Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat dan memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai peraturan perundang-undangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun sebagai landasan dalam perencanaan program dan kegiatan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, karena hanya masyarakat yang sehat mampu untuk mandiri dan berdaulat.
Dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, diperlukan upaya
untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan. Pemerintah dapat menjamin keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional, bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti ilmiah. Hal tersebut tercantum dalam SKN subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
Dari segi kesehatan, obat dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan
menyelamatkan kehidupan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga tersedianya obat esensial menjadi kewajiban bagi pemerintah di Kabupaten/Kota maupun pemerintah Provinsi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sehingga dapat 2 menjamin ketersediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata serta mudah dijangkau dalam sebuah pelayanan kesehatan pemerintah. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan sebuah sarana pelayanan kefarmasian tempat pengelolaan obat pemerintah yang meliputi obat dari dana APBN, APBD maupun JKN. Manajemen obat dan perbekalan kesehatan meliputi perencanan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke puskesmas. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota secara garis besar bertugas untuk menyalurkan obat dan perbekalan farmasi kepada puskesmas sesuai dengan permintaan yang bertujuan agar obat dan perbekalan kesehatan yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu (Depkes RI, 2016).
Adapun indikator pencapaian tersebut pada tahun 2019 yaitu persentase
ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90% dan persentase Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar sebesar 75%. Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019 melakukan penyiapan infrastruktur di bidang pengendalian harga obat, penyediaan, pengelolaan, dan pemantauan serta evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jember mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Pemerintahan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yaitu Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK). PKPA pemerintahan merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan pengalaman serta menambah wawasan terkait peran Apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten tentang tata cara pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan sampai dengan cara pendistribusiannya ke seluruh puskesmas di wilayah Jember. PKPA dilaksanakan di Instalasi Farmasi Kabupaten Jember yang terletak di Jalan Ciliwung No. 41 Kabupaten Jember, pada tanggal 22 November 2018. Dengan diadakannya PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten diharapkan calon Apoteker dapat meningkatkan wawasan, 3 pengetahuan, serta keterampilan mengenai perannya di salah satu lembaga pemerintahan.
1.2 Tujuan Adapun tujuan pelaksanaan PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peraturan perundang-
undangan, struktur organisasi, visi, misi, sasaran mutu, tugas, fungsi dan wewenang Apoteker dalam praktek kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten.
b. Mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem manajemen
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Kabupaten Jember.
c. Mengetahui susunan struktur organisasi di Instalasi Farmasi Kabupaten
Jember.
1.3. Manfaat
Manfaaat dari PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten adalah :
a. Mahasiswa PKPA dapat memahami tentang peraturan perundang-
undangan, struktur organisasi, visi, misi, sasaran mutu, tugas, fungsi dan wewenang Apoteker dalam praktek kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten.
b. Mahasiswa dapat mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan
sistem manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Kabupaten Jember.
c. Mahasiswa dapat mengetahui susunan struktur organisasi di Instalasi