Anda di halaman 1dari 34

Osteomyelitis

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah KMB: Muskuloskeletal


Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST. M.Kes

Oleh :

1. Ayu Ananda Bahtiar (NIM. 17-03714-1008)


2. Deby Aprilia Wulandari (NIM. 17-03714-0992)
3. Desita Yolanda Putri (NIM. 17-03714-1027)
4. Imroatul Hasanah (NIM. 17-03714-1025)
5. Riza Nur Fadilah (NIM. 17-03714-1020)
6. Rysa Yuli Citra P (NIM. 17-03714-1033)
7. Yusita Arisa K (NIM. 17-03714-1034)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah : Muskuloskeletal dalam Keperawatan yang menjadi
salah satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas
Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Damon Wicaksi, SST. M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah: Muskuloskeletal
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 17 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3.Tujuan Umum ............................................................................................ 2
1.4.Tujuan Khusus ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1. Definisi ..................................................................................................... 3
2.2. Klasifikasi ................................................................................................. 3
2.3. Etiologi ...................................................................................................... 5
2.4. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 5
2.5. WOC ......................................................................................................... 5
2.6. Penatalaksanaan ........................................................................................ 6
2.7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 6
2.8. Pencegahan ................................................................................................ 7
2.9. Teori Asuhan Keperawatan ...................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 30
3.1.Kesimpulan ................................................................................................ 30
3.2.Saran ........................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukng dan melindungi
beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak panggul. Kerangka juga
berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk
kaitan otot-otot kerangka (Pearce, 2017)
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos
infeksi di tempat lain (misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,
infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya
terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah,
kemungkinan akibat trauma subklinis (takjelas). Infeksi dapat berhubungan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang
terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya :
fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi
hematoma pascaoperasi.
Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian
seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya
kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Osteomilitys ?
2. Apasaja klasifikasi Osteomyelitis ?
3. Apasaja etiologi Osteomyelitis ?
4. Apasaja manifestasi klinis Osteomyelitis ?
5. Bagaimana kompllikasi Osteomyelitis ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang Osteomyelitis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Osteomyelitis ?
8. Bagaimana pencegahan Osteomyelitis ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Osteomyelitis ?

1.3.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Osteomyelitis

1.4.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi Osteomyelitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi Osteomyelitis
3. Untuk mengetahui etiologi Osteomyelitis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Osteomyelitis
5. Untuk mengetahui kompllikasi Osteomyelitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Osteomyelitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Osteomyelitis
8. Untuk mengetahui pencegahan Osteomyelitis
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Osteomyelitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Osteomielitis adaalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena
infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikobakterium tuberkolosa. Infeksi
ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang sering timbul
sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga (gotitis media), dan kulit (impetigo) (Nurarif, Amin Huda,
Kusuma, 2016).
Osteomielitis adalah penyakit peradangan tulang dan sumsumnya yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, mycobacterium, atau jamur
- nekrosis tulang steril, seperti avascular necrosis of the bone dan chronic
multifocal reccurent osteomyelitis adalah golongan penyakit yang berbeda -
Selain tulang, infeksi dapat meluas ke jaringan sekitarnya (Butar-butar dan Ot,
2015)
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang
mengenai jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah , respon jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru
disekeliling jaringan tulang mati (Suryadi, M, 2016)

2.2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu:
a. Osteomyelitis Primer, Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah Terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

3
Berdasarkan lamanya infeksii, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3 antara
lain:
a. Osteomielitis akut
Osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Oteomielitis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
2. Osteomielitis direk
Osteomielitis direk disebabkan oleh kontak langsung dengan
jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis
direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau
sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
a. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2
bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
b. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan
atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu
timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur.

4
2.3. Etiologi
Osteomielitis di sebabkan karena adanya infeksi yang di sebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi di tempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat retensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis
(tidak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak, atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul akut
atau kronik.(Nurarif, Amin Huda, Kusuma, 2016)

2.4. Manifestasi Klinis


1. Jika infeksi hematogen pasien mengalami dema tinggi, pasien menggifil,
denyut nadi cepat dan malaise umum
2. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum kekorteks tulang akan
mengenai terios teum dan jaringan lunak bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan
3. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya, yaitu daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan
4. Osteomieltis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir keluar atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan
pengeluaran pus.

2.5. Komplikasi
Infeksi supuratif mencangkup struktur tulang yang berdekatan seoerti
misalnya persendian dan jaringan lunak yang menyebabkan terbentuknya saluran
sinus. Osteolisis dan fraktur patologis telah dijelaskan sebagai komplikasi yang
jarang dengan adanya temuan penyakit dan terapi ostemielitis sejak dini.
Penyebaran secara hematogen dan spesis dapat terjadi,meskipun mungkin
sulit untuk ditentukan apakah sumber utama infeksinya di darah atau ditulang.
Pembentukan saluran sinus mungkin berhubungan dengan neoplasma,terutama
pada keadaan infeksi yang lama dengan rentang waktu 4 sampai 50 tahun.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang palung sering
dihubungkan dengan osteomielitis,tumor-tumor lainnya yang telah dilaporkan

5
terdiri atas fibrosarcoma, myeloma, lymphoma, plasmacytoima, angiosarcoma,
rhabdomyosarcoma, dan maglinant fibrous histiocytoma Pada kebanyakan pasien
yang menderita neoplasma memiliki riwayat intervensi pembedahan berulang.
Perkembangan tumor malignan ditandai dengan makin membesarnya
massa tumor, peningkatan rasa nyeri, saluran luka yang berbau busuk, perdarahan,
juga terdapat bukti radiologis yang berupa destruksi tulang. Oleh karna itu, infeksi
tulang yang tidak sembuh dengan tetapi konvensional seharusnya dilakukan
biopsi untuk mengevaluasi adanya malignansi dari berbagai sisi (termasuk
ulkus,saluran sinus dan dasar tulang).

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik untuk pasien osteomielitis:
1. Pada awalnya, pemeriksaan sinar x menunjukkan pembekakan jaringan
lunak sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis
tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru
2. Pemindaian untuk mengidentifikasi area infeksi
3. MRI dapat membantu diagnosis definitif awal
4. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leposit dan peningkatan
leukosit dan peningkatan laju endap darah
5. Kultur darah dan abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang
sesuai.

2.7. Penatalaksanaan
1. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan
mencegah terjadinya fraktur.
2. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk
meningkatkan aliran darah
3. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi
4. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena
5. Jika infeksi tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan
sampai 3 bulan
6. Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukkan respons terhadap antibiotik

6
7. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologi steril 7-8 hari pada jaringan
purulen dan jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat,terapi antibiotik
dilanjutkan

2.8. Pencegahan Osteomielitis


1. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
2. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3. Lingkungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden
osteomielitis.
4. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan.
5. Teknik perawatan luka pasca operasi aseptik.

7
2.9. Asuhan Keperawatan Teori
1. Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan
system musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan
adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1. Identitas
Nama
Untuk keperluan pembelajaran ditulis dengan inisial dan diikuti
dengan label status pasien.
Wanita :
- Sudah kawin : Nyonya (Ny.)
- Belum kawin : Nona/saudari (Nn./Sdri)
Laki-laki :
- Sudah kawin : Tuan (Tn)
- Belum kawin : Saudara (Sdr)
Umur
Ditulis umur dalam satuan hari, bulan, tahun
Jenis kelamin
Laki-laki, perempuan
Agama
Ditulis sesuai dengan kepercayaan yang dianut klien
Pendidikan
Ditulis sesuai dengan status pendidikan klien
Status
Ditulis sesuai dengan status klien saat dilakukan pengkajian
Alamat
Ditulis untuk keperluan pembelajaran ditulis secara singkat

8
2. Keluhan utama
Pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.
Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.

3. Riwayat penyakit sekarang


Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh
darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat
operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal
(invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.

4. Riwayat penyakit dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis.

9
5. Riwayat psikososial – spiritual
Perawat mengkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat.
Pada kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi
kecacatan dan klien harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang dapat
mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga.
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena
klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien
osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis
penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).

6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat ( local).
1.) Keadaan umum meliputi :
a.) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
b.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).
c.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis
dengan komplikasi septicemia.

10
2.) B1 (Breathing)
Inspeksi :
Didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan
pernapasan.
Palpasi :
Ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi :
Tidak didapatkan suara napas tambahan.

3.) B2 (Blood)
Inspeksi :
Tidak tampak iktus jantung
Palpasi :
Menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi :
Didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4.) B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.


a) Kepala :
Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
b) Leher :
Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks
menelan ada).
c) Wajah :
Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
d) Mata :
Tdak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien
patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien
osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya
mengalami konjungtiva anemis.

11
e) Telinga :
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
f) Hidung :
Tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
g) Mulut dan faring :
Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
h) Status mental :
Observasi penampilan dan tingkah laku klien biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf kranial :
Saraf I :
Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
Saraf II :
Tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III, IV, dan VI :
Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil
isokor.
Saraf V :
Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah
dan refleks kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII :
Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.
Saraf VIII :
tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi.
Saraf IX dan X :
Kemampuan menelan baik
Saraf X :
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

12
Saraf XII
Lidah simetris, tidak ada devisiasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

j) Pemeriksaan refleks
Biasanya tidak terdapat refleks patologis

5.) B4 (Bladder)
Pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah, karakteristik,dan
berat jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami kelainan pada
system ini.

6.) B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen :
Bentuk flat, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi :
Turgor baik, hepar tidak teraba.
Perkusi :
Suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi :
Peristaltik usus normal (20x/menit)

Inguinal-genitalia-anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan
defekasi.

Pola nutrisi dan Metabolisme


Klien osteomelitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-hari, sperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi
terhadap nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab
masalah musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi

13
yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri
pada osteomelitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah
sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.

Pola eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau fases. Pada pola berkemih, dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumalah urine.

7.) B6 (Bone)
Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan menggangu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.

14
Web of Caution (WOC)

Factor predisposisi : usia, virulensi kuman,


riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Infeksi mikroorganisme dari tempat lain yang Fraktur


beredar melalui sirkulasi darah terbuka

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang Kerusakan pembuluh darah


Infasi kuman ke tulang
dan sendi

Osteomyelitis

Fagositosis

Proses inflamasi, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus

Keterbatasan pergerakan Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Kaku sendi Tirah Baring lama Pembentukan tulang baru,


Iskemia dan nekrosis tulang
pengeluaran pus
MK : Hambatan Mobilitas fisik
Tekanan pada tonjolan Agens cidera fisik
tulang Deformitas dan bau dari adanya luka

MK : Nyeri Akut
MK : Kerusakan Integritas Perubahan persepsi diri
Kulit

MK : Gangguan citra tubuh


15
Diagnosa Keperawatan NANDA 2018-2020

1) Nyeri Akut
Domain 12 • Kelas 1• Kode Diagnosis 00132
Disetujui 1996 • Direvisi 2013 • Level of Evidence 2.1
Definisi
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai
kerusakan {Internasional Association for the Study of Pain) ; awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan
berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3
bulan.

Batasan Karakteristik
- Perubahan selera makan - Fokus menyempit
- Perubahan pada parameter - Sikap tubuh melindungi area
fisiologis nyeri
- Diaforesis - Perilaku protektif
- Perilaku distraksi - Laporan tentang perilaku
- Bukti nyeri dengan menggunakan nyeri/perubahan aktivitas
standar daftar periksa nyeri untuk - Dilatasi pupil
pasien yang tidak dapat - Fokus pada diri sendiri
mengungkapkannya - Keluhan tentang intensitas
- Perilaku ekspresif menggunakan standar skala nyeri
- Ekspresi wajah nyeri - Keluhan tentang karakteristik
- Sikap tubuh melindungi nyeri dengan menggunakan
- Putus asa standar instrument nyeri

Faktor yang berhubungan


- Agens cedera biologis - Agens cedera fisik
- Agens cedera kimiawi

16
2) Kerusakan integritas kulit
Domain 11.• Kelas 2. • Kode diagnosis 00046
Disetujui 1975 • Direvisi 1998, 2017 • Level of Evidence 2.1
Definisi
Kerusakan apada epidermis dan/atau dermis

Batasan karakteristik
- Nyeri akut - Hematoma
- Gangguan integritas kulit - Area panas local
- Pendarahan - Kemerahan
- Benda asing menusuk
permukaan kulit

Faktor yang berhubungan


Eksternal
- Agens cedera kimiawi - Hipotermia
- Ekskresi - Lembap
- Kelembapan - Tekanan pada tonjolan tulang
- Hipertermia - Sekresi

Internal
- Gangguan volume cairan - Faktor psikogenik
- Nutrisi tidak adekuat

Populasi berisiko
- Usia ekstrem

17
Kondisi Terkait
- Gangguan metabolisme - Imunodefisiensi
- Gangguan pigmentasi - Gangguan sirkulasi
- Gangguan sensasi - Agens farmaseutika
- Gangguan turgor kulit - Terapi radiasi
- Pungsi arteri - Trauma vaskular
- Perubahan hormonal

18
2) Gangguan citra tubuh
Domain 6 • Kelas 3 • Kode Diagnosis 00118
Disetujui 1973 • Direvisi 1998, 2017
Definisi
Konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu

Batasan Karakteristik
- Tidak ada bagian tubuh - Berfokus pada penampilan masa
- Perubahan fungsi tubu lalu
- Perubahan struktur tubuh - Berfokus pada fungsi masa lalu
- Perubahan pandangan entang - Befokus pada kekuatan
penampilan tubuh seseorang sebelumnya
- Menghindari melihat tubuh orang - Menekankan pencapaian
lain - Menyembunyikan bagian tubuh
- Menghindari menyenth tubuh - Perasaan negative tentang tubuh
orang lain - Respons nonverbal pada
- Perilaku mengenali tubuh perubahan yang dirasakan pada
seseorang tubuh
- Perilaku memantau tubuh - Respons nonverbal pada
seseorang perubahan tubuh
- Perubahan pada kemampuan - Terlalu terbuka tentang bagian
memperkirakan hubungan spasial tubuh
tubuh dengan lingkungan - Terlalu terbuka tentang bagian
- Perubahan gaya hidup tubuh
- Perubahan dalam keterlibatan - Persepsi yang merefleksikan
sosial perubahan pandangan tentang
- Depersonalisasi bagian tubuh penampilan tubuh seseorang
melalui penggunaan kata - Personalisasi bagian tubuh dengan
impersonal nama
- Depersonalisasi kehilangan - Personalisas kehilangan dengan
melalui penggunaan kata ganti nama
impersonal - Preokupasi pada perubahan

19
- Menekankan pada kekuatan yang - Preokupasi pada kehilangan
tersisa - Menolak menerima perubahan
- Memperluas pada kekuatan yang - Trauma terhadap bagian tbuh
tersisa yang tidak berfungsi
- Memperluas batasan tubuh
- Takut reaksi orang lain

Faktor yang berhubungan


- Perubahan persepsi diri - Ketidaksesuaian spiritual
- Ketidaksesuaian budaya

Populasi berisiko
- Transisi perkembangan

Kondisi terkait
- Perubahan fungsi tubuh - Cedera
- Gangguan fungsi kognitif - Prosedur bedah
- Penyakit - Trauma
- Gangguan fungsi psikososial - Program pengobatan

20
3) Hambatan mobilitas fisik
Domain 4 • Kelas 2 • Kode Diagnosis 00085
Disetujui 1973 • Direvisi 1998, 2013, 2017 • Level of Evidence 2.1
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah

Batasan karakterisik
- Gangguan sikap berjalan - Ketidaknyamanan
- Penurunan ketrampilan motorik - Melakukan aktivitas lain sebagai
halus pengganti pergerakan
- Penurunan keterampilan motorik - Dyspnea setelah beraktivitas
kasar - Tremor akibat bergerak
- Penurunan rentang gerak - Instabilitas postur
- Waktu reaksi memanjang - Gerakan lambat
- Kesulitan membolak-balik posisi - Gerakan spastik
- Gerakan tidak terkoordinasi

Faktor yang berhubungan


- Intoleransi aktivitas - Disuse
- Ansietas - Kurang dukungan keluarga
- Indeks massa tubuh di atas - Kurang pengetahuan tentang nilai
persentil ke-75 sesuai usia aktivitas fisik
- Kepercayaan budaya tentang - Kaku sendi
aktivitas yang tepat - Malnutrisi
- Penurunan kekuatan otot - Nyeri
- Penurunan kendali otot - Fisik tidak bugar
- Penurunan massa otot - Kengganan memulai pergerakan
- Penurunan ketahanan tubuh - Gaya hidup kurang gerak
- Depresi

21
Kondisi terkait
- Kerusakan integritas struktur - Gangguan mukuloskeletal
tulang - Gangguan neuromuscular
- Gangguan fungsi kognitif - Agens farmaseutika
- Gangguan metabolisme - Program pembatasan gerak
- Kontraktur - Gangguan sensori perseptual
- Keterlambatan perkembangan

22
NURSING OUTCOME CLASSIFICATION (NOC) & NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION (NIC)
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria dan Hasil Rencana Tindakan
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan minimal 3x24 jam
diharapkan nyeri klien dapat teratasi Observation
- Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
KH: terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
Kontrol Nyeri efektif
- Mengenali kapan nyeri terjadi (5) - Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang meliputi riwayat
- Menggambarkan factor penyebab nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
(5) disability/ketidakmpaun/kecacatan, dengan tepat
- Melaporkan nyeri yang terkontrol - Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam
(5) interval yang spesifik
- Mengenali apa yang terkait
dengan gejala nyeri (5) Nursing Treatmeant
- Dorong istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
Keterangan : nyeri
(1) Tidak pernah menunjukkan - Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
(2) Jarang menunjukkan pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan,

23
(3) Kadang-kadang menunjukkan pencahayaan, suara bising)
(4) Sering menunjukkan
(5) Secara konsisten Health Education
menunjukkan - Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
- Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur

Kolaboration
- Kolaborai dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan

24
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria dan Hasil Rencana Tindakan
Kerusakan Integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka Tekan
Kulit minimal 3x24 jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat teratasi Observation
- Monitor warna, suhu, udem, kelembapan, dan kondisi area
KH : sekitar luka
Integritas Jaringan: Kulit & Membran - Monitor status nutrisi
Mukosa - Monitor tanda dan gejala infeksi di area luka
- Tekstur (5)
- Perfusi jaringan (5) Nursing Treatmeant
- Nekrosis (5) - Catat karakteristik luka tekn setiap hari, meliputi ukuran (
- Pengecekan kulit (5) panjang x lebar x dalam), tingkatan luka (I-IV), lokasi,
- Lesi pada kulit (5) eksudat, granulasi atau jaringan nekrotik, dan epitelisasi
- Catat karakteristik cairan luka
- Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun lembut dan air

25
Keterangan Health Education
(1) Sangat terganggu - Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan luka
(2) Banyak terganggu - Ajarkan pasien dan keluarga akan adanya tanda kulit pecah-
(3) Cukup terganggu pecah
(4) Sedikit terganggu
(5) Tidak terganggu

26
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria dan Hasil Rencana Tindakan
Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Mekanika Tubuh
keperawatan minimal 3x24 jam
diharapkan hambatan mobilitas klien Observation
dapat teratasi - Monitor perbaikan postur [tubuh]/mekanika tubuh pasien
- Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas
KH muskuloskeletalnya
- Keseimbangan (5)
- Gerakan otot (5) Nursing Treatmeant
- Gerakan sendi (5) - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi latihan postur
- Koordinasi (5) [tubuh] yang sesuai
- Bantu pasien melakukan latihan fleksi untuk memfasilitasi
Keterangan mobilisasi punggung, sesuai indikasi
(1) Sangat terganggu
(2) Banyak terganggu Health Education
(3) Cukup terganggu - Edukasi pasien/keluarga tentang frekuensi dan jumlah
(4) Sedikit terganggu pengulangan dari setiap latihan
(5) Tidak terganggu

27
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria dan Hasil Rencana Tindakan
Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Citra Tubuh
keperawatan minimal 3x24 jam
diharapkan gangguan citra tubuh klien Observation
dapat teratasi - Identifikasi kelompok pendukung yang tersedia bagi klien
- Identifikasi dampak dari budaya pasien, agama, ras, jenis
KH kelamin, dan usia terkait citra diri
- - Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh mana yang
berubah
- Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri

Nursing Treatmeant
- Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan
(bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan
dengan cara tepat
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan yang
akan meningkatkan penampilan

28
Health Education
- Ajarkan pada pasien mengenai perubahan-perubahan normal
yang terjadi dalam tubuhnya terkait dengan beberapa tahap
proses penuaan, dengan cara yang tepat

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Osteomielitis adaalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena
infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikobakterium tuberkolosa. Infeksi
ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang sering timbul
sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga (gotitis media), dan kulit (impetigo) (Nurarif, Amin Huda,
Kusuma, 2016).
Infeksi supuratif mencangkup struktur tulang yang berdekatan seperti
misalnya persendian dan jaringan lunak yang menyebabkan terbentuknya saluran
sinus. Osteolisis dan fraktur patologis telah dijelaskan sebagai komplikasi yang
jarang dengan adanya temuan penyakit dan terapi ostemielitis sejak dini.
Osteomielitis hematogen merupakan infeksi yang penyebarannya berasal
dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak.
Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan
bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai
perkembangan klinis dan onset yang lambat. Sedangkan Osteomielitis direk
disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau
sepsis setelah prosedur pembedahan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat kesalahan
dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Butar-butar, J. dan Ot, S. (2015) “Osteomielitis.”


Nurarif, Amin Huda, Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc, dalam Berbagai Kasus
Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Pearce, E. C. (2017) ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS. Empat
Pulu. PT Gramedia Pustaka Utama.

31

Anda mungkin juga menyukai