjanal
Posyandu dan stakeholder
terkait penggunaan dana
desa untuk
mengalokasikan dana
desa sebesar 10% melalui
peraturan Gubernur.
Sistem pencatatan dan Perlu ditingkatkannya
pelaporan yang masih pencatatan dan pelaporan
manual yang baik sebagaimana
dengan menggunakan
metode yang tepat dan
benar agar mengurangi
ketidak validan data di
Posyandu melalui
pelatihan dan dapat
mengarahkan sistem
pencatatan dan pelaporan
melalui sistem yang lebih
mutakhir dan mudah di
akses.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat di Seksi
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan selama kurang lebih satu bulan maka didapatkan kesimpulan
dari hasil kegiatan Praktikum sebagai berikut ;

Semua hal yang perlukan dalam pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan


Masyarakat dalam Program Posyandu untuk pencegahan stunting mulai dari
sumber daya manusia, anggaran dana dan proses telah tersedia dengan baik, hanya
saja masih terkendala pada masalah-masalah seperti sistem pencatatan dan
pelaporan yang masih manual, dana desa yang belum berjalan, serta SDM yang
kurang memadai. Ditambah dengan kurangnya kesadaran Lintas Sektoral dan
masyarakat bahwa kesehatan itu tidak hanya tanggung jawab Tenaga Kesehatan
tetapi juga tanggung jawab bersama, terutama dalam pencapain Program
Posyandu dalam hal ini Posyandu merupakan tanggung jawab Sektor Kesehatan
saja tentu yang kita ketahui Posyandu adalah milik masyarakat . Maka dari itu
perlu ditumbuhkannya kesadaran dan tanggung jawab bersama dalam pencapaian
Program Posyandu tetapi Program Kesehatan lainnya agar masyarakat lebih sadar.

5.2 Saran
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam meningkatkan serta
mengoptimalkan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Posyandu
di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan yaitu :

1. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan melakukan koordinasi melalui


wadah Pokjanal Posyandu diharapkan mampu mengembangkan layanan
sosial dasar lainnya di Posyandu sebagai wadah pelayanan dari-oleh,untuk
masyarakat, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat,
yang harus mendapat dukungan dari Pemerintah,
2. Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Sealatan
melalui Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat perlu
meningkatkan upayanya terkait promosi kesehatan dalam proses
perkembangan UKBM Posyandu sehingga capain dari tahun sekarang
hingga tahun mendatang tidak terjadi penurunan persentase melainkan
terus meningkat, seperti peningkatkan dalam Strata Posyandu.
3. Tingkatkan dukungan dari semua sektor baik itu dari lintas sektor maupun
lintas program
4. Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi lebih untuk menunjang kinerja
dari Sumber Daya Manusia
5. Perlu adanya Peningkatan Sistem Pencatatan dan Pelaporan data Posyandu
dari Daerah Ke Pusat

Anda mungkin juga menyukai