Disusun oleh :
- Caroline E. Purba (3018210208)
Gabriel Gusti Tegar Arief Mulyawan (3018210086)
A. Latar Belakang
Hukum pidana adalah hukum positif yang menentukan tentang
perbuatan pidana dan menentukan tentang kesalahan bagi si
pelanggarnya (substansi hukum pidana) dan menentukan tentang
pelaksanaan substansi hukum pidana (hukum acara pidana). Tujuan
hukum pidana merupakan suatu aturan yang dibuat oleh pejabat
berwenang yang berhubungan dengan ketertiban, ketenangan,
keamanan, perlindungan kepentingan tertentu, menghindari tindakan
main hakim sendiri dari pihak penduduk atau masyarakat
secara perseorangan, serta setiap saat harus detagakkan kebenarannya
agar terciptanya kehidupan yang sejahtera bernegara. Hukum pidana
berlaku pada masarakat dan badan-badan negara lain karena tidak ada
yang kebal terhadap hukum yang berlaku (hukum positif) Hukum
pidana mempunyai ketentuan-ketentuan terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh masyarakat, tindakan mana yang dapat dipidana
dan mana yang tidak dapat dipidana, dan mana yang tidakan mendapat
suatu penghapus, peringan dan pemberat pidana. Hal ini disebut dengan
Dasar Penghapus, Peringan dan pemberat pidana. Adapun dari tiga
dasar pidana tersebut merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang ada
dalam sistem hukum pidana.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
ALTERNATIF
2. Pasal-pasal
o Pertama : Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP
Atau
o Kedua : Pasal 351 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP
a. Alasan Pembenar
Keadaan darurat (pasal 48 KUHP),
Seseorang dikatakan berada dalam keadaan darurat (J.E.
Sahetapy dan Agustinus Pohan, 2007 : 60) “apabila
seseorang dihadapkan pada suatu dilema untuk memilih
antara melakukan delik atau merusak kepentingan yang
lebih besar”.
Dalam keadaan darurat pelaku suatu tindak pidana
terdorong oleh suatu paksaan dari luar, paksaan tersebut
yang menyebabkan pelaku dihadapkan pada tiga keadaan
darurat, yaitu Perbenturan antara dua kepentingan hukum.
Dalam hal ini pelaku harus melakukan suatu perbuatan
untuk melindungi kepentingan hukum tertentu, namun
pada saat yang sama melanggar kepentingan hukum yang
lain, begitu pula sebaliknya Perbenturan antara
kepentingan hukum dan kewajiban hukum. Dalam hal ini
pelaku dihadapkan pada keadaan apakah harus melindungi
kepentingan hukum atau melaksanakan kewajiban hukum
Perbenturan antara kewajiban hukum dan kewajiban
hukum. Dalam hal ini pelaku harus melakukan kewajiban
hukum tertentu, namun pada saat yang sama dia tidak
melakukan kewajiban hukum yang lain, begitu pula
sebaliknya.
Dalam keadaan darurat tersebut di atas, tindak pidana yang
dilakukan hanya dibenarkan jika (J.E. Sahetapy dan
Agustinus Pohan, 2007 : 61) ; tidak ada jalan lain;
kepentingan yang dilindungi secara objektif bernilai lebih
tinggi dari pada kepentingan yang dikorbankan.
Contohnya ; seseorang terjun ke dalam sungai untuk
menolong seorang anak kecil yang terhanyut, sementara di
sungai tersebut terdapat tulisan dilarang berenang.
pembelaan terpaksa (pasal 49 ayat (1) KUHP)
Menurut Pasal 49 ayat (1) disyaratkan hal-hal yang bisa
dikategorikan sebagai pembelaan terpaksa yaitu :
o Ada serangan mendadak atau seketika itu terhadap
raga, kehormatan, kesusilaan atau harta benda;
o Serangan itu bersifat melawan hukum;
o Pembelaan merupakan keharusan;
o Cara pembelaan adalah patut.
Peraturan uu (pasal 50 KUHP),
Dalam hal ini, terdapat hal dimana ada perbenturan antara
kewajiban hukum dengan kewajiban hukum lainnya,
artinya bahwa untuk melakukan kewajiban hukumnya,
seseorang harus melanggar kewajiban hukum lainnya.
Dalam melaksanakan ketentuan UU tersebut, kewajiban
yang terbesar yang harus diutamakan.
Contohnya; seorang juru sita yang mengosongkan sebuah
rumah dengan menaruh isi rumah dijalan, dimana pada
dasarnya menyimpan prabot di jalan adalah dilarang,
namun karena ketentuan dari pengadilan atau putusan
pengadilan, sehingga perbuatannya tersebut tidak dapa
dipidana.
Perintah jabatan (pasal 51 ayat (1) KUHP)
b. Alasan Pemaaf,
Tidak mampu bertanggungjawab (pasal 44 KUHP),
Dalam Pasal 44 KUHP, membedakan
pertanggungjawaban dalam dua kategori yaitu cacat dalam
pertumbuhan dan gangguan penyakit kejiwaan. Yang
dimaksud gangguan adalah gangguan sejak lahir atau
sejak remaja tumbuh dengan normal namun dikemudian
hari muncul kelainan jiwa. Pada dasarnya cacat atau
gangguan penyakit muncul pada saat perbuatan atau
tindak pidana, dan ketika perbuatan itu dilakukan ada
hubungan antara gangguan jiwanya dengan perbuatannya.
Noodweer Exces (pasal 49 ayat (2) KUHP)
Dalam pembelaan terpaksa, ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu :
o Harus ada situasi pembelaan terpaksa, yang berarti
suatu situasi dimana pembelaan raga, kehormatan
kesusilaan, atau harta benda terhadap serangan
seketika bersifat melawan hukum menjadi
keharusan.