Fix Inc 2 1
Fix Inc 2 1
I. Pengertian
Partus dalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dalam uterus melalui vagina ke dunialuar.
II. Klasifikasi
a. Persalinan spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui jalan
lahir.
b. Persalinan bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesrio.
c. Persalinan anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban.
III. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas, terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998)
1. Penurunan kadar estrogen dan progestron
Progesteron mengahambat kontraksi uterus selama kehamilan,
sedangkan esterogen cenderung meningkat derajat kontraktilitas uterus,
sedikitnya terjadi karena esterogen meningkat jumlah gap jungtion antara
sel-sel otot polos uterus yang berdekatan.
Esterogen dan progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara
progresif makin bertambah selama kehamilan. Saat bulan ke 7 dan
seterusnya sekresi esterogen terus meningkat sedangkan sekresi progesteron
tetap konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga bahwa
rasio esterogen terhadap progesteron cukup meingkat menjelang akhir
kehamilan. Sehingga paling tidak berperan sebagai peningkatan kontraksi
uterus.
2. Pengaruh janin
Berkurangnya nutisi pada janin maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan
3. Pembesaran uterus
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang akan
mengakibatkan iskemika otot-otot uterus.
4. Penekanan pada ganglion servikale
Tekanan pada ganglion servikale yang terletak dibelakang serviks yang
tertekan yang merupakan penyebab peningkatan kontraksi uterus.
IV. Patofisiologi
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
a. Kala I : waktu pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap
b. Kala II : dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
c. Kala III : dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
d. Kala IV : keluarnya plasenta sampai 2 jam post partum
Kala I (Pembukaan
Pada kala pembuakaan harusnya kontraksi belum begitu kuat, datangnya setiap
10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia masih sering dapat
berjalan. Lama kala I untuk primi adalah 12 jam dan multi 8 jam.
a. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan
3 cm, berlangsung 7-8 jam
Primi 6-14 jam, multi 2 -10 jam
His teratur datang tiap 10-15 menit
Tanda:keluar sedikit darah bercampur lendir, perdarahan dari
pembukaan lendir rahim 3 cm
Pembukaan ketuban
Ibu mungkin akan merasa sengan karna kehamilannya akan segera
berakhir
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam, dibagi dalam 3 fase:
Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
Periode dilatasi maksimal selama 2 jam berlangsung menjadi 9 cm
Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 3 jam,
pembuakaan 10 cm
Kala II
Dimulai setelah dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir
harus berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi, his ini
dinamakan pelepasan plasenta uri sehingga terlihat pada SBR/ bagian atas
vagina. Lamanya kala III kurang lebih 8,5 menit dan waktu pelepasan plasenta
hanya 2-3 menit.
Kala IV
Masa 1-2 jam untuk mengawasi keadaan ibu utamanya HPP (Hemoragi Post
Partum). Dalam kala IV ini, ibu masih memutuhkan pengawasan yang intensif
karena atonia uteri mengancam.
Pengawasan dalam kala IV
Mengawasi perdarahan post partum
Mengawasi robekan perineum
Memeriksa bayi
V. Faktor penting
Menurut manuaba (1998), faktor-faktor penting dalam persalinan antara lain :
1. Power
a. His (kontraksi otot rahim)
b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafgrama pelvis atau kekuatan mengejan
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum
2. Passanger (janin dan plasenta)
3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang)
VI. Manifestasi klinis
1. Tanda persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan:
Kontraksi braxton hicks
- Ketegangan dinding perut
- Ketegangan ligamentum rotundum
- Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil
- Terasa ringan dibagian atas, rasa sesakya berkurang
- Dibagian bawah terasa sesak
- Terjadi kesulitan saat berjalan
- Sering miksi (beser kencing)
b. Terjadinya his permulaan
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesteron makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering sebagai his palsu.
VII. Komplikasi
1. Pusing kemungkinan ibu menderita anemia yang bisa menyebabkan
perdarahan post partum
2. Kejang kemungkinan kejadian eklamsi yang bisa menimbulkan gawat janin
dan ibu
3. Ibu yang tanda komplikasi persalinan akan berlangsung dengan lancar.
VIII. Penatalaksanaan
Kala I
Jika sudah terdiagnosis ibu dalam persalinan kala Ipembukaan serviks kurang
dari 4cm dan kontraksi terjadi secara teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik
1. Penanganan
Menjaga hak privasi klien
Memperbolehkan ibu mandi
Memberikan cukup minum
Menyarankan ibu berkemih sesering mungkin
2. Pemeriksaan dalam
3. Kemajuan persalinan dalam kala I
4. Kemajuan dalam kondisi janin
5. Kemajuan dalam kondisi ibu
Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan cara melkukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap, atau kepala janin sudah tampak divulva
dengan diameter 5-6cm.
1. Penanganan
Memberi dukungan
Menjaga kebersihan diri
Mengatur posisi ibu
Menjaga kandung kemih agar tetap kosong
Memberikan cukup minum
2. Posisi saat meneran
3. Kemajuan persalinan dalam kala II
4. Kelahiran pada bayi
5. Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya
Kala III
1. Manajemen aktif kala III, pemberian oxsitosin, pemijatan uterus,
pengendalian tali pusat
2. Penanganan:
Pemberian oksitosin 2 menit setelah bayi lahir
Penanganan tali pusat
PPT jika uterus kontraksi
Plasenta dan selaput dikeluarkan
Masase fundus
Jahit robekan pada vagina / perbaiki episiotomi
Kala IV
Dua jam setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Si ibu
melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dalam perut
ibu kedunia.
1. Penanganan
Periksa fundus
Observasi ttv
Anjuran minum mencegah dehidrasi
Perawatan perineum
1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowing 5-6cm
perineum yg kaku dapat dilakukan episiotomi median, mediolateral, atau
lateral
2. Episiotomi dilakukan pada waktu his dan mengejan untuk mengurangi rasa
sakit
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak
terjadi robekan baru, sedangkan tangan kiri menahan untuk mengendalikan
ekspulsi
4. Setelah kepala lahir dibersihkan, kepala dibiarkan melakukan putar paksi
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam
kebawah untuk mengeluarkan bahu depan ditarik keatas untuk melahirkan
bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi
KONSEP ASKEP INC
A. Kala I
1. Pengkajian
a. Anamnesa
3. Perencanaan
Intervensi:
5. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola
pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
B. Kala II
1. Pengkajian
a. Aktivitas /istirahat
adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/
relaksasi.
Letargi.
Lingkaran hitam di bawah mata.
b. Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara
kontraksi.
c. Integritas Ego
Respon emosional dapat meningkat.
Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini
klien terlibat mengejan secara aktif.
d. Eleminasi.
Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan
tekanan uterus.
Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan
selama upaya mendorong.
e. Nyeri/ Ketidak nyamanan
Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan
berakhir 60-90 dtk.
Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi
dalam kelas kelahiran anak.
f. Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
Keamanan
Diaforesis sering terjadi.
Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
h. Sexualitas
Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
Tujuan : diharapkan klien dapat mengontrol rasa nyeri dengan
kriteria evaluasi :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan control
nyeri.
Istirahat diantara kontraksi
Intervensi :
1. Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
R/ Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
R/ Memberikan informasi tentangkemajuan kontinu, membantu
identifikasi pola kontraksi abnormal
3. Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.
R/ Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang telah
dilakukan berarti.
4. Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.
R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari
efeknegatif berkenaandenganpenurunan kadar oksigen ibu dan janin.
5. Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan
R/ Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan persalinan.
6. Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.
R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan
resiko trauma kantung kencing.
7. Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.
R/ Posisi yang tepat menjamin penempatan yang tepat dari obat-obatan
dan mencegah komplikasi.
C. Kala III
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
b. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anastesi.
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
c. Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
d. Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir
menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau
laserasi jalan lahir mungkin ada.
e. Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat
plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah
melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus
berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
f. Pemeriksaan fisik
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu tubuh), status mental klien.
Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau
sesudah melahirkan plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum
maupun sesudah pengeluaran plasenta.
2. Diagnosa
Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan,
kesulitan dengan plasenta.
3. Perencanaan
Tujuan : diharapkan tidak terjadi cedera maternal dengan
kriteria evaluasi:
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
Kesadaran pasien bagus.
Intervensi :
Mandiri
1. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.
2. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R/ Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan amnion
dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan
pembalut perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat
mengakibatkan infesi saluran asenden selama periode pasca partum.
Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.
5. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan darah.
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima
imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca partum.
Kolaborasi
1. Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.
R/ Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau
pulmoner.
2. Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh
anastesi dan berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan
uterus kembali. Bantu dengan tampon sesuai dengan indikasi.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.
3. Berikan antibiotik profilatik.
R/ Membatasi potensial infeksi endometrial.
D. Kala IV
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk
b. Sirkulasi
o Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas
vagal
o TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
o Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas
bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau
mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)
o Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 –
500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk
kelahiran sesaria
c. Integritas Ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal :
eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa
Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan
perawatan segera pada neonatal.
d. Eleminasi
Hemoroid sering ada dan menonjol
Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter
urinarius mungkin dipasang
Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat
aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
f. Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya
dan menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes
mellitus, remaja, atau pasien primipara)
g. Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
h. Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi
umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan,
termasuk waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah
darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai
indikasi dari temuan fisik.
2. Diagnosa
Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
3. Perencanaan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan
pasien dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi :
Pasien melaporkan nyeri berkurang
Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
1. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat
kejadian intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau
analgesia
R : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat
ketidaknyamanan nyeri
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode
pascapartum
Rl : Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa takut tentang
ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi nyeri
3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan
perbaikan luka, perhatikan adanya edema, hemoroid
R : Trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan dan
dapat menyebabkan stress pada garis jahitan
4. Berikan kompres es
R : Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan
menurunkan pembentukan edema
5. Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi
sebagian, linen bersih dan kering, perawatan perineal periodik)
R : Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih
6. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-
faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
R : Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi tidak
seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan. Multipara,
distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan menyusui
meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan kontraksi
miometrium
7. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi
R : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya
ketidaknyamanan berkenaan dengan afterpain (kontraksi) dan masase
fundus
8. Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat
R : Persalinan dan kelahiran merupakan proses yang melelahkan.
Dengan ketenangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan yang tidak
perlu
9. Kolaborasi : pemberian analgesik sesuai kebutuhan
R : Analgesik bekerja pada pusat otak, yaitu dengan menghambat
prostaglandin yang merangsang timbulnya nyeri
DAFTAR RUJUKAN
Bobak, M. Irenne.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi. Bandung: VIA
PKP
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC