Anda di halaman 1dari 3

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak


dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28.
Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
dan memperoleh pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat oleh Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor
72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), serta berbagai
peraturan perundang-undangan yang lain, baik sebagai kerangka regulasi maupun
sebagai landasan dalam perencanaan program dan kegiatan. Pembangunan di
bidang kesehatan bertujuan untuk mewujudkan kualitas hidup masyarakat
lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, karena hanya masyarakat yang sehat
mampu untuk mandiri dan berdaulat.

Dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, diperlukan upaya


untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan
kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan. Pemerintah dapat menjamin
keamanan, khasiat, manfaat, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan melalui pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional,
bertanggung jawab, independen, transparan, dan berbasis bukti ilmiah. Hal
tersebut tercantum dalam SKN subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan.

Dari segi kesehatan, obat dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan


menyelamatkan kehidupan. Akses terhadap obat, terutama obat esensial
merupakan salah satu hak asasi manusia, sehingga tersedianya obat esensial
menjadi kewajiban bagi pemerintah di Kabupaten/Kota maupun pemerintah
Provinsi. Salah satu kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu
peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, sehingga dapat 2
menjamin ketersediaan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu,
merata serta mudah dijangkau dalam sebuah pelayanan kesehatan pemerintah.
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan sebuah sarana pelayanan
kefarmasian tempat pengelolaan obat pemerintah yang meliputi obat dari dana
APBN, APBD maupun JKN. Manajemen obat dan perbekalan kesehatan meliputi
perencanan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta pendistribusian obat dan
perbekalan kesehatan ke puskesmas. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota secara
garis besar bertugas untuk menyalurkan obat dan perbekalan farmasi kepada
puskesmas sesuai dengan permintaan yang bertujuan agar obat dan perbekalan
kesehatan yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh puskesmas, dan memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan
mutu (Depkes RI, 2016).

Adapun indikator pencapaian tersebut pada tahun 2019 yaitu persentase


ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90% dan persentase Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota yang melaksanakan manajemen pengelolaan obat dan
vaksin sesuai standar sebesar 75%. Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun 2015–2019 melakukan
penyiapan infrastruktur di bidang pengendalian harga obat, penyediaan,
pengelolaan, dan pemantauan serta evaluasi program obat publik dan perbekalan
kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima di bidang kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi


Universitas Jember mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Pemerintahan yang dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yaitu
Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK). PKPA pemerintahan merupakan salah satu
upaya untuk mendapatkan pengalaman serta menambah wawasan terkait peran
Apoteker di Instalasi Farmasi Kabupaten tentang tata cara pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan sampai dengan cara pendistribusiannya ke seluruh
puskesmas di wilayah Jember. PKPA dilaksanakan di Instalasi Farmasi Kabupaten
Jember yang terletak di Jalan Ciliwung No. 41 Kabupaten Jember, pada tanggal
22 November 2018. Dengan diadakannya PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten
diharapkan calon Apoteker dapat meningkatkan wawasan, 3 pengetahuan, serta
keterampilan mengenai perannya di salah satu lembaga pemerintahan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten adalah
sebagai berikut :

a. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peraturan perundang-


undangan, struktur organisasi, visi, misi, sasaran mutu, tugas, fungsi dan
wewenang Apoteker dalam praktek kefarmasian di Instalasi Farmasi
Kabupaten.

b. Mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem manajemen


pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Kabupaten
Jember.

c. Mengetahui susunan struktur organisasi di Instalasi Farmasi Kabupaten


Jember.

1.3. Manfaat

Manfaaat dari PKPA di Instalasi Farmasi Kabupaten adalah :

a. Mahasiswa PKPA dapat memahami tentang peraturan perundang-


undangan, struktur organisasi, visi, misi, sasaran mutu, tugas, fungsi dan
wewenang Apoteker dalam praktek kefarmasian di Instalasi Farmasi
Kabupaten.

b. Mahasiswa dapat mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan


sistem manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi
Kabupaten Jember.

c. Mahasiswa dapat mengetahui susunan struktur organisasi di Instalasi


Farmasi Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai