MAKALAH
1601470033
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Makalah matakuliah Askep Gadar Khusus yang berjudul “Terapi Surfaktan” ini
hingga selesai.
2. Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns. M.Kes selaku dosen matakuliah
makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3
1.4 Manfaat .............................................................................................................4
ii
1
PENDAHULUAN
tegangan permukaan (atau tegangan antar permukaan) antara dua zat cair atau
antara zat cair dengan zat padat. Surfaktan pada paru manusia merupakan
(RDS) adalah suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur karena
biasanya didapatkan pada paru yang matur, sedangkan pada bayi prematur
produksi surfaktan berkurang. Hal ini disebabkan karena pada bayi prematur,
surfaktan ini akan mengakibatkan alveolus kolaps dan daya berkembang paru
kurang sehingga bayi akan mengalami sesak nafas . Sindrom ini terjadi
beberapa saat setelah lahir (4-6 jam) yang ditandai adanya pemapasan cuping
satu daerah dengan daerah lainnya, yaitu berkisar antara 9%-30%. (Ayu &
Sari, 2017)
Penyakit membran hialin (PMH) biasanya terjadi pada bayi prematur dan
insidennya secara proporsional berlawanan dengan usia gestasi dan berat lahir.
Enam puluh sampai delapan puluh persen teijadi pada bayi dengan gestasi
kurang dari 28 minggu, 15-30% teijadi pada gestasi antara 32-36 minggu, dan
2016)
didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500
dan berat badan dan menurun sejak digunakan surfaktan eksogen ( Malloy &
Freeman 2000). Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh
mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. (a, Etika, Damanik, Indarso, &
Harianto, 2018)
2
1.1 Rumusan Masalah
(PMH)
3
o. Mengetahui efek samping pemberian surfaktan Penyakit Membran
Hialin (PMH)
1.3 Manfaat
4
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Surfaktan
2.1.1 Definisi
dua zat cair atau antara zat cair dengan zat padat. Surfaktan pada paru
protein surfaktan sebagai SPA, SPB, SPC dan SPD (10% bagian). (Ayu &
Sari, 2017)
mengandung kedua komponen yang bersifat tidak larut air (larut minyak)
dan juga komponen larut air. Surfaktan akan menyebar di air dan
menyerap pada antarmuka udara dan air (atau minyak dan air pada
dari zat cair menuju udara atau minyak, sementara bagian hidrofilik masih
tetap berada dalam zat cair. Keberadaan surfaktan pada permukaan suatu
zat akan merubah sifat dari permukaan air pada antarmukanya dengan
gestasi 22-24 minggu dan mulai mengeluarkan keaktifan pada gestasi 24-
kortisol yang terdapat pada sel alveolus type II. Produksi surfaktan dapat
deksamethason yang diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi
yang berasal dari jaringan tubuh lainnya kecuali paru- paru. Jumlah lesitin
jumlahnya menetap. Rasio L/S biasanya 1:1 pada gestasi 31-32 minggu,
dan menjadi 2:1 pada gestasi 35 minggu. Rasio L/S 2:1 atau lebih
dianggap fungsi paru telah matang sempurna, rasio 1,5-1,9 sejumlah 50%
akan menjadi RDS, dan rasio kurang dari 1,5 sejumlah 73% akan menjadi
6
atelektasis secara progresif dan menyebabkan meningkatnya distres
pernafasan pada 24-48 jam pasca lahir. . (Ayu & Sari, 2017)
antara lain:
7
gradien tekanan akan bekerja kearah dalam dan menjaga interstisial
pernapasan bayi kurang bulan dapat beradaptasi dengan pergantian gas dan
asfiksia karena faktor paru yang belum matang pada bayi BBLR yang
prematur, atau karena distres respirasi (gangguan napas ) pada BBLR yang
morbiditas pada bayi. Salah satu penyebab kematian pada bayi prematur
struktur dan fungsi paru yang imatur. Imaturitas struktur dan fungsi paru
8
maturitas paru dari cairan amnion. Paru janin imatur jika rasio L/S<2.0
dan matur jika rasio L/S ≥ 2.0. (Ayu & Sari, 2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Pattle dan Clement pada tahun 1950-
berlebihan saat inspirasi dan dapat kembali ke ukuran normal saat ekspirasi.
Lapisan tersebut yang kemudian disebut sebagai surfaktan paru. Pada tahun
ingin mengetahui apa yang teijadi jika pada paru tidak terdapat surfaktan.
normal dan paru yang mengalami PMH, dan didapatkan kesimpulan bahwa
Bermawi, 2016)
daur ulang. Sel yang melakukan sintesa ini adalah sel tipe II alveolus.
tipe II dengan substrat dasar glukose fosfat dan asam lemak. Sintesa ini
9
melibatkan berbagai enzim untuk membentuk fosfatidilkolin jenuh sebagai
diambil dari darah dan masuk melalui endotel kapiler dengan proses difusi,
endoplasmik didalam sel alveolus tipe II. DPPC dan protein hidrofobik
seperti SP-B dan SP-C dibungkus dalam badan lamelar, yang merupakan
granula penyimpanan dan granula sekresi, yang terdapat dalam sel tipe II.
1. Surfaktan Alami
Surfaktan alami bisa didapat dan paru sapi ataupun dari babi
10
dengan kemampuan untuk menurunkan FiO2 dan menurunkan tekanan
kondisi beku.
2. Surfaktan Sintetis
Surfacten Surfactant- Ekstrak paru sapi dengan ditambah DPPC, PG, SP-B, SP-C
asam palmitic
Survanta Beractant Ekstrak paru sapi dengan ditambah DPPC, PG, SP-B, SP-C
DPPC,
11
Curosurf Poractant Ekstrak paru sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
chromatography
Infasurf Calf Lung Ekstrak paruanak sapi dengan DPPC, SP-B, SP-C
Extract methanol
BLES Bovine Ekstrak paru sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
Extract
Surfactant
Alveofact SF-RI 1 Ekstrak paru sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
ekstraksi chloroformmethanol
lemak netral,dan asam Iemak. Proses pemurnian mengunakan asam organic untuk
protein surfactant lainnya (SP-A) atau (SP-D) from Wiswell TE: perluasan dalam
12
Exosurf Colfosceril DPPC dengan 9% DPPC, tanpa protein
hexadecanol, tyloxapol
tyloxapol
Pneumacta Artificial lung DPPC dan PG dengan DPPC dan PG, tanpa protein
compound
(ALEC)
palmitic
palmitic
* Pneumactant ditarik dari pasaran oleh produsen tahun 2000 from Wiswell TE:
13
2.1.5 Fungsi Fisiologis Surfaktan Paru
inflasi dan deflasi pada paru dengan system surfaktan yang normal dengan
tekanan >4 cmH20, paru normal menyimpan volume udara yang lebih
tinggi dibandingkan dengan paru yang tidak normal. Pada tekanan yang
tertinggi, paru normal berisi volume udara tiga kali lebih banyak jika
dan tekanan dalam paru tersebut dinamakan compliance paru. (Sri Utami
14
2.2 Tahap Pematangan Paru Intrauterin
sakuler (26 hingga 36 minggu kehamilan) dan terakhir adalah fase alveolar
postnatal growth pada usia 2-18 tahun. Pada fase embrional, paru pertama
kali muncul sebagai sebuah ventral bud yang terpisah dari esofagus dan
kaudal dari sulkus laringotrakheal. Celah antara bud paru dan esofagus akan
yang terbentuk dilapisi oleh selapis sel kuboid yang kaya akan glikogen.
15
arteri dan vena telah berkembang menyerupai pola yang ditemukan pada
paru dewasa. Pada fase ini pula diafragma terbentuk dan memisahkan
Perubahan utama yang terjadi pada fase ini adalah terbentuknya asinus,
barrier) dan dimulainya sintesis surfaktan di sel tipe II. Struktur asinus
Setelah usia kehamilan 20 minggu, sel kuboid yang kaya akan glikogen ini
surfaktan dan fosfolipid dalam pneumosit tipe II dapat ditemui dalam asinus
merupakan struktur terminal dari paru janin, yang terdiri dari tiga tahapan
16
sekunder yang terjadi dari gestasi 36 minggu sampai 24 bulan setelah lahir.
2.3.1 Definisi
Syndrome (RDS) adalah suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur
alveolar dan atelektasis..Sindrom ini terjadi pada bayi prematur segera atau
beberapa saat setelah lahir (4-6 jam) yang ditandai adanya pemapasan
17
oleh defisiensi surfaktan, sehingga alveoli berada pada keadaan kolaps.
(Suminto, 2017)
adalah jenis kelamin laki-laki, masa gestasi, seksio sesaria, diabetes, dan
2.3.3 Patofisiologi
18
menyebabkan alveoli kolaps setiap akhir ekspirasi, sehingga untuk
besar dan usaha inspirasi yang lebih kuat. Kolaps paru ini akan
anaerob dengan penimbunan asam laktat dan asam organik lainnya yang
ke jantung. Demikian pula aliran darah paru akan menurun dan hal ini
Surfaktan pada saat lahir normal penting untuk memberikan tegangan pada
lesitin. Jenis protein surfaktan (PS) ada 4 macam: PS-A, PS-B, PS-C, dan
19
dalam retikulum endoplasma dari sel alveolar tipe II dengan semakin
paru untuk kolaps. Volume toraks dan paru cenderung mendekati volume
paru. Terbentuk eksudat yang kaya fibrin (membran hialin) karena proses
tersebut sehingga dapat memperburuk pertukaran gas. (Ayu & Sari, 2017)
20
2) Menyebabkan cairan alveoli menyebar bahkan melapisi permukaan
udara dan sel yang kontak dengan gas yang telah larut (Ayu & Sari,
2017)
otot menurun, jumlah urin menurun, sianosis, dan edema perifer. Bayi
2.3.5 Diagnosis
udara (bronkus berisi udara tampak nyata terhadap paru yang atelektasis).
Paru yang buram akan susah untuk membedakan antara batas paru dan
21
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, menurut kriteria Bomsel terdapat 4
bronkogram udara
dan gambaran air bronkogram udara lebih jelas dan meluas sampai ke
lapangan paru terlihat lebih opak dan bayangan jantung hampir tak terlihat,
sentral pada keadaan udara ruangan. Dalam hal ini, bayi membutuhkan
lebih dari 50 mmHg, atau untuk menjaga agar saturasi oksigen 85%
atau lebih.
22
Tes yang dipercaya saat ini untuk menilai kematangan paru janin
adalah Tes Kematangan Paru yang biasanya dilakukan pada bayi prematur
amnion.
menemukan bahwa L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada
23
saat gestasi 20 minggu dan meningkat secara bertahap pada level 1
RDS sangat tidak mungkin terjadi bila rasio L/S > 2. Beberapa
b. Test Biofisika
24
1 ml cairan amnion dalam saline dengan 1 ml ethanol 95%
mg/dl; dan matur bila lebih atau sama dengan 60 mg/dl. Bila
25
2.3.7 Pemberian Kortikosteroid Pada Kehamilan Preterm
pada bayi baru lahir, utamanya jika persalinan terjadi dalam waktu 24 jam
26
tipe II dan memperbaiki tingkat maturitas paru. Kortikosteroid bekerja
respon paru terhadap pemberian terapi surfaktan postnatal. (Ayu & Sari,
2017)
27
dengan waktu paruh 36-72 jam. Regimen yang sering digunakan adalah 2
terkait dengan imaturitas struktur dan fungsi paru yang ditentukan dengan
28
Deksametason secara intramuskular lebih dipilih karena rute
pada ibu juga terjadi selama 48 jam (2 hari), sehingga durasi deksametason
2.4.1 Definisi
Berat lahir adalah berat neonatus saat lahir ditimbang dalam waktu
Bayi berat lahir rendah merupakan bayi yang lahir dengan berat kurang
(WHO) telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight
(LBW) sejak tahun 1961. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi
prematur merupakan bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh berat yang sesuai dengan masa gestasi
kurang dari 37 minggu atau sesuai masa kehamilan (SMK) atau bayi yang
29
berat kurang dari semestinya menurut masa gestasi atau kecil masa
kehamilan (KMK) ataupun keduanya (SMK dan KMK). (Ayu & Sari,
2017).
2.4.2 Etiologi
1) Komplikasi obstetri
a. Perdarahan antepartum
2) Komplikasi medis
a. Diabetes maternal
b. Hipertensi kronis
3) Faktor ibu
a. Penyakit ibu
terlalu dekat
30
d. Keadaan sosial ekonomi
4) Faktor janin
2.4.3 Klasifikasi
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi lahir dengan berat
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi lahir dengan
3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu bayi lahir
Menurut Pantiawati (2010) dalam (Ayu & Sari, 2017), BBLR dapat
Faktor risiko yang dapat menimbulkan PMH pada BBLR terdiri dari faktor
31
1) Faktor ibu: perdarahan antepartum, infeksi ibu, preeklamsia, usia ibu, dan
bahwa usia ibu lebih dari 40 tahun pengaruh terhadap kejadian PMH
lebih besar pada bayi prematur khususnya pada bayi sangat prematur.
2.5.1.2 Preeklamsia
mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasa ditemukan atau mencapai
32
dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih
terganggu dan bayi akan lahir dengan berat lahir rendah. (Ayu & Sari,
2017)
33
Infeksi intrauterin dapat diketahui dengan melihat tanda-tanda sebagai
pasien ini untuk mengelolanya dengan benar. (Ayu & Sari, 2017)
dari 5 cm atau ketuban yang pecah lebih dari 6 jam sebelum lahir.
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan genap bulan ataupun
34
Ketuban pecah dini dapat menyebabkan PMH dikarenakan ketuban
2.5.2.1 BBLR
ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.22 Berat lahir berkaitan
dengan masa gestasi. Semakin rendah masa gestasi dan semakin kecil
bayi, semakin tinggi mortalitas dan morbiditas. Bayi berat lahir rendah
merupakan bayi lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, BBLSR
merupakan bayi lahir dengan berat kurang dari 1.500 gram hingga
kurang dari 1.000 gram. Semakin rendah berat bayi lahir, semakin
terbanyak pada BBLSR adalah PMH dan sepsis.(Ayu & Sari, 2017)
35
bulan. Bayi prematur akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk
2.5.2.3 Premature
adalah sebagian masih sebagai janin dan sebagai bayi baru lahir. Bayi
36
gestasi 37 minggu, yang mengindikasikan suatu risiko untuk
tiga kelompok:
intensif.
seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
37
Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada bayi prematur adalah
a. Paru-paru
Distress Syndrome.
c. Infeksi
d. Pengaturan suhu
dibanding rasio masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan
38
Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang
f. Ginjal
bayi normal.
g. Hiperbilirubinemia
sering daripada pada bayi aterm, dan kernicterus bisa terjadi pada
h. Hipoglikemia
hipoglikemia.
i. Mata
39
2.5.2.4 Tanpa Pemberian Antenatal Steroid
hingga 168 jam sejak terapi diberikan, hasil kurang maksimal bila ibu
paling banyak pada bayi sangat prematur dan sedikit pada bayi cukup
dihasilkan tidak cukup atau bisa sampai tidak ada, maka diperlukan
karena produksi surfaktan diatur oleh steroid. (Ayu & Sari, 2017)
40
2.5.2.5 Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki adalah faktor risiko PMH karena paru janin
penting PMH pada bayi cukup bulan. Persalinan secara seksio sesaria
awal. Menurut penelitian di cina, 31,7% dari bayi dengan PMH pada
41
masa gestasi 38 minggu mendapat tindakan operasi tersebut,
sementara itu hanya 15,1% pada bayi yang tanpa mengalami PMH
efek terapi surfaktan dengan placebo atau tanpa terapi. Beberapa dari
42
Semua golongan surfaktan secara in vitro menurunkan tegangan
surfaktan derifat binatang dengan surfaktan sintetik pada 5500 bayi yang
membran hialin, yaitu bayi prematur dengan usia gestasi kurang dari 32
yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu, 2) bayi yang
43
Secara operasional pemberian surfaktan dilakukan sebelum bayi
surfaktan akan homogen jika surfaktan diberikan pada paru yang berisi
44
dengan masa gestasi kurang dari 30 minggu 30%-40% tidak mengalami
terapi akhir, didapatkan kesimpulan bahwa pada bayi yang lahir kurang
45
2.6.1 Efek Samping Surfaktan
Bermawi, 2016)
timbul sumbatan mucus pada endotrakeal tube. Juga dapat terjadi refluk
Bermawi, 2016)
46
Secara garis besar, komlikasi pemberian surfaktan berkaitan
secara invitro yaitu akibat sitotoksisitas secara langsung, dimana hal ini
sipengaruhi oleh jenis dan dosis surfaktan. (Sri Utami Fajariyah, Herman
Bermawi, 2016)
premature yang diterapi dengan surfaktan, dan memiliki ciri khas yaitu
47
48
BAB 3
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
pada struktur dan fungsi paru akan mengakibatkan produksi surfaktan yang
rendah oleh sel alveolar tipe II, sehingga defisiensi surfaktan dapat
cuping hidung, nafas cepat, retraksi, sianosis, suara merintih saat ekspirasi
yang timbul segera atau beberapa saat setelah lahir (4- 6 jam) dan menetap
pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu dan tanpa pemberian
samping terapi surfaktan berkaitan dengan efek yang timbul akibat obstruksi
jalan nafas yaitu hipoksia, bradikardi, dapat juga terjadi refluk surfaktan ke
perdarahan paru.
49
DAFTAR PUSTAKA
a, N., Etika, R., Damanik, S. M., Indarso, F., & Harianto, A. (2018).
Ayu, R., & Sari, N. & R. D. P. (2017). Peran Kortikosteroid dalam Pematangan