Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Tinjauan Pustaka

Berikut tabel Perbandingan Penelitian terdahulu yang telah dilakukan :

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No Kasus Penulis Parameter Kesimpulan Metode


1 Kombinasi Metode Ahmad 6 Kriteria Kombinasi metode AHP dan
Ahp Dan Topsis Abdul 1)Komersil AHP dan TOPSIS Topsis
Pada Sistem Chamid, 2)Proses dapat diterapkan pada
Pendukung Alif Catur Produksi sistem pendukung
Keputusan Murti 3)Bahan keputusan, dengan
(2017) Baku memperhatikan
4)Dampak kriteria-kriteria yang
Lingkungan dilakukan penilaian
5)Hasil pembobotan harus
Warna benar-benar
6)Tingkat menggunakan ahli
Kelunturan yang paham betul
dengan objek yang
akan diteliti.

2 Sistem Pendukung Dian 8 Kriteria Sistem pendukung AHP


Keputusan Mutasi, Novian 1)Kesetiaan keputusan mutasi
Enumerasi Dan (2010) 2)Prestasi enumerasi dan
Promosi Pegawai Kerja promosi dibuat untuk
Menggunakan 3)Tanggung membantu
Metode AHP jawab pimpinan dalam
(analytic hierarchy 4)Ketaatan mengambil
process) 5)Kejujuran keputusan.
6)Kerjasama
7)Prakarsa
8)Kepemimp
inan
No Kasus Penulis Parameter Kesimpulan Metode
3 Sistem Informasi Sri Budiarti 10 Kriteria Sistem Informasi MFEP
Mutasi Pegawai (2015) 1)Pemahama Mutasi Pegawai yang
Pada Rumah Sakit n Tupoksi dibuat dapat
Umum Daerah 2)Inovasi meningkatkan
Tugurejo Semarang 3)Kecepatan penyeleksian secara
Kerja tepat sasaran dan
4)Keakurata menghindari adanya
n Kerja pemilihan secara
5)Kerjasama curang.
6)Tidak
Masuk Krja
7)Terlambat
Masuk Kerja
8)Pulang
Awal
9)Keluar
Tanpa Ijin
10)Tidak
Hadir
Setelah Hari
Raya.

4 Sistem Pendukung Indra 5 kriteria Penelitian ini AHP


Keputusan Herman 1)Pengetahu menghasilkan sebuah
Penentuan Firdaus, an sistem
Karyawan Terbaik Gunawan 2)Kemampu pendukung keputusan
Menggunakan Abdillah, an yang dapat
Metode AHP Dan Faiza 3)Sikap merekomendasikan
Topsis Renaldi 4)Absensi karyawan terbaik
(2016) 5)Kerjasama pada PT South
Pacific Viscose
berdasarkan kriteria
yang telah
ditetapkan yaitu:
pengetahuan,
kemampuan, sikap,
absensi, dan
kerjasama .
No Kasus Penulis Parameter Kesimpulan Metode
5 Penerapan Sri Wahyuni 4 Kriteria Berdasarkan hasil uji MFEP
Multifactor Priyanti, 1)Modal coba untuk
Evaluation Process Indah Fitri Perusahaan perhitungan Metode
(MFEP) Untuk Astuti, Dina 2)Sertifikat Multifaktor
Pemilihan Marisa 3)Pengalama Evaluation Process
Kontraktor Pada Khairina n dapat disimpulkan
Proyek Semenisasi (2016) 4)Invntaris bahwa perhitungan
Jalan (Studi Kasus : Barang yang dihasilkan oleh
Unit Layanan sistem adalah sesuai
Pengadaan dengan hasil
Kabupaten Kutai pengujian yang
Kartanegara) dihasilkan melalui
perhitungan yang
dilakukan scara
manual
6 Sistem Pendukung Edianto 7 Kriteria Lebih tepat untuk AHP
Keputusan Berutu 1)Pengetahu menyelesaikan
Pengangkatan (2015) an penilaian
Karyawan 2)Disiplin kriteria-kriteria
Tetap dengan 3)Kualitas pengangkatan
Metode Analytic Kerja karyawan tetap
Hierarchy Process 4.Jujur pada PT. Perkebunan
(AHP) pada PT. 5)Kerjasama Lembah Bakti.
Perkebunan 6)Inisiatif
Lembah Bhakti 7)Kehadiran
Propinsi Nad
Kab. Aceh singkil
7 Sistem Pendukung V.M.Eduaro 6 Kriteria Dengan AHP
Keputusan Christian S 1)Logika menggunakan sistem
Kenaikan Jabatan (2014) Berfikir pendukung keputusan
Pada PT Bank 2)Ketelitian kenaikan jabatan
Central Asia Tbk. 3)Tanggung dengan metode
(bca) menggunakan Jawab Analytic Heararchy
metode Analityc 4)Kerjasama Process dapat
Heararchy Process 5)Kehati- membantu dalam
hatian mengmbil suatu
6)Potensi keputusan.
Kecerdasan
(IQ)
No Kasus Penulis Parameter Kesimpulan Metode
8 Perancangan Eko 7 Kriteria Penilaian prestasi AHP
Penilaian Kinerja Nurmianto, 1)Disiplin kinerja sebaiknya
Karyawan Nurhadi 2)Melayani menggunakan kriteria
Berdasarkan Siswanto 3)Berprestasi penilaian yang
kompetensi spencer (2006) 4)Proaktif mencerminkan
Dengan metode 5)Komitmen kondisi kerja dan
analytical pada diberikan bobot yang
hierarchy process organisasi tepat agar mampu
(Studi Kasus di Sub 6)Memimpin untuk memotivasi
Dinas Pengairan, 7)Kerjasama produktivitas
Dinas Pekerjaan karyawan.
Umum, Kota
Probolinggo)
9 Sistem Pendukung Heny 3 Kriteria: Aplikasi ini dapat MFEP
Keputusan Pratiwi 1)Gaji menghasilkan
Penentuan (2014) 2)Kenaikan penilaian
Karyawan Karir terhadap suatu
Berprestasi 3)Lokasi pilihan atau
Menggunakan alternatif
Metode , untuk
Multifactor menentukan
Evaluation process karyawan yang
berprestasi dan
layak mendapatkan
kenaikan gaji dan
pangkat.

10 Sistem Penunjang T.Henny 4 Kriteria Aplikasi Perhitungan MFEP


Keputusan Febriana 1)Kedisplina yang dirancang dapat
Penentuan Jabatan Harumy, n digunakan untuk
Manager Indri 2)Keaktifan memudahkan
Menggunakan Sulistianing Total perusahan dalam
metode MFEP pada sih Penjualan menentukan siapa
CV. Sapo Durin (2016) 3)Jumlah yang berhak
Anggota dipromosikan
4)Kegigihan menjadi manager.
11 Sistem Pendukung Iwan 3 Kriteria Aplikasi ini dapat AHP
Keputusan Rijayana,Lir 1)Penilaian menampilkan
Pemilihan ien kinerja peringkat sepuluh
Karyawan Okirindho 2)Score besar (top ten)
Berprestasi (2012) TOEIC karyawan berprestasi
Berdasarkan 3)Kehadiran melalui grafik
Kinerja karyawan. yang di tampilkan
Menggunakan dalam aplikasi.
Metode Analityc
Hierarcy Process
Penelitian yang akan dilakukan
No Kasus Penulis Parameter Kesimpulan Metode
1 Kombinasi Kinerja Deni 5 Kriteria - MFEP
Analytic Hierarchy Kurniawan 1)Disiplin dan AHP
Process (AHP) (2018) 2)Menguasai
Dengan Multifactor Materi
Evaluation Process 3)Keaktifan
(MFEP) Dalam 4)Kreatif
Menentukan 5)Inovatif
Prestasi
Mahahasiswa
(Studi Kasus pada
Kursus Retro
Lampung)

Dari tabel diatas dapat dilihat ada 11 kasus dengan metode MFEP dan AHP,

masing-masing memakai metode MFEP ada 4 kasus dan AHP ada 6 kasus, 1

kombinasi AHP dan Topsis.

2.2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Adalah Sistem Berbasis Komputer

Interaktif, Yang Mengambil Para Keputusan Untuk Menggunakan Data Dan

Berbagai Model Untuk Memecahkan Masalah Yang Tidak Terstruktur. Sistem

Pendukung Keputusan Memadukan Sumber Daya Intelektual Dari Individu

Dengan Kepastian Komputer Untuk Meninggalkan Kualitas Keputusan.

Menurut Alter (2002) yang dikutip dalam buku konsep dan aplikasi sistem

pendukung keputusan, Kusrini (2007) bahwa sistem pendukung keputusan

merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan

dan pemanipulasian data. Sistem Itu Digunakan Untuk Membantu Pengambilan


Keputusan Dalam Situasi Yang Semiterstruktur Dan Situasi Yang Terstruktur,

Dimana Tak Seorangpun Tahu Secara Pasti Bagaimana Keputusan Seharusnya

Dibuat.

2.2.1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan adalah rangkuman sistem komputer yang

digunakan untuk membantu manajer membuat keputusan.

Menurut Alter (2002) yang dikutip dalam buku konsep dan aplikasi sistem

pendukung keputusan, Kusrini (2007) bahwa sistem pendukung keputusan

merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan

dan pemanipulasian data. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan

keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur,

dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya

dibuat.

Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa sistem pendukung

keputusan bukan merupakan alat pengambilan keputusan, melainkan

merupakan sistem yang membantu pengambilan keputusan dengan melengkapi

mereka informasi dari data yang telah diolah dengan relevan dan diperlukan

untuk membantu manajer dalam membuat keputusan tentang suatu masalah

dengan lebih cepat dan akurat.

2.2.2. Karakteristik dan Tujuan Sistem Pendukung Keputusan


Menurut Turban (2005) yang dikutip dalam buku konsep dan aplikasi sistem

pendukung keputusan, Kusrini (2007) Ada beberapa karakteristik dari SPK, di

antarannya sebagai berikut.

1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi

terstruktur dan tak terstruktur.

2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai

manajer lini.

3. Dukungan untuk individu dan kelompok.

4. Dukungan untuk keputusan independen dan sekuensial.

5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain,

pilihan, dan implementasi.

6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

7. Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil keputusan

dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat

menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-

kondisi perubahan yang terjadi.

8. Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang

kuat, dan sebuah bahasa interaktif yang alami.

9. Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi,

timelines, kualitas) dari pada efisiensi (biaya).

10. Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan

keputusan dalam memecahkan masalah.


11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sederhana.

12. Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan

keputusan.

13. Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai

dari sistem informasi geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

14. Dapat digunakan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang

pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di suatu

organisasi keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai

persediaan.

Menurut Turban (2005) yang dikutip dalam buku konsep dan aplikasi

sistem pendukung keputusan, Kusrini (2007) Tujuan dari sistem pendukung

keputusan sebagai berikut.

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi

terstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya

dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih dari pada

perbaikan efisiensinya.

4. Kecepatan komputasi, komputer memungkinkan para pengambil keputusan

untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya rendah.


5. Peningkatan produktivitas, membangun suatu kelompok pengambilan

keputusan, terutama para pakar bisa sangat mahal. Pendukung

terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan

para anggotanya untuk berada di lokasi yang berbeda-beda .

6. Dukungan kualitas, komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang

dibuat.

7. Berdaya saing, tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan

keputusan menjadi sulit.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

2.3. Metode Multi Factor Evalution Process

Multifactor Evaluation Process (MFEP) merupakan model pengambilan

keputusan yang menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan

keputusannya (Render dan Stair, 2002).

2.3.1. Konsep Dasar Penggunaan Metode MFEP

Dibawah ini merupakan langkah-langkah proses perhitungan

menggunakan metode MFEP, yaitu:

1. Menentukan faktor dan bobot faktor dimana total pembobotan harus sama

dengan 1 (∑ pembobotan = 1), yaitu factor weight.

2. Mengisikan nilai untuk setiap faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan dari data-data yang akan diproses, nilai yang dimasukkan dalam
proses pengambilan keputusan merupakan nilai objektif, yaitu sudah pasti

yaitu factor evaluation yang nilaianya antara 0 -1.

3. Proses perhitungan weight evaluation yang merupakan proses perhitungan

bobot antara factor weight dan factor evaluation dengan serta penjumlahan

seluruh hasil weight evaluations untuk memperoleh total hasil evaluasi.

Penggunaan model MFEP dapat direalisasikan dengan contoh berikut:

WE = FW x E

∑WE = ∑(FW x E)

Keterangan :

WE = Weighted Evaluation

FW = Factor Weight

E = Evaluation

∑WE = Total Weighted Evaluation

Maka perhitungan perkalian antara nilai bobot weight dengan nilai bobot

evaluation sesuai dengan evaluasi atasan pada setiap karyawan.

2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut Saaty (1986) Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikutip

dalam buku Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk ,

Marimin (2004) AHP adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang

menampung kreativitas dalam ancangannya terhadap suatu masalah.


Metode ini merumuskan masalah dalam bentuk hierarki dan masukan

pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. Dalam

penyelesaian persoalan dengan metode AHP dalam buku Saaty (1986) tersebut,

dijelaskan pula beberapa prinsip dasar Proses Hirarki Analitik yaitu

1. Dekomposisi. Setelah mendifinisikan permasalahan, maka perlu dilakukan

dekomposisi yaitu memecah persoalan utuh menjadi unsur-unsurnya sampai

yang sekecil kecilnya.

2. Comparative Judgment. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena

akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.

3. Synthesis of Priority. Dari setiap matriks pairwise comparison vector

eigen-nya mendapat prioritas lokal, karena pairwise comparison terdapat

pada setiap tingkat, maka untuk melakukan global harus dilakukan sintesis

diantara prioritas lokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bantuk

hirarki.

4. Logical Consistency. Konsistensi memiliki dua makna yang pertama

bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman

dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antar obyek-obyek yang

didasarkan pada kriteria tertentu.


2.4.1 Prosedur AHP

Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP

meliputi:

1.Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu

menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Menyusun hierarki

adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem

secara keseluruhan pada level teratas.

2. Menentukan prioritas elemen

1) Langkah pertama dalam menentukan prioritsa elemen adalah

memebuat perbandinagn pasangan, yaitu membandingkan elemen

secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

2) Matriks perbandingn berpasangan diisi menggunkan bilangan untuk

mempresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap

elemen yang lainnya.

3. Sintesis pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan

disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang

dilakukan dalam langkah ini adalah:

1) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks.

2) Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang

bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks.

3) Menumlahkan nilai - nilai dari setiap baris dan membaginya dengan

jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata .


4. Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk

mengetahui sebeapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak

menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi

yang rendah. Hal- hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

1) Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif

elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif

elemen kedua, dan seterusnya.

2) Jumlahkan setiap baris.

3) Hasil dari pejumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yan

bersangkutan.

4) Jumlahkan hasil bagi di atas dengan banyaknya elemen yang ada,

hasilnya disebut λ maks.

5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus :

CI = ( λ maks-n)/n Di mana n = banyaknya elemen

6. Hitung Rasio Konsistensi / Consistency Ratio (CR) dengan rumus :

CR=CI/IR

Di mana CR=Consistency Ratio

CI=Consistency Index

IR=Indeks Random Consistency

7. Memeriksa konsistensi hierarki.

Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus

diperbaiki. Namun jika ratio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama


dengan 0,1. maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar index

random konsistensi (IR) bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Daftar indeks random konsisten

Ukuran Matriks Nilai IR


1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59

2.4.2 Hirarki Pada AHP

Hirarki adalah alat yang paling mudah untuk memahami masalah yang

kompleks dimana masalah tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen

yang bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara hirarki dan

akhirnya melakukan penilaian atas elemen tersebut sekaligus menentukan

keputusan mana yang diambil. Proses penyusunan elemen secara hirarki

meliputi pengelompokan elemen komponen yang sifatnya homogen dan


menyusunan komponen tersebut dalam level hirarki yang tepat.

Hirarki juga merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang

mempelajari fungsi interaksi antara komponen dan dampaknya pada

sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling terkait tersusun

dalam suatu sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub tujuan, ke

pelaku (aktor) yang memberi dorongan dan turun ke tujuan pelaku,

kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi tersebut.

Level 1 : Fokus/sasaran/goal

Level 2 : Faktor/kriteria

Level 3 : Alternatif/subkriteria

GOAL

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4

Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif

Gambar 2.1 Abstraksi Susunan Hirarki Keputusan


2.4.3 Penentuan Prioritas dalam Metode AHP

Dalam pengambilan keputusan hal yang perlu diperhatikan adalah

pada saat pengambilan data, dimana data ini diharapkan dapat mendekati

nilai sesungguhnya. Derajat kepentingan pelanggan dapat dilakukan

dengan pendekatan perbandingan berpasangan.

Perbandingan berpasangan sering digunakan untuk menentukan

kepentingan relatif dari elemen dan kriteria yang ada. Perbandingan

berpasangan tersebut diulang untuk semua elemen dalam tiap tingkat.

Elemen dengan bobot paling tinggi adalah pilihan keputusan yang layak

dipertimbangkan untuk diambil. Untuk setiap kriteria dan alternatif kita

harus melakukan perbandingan berpasangan (Pairwise comparison) yaitu

membandingkan setiap elemen yang lainnya pada setiap tingkat hirarki

secara berpasangan sehingga nilai tingkat kepentingan elemen dalam

bentuk pendapat kualitatif.

Untuk mengkuantitifkan pendapat kualitatif tersebut digunakan skala

penilaian sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka

(kualitatif). Menurut Saaty (1986) untuk berbagai permasalahan skala 1

sampai dengan 9 merupakan skala terbaik dalam mengkualitatifkan

pendapat, dengan akurasinya berdasarkan nilai RMS (Root Mean

Square Deviation) dan MAD (Median Absolute Deviation).


Tabel 2.3 Skala Matrik Perbandingan Berpasangan

Intensitas
Definisi Penjelasan
Kepentingan

1 Elemen yang sama pentingnya Kedua elemen


dibanding dg elemen yang lain menyumbang sama
(Equal importance besar pd sifat tersebut
3 satu s edikit lebih penting dari pada
Elemen yang Pengalaman
elemen yg lain (Moderate more menyatakan
importance) sedikit berpihak
pd satu elemen

5 Elemen yang satu jelas lebih Pengalaman


penting dari pada elemen lain menunjukan
(Essential, Strong more secara kuat memihak
importance) pada satu elemen

7 Elemen yang satu sangat jelas Pengalaman


lebih penting dari pada elemen menunjukan secara kuat
yg lain (Demonstrated disukai dan dominannya
importance) terlihat dlm praktek

9 Elemen yang satu mutlak lebih Pengalaman menunjukan


penting dari satu elemen sangat jelas
elemen yg lain ( Absolutely lebih penting
more importance)

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua Nilai ini diberikan


nilai ruang berdekatan (grey bila diperlukan
area) kompromi

Anda mungkin juga menyukai