Anda di halaman 1dari 9

E.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Hasil Pengamatan
Aspek yang diamati Hasil pengamatan

A. Reaksi Esterifikasi
Wujud fisik dan bau alkohol Berwujud cair berupa larutan dengan bau menyengat
Wujud fisik dan bau asam Berwujud cair berupa larutan dengan bau asam
asetat
Wujud fisik dan bau produk Berwujud cair berupa larutan dengan bau menyengat
yang dihasilkan seperti asam cuka
B. Reaksi Hidrolisis Polisakarida
Wujud dan warna amilum Berwujud cair berupa larutan dengan warna putih keruh
Setelah proses pendidihan,
warna larutan iod yang
ditetesi hasil hidrolisis
amilum pada menit ke-:
1 Kuning + + + *semakin tua : +
2 Kuning + +
3 Kuning +
4 Warna iod
Warna larutan iod tidak Pada menit ke 4
mengalami perubahan pada
menit ke
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan yang tidak berwarna
produk hasil hidrolisis
C. Uji Benedict
Warna fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan berwarna putih keruh
amilum
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan tidak berwarna
produk hasil hidrolisis
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berwarna biru bening
larutan benedict
Peristiwa ketika amilum Terjadi endapan amilum dengan tidak terjadi perubahan
ditambahkan ke dalam warna, yaitu tetap biru bening
reagen benedict dan
dipanaskan pada penangas
air
Peristiwa ketika produk Terjadi perubahan warna dari biru bening menjadi tidak
hasil analisis ditambahkan berwana dengan endapan merah bata.
ke dalam reagen benedict
dan dipanaskan pada
penangas air
D.1 Reaksi dengan Brom dalam CCl4
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan tidak berwarna
sampel
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan tidak berwarna
brom dalam CCl4 setelah
ditetesi sampel
Perubahan warna brom Tidak terjadi perubahan warna
dalam CCl4 setelah ditetesi
sampel
D.2 Reaksi dengan KMnO4
Wujud fisik dan warna Berwujud cair berupa larutan dengan warna ungu pekat
KMnO4
Perubahan warna KMnO4 Berwujud cair berupa larutan jernih dengan endapan :
setelah ditetesi sampel Alkena : coklat tua
Alkana : ungu tua

1. Analisis Data
a) Reaksi esterifikasi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil berupa larutan
yang berwarna putih bening dan berbau seperti asam cuka, yang mulanya
larutan produk ini berasal dari etanol (C2H5OH) yang berwarna putih bening
dengan bau menyengat seperti alcohol yang kemudian ditambah dengan asam
asetat (CH3COOH) yang berwujud cair berwarna putih bening dan berbau asam
namun tidak kuat dan ditambah asam sulfat (H2SO4) kemudian dipanaskan.
Pengamatan terhadap wujud fisik dan bau baik sebelum larutan diesterifikasi
maupun terhadap produk hasil esterifikasinya bertujuan untuk mengetahui
apakah proses esterifikasi sudah benar ataukah belum dan juga apakah produk
esterifikasi sudah sesuai dengan teori yang ada.
Produk hasil reaksi berbeda dengan reaktan karena larutan reaktan telah
melewati proses esterifikasi sehingga diperoleh produk hasil esterifikasi yang
memiliki bau yang berbeda dengan larutan reaktan.
Berikut persamaan reaksinya :
H2SO4 pekat
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
asam asetat etanol katalis etil asetat
Jika dilihat dari bau produk yang dihasilkan dari praktikum yang telah
dilakukan bisa dikatakan praktikum yang telah dilakukan berhasil karena etil
asetat memiliki ciri berwujud cairan putih bening dengan bau yang khas, sama
seperti hasil produk yang diperoleh pada table pengamatan.

b) Reaksi hidrolisis polisakarida


Larutan amilum memiliki wujud cair dan berwarna putih keruh, amilum
memiliki struktur seperti berikut :

Persamaan reaksi pada reaksi hidrolisis amilum adalah sebagai berikut :

Fungsi penambahan larutan iodium pada reaksi hidrolisis polisakarida yaitu


untuk mengetahui apakah amilum sudah terhidrolisis sempurna.
Tanda bahwa proses hidrolisis telah berlansung secara sempurna adalah warna
dari larutan reaktan yang telah dipanaskan dalam waktu tertentu ketika ditetesi
dengan larutan iodium akan berwarna sama dengan larutan iodium.

c) Uji benedict
Uji Benedict adalah untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula
pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi
sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau
bereaksi secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan
monosakarida, sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik
yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam
kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan sukrosa. Dengan prinsip
berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O
berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan
natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan
tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung
aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict.
Hasil yang diperoleh pada uji benedict terhadap amilum dan produk
hidrolisisnya berbeda karena adanya perbedaan jenis larutan yang digunakan,
yaitu larutan amilum, yang masih memiliki ikatan rangkap dan larutan amilum
yang telah dihidrolisis yang artinya ikatan rangkapnya telah terputus.

d) Identifikasi ikatan rangkap


Keberadaan ikatan rangkap dapat dideteksi dengan adanya reaksi adisi.
Reaksi adisi adalah reaksi penjenuhan dengan cara memutus ikatan rangkap
yang terdapat dalam rantai menjadi ikatan tunggal. Pada dasarnya brom dalam
CCl4 berfungsi sebagai indikator untuk membedakan reaksi hidrokarbon jenuh
(ikatan tunggal) dan hidrokarbon tak jenuh (ikatan rangkap). Pada alkana tidak
menunjukkan perubahan pada brom dalam CCl4 karena alkana tidak memiliki
ikatan rangkap sehingga tidak mengalami reaksi adisi. Pada alkena terjadi
perubahan warna brom yang tadinya berwarna merah kecoklatan menjadi tidak
berwarna seiring banyaknya ikatan rangkap yang terputus ini berarti bahwa
alkena mengalami reaksi adisi.
Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkana tidak reaktif
dengan KMnO4. Apabila terjadi reaksi antara senyawa tak jenuh dan KMnO4
ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuk endapan
coklat MnO4. Dari percobaan yang sudah kami lakukan terjadi perubahan
warna dari warna ungu menjadi tidak berwarna dan terdapat endapan coklat
pada alkena, sedangkan pada alkana warna KMnO4 tidak berubah tetap warna
ungu.

2. Pembahasan
a) Reaksi esterifikasi
Menurut Sudarmo (2007), ester merupakan senyawa yang mengandung
gugus karboksil. Seperti halnya asam karboksilat, rumus kimia ester secara umum
dinyatakan dengan CnH2nO2. Jika dibandingkan dengan rumus asam karboksilat,
rumus molekul tersebut menunjukkan kesamaan. Hal ini berarti antara asam
karboksilat dengan ester saling berisomeri gugus fungsi (Sudarmo, 2007).
Menurut Raymond (2001), gugus fungsi pada ester adalah -COOR. Dengan adanya
katalis asam, seperti HCl, ester bereaksi dengan air (reaksi hidrolisis) untuk
menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Sebagai contoh, dalam larutan asam,
etil asetat akan diubah menjadi asam asetat dengan reaksi:

H2SO4 pekat
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
asam asetat etanol katalis etil asetat

Tetapi, reaksi ini tidak berkesudahan sebab terjadi reaksi bolak-balik, yaitu
pembentukan ester dari alkohol dan asam, juga akan terjadi hingga tingkat yang
cukup tinggi (Raymond, 2001).
Pada percobaan kali ini, praktikan mencoba untuk membuat etil asetat
(CH3COOC2H5) dengan mereaksikan antara alkohol (C2H5OH) dan asam asetat
(CH3COOH) dengan katalisator asam sulfat (H2SO4). Mula-mula, praktikan
mengambil alkohol sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur dan memasukkannya
ke dalam tabung reaksi. Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan
bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Sehingga praktikan menambahkan
5 tetes asam sulfat pekat menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi tadi
secara perlahan dan harus melalui dinding bagian dalam tabung reaksi. Asam sulfat
di sini berfungsi sebagai katalisator untuk mengurangi energi aktivasi sehingga
reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Zat ini merupakan pelarut polar menengah
yang volatil (mudah menguap) tidak beracun dan tidak higroskopis (menyerap air).
Maksud asam sulfat menyerap air dari reaksi esterifikasi yaitu mengambil OH dari
gugus karboksil ( -COOH) dan H dari gugus hidroksil dari alkohol ( -OH) dan
terbentuklah air dengan media penyerapnya asam sulfat pekat. Setelah
menambahkan asam sulfat pada alkohol, praktikan menambahkan 5 tetes asam
asetat menggunakan pipet tetes ke dalam campuran alkohol dan asam sulfat tadi.
Warna larutan ini bening tapi berbau sangat menyengat seperti bau cuka.

b) Reaksi hidrolisis polisakarida


Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan
oksigen yang secara empiris memiliki rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah
polihidroksi dari aldehida atau keton (Beran, 2000). Kelompok karbohidrat
tersusun atas hidroksi aldehid, alkohol, asam berupa turun- turunannya dan
beberapa komponen yang dapat dihidrolisis menjadi seperti gugusnya
(Donaldetal,2002).
Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya polisakarida.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 tetes larutan uji (larutan iod) .Pada
percobaan ini dilakukan hidroolisis karbohidrat menggunakan HCl pekat. Dalam
hidrolisis karbohidrat, pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim
atau asam selama pemanasan menjadi molekul – molekul yang lebih kecil. Ada
beberapa tingkatan dalam reaksi hidrolisis tersebut. Mula-mula pati pecah menjadi
unit rantai glukosa yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut
dekstrin.Dekstrin kemudian pecah lagi menjadi maltose yang kemudian pecah lagi
menjadi glukosa. Pada percobaan ini juga dilakukan penentuan titik akromatik.
Titik akromatik adalah titik dimana pati tersebut menunjukan warna yang lebih
pudar saat dilakukan penetesan iodine yang menandakan bahwa pati tersebut telah
terhidrolisis secara sempurna menjadi unit yang lebih kecil yaitu glukosa.
Kemudian hasil hidrolisis tersebut di lakukan penetralan dengan NaOH yang
dilakukan untuk menetralkan HCl yang ditambahkan pada proses pemutusan rantai
(hidrolisis). Setelah larutan tersebut netral, kemudian dilakukan kembali dengan
pengujian dengan diambil larutan yang telah dinetralkan, kemudian direaksikan
dengan pereaksi benedict.
c) Uji benedict

Uji Benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula
pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi
sedikitnya dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi
secara langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida,
sedangkan gula non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa
hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya
fruktosa dan sukrosa (Mulasari, 2013).
Pada praktikum percobaan yang dilakukan didapat data wujud fisik dan
warna amilum, yakni berwujud cair berupa larutan berwarna putih keruh. Dan
produk dari hasil hidrolisis yang berwujud cair berupa larutan yang tidak berwarna.
Pada tabung reksi pertama, ketika hasil hidrolisis amilum ditambahkan kedalam
reagen benedict dan dipanaskan dalam penangas air terjadi perubahan warna dari
biru bening menjadi tidak berwarna dengan endapan merah bata. Hal ini
menjunjukkan bahwa proses hidrolisis terjadi dengan sempurna karena hasil
hidrolisis bereaksi positif dengan reagen benedict, yakni ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata. Hal ini terjadi karena dengan adanya
pendidihan menyebabkan terjadinya hidrolisis sehingga menghasilkan gugus
reduksi bebas yang lebih banyak. Tanpa pemanasan menyebabkan tidak
terjadinya hidrolisis sehingga hanya mempunyai sebuah gugus reduksi bebas.
Berbeda dengan tabung reaksi kedua, ketika amilum ditambahkan ke dalam reagen
benedict dan dipanaskan dengan penangas air, tidak terjadi perubahan warna (tetap
berwarna biru bening).

d) Identifikasi ikatan rangkap


Pada percobaan reaksi yang pertama yakni reaksi alkana dan alkena dengan
brom dalam CCl4, di dapat wujud fisik dan warna sampel, yakni berwujud cair
berupa larutan dan tidak berwarna. Sedangkan wujud fisik dan warna brom dalam
CCl4 setelah ditetesi sampel adalah tetap tidak berwarna berujud cair berupa
larutan. Pada alkena terjadi perubahan warna brom yang tadinya berwarna merah
kecoklatan menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada alkana tidak terjadi perubahan
warna.
Pada percobaan reaksi yang kedua yakni reaksi alkana dan alkena dengan
KMnO4 basa, didapat wujud fisik dan warna KMnO4 , yaitu berwujud cair berupa
larutan dengan warna ungu pekat. Terjadi perubahan warna KMnO4 basa setelah
ditetesi dengan sampel, yakni pada alkana warna larutan berubah menjadi larutan
jernih dengan endapan berwarna coklat tua, sedangkan pada alkena warna larutan
berubah menjadi jernih dengan endapan berwana ungu tua.
Keberadaan ikatan rangkap dapat dideteksi dengan adanya reaksi adisi.
Reaksi adisi adalah reaksi penjenuhan dengan cara memutus ikatan rangkap yang
terdapat dalam rantai menjadi ikatan tunggal. Pada dasarnya brom dalam CCl4
berfungsi sebagai indikator untuk membedakan reaksi hidrokarbon jenuh (ikatan
tunggal) dan hidrokarbon tak jenuh (ikatan rangkap). Pada alkana tidak
menunjukkan perubahan pada brom dalam CCl4 karena alkana tidak memiliki
ikatan rangkap sehingga tidak mengalami reaksi adisi. Pada alkena terjadi
perubahan warna brom yang tadinya berwarna merah kecoklatan menjadi tidak
berwarna seiring banyaknya ikatan rangkap yang terputus ini berarti bahwa alkena
mengalami reaksi adisi.
Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkana tidak reaktif
dengan KMnO4. Apabila terjadi reaksi antara senyawa tak jenuh dan KMnO4
ditandai dengan hilangnya warna ungu dari KMnO4 dan terbentuk endapan coklat
KMnO4. Dari percobaan yang sudah kami lakukan terjadi perubahan warna dari
warna ungu menjadi tidak berwarna dan terdapat endapan coklat pada alkena,
sedangkan pada alkana warna KMnO4 menjadi larutan jernih dengan endapan ungu
tua.
Daftar rujukan
Beran,J.A. 2000. Chemistry in the Laboratory. 2nd ed. Jhon Willey and Sons,Inc.
New York.
Donald.et.al. 2002. Animal Nutrition Sixth Edition. England : Person Prentice Hall.
Chang, Raymond. 2001. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII. Surakarta: Phibeta.
Mulasari, S.A., dan Wahyuni, T.S. 2013. Biokimia. Yogyakarta : Pustaka Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai