Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh pada zaman dahulu (data sekunder :buku dan internet.

Berkaitan
dengan apa yang terjadi pada zaman dahulu hanya dapat memperoleh
informasi dari buku dan internet)

1. Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, politik adu domba yang


diterapkan oleh Belanda berhasil menurunkan kekuasaan kerajaan –
kerajaan di Nusantara yang dulunya kuat. Politik adu domba atau divide
et impera ala Belanda telah berhasil melemahkan dan memecah
kerajaan – kerajaan Indonesia yang kemudian sibuk bertikai sendiri
mengenai masalah perebutan kekuasaan. Dengan pertikaian yang terus
menerus, pada akhirnya para penguasa kerajaan terpaksa meminta
bantuan kepada Belanda dan membuat mereka terjebak di bawah
komando Belanda akibat bantuan yang bersyarat tersebut.
2. Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan
modern.Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji, padahal
menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat
upeti dari rakyat.Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah
kolonial. Pamong praja yang dulu berdasarkan garis keturunan diubah
menjadi sistem kepegawaian. Hal ini berlaku hingga sekarang.
3. Jawa menjadi pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf. Jawa dibagi menjadi 9 prefektuf dan 30 regentschap. Pada
masa kini, prefektur adalah sama dengan wilayah provinsi. Sedangkan
Regentschap atau karesidenan adalah wilayah yang terdiri dari beberapa
kabupaten, atau afdeeling.
4. Gubernur jenderal daendels menerapkan sistem pemerintahan
sentralistik. Artinya semua unsur birokrasi berada dibawah pimpinan
pemerintah pusat.
5. Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan
sistem hukum barat modern.
6. Belanda dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan
kerajaan, misalnya soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis
mendominasi politik di Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan
berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan pribumi mulai
runtuh.
7. VOC pada saat itu menjalankan sistem pemerintahan kapitalis dan
liberal. Dimana kelas pemodal dan individu diberikan kebebasan secara
luas untuk memperkaya dirinya sendiri.
8. Pada pemerintahan VOC terdapat Gubernur Jendral yang kekuasaannya
tidak terbatas sedangkan untuk mengurusi pemerintahannya diserahkan
oleh Raad van Indie (Dewan Hindia). Dapat diketahui bahwa
pemerintahan VOC yang dijalankan di Indonesia pada saat itu adalah
sistem pemerintahan parlementer. Di mana Gubernur jendral pada saat
itu sebagai kepala negaranya dan Dewan Hindia sebagai kepala
pemerintahannya. Sistem Parlementer ini pernah dijalankan Indonesia
ketiak awal-awal kemerdakaan pada masa Indonesia Liberal dan
Indonesia Terpimpin.
9. ketika bangsa penjajah mulai masuk, maka ada pengenalan sistem
pemerintahan dan politik yang baru, yaitu dengan munculnya
pembagian kekuasaan dan pemerintahan, seperti gubernur, bupati,
walikota sampai dengan pemerintah daerah. Bahkan secara langsung
atau tidak langsung, dengan masuknya bangsa kolonial ini, membuat
pengkotakan politik dan pemerintahan yang sebelumnya dianut
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan, sedikit demi sedikit terhapus
dan tergantikan dengan sistem yang baru dan lebih terstruktur.
10. Pembentukan dewan rakyat?
11. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda telah membagi beberapa
departemen-departemen yang diberi tugas untuk mengurusi bidangnya
masing-masing. Seperti departemen keuangan, kehakiman, ekonomi,
dalam negeri dan lain sebagainya.
12. Seluruh penduduk Hindia Belanda mesti tunduk pada hukum pidana
seperti termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Wetboek
van Strafrecht).
13. Dalam bidang politik dari kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di
Indonesia menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan para
penguasa Indonesia yang beralih ke tangan Belanda

Pengaruh yang masih terasa hingga saat ini : (data primer: bisa dilihat
dan dirasakan langsung)

1. Penerapan Trias Politica yang berasal dari akibat penjajahan Belanda


sekarang masih digunakan dalam sistem pemerintahan di Indonesia.
Pada struktur tersebut, pemerintah Belanda membagi badan yudikatif /
peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat di
Hindia Belanda. Tiga golongan tersebut yaitu peradilan orang Eropa,
peradilan Timur Asing, dan peradilan pribumi. Sedangkan dalam bidang
legislatif, Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat pada 1918.
Sistem hukum Belanda juga digunakan sebagai dasar perundang –
undangan di Indonesia hingga saat ini.
2. Jika kita saat ini kita merasakan sebuah desentralisasi dan otonomi
daerah yang begitu luas bahkan ada sebagian daerah yang mendapatkan
otonomi istimewa dan otonomi khusus. Maka sebenarnya sejak
pemerintahan belanda juga sudah menerapkan proses desentralisasi
tersebut. Pemerintahan induk kerajaan Belanda mencoba memeberikan
hak desentralisasi kepada pemerintahan Hindia Belanda untuk
mengurusi tempat jajahan (Indonesia) secara mandiri yaitu berupa
desentralisasi keuangan dan pembagian daerah-daerah di Nusantara.
Tidak heran jika selama beratus tahun kita dijajah Belanda nilai-nilai
pemerintahan kolonial Belanda serasa layak diterapkan di Indonesia
pada saat ini.Sekarang Indonesia sendiri dalam menjalankan
desntralisasi melalui otonomi daerah telah memilki konstitusi yang
secara yuridis telah mengatur. Seperti mulai dari UU No 22 tahun 1999
tentang Pemerintahan daerah lalu di revisi melalui UU No 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, PP No 72 tahun 2005 tentang
Pemerintahan Desa, UU no 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Kuhsus bagi
Provinsi Papua, UU No 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Daerah
Istimewa Aceh, UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesi, UU Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh[1]. Atau di masa
orde lama kita juga sebenarnya telah mengenal UU No 22 Tahun 1948,
namun undang-undang (UU) ini belum sempat direalisasikan. Begitu juga
UU No 1 tahun 1957 tentang Pokok – Pokok Daerah, namun UU ini juga
mendapat kendala ketika pemerintah belum mampu mengindifikasikan
apa saja hak-hak dan keadaan desa-desa di Indonesia. Kemudian juga
ada UU No 18 Tahun 1965 dan UU No 19 tahun 1965 tentang
Pemerintahan Daerah atau Desa. Bahkan dalam UUD 1945 Pasal 18 pra-
amandemen, semuanya telah menjelaskan perjalanan legal-formal
desentralisasi Indonesia pada masa orde lama. Namun, kendala terbesar
di sini adalah ketika pemerintahan pusat belum mendefinisikan daerah
atau desa di setiap daerah di Indonesia. Sehingga dalam prakteknya
Indonesia pada saat itu terkesan masih sentralistik. Begitu juga pada
masa Orde Baru, kita mngenal Undang-Undang No. 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan UU No 5 tahun 1979
tentang Pemerintahan Desa. Namun pada masa orde baru realisasi
terhadap undang-undang otonomi yang ada tidak berjalan dengan
semestinya. Kekuasaan dan kewenangan daerah masih terbatas.
3. Implikasi kuat dari pemerintahan VOC hingga sekarang kita rasakan
adalah praktek korupsi. Sekaan sudah berakar dan membudaya di dalam
tubuh pemerintahan kita. Sebagaimana kata pepatah buah jatuh tidak
jauh dari pohonnya, inilah mungkin budaya yang diturunkan oleh
pendahulu kita, bagaimana watak kotor penjajah selama ratusan tahun
menjajah indonesia melekat kuat dalam diri para birokrat bangsa ini.
Selain itu, VOC pada saat itu menjalankan sistem pemerintahan kapitalis
dan liberal. Dimana kelas pemodal dan individu diberikan kebebasan
secara luas untuk memperkaya dirinya sendiri. Dan inilah yang sampai
sekarang kita rasakan dalam praktek politik maupun ekonomi yang kita
jalani dalam sistem pemerintahan Indonesia. Terlepas dari idiologi kita
Pancasila, dan menganut sistem demokrasi, namun dalam praktek dan
realitanya kita masih menjunjung nilai liberal dan kapitalisme. Ini bisa
dilihat ketika banyak pemodal asing yang malah secara bebas dan
leluasa menggerogoti sumber daya ekonomi dan sumber daya alam
bangsa ini, yang kaya makin kaya, kesenjangan sosial dan ekonomi yang
begitu kentara, dan lain sebagainya.
4. Bagaimana bentuk negara Belanda adalah kerajaan, maka terlihat jelas
unsur fedolistik dalam menjalankan sistem pemerintahan hindia belanda
pada saat itu. Pemerintahan hindia belanda melalui gubernur jendralnya
hanyalah perpanjangan tangan dari pemerintahan pusat ratu belanda
yang berada dipusat yaitu kerajaan belanda di eropa. Unsur dan nilai-
nilai inilah yang terasa sampai sekarang ketika masyarakat kraton
Yogyakarta dan Surakarta atau daerah lainnya yang masih menggunakan
sistem kesultanan. Adanya sebuah sistem stratifikasi sosial, adanya
seseorang yang mepunyai kedudukan yang lebih tinggi untuk disanjung
dan dihormati, serta adanya kelas bangsawan dan kelas buruh.
5. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda telah membagi beberapa
departemen-departemen yang diberi tugas untuk mengurusi bidangnya
masing-masing. Seperti departemen keuangan, kehakiman, ekonomi,
dalam negeri dan lain sebagainya. Nah inilah yang dicontoh Indonesia
pada awal kemerdekaan. Sebagai bangsa yang sudah lepas dari belenggu
penjajahan menuntut Indonesia harus mampu mandiri mengurusi
pemerintahannya. Maka dalam menjalankan prakteknyanya Indonesia
mau tidak mau harus bercermin dalam membentuk sebuah sistem
pemerintahan dalam membagi urusan dan bidangnya masing-masing,
maka dibentukalah departemen-departemen yang tidak jauh beda pada
jaman penjajahan hindia belanda. Pengaruh tersebut masih dapat kita
lihat dengan adanya beberapa departemen di bidang tertentu seperti
deparetemn agama, departemen kesehatan,departemen pendidikan dll.
6. Implikasi yang masih sangat kuat dan kita rasakan dalam menjalankan
hukum di negeri ini adalah di mana segala bentuk hukum pidana dan
perdata adalah produk Belanda. Kita masih meniru corak dan sistem
hukum pemerintahan kolonial belanda, baik itu dari hukuman, sanksi,
jenis perkara, pemutusan perkara dan lain sebagainya. Yang masih kuat
digunakan hingga sekarang adalah KUHP yang Indonesia gunakan
sekarang adalah jelas produk Pemerintahan Kolonial Belanda, dan
sampai sekarang dan saat ini Indonesia belum mampu membuatnya.
Begitu juga hukum adat yang digunakan pada waktu itu sebagai bahan
pertimbangan terhadap hukum yang ada, dan itu juga yang digunakan
indonesia pada saat ini, pertimbangan hukum adat, syariat islam masih
dijadikan penunjang sebagai hukum perdata dan pidana di indonesia
yang merupakan produk barat, misalnya saja dalam urusan pembagian
hak waris, urusan perkawinan dan penceraian, sengketa tanah dan lain
sebagainya
7. Implikasi kuat yang dirasakan sistem peradilan di Indonesia saat ini
adalah karena kita menerapkan sistem peradilan dengan tipe
hukum Civil Law yaitu sistem peradilan yang digunakan oleh Belanda. Di
mana lebih banyak hukum tertulis, keputusan hakim tidak langsung
menjadi UU, namun memerlukan perundingan dan pembahasan yang
panjang terlebih dahulu.Di lihat dari penjelasan di atas bagaimana
adanya sebuah kesamaan yang tidak jauh beda dengan sistem hukum
yang dijalankan Indonesia pada saat ini, seperti adanya pengadilan
negeri di tingkat Kabupaten/kota, pengadilan tinggi di tingkat provinsi
dan pengadilan istimewa di tingkat pusat, yang semuanya merupakan
turunan dari pemerintahn Hindia Belanda.

Anda mungkin juga menyukai