SKRIPSI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PENDEKATAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN
SUPPLIER (PEMASOK)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PERSETUJUAN
Diluluskan di
Medan, Juli 2011
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan dari masing- masing disebutkan sumbernya
070803039
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa memberikan
segala kasih dan kelimpahanNya, dan yang telah memberi kekuatan akal dan fikiran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang ditetapkan.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Iryanto, M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Elly
Rosmaini, M.Si selaku pembing II yang telah menyediakan waktunya
untuk membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Drs. Marwan Harahap, M.Eng. dan Ibu Dra. Ester Sorta M
Nababan, M.Si selaku dosen penguji penulis.
3. Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl.Math., Ph.D M.Sc dan Ibu Dra.
Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika
5. Bapak T. Siahaan dan N. Siburian orang tua penulis, teman doa penulis
Lamsihar Elizabeth Monika Hutagaol yang senantiasa memberikan
dukungan doa dan materi kepada penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan
Supplier (Pemasok)
Abstrak
Abstract
Analytic Hierarchy Process (AHP) be one of effective decision making method to take
decision in complex problem. With AHP problem of complex that is not structure,
made moderate to become parts which structure in a hierarchy. Application of AHP is
begin by making the hierarchy structure of the studied problem. The pair-wise
comparison matrix is used to form a correlation in the structure. In this matrix, the
weight of each criteria is determined by normalization of geometric. Normalized
maximum eigen value and eigen vector will obtained from this matrix. In this process
of performing the hierarchy weighting factor or evaluation factor, the consistency test
must be conducted (CR<0,100). AHP application in this research is determine priorty
sequence of supplier selection in a company. Analysist result of AHP is obtained
conclusion that supplier 1 will be prime priority from then supplier.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tinjauan Pustaka 3
1.5 Tujuan Penelitian 4
1.6 Kontribusi Penelitian 4
1.7 Metode Penelitian 4
Daftar Pustaka 38
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Abstrak
Abstract
Analytic Hierarchy Process (AHP) be one of effective decision making method to take
decision in complex problem. With AHP problem of complex that is not structure,
made moderate to become parts which structure in a hierarchy. Application of AHP is
begin by making the hierarchy structure of the studied problem. The pair-wise
comparison matrix is used to form a correlation in the structure. In this matrix, the
weight of each criteria is determined by normalization of geometric. Normalized
maximum eigen value and eigen vector will obtained from this matrix. In this process
of performing the hierarchy weighting factor or evaluation factor, the consistency test
must be conducted (CR<0,100). AHP application in this research is determine priorty
sequence of supplier selection in a company. Analysist result of AHP is obtained
conclusion that supplier 1 will be prime priority from then supplier.
BAB 1
PENDAHULUAN
Mengambil keputusan adalah salah satu dari kegiatan manusia yang paling mendasar
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pengambilan keputusan manusia
seringkali dihadapkan pada banyak alternatif yang dapat dipilih, Sehingga untuk suatu
permasalahan beberapa pembuat keputusan dapat mengambil keputusan yang berbeda.
Dalam dunia bisnis, proses pengambilan keputusan menjadi salah satu kunci yang
mendasar dan penting seperti dalam Inventory control, pengembangan produk baru,
investasi, sampai pada pemilihan supplier.
Tulisan ini dibatasi pada tahap pemilihan supplier dari sekelompok supplier yang
telah direncanakan oleh suatu perusahaan demi memenuhi permintaan pasar
1.4 Tinjauan Pustaka
Peralatan utama dari model AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur
dipecah kedalam kelompok-kelompoknya dan kelompok-kelompok tersebut menjadi
suatu bentuk hirarki.
Siti Latifah, (2005) dalam jurnalnya menjelaskan tentang keputusan dan prinsip-
prinsip dasar AHP yang terdiri dari : Decomposition, Comparative judgement,
Synthesis of Priority, Local consistency.
Fatwa Tanjung, (2004) dalam jurnalnya menerapkan metode proses hirarki analitik
dalam evaluasi pemanfaatan rumah susun sederhana sewa dan sewa beli di DKI
Jakarta dan dari penelitian tersebut didapatkan bahwa hasil yang terbesar adalah sewa.
Hasil dari penelitian ini dapat membantu pengambil keputusan memperoleh urutan
prioritas dari supplier yang direncanakan yang mendukung perusahaan demi
memenuhi permintaan pasar.
LANDASAN TEORI
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio terbaik dari perbandingan berpasangan yang
diskrit maupun kontiniu. AHP sangat cocok dan flexibel digunakan untuk menentukan
keputusan yang menolong seorang decision maker untuk mengambil keputusan yang
efisien dan efektif berdasarkan segala aspek yang dimilikinya. Jenis-jenis AHP antara
lain (Bound dalam Setiawan, 2009:4):
Dalam menyelesaikan persoalan dengan Metode AHP, ada beberapa prinsip dasar
yang harus dipahami (Mulyono, 2004:335-337) :
1. Decomposition
Tujuan (GOAL)
2. Comparative judgement
Prinsip ini memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada
suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang di atasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari penggunaan metode AHP. Penilaian ini dapat disajikan
dalam bentuk matriks yang disebut matriks pairwise comparison yaitu matriks
perbandingan berpasangan yang memuat tingkat preferensi beberapa alternatif
untuk kriteria. Skala preferensi dengan skala 1 menunjukan tingkat paling rendah
sampai dengan skala 9 tingkatan paling tinggi. Untuk skala perbandingan
berpasangan disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Skala Perbandingan Berpasangan
3. Synthesis of priority
Pada prinsip ini menyajikan matriks pairwise comparison yang kemudian dicari
eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priorty
dapat dilakukan sintesa diantara local priority.
4. Logical consistency
Merupakan karakteristik yang paling penting. Hal ini dapat dicapai dengan
mengagresikan seluruh vektor eigen yang diperoleh dari tingkatan hirarki dan
selanjutnya diperoleh suatu vektor composite tertimbang yang menghasilkan
urutan pengambilan keputusan.
2.1.3 Tahapan-tahapan AHP
A1 A2 An
Matriks An×n merupakan matriks reciprocal, yang diasumsikan terdapat n elemen yaitu
w1,w2, . . . ,wn yang membentuk perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan
antara wi,wj dipresentasikan dalam sebuah matriks wi, wj = aij dengan ij = 1, 2, 3,…,n
sedangkan nilai aij merupakan nilai matriks hasil perbandingan yang mencerminkan
nilai kepentingan Ai terhadap Aj bersangkutan sehingga diperoleh matriks yang
dinormalisasi. Nilai aij = 1, untuk i = j (diagonal matrik memiliki nilai 1), atau apabila
antara elemen operasi Ai dengan Aj memiliki tingkat kepentingan yang sama maka
nilai aij = aji = 1. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi dinyatakan dengan
W, dengan W = (w1, w2,…,wn), maka intensitas kepentingan elemen operasi A1
terhadap A2 adalah 1
= �12 , sehingga matriks perbandingan berpasangan dapat
2
A1 A2 An
1 1 1
A1
1 2
2 2 2
A2
1 2
An
1 2
1. Bobot setiap kolom j dijumlahkan, total nilai kolom dilambangkan dengan Sij.
= �
=1
2. Nilai setiap kolom dibagi dengan total nilai kolomnya. Hasil dari pembagian
itu dilambangkan dengan Vij.
�
Vij =
�
= 1,2,3, … ,
=
=1
2.3 Menentukan Eigenvalue dan Eigenvektor
Untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria yang berada dalam satu tingkatan
dengan tujuan untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau yang penting
maka dapat disajikan dalam sebuah matriks perbandingan dalam setiap level atau
tingkatan. Nilai eigenvektor merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis
pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
pencapaian tujuan. Untuk mengetahui pembahasan lebih lengkap tentang eigenvektor
dan eigenvalue maka akan diberikan definisi-definisi sebagai berikut :
1) Matriks
Matriks ialah susunan berbentuk empat persegi panjang dari elemen-elemen
(bilangan) yang terdiri dari beberapa baris dan kolom dibatasi dengan tanda
kurung, seperti berikut :
a11 a12 a13 a1n
a21 a22 a23 … a2n
⋱
am1 am2 am3 … amn
Dimana (aij), i,j = 1,2,3,...,n
Matriks di atas disebut matriks tingkat mxn, yang terdiri dari m baris dan n
kolom. Setiap aij disebut elemen atau unsur dari matriks itu, sedang indeks i
dan j berturut-turut menyatakan baris dan kolom. Pasangan bilangan (m,n)
disebut dimensi (ukuran dan bentuk) dari matriks itu.
� = ; ∀ , = 1, 2, 3, … ,
� ∙� = ∙ = =�
Seperti yang diuraikan di atas, maka untuk pairwise comparison matrix diuraikan
menjadi:
1 1
� = = =
�
� ∙ =1
1
� ∙ ∙ = ; ∀ , = 1, 2, 3, … ,
, =1
� ∙ = ; ∀ , = 1, 2, 3, … ,
, =1
�∙ = ∙
Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa w adalah eigen vektor dari
matriks A dengan nilai eigen n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks
itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut:
1 1 1
1 2
1 1
2 2 2
2 2
1 2 ∙ =
⋱
1 2
�
� =
�
Salah satu penyebabnya yaitu karena unsur manusia (decision maker) tidak selalu
dapat konsisten mutlak dalam mengekspresikan preferensi terhadap elemen-elemen
yang dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa penilaian yang diberikan untuk setiap
elemen persoalan pada suatu level hirarki dapat saja tidak konsisten (inconsistent).
2.4 Menghitung Indeks Konsistensi
Dalam Penilaian matriks berpasangan sering kali menyebabkan perubahan kecil nilai
aij yang menyebabkan perubahan nilai eigen maksimum. Penyimpangan nilai eigen
maksimum merupakan perubahan ukuran konsistensi. Indikator terhadap konsistensi
diukur melalui indeks konsistensi sebagai berikut :
� � � −
�� =
−1
��
� =
�
Suatu tingkat konsistensi yang tertentu diperlukan dalam penentuan prioritas untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Nilai CR ≤ 0,100 adalah konsisten jika tidak maka
perlu dilakukan revisi. Di bawah ini tabel dari niai random indeks :
N 1 2 3 4 5 6 7 8
N 9 10 11 12 13 14 15
C1 C2 C3 C4
Keterangan :
PEMBAHASAN
Perusahaan X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perakit sepeda motor.
Perusahaan tersebut akan mengevaluasi beberapa supplier untuk lampu depan sepeda
motor tersebut. Perusahaan tersebut telah memilih 3 supplier dengan kriteria sebagai
berikut :
Metode yang digunakan dalam pemilihan supplier adalah Metode AHP (Analytic
Hierarchy Process). Perbandingan berpasangan antara kriteria dan alternatif-alternatif
supplier yang akan dipilih oleh perusahaan.
C1 C2 C3 C4
C1 1 1 1 2
2 3
C2 2 1 1 2
4
C3 3 4 1 2
C4 1 1 1 1
2 2 2
C1 C2 C3 C4
C1 1,000 0,500 0,333 2,000
C2 2,000 1,000 0,250 2,000
C3 3,000 4,000 1,000 2,000
C4 0,500 0,500 0,500 1,000
∑ 6,500 6,000 1,833 7,000
Untuk nilai setiap kolom dalam matriks dibagi dengan total nilai kolomnya yang.
Hasil dari pembagian itu dilambangkan dengan Vij.
�
� =
�
Dimana nilai ij =1,2,3,…,n
C1 C2 C3 C4 Vektor yang
dinormalkan
C1 0,153 0,083 0,181 0,285 0,175
C2 0,307 0,166 0,136 0,285 0,223
C3 0,461 0,666 0,545 0,285 0,489
C4 0,076 0,083 0,136 0,142 0,109
= 4,113
Karena matriks berordo 4 (yaitu terdiri dari 4 kriteria) maka nilai indeks
konsistensinya yang diperoleh :
� −
� �
�� =
−1
4,133 − 4
=
4−1
= 0,113
4
Baris II (C2) : 2 1 0,250 2=1
4
Baris III (C3) : 3 4 1 2 = 2,21
4
Baris IV (C4) : 0,500 0,500 0,250 1 = 0,5
=
=1
0,175
Sehingga vektor prioritasnya adalah: = 0,169
4,469
1
= 0,223
4,469
2,21
= 0,494
4,469
0,5
4,469
= 0,111
Karena CR < 0,100 berarti matriks perbandingan berpasangan adalah konsisten. Dari
perhitungan vektor prioritas dapat dilihat bahwa kriteria yang paling penting adalah
kualitas barang dengan nilai bobot 0,494 atau 49,4 %, kriteria biaya pengiriman
dengan nilai bobot 0,223 atau 22,3%, kriteria ketepatan waktu kirim dengan nilai
bobot 0,169 atau 16,9%, dan nilai kriteria paling rendah adalah kemampuan mensuplai
barang dengan nilai bobot 0,111 atau 11,1 %.
Kriteria 1
kriteria 2
Kriteria 3
kriteria 4
Berikut akan diberikan perhitungan faktor pembobotan dari setiap alternatif pemilihan
supplier
Untuk menghitung pembobotan untuk kriteria ketepatan waktu kirim dalam bentuk
matriks berpasangan disajikan dalam tabel berikut :
Untuk nilai setiap kolom dalam matriks dibagi dengan jumlah nilai kolomnya. Hasil
dari pembagian itu dilambangkan dengan Vij.
�
� =
�
Dimana nilai ij =1,2,3,…,n
Untuk mendapatkan nilai vektor eigen maksimum diperoleh dari penjumlahan hasil
perkalian jumlah bobot dari kolom dengan vektor eigen, maka nilai eigen maksimum
diperoleh :
= 3,069
Karena matriks berordo 3 (terdiri dari 3 alternatif) maka nilai indeks konsistensinya
diperoleh :
� � � −
�� =
−1
3,069 − 3
=
3−1
= 0,034
Untuk n=3 maka nilai random indeks (RI) = 0,580 maka diperoleh rasio konsistensi
��
� =
�
0,034
� =
0,580
= 0,058
4
Baris I (Supplier 1) : 1,000 x 2,000 x 3,000 = 1,56
4
Baris II (Supplier 2) : 0,500 x 1,000 x 2,000 = 1
4
Baris III (Supplier 3) : 0,333 x 0,500 x 1,000 = 0,63
Menghitung vektor prioritas relatif dari setiap kriteria dengan merata-ratakan bobot
yang sudah dinormalisasi dengan baris ke-i. Prioritas relatif kriteria ke-i dilambangkan
dengan Pi.
=
=1
1,56
Vektor prioritas Supplier 1 : 3,19 = 0,489
1
Vektor prioritas Supplier 2 : = 0,313
3,19
0,63
Vektor prioritas Supplier 3 : = 0,197
3,19
Karena CR< 0,100 maka matriks perbandingan berpasangan adalah konsisten. Dari
perhitungan vektor prioritas diperoleh untuk tingkat alternatif yang tertinggi dengan
kriteria ketepatan waktu kirim adalah supplier 1 dengan bobot 0,489 atau 48,9%,
selanjutnya supplier 2 dengan bobot 0,313 atau 31,3 % dan yang terendah supplier 3
dengan bobot 0,197 atau 19,7 %.
Untuk nilai setiap kolom dalam matriks dibagi dengan total nilai kolomnya. Hasil dari
pembagian itu dilambangkan dengan Vij.
�
� =
�
Dimana nilai ij =1,2,3,…,n
Untuk mendapatkan nilai vektor eigen maksimum diperoleh dari penjumlahan hasil
perkalian jumlah bobot dari kolom dengan vektor eigen, maka nilai eigen maksimum
diperoleh :
= 3,05
Karena matriks berordo 3 (terdiri dari 3 alternatif) maka nilai indeks konsistensinya
diperoleh :
� � � −
�� =
−1
3,05 − 3
=
3−1
= 0,025
Untuk n=3 maka nilai random indeks (RI) = 0,580 maka diperoleh rasio konsistensi
��
� =
�
0,025
=
0,580
= 0,04
4
Baris I (Supplier 1) : 1,000 x 0,500 x 3,000 = 1,106
4
Baris II (Supplier 2) : 2,000 x 1,000 x 5,000 = 1,778
4
Baris III (Supplier 3) : 0,333 x 0,200 x 1,000 = 0,508
Menghitung vektor prioritas relatif dari setiap kriteria dengan merata-ratakan bobot
yang sudah dinormalisasi dengan baris ke-i. Prioritas kriteria ke-i dilambangkan
dengan Pi.
=
=1
1,106
Vektor Prioritas Supplier 1 : = 0,326
3,392
1,778
Vektor Prioritas Supplier 2 :
3,392
= 0,524
0,508
Vektor Prioritas Supplier 3 : = 0,149
3,392
Untuk menghitung pembobotan untuk kriteria kualitas barang dalam bentuk matriks
berpasangan disajikan dalam tabel berikut:
Untuk nilai setiap kolom dalam matriks dibagi dengan total nilai kolomnya disebut
vektor eigen yang dinormalkan. Hasil dari pembagian itu dilambangkan dengan Vij.
�
� =
�
Dimana nilai ij =1,2,3,…,n
Untuk mendapatkan nilai vektor eigen maksimum diperoleh dari penjumlahan hasil
perkalian jumlah bobot dari kolom dengan vektor eigen, maka nilai eigen maksimum
diperoleh :
= 3,078
Karena matriks berordo 3 (terdiri dari 3 alternatif) maka nilai indeks konsistensinya
diperoleh :
� � � −
�� =
−1
3,078 − 3
=
3−1
= 0,039
Untuk n=3 maka nilai random indeks (RI) = 0,580 maka diperoleh rasio konsistensi :
��
� =
�
0,039
� =
0,580
= 0,067
4
Baris I (Supplier 1) : 1,000 x 3,000 x 4,000 = 1,86
4
Baris III (Supplier 3) : 0,250 x 0,333 x 1,000 = 0,537
Menghitung vektor prioritas relatif dari setiap kriteria dengan merata-ratakan bobot
yang sudah dinormalisasi dengan baris ke-i. Prioritas relatif kriteria ke-i dilambangkan
dengan Pi.
=
=1
1,86
Vektor Prioritas Supplier 1 :
3,396
= 0,547
0,999
Vektor Prioritas Supplier 2 :
3,396
= 0,294
0,537
Vektor Prioritas Supplier 3 : = 0,158
3,396
Untuk nilai setiap kolom dalam matriks dibagi dengan total nilai kolomnya . Hasil dari
pembagian itu dilambangkan dengan Vij.
�
� =
�
Dimana nilai ij =1,2,3,…,n
Untuk mendapatkan nilai vektor eigen maksimum diperoleh dari penjumlahan hasil
perkalian jumlah bobot dari kolom dengan vektor eigen, maka nilai eigen maksimum
diperoleh :
= 3,026
Karena matriks berordo 3 (terdiri dari 3 alternatif) maka nilai indeks konsistensinya
diperoleh :
� � � −
�� =
−1
3,026 − 3
=
3−1
= 0,013
Untuk n=3 nilai random indeks (RI) = 0,580 maka diperoleh rasio konsistensi :
CI
CR =
RI
0,013
=
0,580
= 0,022
4
Baris I (Supplier 1) : 1,000 x 2,000 x 5,000 = 1,778
4
Baris II (Supplier 2) : 0,333 x 1,000 x 4,000 = 1,074
4
Baris III (Supplier 3) : 0,200 x 0,250 x 1,000 = 0,472
Menghitung vektor prioritas dari setiap kriteria dengan merata-ratakan bobot yang
sudah dinormalisasi dengan baris ke-i. Prioritas relatif kriteria ke-i dilambangkan
dengan Pi.
=
=1
1,778
Vektor Prioritas Supplier 1 :
3,334
= 0,533
1,074
Vektor Prioritas Supplier 2 : = 0,322
3,334
0,472
Vektor Prioritas Supplier 3 :
3,334
= 0,141
C1 C2 C3 C4
Supplier 1 0,489 0,326 0,547 0,533
Supplier 2 0,313 0,524 0,294 0,322
Supplier 3 0,197 0,149 0,158 0,141
Untuk memperoleh total rangking yaitu perkalian dari matriks perolehan dari
masing-masing supplier dengan matriks perolehan masing-masing kriteria sebagai
berikut :
0,169
0,489 0,326 0,547 0,533 0,495
0,223
0,313 0,524 0,294 0,322 × = 0,345
0,494
0,197 0,149 0,158 0,141 0,160
0,111
Sehingga hasil dari pemilihan supplier diperoleh bobot yang tertinggi adalah
supplier 1 dengan bobot 0,495 atau 49,5 % dan peringkat kedua adalah supplier 2
dengan bobot 0,345 atau 34,5 % dan peringkat ketiga adalah supplier 3 dengan bobot
0,160 atau 16,0 %.
Supplier 1
Supplier 2
Supplier3
60.00%
50.00%
40.00%
Supplier 1
30.00%
Supplier 2
20.00% Supplier 3
10.00%
0.00%
kriteria 1 kriteria 2 kriteria 3 kriteria 4
Pemilihan Supplier
BAB 4
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Setiawan, A.,Irawan Isa, M.,dan Wijaya Robin. 2009 . Perancangan dan pembuatan
aplikasi Decision Support System pada departemen HRD dan pembelian
dengan menggunakan metode Analytical Hierarcy Process (AHP)”hal 1-10.
Tanjung Fatwa 2004. Penerapan metode proses hirarki analitik dalam evaluasi
pemanfaatan rumah susun sederhana (RUSUNA) sewa dan sewa beli di DKI
Jakarta.