Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu lingkungan pertanian yang menjadi masalah dunia pada saat ini adalah

emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

Isu lingkungan yang lain adalah pencemaran penggunaan pupuk anorganik dan

pestisida secara berlebih yang menghasilkan residu di dalam tanah dan perairan

akibat pengelolaan lahan intensif dalam pertanian saat ini. Selain itu pencemaran

limbah industri dan limbah bahan berbahaya beracun (B3) dari kegiatan industri

penambangan menambah tingginya pencemaran lingkungan pertanian. Perubahan

lingkungan ini perlu diantisipasi dengan melakukan penelitian baik di laboratorium,

plot, hingga hamparan dan hasil dokumen ilmiah ini kemudian disosialisasikan di

tingkat kebijakan untuk selanjutnya diimplementasikan pada masyarakat umum dan

petani.

Perubahan iklim (climate change) menimbulkan perubahan siklus air di

muka bumi termasuk Indonesia. Perubahan iklim ini menyebabkan terjadinya

pergeseran lama waktu musim hujan menjadi lebih pendek dan sebaliknya lama

waktu musim kemarau menjadi lebih panjang. Hasil pemantauan data hidrologi

menunjukkan bahwa jumlah curah hujan yang jatuh di suatu wilayah selama hampir

20 - 25 tahun variasinya tidak besar. Kondisi ini menyebabkan pada musim

kemarau terjadi ekstrim kering, ketersediaan air berkurang sehingga menimbulkan

kekeringan. Pada musim hujan terjadi ekstrim basah, air hujan melimpah sehingga

menimbulkan banjir, longsor, dan erosi. Kedua fenomena ini akan berdampak pada

1
2

ketersediaan air di muka bumi secara kuantitas maupun kualitas. Dalam bidang

pertanian ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap air irigasi.

Usaha – usaha irigasi meliputi penyediaan sarana dan prasarana untuk

membagikan air berupa saluran pemberi dan untuk membuang air kelebihan berupa

saluran drainase. Dalam pembuatan saluran pemberi harus didasarkan pada

kebutuhan air maksimum untuk menghindari kekurangan air pada areal irigasi.

Sedangkan pembuatan untuk saluran drainase didasarkan pada jumlah air yang

harus dibuang dalam jangka waktu tertentu untuk menghindari kelebihan air pada

areal irigasi.

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui suatu kualitas air irigasi

dan dapat menghitung kualitas air irigasi melalui electrical conductivity pada air

yang di uji.

2
3

TINJAUAN PUSTAKA

Irigasi

Irigasi adalah kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi

kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan dan

air tanah (Kartasapoetra dan Sutedjo 1994). Sumber irigasi dapat berupa air

permukaan dan air tanah. Sumber irigasi permukaan meliputi sungai, waduk, dan

danau. Air irigasi yang digunakan untuk pertanian sebaiknya memenuhi baku mutu

air irigasi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 termasuk dalam kelas

IV sehingga kualitas air irigasi layak dijadikan pengairan untuk tanaman.

Kualitas Air

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain di dalam air (Sahabuddin dkk., 2014). Kualitas air secara umum

ditunjukkan oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau

keperluan tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan

ke kegiatan lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan

kualitas air untuk keperluan air minum.

Menurut Sitti (2011), kualitas air yang meliputi karakteristik fisik air

diantaranya :

- Kekeruhan: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan

anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan

yang dihasilkan oleh buangan industri.

- Temperatur: Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar

oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan

3
4

menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang

mungkin saja terjadi.

- Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-

bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa

organik serta tumbuh-tumbuhan.

- Solid (Zat padat): Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat

meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi

penetrasi sinar matahari kedalam air

- Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam

air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam

kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu

Suatu tanaman akan selalu membutuhkan air pada kapasitas lapang dan

utuk memenuhinya dapat melalui irigasi. Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi

oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga air mempunnyai peranan

penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan mengganggu

aktifitas fisiologis maupun marfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya

pertumbuhan tanaman. Defisiensi yang terus-menerus akan dapat menyebabkan

perubahan pada tanaman yang jika dibiarkan akan menyebabkan kematian pada

tanaman (Linsley 1991).

Menurut Jumin (2002) fungsi air pada tanaman adalah sebagai berikut:

- Bagian dari protoplasma, biasanya air memetik 85% sampai 90% dari berat

keseluruhan bagian hijau tanaman terutama pada jarigan yang sedang

tumbuh.

4
5

- Reagen yang penting dalam proses fotosintesis dan dalam proses hidrolitik

seperti perubahan pati menjadi gula.

- Pelarut garam, gas dan berbagai material yang bergerak kedalam tanaman,

melalui dinding sel dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya.

Dalam pemanfaatan air tanah, perlu dipelajari potensi air tanah yaitu dari

imbuhan air tanah alamiah, kondisi hidrogeologi dan karakteristik hidraulik akuifer.

Jumlah imbuhan air tanah tahunan merupakan hasil perkalian dari curah hujan rata-

rata tahunan dengan koefisien imbuhan. Kondisi hidrogeologi yang dimaksud

adalah lapisan pengandung air (akuifer). Terdapat macam-macam akuifer yang

dijumpai di lapangan yaitu akuifer terkekang, akuifer semi terkekang dan akuifer

bebas. Karakteristik hidraulik yang dimaksud adalah transmisivitas, kelulusan

hidraulik, dan koefisien kandungan atau simpanan pada akuifer terkekang atau

lepasan jenis (specific yield) pada akuifer bebas. Penggunaan air tanah untuk

keperluan irigasi haruslah memenuhi kriteria beberapa parameter seperti Sodium

Absorption Ratio (SAR), daya hantar listrik (DHL), total padatan terlarut (TDS),

kadar Sodium dan Chlorida (Encona 1988).

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan

parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor : 115 Tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter

kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis.

Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat

diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah

kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya.

5
6

Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti

kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral

atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter

mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri,

virus, dan mikroba pathogen lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian,

air sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam

menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001

(Kementrian Lingkungan Hidup 2002).

Suhu dan Kelembaban Lingkungan

Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini

dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman akan optimal apabila suhu dan kelembaban

sesuai dengan kebutuhan tanaman. Setiap tanaman memiliki kemampuan adaptasi

yang berbeda-beda terhadap suhu dan kelembaban. Namun secara umum dapat

dibedakan sesuai dengan asal tumbuhnya.

Suhu dan kelembaban dipengaruhi oleh lama penyinaran dan radiasi

matahari. Radiasi matahari juga berpengaruh terhadap perkembangan morfologi

tanaman, dimana semakin banyak energi matahari yang diserap akan berpengaruh

terhadap perkembangan akar tanaman. Daun pada tanaman yang tumbuh di daerah

penuh cahaya akan lebih tebal dan sempit dibandingkan tanaman yang tumbuh di

tempat naungan (Mastalerz 1977 dalam Satria 2017).

Electrical Conductivity (EC)

Electrical Conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap

konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum

6
7

kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan

hara. Pengukuran electrical conductivity dapat digunakan untuk mempertahankan

target konsentrasi hara di zona perakaran yang merupakan alat untuk menentukan

pemberian larutan hara kepada tanaman. Satuan pengukuran Electrical

Conductivity adalah millimhos per centimeter (mmhos/cm), millisiemens per

centimeter (mS/cm) atau micro-siemens per centimeter (Mahjoor dkk., 2016)

Nilai EC (electrical conductivity) meter atau pengukur daya hantar listrik dapat

menunjukan kandungan garam yang terlarut dalam air. Kadar garam terlarut yang

terlalu tinggi dapat mengganggu tanaman. Cekaman yang terjadi direspon berbeda

oleh tanaman yang berbeda (Sipayung, 2003). Oleh sebab itu, penting untuk

mengetahui kadar garam terlarut dalam air irigasi. Selain itu pH sebagai salah satu

indikator kualitas air juga penting diketahui karena tingkat pH mempengaruhi unsur

hara yang tersedia bagi tanaman.

Dalam menentukan kualitas air dikenal tiga parameter utama, yaitu oksigen

terlarut, kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimia. Oksigen (O2)

merupakan parameter penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air

membutuhkan O2 untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman air maupun

hewan yang hidup di air bergantung pada oksigen terlarut. Keseimbangan oksigen

terlarut dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan

(Isidoro dan Ramon, 2007).

Prinsip kerja EC meter adalah mengukur penghantaran listrik antara katoda dan

anoda. Nilai EC yang dijadikan standar untuk tanaman daun berada pada angka

1600 – 2400 µS/cm (Morgan 2000). Namun untuk masa pertumbuhan awal, nilai

7
8

EC yang digunakan adalah 1000 – 1200 µS/cm atau setengah dari kebutuhan sesuai

ketentuan di tempat pengujian.

Potensial Hidrogen (pH)

Potensial Hidrogen (pH) didefinisikan sebagai negatif logaritma dari aktifitas

ion-ion hidrogen. PH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan

yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. PH memiliki skala nilai dari 0

sampai 14, dengan nilai pH normal adalah 7. Nilai pH yang umum digunakan untuk

pertumbuhan tanaman memerlukan larutan yang sedikit asam dengan pH antara 5.5

sampai 6.5. Namun tanaman dapat tumbuh dan bertahan pada pH 5 – 7.5

(Morgan 2000). Penurunan dan peningkatan pH larutan nutrisi dapat dilakukan

dengan menambahkan larutan asam (HNO3) atau penambahan basa (KOH).

8
9

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Oktober 2019 pada

pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Teknik Biosistem

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air yang diambil

dari Kamar Mandi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sebagai sampel

air yang akan diuji dan aquades digunakan untuk menetralkan alat pH meter dan

alat EC (electrical conductivity).

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol aqua bekas

sebagai wadah untuk menampung air, alat ukur conductivity meter untuk mengukur

nilai EC, alat ukur pH meter untuk mengukur nilai pH pada air, pulpen dan kertas

untuk menulis data yang telah didapat.

Prosedur Praktikum

- Menyiapkan alat dan bahan

- Menetralkan alat dengan merendam sensor pengukuran ke dalam aquades

- Mengukur pH air dengan pH meter, diulang sebanyak 3 kali

- Mengukur Ec dengan Conductivity meter, diulang sebanyak 3 kali

9
10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sumber air : Kamar Mandi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

pH1 : 7,475 Suhu (T1) : 29ºC

pH2 : 7,254 Suhu (T2) : 29ºC

pH3 : 7,573 Suhu (T3) : 29ºC

Ec1 : 265 µS/cm

Ec2 : 266 µS/cm

Ec3 : 267 µS/cm

Tabel 1. Hasil Praktikum


Percobaan pH Suhu (ºC) Ec (µS/cm)
I 7,475 29 265
II 7,254 29 266
II 7,573 29 267
Rata - rata 266

10
11

Pembahasan

Pada praktikum yang dilaksanakan, dihasilkan percobaan I pH pada air

Kamar Mandi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 7,475 dengan suhu

29ºC dan memiliki nilai Ec sebesar 265 µS/cm. Percobaan II dengan pH pada air

7,254 dengan suhu 29ºC dan memiliki nilai Ec sebesar 266 µS/cm. Percobaan III

pH 7,573 dengan suhu 29ºC dan memiliki nilai Ec sebesar 267 µS/cm. Dari hasil

praktikum yang dilakukan, di dapat nilai rata-rata Ec pada air kamar mandi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara lebih kecil dari satandar mutu air untuk

tanaman 1600 – 2400 µS/cm. Hal ini sesuai dengan literatur Morgan (2000) yang

menyatakan bahwa nilai EC yang dijadikan standar untuk tanaman daun berada

pada angka 1600 – 2400 µS/cm (Morgan 2000). Namun untuk masa pertumbuhan

awal, nilai EC yang digunakan adalah 1000 – 1200 µS/cm atau setengah dari

kebutuhan sesuai ketentuan di tempat pengujian.

Irigasi adalah kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi

kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan dan

air tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Kartasapoetra dan Sutedjo (1994) yang

menyatakan bahwa Irigasi adalah kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk

memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari

permukaan dan air tanah. Sumber irigasi dapat berupa air permukaan dan air tanah.

Sumber irigasi permukaan meliputi sungai, waduk, dan danau. Air irigasi yang

digunakan untuk pertanian sebaiknya memenuhi baku mutu air irigasi sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 termasuk dalam kelas IV sehingga

kualitas air irigasi layak dijadikan pengairan untuk tanaman

11
12

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain di dalam air. Hal ini sesuai dengan literatur Sahabuddin dkk., (2014)

yang menyatakan bahwa kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup,

zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air secara umum ditunjukkan

oleh mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

tertentu. Dengan demikian kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan

lain, sebagai contoh kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air

untuk keperluan air minum.

Karakteristik fisik air yang mempengaruhi kualitas air adalah kekeruhan,

temperatur, warna, solid, bau dan rasa. Hal ini sesuai dengan literatur Sitti (2011)

yang menyatakan bahwa kualitas air yang meliputi karakteristik fisik air

diantaranya :

- Kekeruhan: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan

anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan

yang dihasilkan oleh buangan industri.

- Temperatur: Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar

oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan

menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag

mungkin saja terjadi.

- Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-

bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa

organik serta tumbuh-tumbuhan.

12
13

- Solid (Zat padat): Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat

meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi

penetrasi sinar matahari kedalam air

- Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam

air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam

kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun marfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan

literatur Linsley (1991) yang menyatakan bahwa suatu tanaman akan selalu

membutuhkan air pada kapasitas lapang dan utuk memenuhinya dapat melalui

irigasi. Pertumuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam

tanah, sehingga air mempunnyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun marfologis, sehingga

mengakibatkan terhentinya pertumbuhan tanaman. Defisiensi yang terus-menerus

akan dapat menyebabkan perubahan pada tanaman yang jika dibiarkan akan

menyebabkan kematian pada tanaman

Air memiliki beberapa fungsi yang baik untuk tanaman. Menurut Jumin (2002)

fungsi air pada tanaman adalah sebagai berikut:

- Bagian dari protoplasma, biasanya air memetuk 85% sampai 90% dari berat

keseluruhan bagian hijau tanaman terutama pada jarigan yang sedang

tumbuh.

- Reagen yang penting dalam proses fotosintesis dan dalam proses hidrolitik

seperti perubahan pati menjadi gula.

13
14

- Pelarut garam, gas dan berbagai material yang bergerak kedalam tanaman,

melalui dinding sel dan jaringan xylem serta menjamin kesinambungannya.

Penggunaan air tanah untuk keperluan irigasi haruslah memenuhi kriteria

beberapa parameter seperti Sodium Absorption Ratio (SAR), daya hantar listrik

(DHL), total padatan terlarut (TDS), kadar Sodium dan Chlorida. Hal ini sesuai

dengan literatur Encona (1988) yang menyatakan bahwa pemanfaatan air tanah,

perlu dipelajari potensi air tanah yaitu dari imbuhan air tanah alamiah, kondisi

hidrogeologi dan karakteristik hidraulik akuifer. Jumlah imbuhan air tanah tahunan

merupakan hasil perkalian dari curah hujan rata-rata tahunan dengan koefisien

imbuhan. Kondisi hidrogeologi yang dimaksud adalah lapisan pengandung air

(akuifer). Terdapat macam-macam akuifer yang dijumpai di lapangan yaitu akuifer

terkekang, akuifer semi terkekang dan akuifer bebas. Karakteristik hidrolik yang

dimaksud adalah transmisivitas, kelulusan hidraulik, dan koefisien kandungan atau

simpanan pada akuifer terkekang atau lepasan jenis ( specific yield) pada akuifer

bebas.Selain potensi air tanah dari aspek kuantitas juga perlu dipertimbangkan

menurut aspek kualitas. Penggunaan air tanah untuk keperluan irigasi haruslah

memenuhi kriteria beberapa parameter seperti Sodium Absorption Ratio (SAR) ,

daya hantar listrik (DHL), total padatan terlarut (TDS), kadar Sodium dan Chlorida

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2002) kualitas air adalah kondisi

kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu

dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003).

Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi

parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik

14
15

air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang

termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan,

warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan

unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik

(dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman,

nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis menyatakan

kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan mikroba pathogen

lainnya.Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air sungai dapat dinyatakan

dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam menyatakan kondisi tersebut

adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82

tahun 2001.

Pertumbuhan tanaman akan optimal apabila suhu dan kelembaban sesuai

dengan kebutuhan tanaman.Suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat dari setiap tanaman memiliki

kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap suhu dan kelembaban. Namun

secara umum dapat dibedakan sesuai dengan asal tumbuhnya.

Mastalerz 1977 dalam Satria (2017) menyatakan bahwa suhu dan

kelembaban dipengaruhi oleh lama penyinaran dan radiasi matahari. Energi panas

matahari merupakan faktor yang sangat penting dan memiliki pengaruh besar

terhadap suhu di dalam rumah tanaman. Radiasi matahari juga berpengaruh

terhadap perkembangan morfologi tanaman, dimana semakin banyak energi

matahari yang diserap akan berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman.

Daun pada tanaman yang tumbuh di daerah penuh cahaya akan lebih tebal dan

sempit dibandingkan tanaman yang tumbuh di tempat naungan

15
16

Electrical Conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap

konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum

kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan

hara. Hal ini sesuai dengan literatur Mahjoor dkk., (2016) yang menyatakan bahwa

electrical conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi

garam yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum kesesuaian air untuk

budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan hara Pengukuran

electrical conductivity dapat digunakan untuk mempertahankan target konsentrasi

hara di zona perakaran yang merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan

hara kepada tanaman. Satuan pengukuran Electrical Conductivity adalah millimhos

per centimeter (mmhos/cm), millisiemens per centimeter (mS/cm) atau micro-

siemens per centimeter.

Oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biologis dan kebutuhan oksigen kimia

merupakan tiga parameter utama untuk menentukan kualitas air. Hal ini sesuai

dengan literatur Isidoro dan Ramon (200) yang menyatakan bahwa dalam

menentukan kualitas air dikenal tiga parameter utama, yaitu oksigen terlarut,

kebutuhan oksigen biologis, dan kebutuhan oksigen kimia. Oksigen (O2)

merupakan parameter penting dalam air. Sebagian besar makhluk hidup dalam air

membutuhkan O2 untuk mempertahankan hidupnya, baik tanaman air maupun

hewan yang hidup di air bergantung pada oksigen terlarut. Keseimbangan oksigen

terlarut dalam air secara alamiah terjadi secara berkesinambungan.

Menurut Sipayung (2003) nilai EC (electrical conductivity) meter atau

pengukur daya hantar listrik dapat menunjukan kandungan garam yang terlarut

dalam air. Kadar garam terlarut yang terlalu tinggi dapat mengganggu tanaman.

16
17

Cekaman yang terjadi direspon berbeda oleh tanaman yang berbeda. Oleh sebab

itu, penting untuk mengetahui kadar garam terlarut dalam air irigasi. Selain itu pH

sebagai salah satu indikator kualitas air juga penting diketahui karena tingkat pH

mempengaruhi unsur hara yang tersedia bagi tanaman.

Prinsip kerja EC meter menurut Morgan (2000) adalah dengan mengukur

penghantaran listrik antara katoda dan anoda. Nilai EC yang dijadikan standar

untuk tanaman daun berada pada angka 1600 – 2400 µS/cm Namun untuk masa

pertumbuhan awal, nilai EC yang digunakan adalah 1000 – 1200 µS/cm atau

setengah dari kebutuhan sesuai ketentuan di tempat pengujian.

PH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki

oleh suatu zat, larutan atau benda. Hal ini sesuai dengan literatur Morgan (2000)

yang menyatakan bahwa potensial hidrogen (pH) didefinisikan sebagai negatif

logaritma dari aktifitas ion-ion hidrogen. PH digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. PH

memiliki skala nilai dari 0 sampai 14, dengan nilai pH normal adalah 7. Nilai pH

yang umum digunakan untuk pertumbuhan tanaman memerlukan larutan yang

sedikit asam dengan pH antara 5.5 sampai 6.5. Namun tanaman dapat tumbuh dan

bertahan pada pH 5 – 7.5. Penurunan dan peningkatan pH larutan nutrisi dapat

dilakukan dengan menambahkan larutan asam (HNO3) atau penambahan basa

(KOH).

17
18

KESIMPULAN

Electrical Conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap

konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum

kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan

hara. Tiga parameter utama untuk menentukan kualitas air adalah oksigen terlarut,

kebutuhan oksigen biologis dan kebutuhan oksigen kimia. Pada praktikum yang

dilaksanakan, dihasilkan percobaan I pH pada air Kamar Mandi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara 7,475 dengan suhu 29ºC dan memiliki nilai Ec sebesar

265 µS/cm. Percobaan II dengan pH pada air 7,254 dengan suhu 29ºC dan memiliki

nilai Ec sebesar 266 µS/cm. Percobaan III pH 7,573 dengan suhu 29ºC dan

memiliki nilai Ec sebesar 267 µS/cm. Dari hasil praktikum yang dilakukan, di dapat

nilai rata-rata Ec pada air kamar mandi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara lebih kecil dari satandar mutu air untuk tanaman 1600 – 2400 µS/cm.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Encona dan Donald M. 1988. East Java Provincial Water Resources Master Plan
Study for Water Supply. Ministry of Public Works. Jakarta

Isidoro, D. dan Ramon A. 2007. River water quality and irrigated agriculture in the
Ebrobasin: an interview. International Journal of Water Resources
Development 23: 91 – 106.

Jusmin, H.B. 2002. Agronomi. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Kartasapoetra, G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Kementrian Lingkungan Hidup 2002. Laporan Status Lingkungan Hidup


Indonesia.

Linsley, R.K. 1991. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Mahjoor, F., Ghaemi A.A., dan Golabi M.H. 2016. Interaction effects of water
salinity and hydroponic growth medium on eggplant yield, water-use 26
efficiency, and evapotranspiration. International Soil and Water
Conservation Research. 4: 99-107.

Morgan L. 2000. The Best of the Growing Edge 2, the Basic Elements of
Hydroponic. Corvallis (USA). New Moon Publishing Inc.

Sahabuddin., Harisuseno, D., Yuliani, E. 2014. Analisa Status Mutu Air dan Daya
Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal
Pengairan. Universitas Brawijaya. Malang.

Satria, O. 2017. Simulasi Suhu Air dalam Bak Penanaman dari Sistem Hidroponik
Rakit Apung [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. USU Digital
Library. Medan.

Sitti, M. 2011. Daerah Aliran Sungai (Das) sebagai Satuan Unit Perencanaan
Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

19

Anda mungkin juga menyukai