Anda di halaman 1dari 168

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)


(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi


Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: RENY

RAHMAYANTI

NIM. F 0204017

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

1
ABSTRAK

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE


ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Oleh :
RENY RAHMAYANTI
F0204017

Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam aktivitas
pembelian bagi perusahaan. Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria
yang meliputi faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Salah satu metode yang bisa
digunakan untuk pemilihan supplier adalah metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor, PT
Cazikhal, yang akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier kayu.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah
urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier pada PT
Cazikhal? (2) supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT
Cazikhal berdasarkan metode AHP? Sampel dari penelitian ini adalah para
pengambil keputusan dan pihak-pihak yang berada dalam departemen pembelian
dan gudang yang mengetahui kinerja supplier. Teknik pengambilan sampel
menggunakan judgment sampling karena metode AHP mensyaratkan
ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam
pengambilan keputusan.
Penelitian ini menggunakan metode AHP dibantu dengan software expert
choice. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan kriteria dalam pemilihan supplier
menghasilkan skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I kualitas (0,486),
prioritas II harga (0,277), prioritas III layanan (0,091), serta ketepatan pengiriman
dan ketepatan jumlah memiliki skala prioritas yang sama yaitu (0,073). Dari hasil
penilaian tingkat kepentingan alternatif dalam pemilihan supplier menghasilkan
skala prioritas/bobot sebagai berikut: prioritas I supplier X (0,467), prioritas II
supplier Z (0,336), prioritas III supplier Y (0,198).
Berdasarkan hasil analisis di atas, saran yang dapat diberikan adalah, jika
perusahaan akan mengembangkan hubungan kemitraan dengan supplier,
perusahaan diutamakan untuk memilih supplier X sebagai supplier kayu bagi
perusahaan karena supplier X merupakan supplier yang memiliki nilai
keseluruhan paling tinggi. Dengan adanya hubungan kemitraan ini, kinerja rantai
pasokan antara supplier dan perusahaan akan semakin baik dan dapat
memperlancar target penyelesaian proyek secara keseluruhan.

Kata kunci : pemilihan supplier, Analytical Hierarchy Process (AHP), supplier


terbaik, studi kasus

2
ABSTRACT

SUPPLIER SELECTION ANALYSIS WITH THE ANALYTICAL


HIERARCHY PROCESS METHOD (AHP)
(Case Study At PT Cazikhal)

By :
RENY RAHMAYANTI
F0204017

Supplier selection is one of the most important activity of company’s


purchasing function. Supplier selection is a multi criteria problem that covering
quantitative and qualitative criteria. One of the method that can be used is
Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research was done at PT
Cazikhal, a contractor company that will developed partner relationship with the
wood supplier. Problems discussed in this research is: (1) how criterion’s and
subcriterion’s priority ranking of supplier selection at PT Cazikhal? (2) which
best supplier for PT Cazikhal based on AHP method? Sample of this research is
decision makers and employees at PT Cazikhal who knowing the supplier’s
performance. Sampling technique used judgment sampling because AHP method
require depend on a group of expert as according to relevant specialist in decision
making.
This research used AHP method with the expert choice software. The final
rating of relative importance’s supplier selection criteria was found: priority I is
quality (0,486), priority II is price (0,277), priority III is service (0,091), and the
next priority is delivery and quantity with same priority (0,073). The final rating
of relative importance’s alternative was found : first priority is Supplier X (0,467),
second priority is Supplier Z (0,336), and the last priority is Supplier X (0,198).
From this results, we can suggest, if company will develop partner
relationship, company majored to chosen Supplier X as wood supplier because
supplier X is supplier with highest overall value. With this partner relationship,
supply chain performance between company and supplier will be good
progressively and can accelerate finished of project.

Keywords : supplier selection, Analytical Hierarchy Process (AHP), best


supplier, case study
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

(Studi Kasus Pada PT Cazikhal)

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing skripsi


Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2010


Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing

Drs. Susanto Tirtoprojo, MM


NIP. 19571106 198503 1 001
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima oleh tim penguji Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-

tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

Surakarta, Februari 2010

Tim Penguji Skripsi

1. Dra. Anastasia Riani S, M.Si. Sebagai Ketua (....…...………..…)

NIP. 19590330 198601 2 001

2. Drs. Susanto Tirtoprojo, M.M. SebagaiPembimbing (..………………...)

NIP. 19571106 198503 1 001

3. Muh. Juan Suamtoro, SE, M.Si. Sebagai Anggota (…..…………..….)

NIP. 19760613 200812 1 001


HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN

“Kegagalan Adalah Kesuksesan Yang Tertunda”

“If There Is A Will, There Is A Way”

Karya ini kupersembahkan untuk:

· Bapak-Ibu & Adik Tercinta.


· Mas Tri Tercinta
· Saudara-saudara & Sahabat-sahabat
yang aku sayangi.
· Almamaterku.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER

MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(AHP) (Studi Kasus Pada PT Cazikhal)”. Skripsi ini disusun dalam rangka

memenuhi tugas dan persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa doa, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen.

3. Drs. Susanto Tirtoprojo, MM., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi saran dan masukan

kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Ervina D.P. selaku direktur utama PT Cazikhal, direktur, manajer, serta

karyawan di bagian keuangan, pembelian dan pergudangan PT Cazikhal yang

telah mengijinkan dan membantu dalam penyelesaian penelitian ini.


5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis dalam penulisan

skripsi ini.

Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ............................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 6

F. Batasan Masalah .................................................................................. 7


BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 8

A. Supply Chain Management (SCM) ...................................................... 8

B. Pembelian (Purchasing) ....................................................................... 9

C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok) ............................................. 10

D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) .................. 14

E. AHP (Analytical Hierarchy Process) .................................................. 18

F. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 42

A. Desain Penelitian ................................................................................. 42

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................................. 42

C. Sumber Data ......................................................................................... 43

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ................................... 44

E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 46

F. Metode Analisis Data ........................................................................... 47

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................ 52

A. Gambaran Umum Perusahaan .............................................................. 52

B. Metode Analisis AHP .......................................................................... 59

C. Pembahasan .......................................................................................... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 106

A. Kesimpulan .......................................................................................... 106

B. Saran .................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan .............................................. 26

II. 2 Skala Penilaian Perbandingan ........................................................ 28

II. 3 Random Consistency Index (RI) .................................................... 32

II. 4 Contoh Matriks Awal ...................................................................... 34

II. 5 Contoh Normalisasi Matriks ........................................................... 34

II. 6 Contoh Bobot Kriteria ..................................................................... 35

II. 7 Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi – Mengalikan

Matriks Awal dengan Bobot ........................................................... 35

II. 8 Contoh perhitungan Rasio Konsistensi – Membagi Jumlah Baris

Dengan Bobot ................................................................................. 36

IV. 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria

dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 61

IV.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar

Subkriteria pada Kriteria Harga ...................................................... 62


IV.3 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Kualitas ..................................................................... 62

IV. 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Layanan ..................................................................... 63

IV. 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria

Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman ............................................... 63

IV. 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas ...................... 64

IV. 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon ....................... 64

IV. 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi ............... 65

IV. 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif

pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat ......................... 65

IV. 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ... 65


IV. 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi ...................................... 66

IV. 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

Subkriteria Memberikan Informasi secara Jelas ............................. 66

IV. 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan Pelanggan ........... 66

IV. 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan Pelanggan .... 67

IV. 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal

yang Disepakati ............................................................................... 67

IV. 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif pada

Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem Transportasi ... 67

IV. 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif Pada

Kriteria Ketepatan Jumlah .............................................................. 68

IV.18 Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Pemilihan Supplier ......... 69

IV. 19 Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria Pemilihan Supplier ............ 69


IV. 20 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga

dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 71

IV.21 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga

Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 71

IV.22 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Kualitas

dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 72

IV.23 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria Kualitas

Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 73

IV. 24 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Layanan

Dalam Pemilihan Supplier .............................................................. 74

IV. 25 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Layanan

dalam Pemilihan Supplier ............................................................... 75

IV. 26 Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria Pada Kriteria

Ketepatan Pengiriman ..................................................................... 76

IV. 27 Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria

Ketepatan Pengiriman dalam Pemilihan Supplier .......................... 76


IV. 28 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kepantasan Harga dengan Kualitas ................................................ 78

IV. 29 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kepantasan harga dengan Kualitas ................................................. 78

IV. 30 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Diskon .................................................. 79

IV. 31 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan memberikan Diskon ................................................... 79

IV. 32 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ............... 80

IV. 33 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang Ditentukan ............... 81

IV. 34 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Penyediaan Barang Tanpa Cacat ..................................................... 81

IV. 35 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Penyediaan Barang Tanpa Cacat ..................................................... 82


IV. 36 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ....................... 83

IV. 37 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Kualitas yang Konsisten ...................... 83

IV. 38 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemudahan untuk Dihubungi ......................................................... 84

IV. 39 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemudahan untuk Dihubungi ......................................................... 84

IV. 40 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Informasi secara Jelas dan Mudah

Dimengerti ...................................................................................... 85

IV. 41 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas dan Mudah

Dimengerti ...................................................................................... 86

IV. 42 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............ 87


IV. 43 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kecepatan dalam Hal Menanggapi Permintaan Pelanggan ............ 87

IV. 44 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Cepat Tanggap dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ............ 88

IV. 45 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan Pelanggan ........... 89

IV. 46 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai dengan Tanggal yang

Telah Disepakati ............................................................................. 90

IV. 47 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan Mengirimkan Barang sesuai dengan Tanggal

yang Telah Disepakati ..................................................................... 90

IV. 48 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi ............. 91

IV.49 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Subkriteria

Kemampuan dalam Hal Penanganan Sistem Transportasi ............. 92


IV.50 Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif pada Kriteria

Ketepatan Jumlah ............................................................................ 92

IV. 51 Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif pada Kriteria

Ketepatan Jumlah ............................................................................ 93

IV. 52 Prioritas Global (Global Priority) ................................................... 94

IV. 53 Bobot Alternatif Secara Keseluruhan ............................................. 95

IV.54 Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria ................. 96

IV.55 Consistency Ratio (CR) Penilaian Responden ................................ 98


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

I. 1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 6

II. 1 Tahap Pengambilan Keputusan ....................................................... 16

II. 2 Struktur Hirarki AHP ...................................................................... 24

III. I Struktur Hirarki Masalah ................................................................. 48

IV. 1 Struktur Organisasi PT. Cazikhal .................................................... 54

IV. 2 Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal .... 60


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Para pengambil keputusan (decision makers) hampir selalu mengambil

keputusan bahkan setiap detik dalam hidupnya. Ketika mereka mengambil

keputusan, ada suatu proses dalam otak manusia yang mempengaruhi kualitas

keputusan yang dibuat. Jika keputusan yang akan dibuat mudah, manusia

dapat dengan mudah membuat keputusan. Akan tetapi jika keputusan yang

akan diambil bersifat kompleks dengan risiko yang besar seperti perumusan

kebijakan, pengambil keputusan sering memerlukan alat bantu dalam bentuk

yang bersifat ilmiah, logis, dan terstruktur.

Pemilihan supplier merupakan salah satu hal yang penting dalam

aktivitas pembelian bagi perusahaan, di mana aktivitas pembelian merupakan

aktivitas yang memiliki nilai penting bagi perusahaan karena pembelian

komponen, bahan baku, dan persediaan merepresentasikan porsi yang cukup

besar pada produk jadinya. Dalam mengambil keputusan untuk memilih

supplier, pengambil keputusan (decision maker) membutuhkan alat analisis

yang memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah yang bersifat

kompleks sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas. Pemilihan

supplier harus dilakukan secara hati-hati karena pemilihan supplier yang salah

akan menyebabkan terganggunya proses produksi dan operasional perusahaan.


Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang meliputi

faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. Beberapa kriteria yang berpengaruh

pada pemilihan supplier ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh

karena itu diperlukan metode yang bisa menyertakan keduanya dalam

pengukuran. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk pemilihan supplier

adalah metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode ini menyertakan

ukuran-ukuran kualitatif dan kuantitatif. AHP adalah metode pengambilan

keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas beberapa alternatif

ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil

keputusan untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk

hirarki atau serangkaian level yang terintegrasi.

AHP relatif mudah dimengerti dan digunakan. Literatur tentang

pemilihan supplier banyak menggunakan metode ini. AHP adalah sebuah

metode yang ideal untuk memberikan ranking/urutan alternatif ketika

beberapa kriteria dan subkriteria ada dalam pengambilan keputusan. Beberapa

kriteria yang berpengaruh dan umum digunakan dalam pemilihan supplier di

antaranya adalah kriteria harga, kualitas, ketepatan pengiriman, ketepatan

jumlah, dan layanan.

Kadang kala, kriteria-kriteria ini saling bertentangan satu sama lain.

Sebagai contoh, suatu supplier lebih memilih menawarkan harga lebih rendah

dengan kualitas di bawah rata-rata, sementara supplier lain menawarkan

barang dengan kualitas baik dengan pengiriman yang tidak pasti.

Bagaimanapun sulit untuk menemukan supplier yang bisa memenuhi semua


kriteria atau yang baik dalam semua kriteria, tetapi paling tidak bisa

menemukan supplier yang optimal bagi perusahaan.

Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier,

menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan

awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar

pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih,

yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut.

PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak

dalam bidang jasa konstruksi. Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan

yang memanfaatkan sumber daya (tenaga kerja, material, peralatan, metode

konstruksi, dan sebagainya) yang dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu.

Pelaksanaan proyek konstruksi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik

maupun non fisik sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi produktivitas.

Akibatnya dalam pelaksanaan proyek seringkali terjadi perubahan terhadap

jadwal dan volume pekerjaan. Menurut pendekatan supply chain, salah satu

cara untuk meningkatkan produktivitas proyek konstruksi adalah dengan

memperkuat unit produksi yaitu antara kontraktor dengan pemasok. Salah satu

cara untuk mengintegrasikan kontraktor dan pemasok adalah melalui

kemitraan.

Sebagai perusahaan yang terbilang masih baru, perusahaan ini berusaha

untuk terus meningkatkan kualitas produk maupun jasanya. Salah satu hal

yang akan ditempuh yaitu mengembangkan hubungan kemitraan dengan

supplier terutama supplier untuk bahan baku kayu. Dengan memperkuat


hubungan antara kontraktor dan pemasok melalui hubungan kemitraan ini

diharapkan perubahan jadwal dan volume pengadaan material tidak

mengganggu target penyelesaian proyek secara keseluruhan. Selain itu,

dengan memilih supplier yang optimal, perusahaan bisa mendapatkan

keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini,

perusahaan telah mengidentifikasi ada tiga supplier potensial yang nantinya

akan dipilih yang terbaik.

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan supplier serta

mencari supplier terbaik bagi perusahaan melalui skripsi yang berjudul :

“ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus

Pada PT Cazikhal)”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah urutan prioritas kriteria dan subkriteria dalam pemilihan

supplier pada PT Cazikhal?

2. Supplier/pemasok manakah yang sebaiknya dipilih oleh PT Cazikhal

berdasarkan metode AHP?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk :

1. Mengetahui urutan prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

supplier pada PT Cazikhal.

2. Mengetahui supplier/pemasok kayu terbaik, yang paling memenuhi

kriteria-kriteria pemilihan supplier yang sebaiknya dipilih oleh PT

Cazikhal berdasarkan metode AHP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pemahaman pengetahuan tentang pemilihan supplier dan konsep AHP

(Analytical Hierarchy Process) . Serta diharapkan penelitian ini mampu

melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan topik yang sama,

sehingga dapat dijadikan referensi untuk kalangan akademisi dan peneliti

selanjutnya yang mengadakan penelitian dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan

dalam menentukan supplier optimal (supplier terbaik), yang paling

memenuhi kriteria pemilihan supplier, apabila perusahaan membutuhkan

bahan tertentu dapat dipenuhi dari supplier tertentu juga. Dengan begitu

kinerja manajemen rantai pasokan semakin baik yang pada akhirnya dapat

memberikan nilai tambah bagi perusahaan.


E. Kerangka Pemikiran

Kriteria dan Subkriteria dalam Pemilihan Supplier:


1. Harga
· Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)
· Kemampuan memberikan diskon (H2)
2. Kualitas
· Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditentukan (Q1)
· Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
· Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3)
3. Layanan
· Kemudahan untuk dihubungi (S1)
· Kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2)
· Kecepatan dalam menanggapi permintaan pelanggan (S3)
· Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)
4. Ketepatan Pengiriman
· Kemampuan mengirim barang sesuai tanggal yang disepakati (D1)
· Kemampuan dalam penanganan sistem transportasi (D2)
5. Ketepatan Jumlah

Persepsi responden terhadap Persepsi responden terhadap


tingkat kepentingan masing- kinerja supplier berkenaan
masing kriteria dan subkriteria dengan masing-masing
dalam pemilihan supplier subkriteria dalam pemilihan
supplier

Analisis AHP

Alternatif Pemilihan Supplier

Supplier optimal
(best supplier)

Kesimpulan dan Saran

Gambar I.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Fatmawati, 2007 dimodifikasi


F. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang akan dianalisis dibatasi agar tepat

sasaran dan tidak terlalu luas. Penelitian ini dilakukan pada PT Cazikhal

dalam pengambilan keputusan pemilihan supplier. Pembatasan terletak pada

masalah yang akan dianalisis yaitu memilih supplier untuk bahan baku kayu.

Hal ini karena pada saat ini perusahaan ingin mencari supplier terbaik untuk

bahan baku kayu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain Management atau manajemen rantai pasokan merupakan

kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan

mentah, mentransformasikan bahan mentah tersebut menjadi barang dalam

proses dan barang jadi, dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen

melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian

tradisional ditambah kegiatan-kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan

antara pemasok dengan distributor. SCM bisa meliputi penetapan : (1)

pengangkut, (2) pentransferan kredit dan tunai, (3) pemasok (supplier), (4)

distributor dan bank, (5) utang dan piutang, (6) pergudangan, (7) pemenuhan

pesanan, dan (8) membagi-bagi informasi mengenai ramalan permintaan,

produksi, dan kegiatan pengendalian persediaan. (Render dan Heizer, 2005).

Menurut Stock dan Lambert (2001), ada delapan bisnis inti dalam

manajemen rantai pasokan yang meliputi :

1. Customer relationship management

Mengidentifikasi pelanggan potensial yang dinilai akan memberikan

keuntungan bagi perusahaan.

2. Customer service management

Informasi tepat waktu bagi pelanggan, untuk memperlancar pelaksanaan

pengiriman barang.
3. Demand management

Menyeimbangkan antara permintaan pelanggan dengan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi permintaan tersebut.

4. Order fulfillment

Pemenuhan kebutuhan konsumen pada waktu, tempat, dan jumlah yang

tepat.

5. Manufacturing flow management

Tindakan untuk menyesuaikan permintaan dari pelanggan dengan

kemampuan produksi yang dapat dipenuhi perusahan.

6. Procurement

Tindakan dari fungsi pembelian dengan mengembangkan mekanisme

komunikasi agar dapat mengurangi waktu dan memberikan penghematan

dalam transaksi pembelian.

7. Product development and commercialization

Tindakan melibatkan supplier dan konsumen dalam proses pengembangan

produk perusahaan yang diinginkan oleh konsumen.

8. Return

Merupakan tindakan untuk mengelola feedback dari pelanggan terhadap

produk guna perbaikan kinerja bagi perusahaan.

B. Pembelian (Purchasing)

Rantai pasokan menerima perhatian yang besar karena di sebagian besar

perusahaan, pembelian merupakan kegiatan yang paling memakan biaya.

Biaya pembelian sebagai persentase dari penjualan, untuk barang maupun


jasa, sering kali substansial sifatnya. Aktivitas pembelian mempunyai posisi

yang signifikan bagi kebanyakan perusahaan karena pembelian komponen,

bahan baku, dan persediaan merepresentasikan 40 sampai 60 persen dari nilai

penjualan produk jadinya (Ballow, dalam Bello, 2003). Karena porsi

pendapatan yang besar dilimpahkan untuk melakukan pembelian, maka

strategi pembelian yang efektif merupakan sesuatu yang vital. Pembelian

memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan margin

kontribusi. Selain itu mutu barang dan jasa yang dijual secara langsung

berhubungan dengan kualitas barang dan jasa yang dibeli.

Tujuan dari kegiatan pembelian adalah:

1. Membantu mengidentifikasi produk dan jasa yang dapat diperoleh secara

eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan

pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.

C. Supplier Selection (Pemilihan Pemasok)

Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan pemasok,

pengadaan barang yang dibutuhkan, layanan dan peralatan untuk semua jenis

perusahaan bisnis. Oleh karena itu, fungsi pembelian adalah bagian utama dari

manajemen bisnis. Dalam lingkungan operasi yang kompetitif saat ini, sangat

tidak mungkin untuk bisa sukses berproduksi dengan biaya rendah, dan

menghasilkan produk yang berkualitas tanpa pemasok yang memuaskan.

Dengan begitu, salah satu keputusan pembelian paling penting adalah

pemilihan dan pemeliharaan hubungan dengan pemasok/supplier terpilih yang


kompeten. Jadi, pemilihan supplier yang kompeten adalah salah satu fungsi

paling penting yang harus dilakukan oleh departemen pembelian.

Proses pemilihan supplier ini bermula dari kebutuhan akan supplier,

menentukan dan merumuskan kriteria keputusan, pre-kualifikasi (penyaringan

awal dan menyiapkan sebuah shortlist supplier potensial dari suatu daftar

pemasok/supplier), pemilihan supplier akhir, dan monitoring supplier terpilih,

yaitu evaluasi dan penilaian berlanjut.

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan supplier dari beberapa

literatur:

1. Kriteria pemilihan supplier menurut Dickson berdasarkan ranking/urutan

tingkat kepentingannya adalah sebagai berikut (Weber et al, 1991):

a. Kualitas (Quality)

b. Pengiriman (Delivery)

c. Kinerja masa lalu (Performance history)

d. Jaminan dan Kebijakan Klaim (Warranties & Claims Policies)

e. Fasilitas Produksi dan Kapasitas (Production Facilities and Capacity)

f. Harga (Price)

g. Kemampuan Teknis (Technical Capability)

h. Keadaan Finansial (Financial Position)

i. Pemenuhan procedural (Procedural Compliance)

j. Sistem Komunikasi (Communication System)

k. Reputasi dan Posisi dalam Industri (Reputation and Position in

Industry)
l. Hasrat Berbisnis (Desire for Business)

m. Manajemen dan Organisasi (Management and Organization)

n. Kontrol Operasi (Operating Controls)

o. Layanan Perbaikan (Repair Service)

p. Sikap (Attitude)

q. Kesan (Impression)

r. Kemampuan Mengepak (Packaging Ability)

s. Hubungan dengan Buruh (Labor Relations Record)

t. Lokasi Geografis (Geographical Location)

u. Nilai Bisnis Terdahulu (Amount of Past Business)

v. Training Aids

w. Pengaturan Hubungan Timbal Balik (Reciprocal Arrangements)

2. Kriteria pemilihan supplier menurut Nydick dan Hill (1992) yaitu sebagai

berikut:

a. Quality / kualitas

b. Price / harga

c. Service / layanan

d. Delivery / pengiriman

3. Surjasa dkk memberikan beberapa kriteria dan subkriteria dalam

pemilihan supplier, yaitu sebagai berikut:

a. Kriteria Harga

Yang termasuk subkriteria pada kriteria harga adalah:

1) Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan


2) Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada

pemesanan dalam jumlah tertentu.

b. Kriteria Kualitas

Yang termasuk subkriteria pada kriteria kualitas adalah:

1) Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan

2) Penyediaan barang tanpa cacat

3) Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten

c. Kriteria Ketepatan Pengiriman

Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal

yang telah disepakati

2) Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi

d. Kriteria Ketepatan Jumlah

Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman

2) Kesesuaian isi kemasan

e. Kriteria Customer Care

Yang termasuk subkriteria dalam kriteria ini adalah:

1) Kemudahan untuk dihubungi

2) Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah

untuk dimengerti

3) Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan

4) Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan


Tahap-tahap pemilihan supplier menggunakan metode AHP (Nydick dan

Hill, 1992) adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam

pemilihan supplier.

2. Membuat perbandingan berpasangan dari kepentingan relatif (relative

importance) kriteria terhadap tujuan, dan menghitung prioritas atau

bobot kriteria berdasarkan informasi yang didapatkan.

3. Mengukur/menilai supplier dalam memenuhi kriteria-kriteria.

4. Menggunakan informasi pada langkah 3, membuat perbandingan

berpasangan kepentingan relatif (relative importance)

pemasok/supplier terhadap kriteria, dan menghitung prioritasnya.

5. Menggunakan hasil pada langkah 2 dan 4, kemudian menghitung

prioritas atau bobot supplier terhadap tujuan hirarki.

D. Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan)

Perkembangan DSS (Decision Support System) berawal pada akhir tahun

1960-an dengan adanya pengguna komputer secara time sharing (berdasarkan

pembagian waktu). Pada mulanya seseorang dapat berinteraksi langsung

dengan komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Timesharing

membuka peluang baru dalam penggunaan komputer. Tidak sampai tahun

1971, ditemukan istilah DSS (Decision Support System), G Anthony Gorry

dan Michael S. Scott Morton yang keduanya professor MIT, bersama-sama

menulis artikel dalam jurnal yang berjudul “A Framework for Management

Information System” mereka merasakan perlunya ada kerangka untuk


menyalurkan aplikasi komputer terhadap pembuatan keputusan manajemen.

Gorry dan Scott Morton mendasarkan kerangka kerjanya pada jenis keputusan

menurut Simon dan tingkat manajemen dari Robert N. Anthony. Anthony

menggunakan istilah strategic planning, management control dan operational

control (perencanaan strategis, kontrol manajemen, dan kontrol operasional).

1. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap dan melalui

beberapa proses. Pengambilan keputusan meliputi empat tahap yang saling

berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut adalah (Fitria, 2008) :

a. Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari

lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan

diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan

masalah.

b. Design

Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan

alternatif. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,

menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.

c. Choice

Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan di antara berbagai

alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi

pencarian, evaluasi, dan rekomendasi solusi yang sesuai untuk model


yang telah dibuat. Solusi dari model merupakan nilai spesifik untuk

variabel hasil pada alternatif yang dipilih.

d. Implementation

Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan

yang telah diambil. Pada tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan

yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan

disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.

INTELLIGENCE
(Penelusuran Lingkup
Masalah)

DESIGN (Perancangan
Penyelesaian Masalah)
SISTEM
PENDUKUNG
CHOICE KEPUTUSAN
(Pemilihan Tindakan)

IMPLEMENTATION
(Pelaksanaan Tindakan)

Gambar II.1. Tahap Pengambilan Keputusan

Sumber : Fitria, 2008

2. Pengertian DSS

Decision Support System (DSS) adalah sistem berbasis komputer

yang interaktif yang membantu pembuatan keputusan dalam menggunakan

dan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak
terstruktur. DSS sebagai sebuah sistem yang memberikan dukungan

kepada seorang manajer, atau kepada sekelompok manajer yang relatif

kecil yang bekerja sebagai team pemecah masalah, dalam memecahkan

masalah semi terstrukitur dengan memberikan informasi atau saran

mengenai keputusan tertentu. Informasi tersebut diberikan oleh laporan

berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis. Model

tersebut juga mempunyai kemampuan untuk memberikan saran dalam

tingkat yang bervariasi

3. Tujuan DSS

a. Membantu manajer dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan

masalah semi terstruktur.

b. Mendukung keputusan manajer, dan bukannya mengubah atau

mengganti keputusan tersebut.

c. Meningkatkan efektivitas manajer dalam pembuatan keputusan, dan

bukannya peningkatan efisiensi.

Tujuan ini berkaitan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS, yaitu

struktur masalah, dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan.

4. Keuntungan DSS/SPK

a. Dapat memperluas kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan

dalam memproses data atau informasi pemakainya.

b. Membantu mengambil keputusan dalam hal penghematan waktu yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama berbagai masalah

yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.


c. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat

diandalkan.

d. Dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami

permasalahnnya, karena sistem penunjang keputusan mampu

menyajikan berbagai alternatif.

e. Mampu menyediakan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran,

sehingga dapat memperluas posisi pengambilan keputusan.

E. AHP (Analytical Hierarchy Process)

Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model

pengambilan keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir

manusia di mana faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa

dioptimasikan ke dalam suatu proses sistematis. AHP adalah metode

pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk pemberian prioritas

beberapa alternatif ketika beberapa kriteria harus dipertimbangkan, serta

mengijinkan pengambil keputusan (decision makers) untuk menyusun

masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau serangkaian level

yang terintegrasi. Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam

kelompok-kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu

hirarki, kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi

manusia dalam melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka

akan dapat ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.


1. Kegunaan AHP

AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan

alternatif, penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya,

penentuan kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan

sistem, pengukuran performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.

Keuntungan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan

pengambilan keputusan adalah :

a. Kesatuan : AHP memberi satu model tunggal yang mudah

dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

b. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan

ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan

kompleks.

c. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling

ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak

memaksakan pemikiran linier.

d. Penyusunan hirarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami

pikiran untuk memilah elemen-elemen suatu sistem dalam

berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang

serupa dalam setiap tingkat.

e. Pengukuran : AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal

dan wujud suatu model untuk menetapkan prioritas.


f. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-

pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas.

g. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang

kebaikan setiap alternatif.

h. Tawar-menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas

relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang

memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

i. Penilaian dan konsensus : AHP tidak memaksakan konsensus

tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai

penilaian yang berbeda-beda.

j. Pengulangan proses : AHP memungkinkan orang memperhalus

definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki

pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa

kesulitan dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan-

kesulitan tersebut tidak dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan

dari metode AHP dalam pengambilan keputusan.

a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang

yang sangat tajam/ekstrim di kalangan responden.

b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli

sesuai dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan

keputusan.
c. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang cukup tentang permasalahan serta metode

AHP.

2. Prinsip Pokok AHP

Pengambilan keputusan dalam metodologi AHP didasarkan atas

4 prinsip dasar, yaitu :

a. Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan, tahapan yang perlu dilakukan

adalah decomposition yaitu memecah persoalan-persoalan yang

utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil akurat,

pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga

didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan

ini maka proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis

hirarki yaitu lengkap dan tak lengkap. Disebut hirarki lengkap jika

semua elemen ada pada tingkat berikutnya, jika tidak demikian,

hirarki yang terbentuk dinamakan hirarki tidak lengkap.

b. Comparative Judgement

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan

relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP,

karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari

elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan.

Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang


dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise

comparison).

c. Synthesis of Priority

Dari setiap matriks pairwise comparison (perbandingan

berpasangan) kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks

perbandingan berpasangan untuk mendapatkan local priority

karena matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap

tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan

sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis

berbeda menurut hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut

kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority

setting. Global priority adalah prioritas/bobot subkriteria maupun

alternatif terhadap tujuan hirarki secara keseluruhan/level tertinggi

dalam hirarki. Cara mendapatkan global priority ini dengan cara

mengalikan local priority subkriteria maupun alternatif dengan

prioritas dari parent criterion (kriteria level di atasnya).

d. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah objek-objek

yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan

relevansi. Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan

sesuai dengan himpunan yang seragam jika “bulat” merupakan

kriterianya. Tetapi tidak dapat jika “rasa” sebagai kriterianya. Arti

kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek


yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya jika manis

merupakan kriteria dan madu dinilai 5 kali lebih manis dibanding

gula, dan gula 2 kali lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya

madu dinilai 10 kali lebih manis dibanding sirup. Jika madu dinilai

4 kali manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten

dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang

lebih tepat.

Dalam menggunakan keempat prinsip tersebut, AHP menyatukan dua

aspek pengambilan keputusan yaitu :

a. Secara kualitatif AHP mendefinisikan permasalahan dan

penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

b. Secara kuantitatif AHP melakukan perbandingan secara numerik

dan penilaian untuk mendapatkan solusi permasalahan.

3. Langkah-langkah Penggunaan AHP :

a. Penyusunan struktur hirarki masalah

Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau

sistem tersebut dipecah menjadi berbagai elemen pokok

kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis.


Sasaran

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria ke-n

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif ke-m


Gambar II.2. Struktur Hirarki AHP

Sumber: Thomas L. Saaty, 1994

Hirarki masalah disusun untuk membantu proses

pengambilan keputusan dengan memperhatikan seluruh elemen

keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar masalah

menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya

dilakukan tanpa memandang masalah sebagai suatu sistem

dengan suatu struktur tertentu.

Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan,

sasaran dari sistem yang dicari solusi masalahnya. Tingkat

berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu

hirarki dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang

tersusun dalam beberapa tingkat, dengan setiap tingkat mencakup

beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria dan

patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam

menyusun suatu hirarki tidak terdapat suatu pedoman tertentu

yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada kemampuan


penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus

bersumber pada jenis keputusan yang akan diambil.

Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk

sesuai dengan tujuan permasalahan, maka kriteria-kriteria

tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut :

1) Minimum

Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan

analisis.

2) Independen

Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus

dihindarkan pengulangan kriteria untuk suatu maksud yang

sama.

3) Lengkap

Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam

permasalahan.

4) Operasional

Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis baik secara

kuantitatif maupun kualitatif dan dapat dikomunikasikan.

b. Penentuan Prioritas

1) Relative Measurement

Yang pertama dilakukan dalam menetapkan prioritas

elemen-elemen dalam suatu pengambilan keputusan adalah

membuat perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan


dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap

subsistem hirarki. Dalam perbandingan berpasangan ini,

bentuk yang lebih disukai adalah matriks karena matriks

merupakan alat yang sederhana yang biasa dipakai, serta

memberi kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan

matriks ini mencerminkan dua segi prioritas yaitu

mendominasi dan didominasi.

Misalkan terdapat suatu subsistem hirarki dengan

kriteria C dan sejumlah n alternatif di bawahnya, Ai sampai

An. Perbandingan antar alternatif untuk subsistem hirarki itu

dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada tabel

II.1 di bawah ini.

Tabel II.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

C A1 A2 A3 …. An

A1 a11 a12 a13 a1n

A2 a21 a22 a23 a2n

A3 a31 a32 a33 a3n

…. ….

An an1 an2 an3 …. ann

Sumber: Thomas L. Saaty, 1994


Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1(baris)

terhadap A1 (kolom) yang menyatakan hubungan :

(a) Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap

kriteria C dibandingkan dengan A1 (kolom), atau

(b) Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom),

atau

(c) Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris)

dibandingkan dengan A1 (kolom).

Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh

perbandingan diperoleh dari skala perbandingan yang disebut

Saaty pada tabel II.2. Apabila bobot kriteria Ai adalah wi dan

bobot elemen wj maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty

mewakili perbandingan (wi/wj)/1. Angka-angka absolut pada

skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik

terhadap perbandingan bobot elemen Ai terhadap elemen Aj.


Tabel II.2 Skala Penilaian Perbandingan

Skala
Tingkat Definisi Keterangan
kepentingan
1 Sama Kedua elemen mempunyai
pentingnya pengaruh yang sama
3 Sedikit lebih Pengalaman dan penilaian
penting sedikit memihak satu elemen dib
dengan pasangannya

5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian


sangat memihak satu elemen dib
dengan pasangannya

7 Sangat Satu elemen sangat disukai


penting dan secara praktis dominasiny
nyata dibandingkan dengan pasan

9 Mutlak lebih Satu elemen terbukti mutlak


penting lebih disukai dibandingkan
pasangannya, pada tingkat keyak
tertinggi

2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat


keraguan penilaian antara dua
yang berdekatan

kebalikan Aij = 1/Aij Bila aktivitas i mempero


angka bila
dibandingkan dengan aktivitas
memiliki nilai kebalikann
dibandingkan i

Sumber : Thomas L Saaty,1994

2) Eigenvalue dan Eigenvektor

Apabila seseorang yang sudah memasukkan

persepsinya untuk setiap perbandingan antara kriteria-kriteria

yang berada dalam satu level atau yang dapat

diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang


paling disukai atau yang paling penting, disusun sebuah

matriks perbandingan. Bentuk matriks ini adalah simetris

atau biasa disebut dengan matriks bujur sangkar. Apabila ada

3 kriteria yang dibandingkan dalam satu level matriks maka

disebut matriks 3x3. Ciri utama dari matriks perbandingan

yang dipakai model AHP adalah kriteria diagonalnya dari kiri

atas ke kanan bawah adalah 1 (satu) karena yang

dibandingkan adalah dua kriteria yang sama. Selain itu sesuai

dengan sistematika berpikir otak manusia, matriks

perbandingan yang dibentuk bersifat matriks resiprokal

misalnya kriteria A lebih disukai dengan skala 3

dibandingkan kriteria B maka dengan sendirinya kriteria B

lebih disukai dengan skala 1/3 dibandingkan A.

Setelah matriks perbandingan untuk sekelompok

kriteria telah selesai dibentuk maka langkah berikutnya

adalah mengukur bobot prioritas setiap kriteria tersebut

dengan dasar persepsi seorang ahli yang telah dimasukkan

dalam matriks tersebut. Hasil akhir perhitungan bobot

prioritas tersebut merupakan suatu bilangan desimal di bawah

satu dengan total prioritas untuk kriteria-kriteria dalam satu

kelompok sama dengan satu. Dalam penghitungan bobot

prioritas dipakai cara yang paling akurat untuk matriks

perbandingan yaitu dengan operasi matematis berdasarkan


operasi matriks dan vector yang dikenal dengan nama

eigenvector.

Eigenvector adalah sebuah vector yang apabila

dikalikan sebuah matriks hasilnya adalah vector itu sendiri

dikalikan dengan sebuah bilangan scalar atau parameter yang

tidak lain adalah eigenvalue.

Bentuk persamaannya sebagai berikut :

A.w = λ.w ………..(II.1)

Dengan

w = eigenvector

λ = eigenvalue

A = matriks bujursangkar

Eigenvector biasa disebut sebagai vector

karakteristiknya dari sebuah matriks bujur sangkar sedangkan

eigenvalue merupakan akar karakteristiknya dari matriks

tersebut. Metode ini yang dipakai sebagai alat pengukur

bobot prioritas setiap matriks perbandingan dalam model

AHP karena sifatnya lebih akurat dan memperhatikan semua

interaksi antarkriteria dalam matriks. Kelemahan metode ini

adalah sulit dikerjakan secara manual terutama apabila

matriksnya terdiri dari tiga kriteria atau lebih sehingga

memerlukan bantuan program komputer untuk

memecahkannya.
c. Konsistensi

Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya

dengan model-model pengambilan keputusan lain adalah tidak

adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang

memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka

ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki

keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten

terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria.

Berdasarkan kondisi ini maka manusia dapat menyatakan

persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.

Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri

didasarkan atas eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue

maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks

perbandingan dapat diminimumkan.

Rumus dari indeks konsistensi (consistency index/CI) adalah

CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (II.2)

Dengan

CI = indeks konsistensi

λmaks = eigenvalue maksimum

n = orde matriks

Dengan λ merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks,

eigenvalue maksimum suatu matriks tidak akan lebih kecil dari

nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat


eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten

matriks tersebut dan apabila sama besarnya maka matriks

tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam

pemakaian sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks

inkonsistensi karena rumus (II.2) di atas memang lebih cocok

untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.

Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah ke dalam

bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan

suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata

konsistensi dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10

yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National

Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.

Tabel II.3 Random Consistency Index (RI)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

Sumber : Thomas L. Saaty, 1994

CR = CI / RI

CR = Rasio Konsistensi

RI = Indeks Random (Random Consistency Index)

Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner

diukur. Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat

ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR <

0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria


yang diberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai

perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan

tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian

nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun

alternatif harus diulang.

d. Sintesis Prioritas

Untuk memperoleh perangkat prioritas yang menyeluruh

bagi suatu persoalan keputusan, diperlukan suatu pembobotan

dan penjumlahan untuk menghasilkan suatu bilangan tunggal

yang menunjukkan prioritas suatu elemen.

Langkah yang pertama adalah menjumlahkan nilai-nilai

dalam setiap kolom kemudian membagi setiap entri dalam setiap

kolom dengan jumlah pada kolom tersebut untuk memperoleh

matriks yang dinormalisasi. Normalisasi ini dilakukan untuk

mempertimbangkan unit kriteria yang tidak sama. Yang terakhir

adalah merata-ratakan sepanjang baris dengan menjumlahkan

semua nilai dalam setiap baris dari matriks yang dinormalisasi

tersebut dan membaginya dengan banyaknya entri dari setiap

baris sehingga sintesis ini menghasilkan persentase prioritas

relatif yang menyeluruh.

Cara lain untuk memperoleh nilai bobot kriteria adalah

dengan langkah-langkah berikut ini :


1) Matriks perbandingan diperoleh dari penilaian responden.

Tabel II.4. Contoh Matriks Awal

Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3

Sub 1 1 6 2

Sub 2 1/6 1 1/

Sub 3 1/2 5 1

Jml kolom 1,67 12 3,

Sumber : Bello, 2003

2) Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai

jumlah kolom tersebut. Kemudian hasil tersebut

dinormalisasi untuk mendapatkan vector eigen matriks

dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap tiga elemen

subtujuan.

Tabel II.5. Contoh Normalisasi Matriks

Jumlah
Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Bob
Baris
Sub 1 0,60 0,50 0,63 1,73 0,5

Sub 2 0,10 0,08 0,06 0,25 0,0

Sub 3 0,30 0,42 0,31 1,03 0,3

Jumlah 1,00 1,00 1,00 1,0

Sumber : Bello, 2003

Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang

merupakan bobot prioritas ketiga elemen terhadap tujuan.


Untuk menghitung rasio konsistensi adalah dengan

langkah-langkah seperti contoh berikut ini, dengan melanjutkan

contoh pada bagian sebelumnya.

Pada contoh perhitungan bobot telah didapatkan bobot dari

masing-masing sub tujuan berikut:

Tabel II.6. Contoh Bobot Kriteria

Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Bobot

Sub 1 1 6 2 0,58

Sub 2 1/6 1 1/5 0,08

Sub 3 1/2 5 1 0,34

Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi

1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot,

didapatkan matriks sbb:

Tabel II.7. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi –

Mengalikan Matriks Awal Dengan Bobot

Tujuan Sub 1 Sub 2 Sub 3 Jml baris

Sub 1 0,580 0,480 0,680 1,740

Sub 2 0,097 0,080 0,068 0,245

Sub 3 0,290 0,400 0,340 1,030

Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi


2) Bagi jumlah baris dengan bobot

Tabel II.8. Contoh Perhitungan Rasio Konsistensi –

Membagi Jumlah Baris Dengan Bobot

Tujuan Jml Baris Bobot Hasil Bag

Sub 1 1,740 0,58 3

Sub 2 0,245 0,08 3,0626

Sub 3 1,030 0,34 3,0294

Sumber : Bello, 2003 dimodifikasi

3) Menghitung nilai λ maks

λ maks = (3+3,0626+3,0294)/3 = 3,03067

4) Menghitung nilai Consistency Index (CI)


lmaks - n
CI =
n-1

CI = (3,03067-3) / (3-1) = 0,015335

5) Menghitung nilai rasio konsistensi (CR), yaitu membagi CI

dengan indeks random (RI). Untuk orde matriks n=3 maka

nilai RI adalah 0,58.

CR = CI/RI

= 0,015335/0,58

= 0,026

Rasio konsistensi sebesar 0,026 kurang dari batas toleransi

0,1. Maka matriks perbandingan berpasangan pada contoh

ini dikatakan konsisten. Hal ini menunjukkan bahwa

penilaian tidak perlu diperbaiki/diulang.


4. Aksioma-Aksioma AHP

Pengertian aksioma adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah

kebenarannya atau yang pasti terjadi. Ada empat aksioma yang harus

diperhatikan para pemakai model AHP dan pelanggarannya dari setiap

aksioma berakibat tidak validnya model yang dipakai. Aksioma

tersebut yaitu (Brodjonegoro & Utama dalam Fatmawati, 2007) :

a. Aksioma 1

Reciprocal comparison artinya pengambil keputusan harus dapat

membuat perbandingan dan menyatakan preferensinya.

Preferensinya itu sendiri harus memenuhi syarat resiprokal yaitu

kalau A lebih disukai dari B dengan skala x, maka B lebih disukai

A dengan skala 1/x.

b. Aksioma 2

Homogenity, artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan

dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat

dibandingkan satu sama lain. Kalau aksioma ini tidak dapat

dipenuhi maka elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen

dan harus dibentuk suatu kelompok elemen-elemen baru.

c. Aksioma 3

Independence, artinya preferensi dinyatakan dengan

mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif

yang ada melainkan oleh obyektif secara keseluruhan. Ini

menunjukkan bahwa pola ketergantungan atau pengaruh dalam


model AHP adalah searah ke atas. Artinya perbandingan antara

elemen-elemen dalam satu level dipengaruhi atau tergantung oleh

elemen dalam level di atasnya.

d. Aksioma 4

Expectations, artinya untuk tujuan pengambilan keputusan, struktur

hirarki diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi

maka si pengambil keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau

obyektif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang

diambil dengan tidak lengkap.

5. Penilaian Perbandingan Multipartisipan

Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan

menghasilkan pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya

memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi, semua

jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan. Dalam hal ini Saaty

memberikan metode perataan dengan rata-rata geometric mean. Rata-

rata geometrik dipakai karena bilangan yang dirata-ratakan adalah

deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi gangguan

yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu

kecil.

Teori rata-rata geometrik menyatakan bahwa jika terdapat n

partisipan yang melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat

n jawaban atau nilai numerik untuk setiap pasangan untuk

mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing


nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu

dipangkatkan dengan 1/n. secara matematis dituliskan sebagai berikut :


aij = (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn) 1 ……..(II.3)
n

Dengan

aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria

Ai dengan Aj untuk n partisipan

Zi = Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk

partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n

n = Jumlah partisipan

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Marlene J. Suarez Bello, 2003.

Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan evaluasi komparatif proses

pemilihan supplier pada lingkungan perusahaan yang berbeda menggunakan

pendekatan studi kasus pada berbagai perusahaan yang berbeda, dan

mengevaluasi proses pemilihan supplier menggunakan standar ISO

9001:2000. Penelitian ini dilakukan pada 3 perusahaan yang berbeda, yang

pertama adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bertaraf internasional:

Deere and Company, selanjutnya adalah sebuah cabang perusahaan farmasi:

Baxter Transfusion Therapies, San German Division. Perusahaan yang ketiga

adalah sebuah perusahaan perorangan lokal yang memproduksi injection

molding: Techno Plastics Industries. Bello menggunakan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP) dalam menganalisis pemilihan supplier pada ketiga


perusahaan di atas. Hasil dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa

perbandingan yang meliputi faktor-faktor seperti kriteria pemilihan supplier,

proses pemilihan supplier, kompleksitas proses dan peraturan yang dibuat

berbeda antara jenis perusahaan yang satu dengan yang lain tergantung pada

jenis perusahaan.

Penelitian lain dilakukan oleh Gnanasekaran dkk, 2006 pada perusahaan

XYZ, yang merupakan salah satu kelompok industri terkemuka di India yang

bergerak dalam industri automobile. Analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis AHP. Kriteria yang digunakan dalam memilih supplier pada

perusahaan XYZ adalah kriteria kualitas, kuantitas, waktu pengiriman dan

biaya. Alternatif supplier yang akan dipilih adalah supplier 1, supplier 2,

supplier 3, dan supplier 4. Dari perhitungan AHP menghasilkan prioritas:

supplier 4 dengan bobot 32%, supplier 1 dengan bobot 25,80%, supplier 2

dengan bobot 21,80%, dan supplier 3 dengan bobot 20,40%. Hasil dari

penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan metode AHP dalam

memilih supplier lebih baik dibandingkan dengan sistem yang digunakan oleh

perusahaan. Metode AHP memungkinkan pemilihan supplier menjadi lebih

transparan sehingga memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan karena

dapat memberikan kinerja yang nyata dari supplier dan menuju pada

peningkatan yang berkesinambungan.

Penelitian lain dilakukan oleh Surjasa dkk. pada PT ABC, sebuah

perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri kimia. Tujuan

dari penelitian ini adalah memilih supplier terbaik menggunakan metode


AHP. Kriteria-kriteria yang dipertimbangkan adalah kriteria harga, kualitas,

waktu pengiriman, ketepatan jumlah serta kriteria customer care. Hasil

perhitungan bobot kriteria pemilihan supplier menunjukkan bahwa nilai

kriteria harga adalah 25,16%, kualitas adalah 23,16%, waktu pengiriman

adalah 22,97%, ketepatan jumlah adalah 17,16%, serta kriteria customer care

adalah 10,6%. Hasil perhitungan supplier terpilih adalah PT M1 dengan nilai

prioritas 0,477. Dalam penelitian ini dihasilkan juga suatu sistem informasi

Vendor Managed Inventory (VMI), diharapkan dengan sistem informasi ini

proses pengadaan bahan baku antara supplier dan PT. ABC dapat berjalan

lebih efektif dan efisien.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang

mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid,

obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004).

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus (case study

design). Studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap

situasi yang mirip dalam organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah

yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat ini

(Sekaran, 2006). Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan kontraktor,

yaitu PT Cazikhal. Objek yang diteliti adalah proses pengambilan keputusan

dalam menentukan supplier kayu yang akan dipilih.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2006). Populasi dari penelitian ini adalah pengambil keputusan dan

manajemen PT Cazikhal sebanyak 20 orang. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan judgment sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan

pertimbangan tertentu. Hal ini dikarenakan metode AHP mensyaratkan

ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai dengan jenis spesialis terkait


dalam pengambilan keputusan. Selain itu responden yang dilibatkan harus

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang permasalahan.

Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini adalah:

1. Pihak-pihak yang mempunyai kewenangan mengambil keputusan

(decision makers) dalam hal pemilihan supplier, yaitu direktur utama,

direktur teknik, manager representatif, kepala bagian pembelian dan

pergudangan, dan kepala bagian keuangan.

2. Karyawan bagian pembelian dan pergudangan yang menerima barang

secara langsung dari supplier sehingga mengetahui secara langsung kinerja

dari supplier.

C. Sumber Data

1. Data Pimer

Data Primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama

baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil

pengumpulan kuesioner (Sekaran, 2006). Data primer dalam penelitian ini

diperoleh dari wawancara dan kuesioner yang dibagikan kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut

dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain

(Sekaran, 2006). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain profil

perusahaan (company profile), studi pustaka, dan catatan-catatan atau

dokumen perusahaan.
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Dari hasil wawancara pendahuluan didapatkan variabel-variabel

(kriteria) yang digunakan dalam pemilihan supplier kayu pada PT Cazikhal,

yaitu sebagai berikut:

1. Harga (Price)

Harga adalah nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah),

diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.

Harga di sini meliputi 2 subkriteria:

a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1)

b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada

pemesanan dalam jumlah tertentu (H2)

2. Kualitas (Quality)

Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas

barang (kayu) diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter,

tingkat kekeringan, ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang, diukur

dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.

Kualitas di sini meliputi 3 subkriteria:

a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)

b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)

c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)


3. Layanan (Service)

Layanan adalah pelayanan, bantuan dan kemudahan yang diberikan

supplier kepada konsumen (pihak perusahaan), diukur dengan Skala

Penilaian Perbandingan Berpasangan.

Layanan di sini meliputi 4 subkriteria:

a. Kemudahan untuk dihubungi (S1)

b. Kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti

(S2)

c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)

d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)

4. Ketepatan Pengiriman (Delivery)

Ketepatan pengiriman yaitu kemampuan supplier dalam menangani

permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan

waktu yang sudah ditentukan diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan

Berpasangan.

Ketepatan pengiriman di sini meliputi 2 subkriteria:

a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang

telah disepakati (D1)

b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)

5. Ketepatan Jumlah (Quantity)

Ketepatan jumlah yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam

pengiriman, diukur dengan Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan.


E. Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan

sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang

didefinisikan dengan jelas (Sekaran, 2006). Bentuk kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini mengacu pada contoh kuesioner dalam

Saaty, 1994. Sedangkan item-item yang dibandingkan dalam kuesioner

adalah kriteria, subkriteria, dan alternatif (supplier) yang digunakan dalam

pemilihan supplier pada PT Cazikhal. Kuesioner ini dibagikan kepada para

responden.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada pihak perusahaan, dan

jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Wawancara

terstruktur yaitu wawancara dimana pewawancara memiliki daftar

pertanyaan yang ditujukan pada pihak perusahaan. Wawancara terstruktur

digunakan dalam wawancara pendahuluan untuk menentukan variabel-

variabel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu menentukan kriteria-

kriteria dan subkriteria yang digunakan oleh perusahaan dalam pemilihan

supplier.
3. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka merupakan metode yang digunakan untuk

mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat

dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang dilakukan. Landasan

teoritis digunakan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan

sekedar perbuatan coba-coba.

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AHP

(Analytical Hierarchy Process). Perhitungan bisa dilakukan secara manual

menggunakan Microsoft excel maupun dengan bantuan software expert

choice. Langkah-langkah dalam pemilihan supplier adalah sebagai berikut:

1. Menyusun struktur hirarki masalah

Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki.

Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan

subkriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier. Masalah

pemilihan supplier pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki

seperti pada gambar 2. Level 0 merupakan tujuan, level pertama

merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2 merupakan

subkriteria, sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang

sebaiknya dipilih.
Memilih supplier terbaik

Harga Kualitas Layanan Ketepatan Ketepatan


Pengiriman Jumlah

H1 Q1 S1 D1

H2 Q2 S2 D2
Q3
S3

S4

Supplier X Supplier Y Supplier Z

Gambar III.1 Struktur Hirarki Masalah

Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan

kriteria yang setingkat di atasnya.

3. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 1

(kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman, dan

Ketepatan Jumlah.

Langkah-langkahnya:

a. Membuat perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria

b. Hasil penilaian responden kemudian dirata-rata menggunakan

geometric mean/rata-rata geometri. Hal ini dilakukan karena AHP


hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Teori

rata-rata geometrik secara matematis dirumuskan sebagai berikut :


aij = (Z1, Z2, Z3, …. ,Zn) 1 ……..(III.1)
n

Dengan

aij = Nilai rata-rata perbandingan berpasangan criteria Ai

dengan Aj untuk n partisipan

Zi = Nilai perbandingan antara Ai dengan Aj untuk

partisipan i, dengan i=1, 2, 3, …, n

n = jumlah partisipan

c. Hasil dari setiap perbandingan berpasangan ditampilkan dalam

sebuah matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison).

d. Bagi masing-masing elemen pada kolom tertentu dengan nilai

jumlah kolom tersebut

e. Hasil tersebut kemudian dinormalisasi untuk mendapatkan vector

eigen matriks dengan merata-ratakan jumlah baris terhadap lima

kriteria. Perhitungan di atas menunjukkan vector eigen yang

merupakan bobot prioritas keempat kriteria terhadap tujuan.

f. Menghitung Rasio konsistensi dengan langkah sebagai berikut:

1) Kalikan nilai matriks perbandingan awal dengan bobot

2) Kalikan jumlah baris dengan bobot

3) Menghitung λmaks dengan menjumlahkan hasil perkalian di atas

dibagi dengan n.

λ maks = ………. (III.2)


4) Menghitung Indeks konsistensi

Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk

mengetahui konsistensi dari sebuah persepsi. Adapun indikator

dari konsistensi dapat diukur melalui CI yang dirumuskan :

CI = (λmaks – n) / (n – 1) ………….. (III.3)

Dengan

CI = indeks konsistensi

λmaks = eigenvalue maksimum

n = orde matriks

5) Menghitung Rasio Konsistensi

AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai

pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi yang dirumuskan :

CR = CI / RI ………. (III.4)

Dengan :

CR = Rasio Konsistensi

RI = Indeks random

Dimana nilai RI dapat dilihat pada tabel II.3. Pengukuran

konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat ketidakkonsistenan

respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka nilai

perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan

konsisten. Jika CR > 0,1 maka maka nilai perbandingan

berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak

konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-


nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun

alternatif harus diulang.

4. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 2

(subkriteria) dari masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier seperti

langkah 3 di atas. Kemudian ditentukan global priority/prioritas global

dengan cara mengalikan local priority/prioritas dari masing-masing

subkriteria dengan prioritas kriteria.

5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3

(alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masing-

masing subkriteria seperti langkah 3 di atas.

6. Setelah mengetahui bobot dari masing-masing subkriteria dan bobot dari

masing-masing supplier kemudian ditentukan supplier yang akan dipilih.

Nilai keseluruhan dari masing-masing supplier yaitu jumlah keseluruhan

dari perkalian bobot supplier dengan bobot subkriteria. Supplier yang

dipilih adalah supplier yang memiliki nilai paling tinggi.


BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya Perusahaan

PT Cazikhal merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk

perseroan terbatas yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi sebagai

bagian dari manajemen pelaksanaan pembangunan baik pelaksanaan

pembangunan jalan, struktur, dan pengairan. Perusahaan ini didirikan oleh

tiga orang yaitu Bapak Sandimin, Ibu Ervina Dwi Prasetyowati dan Raden

Mas Mahajana Raditya Ajipermana dengan modal dasar sebesar 1 milyar

rupiah yang terbagi atas 1000 saham bernilai nominal Rp. 1.000.000,00.

Perusahaan ini berkedudukan di Jalan Imogiri Km. 15 Ngentak Bendo

Wukirsari Imogiri Bantul.

Dasar hukum berdirinya PT Cazikhal adalah sebagai berikut:

a. PT Cazikhal didirikan pada hari Rabu, tanggal 1 Februari 2006 melalui

akta pendirian perseroan terbatas Nomor 01 oleh notaris Mardiah, SH

dengan nama PT Cazikhal. Akta perubahan terakhir Nomor 01 pada

tanggal 3 April 2006 oleh notaris Mardiah, SH.

b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul Nomor 63/SIUP/II/2006

tertanggal 23 Februari 2006.


c. Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) Nomor 1-076156-3402-2-

00237 tertanggal 1 Mei 2006.

d. Ijin Gangguan dari Badan pengendalian Dampak Lingkungan

(BAPEDAL) Kabupaten Bantul Nomor 503/133/IGT/2006 tertanggal

8 Februari 2006.

e. Sertifikat Badan Usaha Nomor 0316/GAPENSI/12/7/08 tertanggal 07

Juli 2008.

Maksud dan tujuan dari perseroan ini adalah bergerak dalam bidang

usaha pembangunan, perdagangan umum, jasa, dan perindustrian. Untuk

mencapai maksud dan tujuan tersebut perusahaan dapat melakukan

kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Menjalankan usaha-usaha di bidang pembangunan bertindak sebagai

pemborong pada umumnya, sebagai pengembang, pemasangan

komponen-komponen bangunan, pembangunan konstruksi gedung,

jembatan, jalan, bandara, dermaga, pemasangan instalasi-instalasi dan

sebagainya.

b. Menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan meliputi

perdagangan import, eksport, lokal, interinsulair, sebagai distributor,

agen dan sebagai perwakilan dari badan-badan perusahaan lain baik

dari dalam maupun luar negeri kecuali agen perjalanan, perdagangan

yang berhubungan dengan usaha real estate dan property,

supermarket/hypermarket (toserba/swalayan).
c. Menjalankan usaha-usaha di bidang jasa, yang meliputi berbagai

kegiatan jasa kecuali jasa dalam bidang hukum dan pajak.

d. Menjalankan usaha di bidang perindustrian umum termasuk industri

karoseri, perakitan kendaraan, industri garment dan pakaian jadi,

industri makanan dan minuman, industri kerajinan tangan, furniture

dan sebagainya.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direktur Teknik

Manajer Representatif

Sekretaris

Bagian Bag. Pembelian Bagian Bagian


SDM &Pergudangan Administrasi Keuangan

Pelaksana Jalan Pelaksana Pelaksana Gedung


Sumber Daya Air

Gambar IV.1 Stuktur Organisasi Perusahaan

Sumber : Company profile PT Cazikhal


Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan tugas dan

tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut:

a. Dewan Komisaris

Tugas dan Wewenang Komisaris :

1) Komisaris melakukan pengawasan atas kebijaksanaan direksi

dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada

direksi.

2) Komisaris baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu

dalam jam kerja kantor perseroan berhak memasuki bangunan dan

halaman atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai

oleh perseroan dan berhak memeriksa semua pembukuan, surat,

dan alat bukti lainnya, memeriksa dan mencocokkan keadaan uang

kas dan lain-lain serta berhak untuk mengetahui segala hal yang

dijalankan oleh direksi.

3) Direksi dan setiap anggota direksi wajib wajib untuk memberikan

penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh komisaris.

4) Komisaris setiap waktu berhak memberhentikan untuk sementara

seorang atau lebih anggota Direksi, apabila anggota Direksi

tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran dasar dan atau

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

5) Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan kepada yang

bersangkutan, disertai alasannya.


6) Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sesudah pemberhentian

sementara itu, komisaris diwajibkan untuk menyelenggarakan

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan memutuskan

apakah anggota Direksi yang bersangkutan akan diberhentikan

seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula,

sedangkan anggota Direksi yang diberhentikan sementara itu diberi

kesempatan untuk hadir guna membela diri.

7) Apabila seluruh anggota Direksi diberhentikan sementara dan

perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota Direksi maka

untuk sementara Komisaris diwajibkan untuk mengurus perseroan.

b. Direktur Utama

Tugas dan Wewenang:

1) Direktur utama bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan

tugasnya untuk kepentingan perseroan dalam mencapai maksud

dan tujuannya.

2) Direktur utama berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas

nama Direksi serta mewakili Perseroan.

3) Direksi berhak mewakili Perseroan (atas persetujuan RUPS) di

dalam dan di luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala

kejadian, mengikat Perseroan, serta menjalankan segala tindakan

baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan

tetapi dengan pembatasan untuk meminjam atau meminjamkan

uang atas nama Perseroan (tidak termasuk mengambil uang


perseroan di bank), dan mendirikan suatu usaha baru atau turut

serta pada perusahaan lain baik di dalam maupun di luar negeri.

4) Direksi untuk perbuatan tertentu berhak mengangkat seorang atau

lebih sebagai sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan

kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat kuasa.

c. Direktur Teknik

Tugas dan Wewenang:

1) Membantu direktur utama dalam melaksanakan tugasnya sehingga

memperlancar jalannya kegiatan perusahaan.

2) Dalam hal Direktur utama tidak hadir atau berhalangan, maka

berhak dan berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta

mewakili perseroan.

d. Manager Representatif

Manager representatif adalah seseorang yang ditunjuk oleh

direksi untuk menjalankan operasional perusahaan khususnya proyek.

Manager representative bertanggung jawab untuk melakukan

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan

pengendalian (controlling). Dia bertanggung jawab memastikan tahap

perencanaan suatu proyek meliputi uraian tugas yang lengkap, analisis

kebutuhan sumber daya, serta time schedule sesuai dengan kebutuhan

proyek. Manager mengkoordinir dan mengkomunikasikan keseluruhan

proses proyek yang meliputi studi kelayakan proyek, perencanaan,


desain, konstruksi, dan pelaksanaan proyek. Tujuan utamanya adalah

meminimalkan waktu dan biaya dengan tetap menjaga kualitas proyek.

e. Sekretaris

Membantu manager dalam mengurusi administrasi manajer.

f. Bagian Keuangan

Bagian keuangan bertugas mengurusi segala hal yang

berhubungan dengan lalu lintas keuangan perusahaan, seperti gaji,

pajak, asuransi, membuat laporan keuangan berserta analisisnya, dll.

g. Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)

Bagian sumber daya manusia bertugas mengurusi masalah

kepegawaian, baik saat penerimaan pegawai, pengangkatan, maupun

pemberhentian pegawai, serta menjamin kesejahteraan pegawai. Selain

itu juga meningkatkan keterampilan para pegawai dengan

mengikutsertakan mereka dalam acara pelatihan dan lain sebagainya.

h. Bagian Administrasi

Bagian administrasi bertugas mengurusi segala hal yang

menyangkut administrasi perusahaan.

i. Bagian Pembelian dan Pergudangan

Bagian pembelian dan pergudangan bertanggung jawab

menyediakan kebutuhan bahan baku maupun kebutuhan operasional

bagi perusahaan serta bertanggung jawab dalam hal penyimpanannya.


j. Pelaksana Jalan

Pelaksana jalan bertanggung jawab melaksanakan proyek-proyek

jalan, jembatan, dll.

k. Pelaksana Sumber Daya Air

Pelaksana sumber daya air bertanggung jawab melaksanakan

proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya air,

misalnya pengeboran, pembuatan saluran air bersih, dll.

l. Pelaksana Gedung

Pelaksana gedung bertanggung jawab melaksanakan proyek-

proyek pembangunan gedung, baik gedung sekolah, kantor, dll.

B. Metode Analisis AHP

1. Penyusunan hirarki
Setelah permasalahan didefinisikan, langkah selanjutnya adalah

memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Pemecahan juga

dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan

pemecahan lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang akurat.

Dalam metode AHP, kriteria biasanya disusun dalam bentuk hirarki.

Kriteria dan subkriteria dalam penelitian ini merupakan kriteria dan

subkriteria yang dipakai oleh perusahaan dalam memilih supplier, yang

diperoleh dari hasil wawancara pendahuluan. Masalah pemilihan supplier

pada PT Cazikhal disusun dalam tiga level hirarki seperti pada gambar

IV.2. Level 0 merupakan tujuan yaitu memilih supplier terbaik (optimal),

level pertama merupakan kriteria dalam pemilihan supplier, level 2


merupakan subkriteria yang merupakan penjabaran dari level pertama

(kriteria), sedangkan level 3 merupakan alternatif, supplier mana yang

sebaiknya dipilih.

Memilih supplier terbaik

Harga Kualitas Layanan Ketepatan Ketepatan


Pengiriman Jumlah

H1 Q1 S1 D1

H2 Q2 S2 D2
Q3
S3

S4

Supplier X Supplier Y Supplier Z

Gambar IV.2
Struktur Hirarki Masalah Pemilihan Supplier PT Cazikhal
Sumber : Thomas L. Saaty, 1994 dimodifikasi

2. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan

kriteria yang setingkat di atasnya.


a. Matriks Perbandingan Berpasangan Masing-masing Kriteria

dalam Pemilihan Supplier pada PT Cazikhal

Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel

maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun

bentuk tabelnya sebagai berikut:

Tabel IV.1
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Kriteria
Dalam Pemilihan Supplier
Ketepatan Ketepatan
Kriteria Harga Kualitas Layanan
Pengiriman Jumlah
Harga 1
Kualitas 1
Layanan 1
Ketepatan
1
Pengiriman
Ketepatan
1
Jumlah
Sumber: data primer diolah

b. Matriks Perbandingan Berpasangan Subkriteria Dari Masing-

masing Kriteria Dalam Pemilihan Supplier Pada PT Cazikhal

Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari subkriteria dari

masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui

kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang

yaitu direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala

bagian pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan

bagian pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.


Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel

maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun

bentuk tabelnya sebagai berikut:

Tabel IV.2
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Harga
Kemampuan
Kepantasan harga dengan
Subkriteria memberikan diskon
kualitas (H1)
(H2)
Kepantasan harga
1
dengan kualitas (H1)
Kemampuan
memberikan diskon 1
(H2)
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.3
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Kualitas
Kesesuaian
Kemampuan
barang dengan Penyediaan
memberikan
Subkriteria spesifikasi yang barang tanpa
kualitas yang
ditetapkan (Q1) cacat (Q2)
konsisten (Q3)
Kesesuaian
barang dengan
1
spesifikasi yang
ditetapkan (Q1)
Penyediaan
barang tanpa 1
cacat (Q2)
Kemampuan
memberikan
1
kualitas yang
konsisten (Q3)
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.4
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Layanan
Cepat
Kemampua n Kecepatan
tanggap
Kemudah- an memberi- kan menanggap i
menyelesai
untuk informasi permintaan
Subkriteria -kan keluhan
dihubungi secara jelas pelanggan
pelanggan
(S1) (S2) (S3)
(S4)

Kemudahan
untuk dihubungi 1
(S1)
Kemampuan
memberikan
informasi secara 1
jelas (S2)

Kecepatan
menanggapi
1
permintaan
pelanggan (S3)
Cepat tanggap
menyelesaikan
1
keluhan pelanggan
(S4)
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.5
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Subkriteria
pada Kriteria Ketepatan Pengiriman
Kemampuan
Kemampuan
mengirimkan barang
Subkriteria menanganani sistem
sesuai tanggal yang
transportasi (D2)
disepakati (D1)
Kemampuan
mengirimkan barang
1
sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan
menanganani sistem 1
transportasi (D2)
Sumber: data primer diolah
c. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pada Pemilihan

Supplier

Agar diperoleh bobot penilaian dari masing-masing variabel

maka dibuat tabel skala penilaian perbandingan berpasangan. Adapun

bentuk tabelnya sebagai berikut:

1) Kriteria Harga

Tabel IV.6
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas Barang
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.7
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah
2) Kriteria Kualitas

Tabel IV.8
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditetapkan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.9
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.10
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang
Konsisten
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah
3) Kriteria Layanan

Tabel IV.11
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemudahan Dihubungi
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.12
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Memberikan Informasi Secara Jelas
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.13
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kecepatan Menanggapi Permintaan
Pelanggan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah
Tabel IV.14
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Cepat Tanggap Menyelesaikan Keluhan
Pelanggan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

4) Kriteria Ketepatan Pengiriman

Tabel IV.15
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Tanggal yang Disepakati
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

Tabel IV.16
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
pada Subkriteria Kemampuan Dalam Menangani Sistem
Transportasi
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah
5) Kriteria Ketepatan Jumlah

Tabel IV.17
Matriks Perbandingan Berpasangan Tujuan Antar Alternatif
Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z
Supplier X 1
Supplier Y 1
Supplier Z 1
Sumber: data primer diolah

3. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada

level 1 (kriteria) yaitu Harga, Kualitas, Layanan, Ketepatan Pengiriman,

dan Ketepatan Jumlah.

Data untuk pengukuran prioritas kepentingan dari kriteria-kriteria

dalam pemilihan supplier diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan

kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu direktur utama, direktur

teknik, manajer representatif, kepala bagian pembelian, kepala bagian

keuangan, dan dua orang karyawan bagian pembelian dan pergudangan

yang bertugas menerima barang.

Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya

dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan

rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu

jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabel

IV.18.
Tabel IV.18
Penilaian Prioritas Kepentingan Kriteria Dalam
Pemilihan Supplier
Ketepatan Ketepatan
Kriteria Harga Kualitas Layanan
Pengiriman Jumlah
Harga 1 0,357 3,651 4,336 4,190
Kualitas 2,801 1 4,476 5,441 5,479
Layanan 0,274 0,223 1 1,346 1,219
Ketepatan
0,231 0,184 0,743 1 1,060
Pengiriman
Ketepatan
0,239 0,183 0,820 0,944 1
Jumlah
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel

dalam memilih supplier di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam

table IV.19 berikut:

Tabel IV.19
Prioritas Kepentingan (Bobot) Kriteria dalam Pemilihan Supplier
Kriteria Bobot Prioritas

Harga 0,277 II

Kualitas 0,486 I

Layanan 0,091 III

Ketepatan Pengiriman 0,073 IV=V

Ketepatan Jumlah 0,073 IV=V

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.9 di atas menunjukkan bahwa dalam memilih supplier

kayu, prioritas pertama PT Cazikhal yaitu kriteria kualitas dengan bobot


0,486, selanjutnya prioritas kedua yaitu kriteria harga dengan bobot 0,277,

prioritas ketiga kriteria layanan dengan bobot 0,091, prioritas selanjutnya

ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah dengan bobot yang sama yaitu

0,073.

4. Menghitung bobot/prioritas kepentingan dari masing-masing variabel pada

level 2 (subkriteria)

Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari

masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui

kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu

direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian

pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian

pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.

Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya

dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan

rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu

jawaban untuk matriks perbandingan. Hasilnya ditunjukkan pada tabel-

tabel di bawah ini:


a. Kriteria Harga

Tabel IV.20
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria pada Kriteria Harga
dalam Pemilihan Supplier
Kemampuan
Kepantasan harga dengan
Subkriteria memberikan diskon
kualitas (H1)
(H2)
Kepantasan harga
1 1,723
dengan kualitas (H1)
Kemampuan
memberikan diskon 0,581 1
(H2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam kriteria harga di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan

dalam tabel IV.21 berikut:

Tabel IV.21
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria pada Kriteria Harga
dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria Bobot Prioritas
Kepantasan harga
0,633 I
dengan kualitas (H1)
Kemampuan
memberikan diskon 0,367 II
(H2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.21 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga

dalam pemilihan supplier, subkriteria kepantasan harga dengan


kualitas (H1) merupakan prioritas pertama dengan nilai bobot 0,633,

sedangkan subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2)

merupakan prioritas kedua dengan nilai bobot 0,367.

b. Kriteria Kualitas

Tabel IV.22
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Kualitas Dalam Pemilihan Supplier

Kesesuaian Penyediaan Kemampuan


barang dengan barang tanpa memberikan
Subkriteria
spesifikasi yang cacat (Q2) kualitas yang
ditetapkan (Q1) konsisten (Q3)
Kesesuaian
barang dengan
1 0,504 0,730
spesifikasi yang
ditetapkan (Q1)
Penyediaan
barang tanpa cacat 1,982 1 1,575
(Q2)
Kemampuan
memberikan
1,369 0,635 1
kualitas yang
konsisten (Q3)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam kriteria kualitas di atas diperoleh bobot yang

ditunjukkan dalam tabel IV.23 berikut:


Tabel IV.23
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria
Kualitas dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria Bobot Prioritas
Kesesuaian barang dengan 0,229 III
spesifikasi yang ditetapkan
(Q1)
Penyediaan barang tanpa 0,466 I
cacat (Q2)
Kemampuan memberikan 0,305 II
kualitas yang konsisten (Q3)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.23 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas,

subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) menempati prioritas

pertama dalam memilih supplier dengan nilai bobot 0,466. Prioritas

selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang

konsisten (Q3) dengan nilai bobot 0,305, dan prioritas terakhir adalah

subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan(Q1)

dengan nilai bobot 0,229.


c. Kriteria Layanan
Tabel IV.24
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Layanan Dalam Pemilihan Supplier

Cepat
Kemampua n Kecepatan
tanggap
Kemudah- an memberi- kan menanggap i
menyelesai
untuk informasi permintaan
Subkriteria -kan keluhan
dihubungi secara jelas pelanggan (S3)
pelanggan
(S1) (S2)
(S4)

Kemudahan
untuk
1 3,557 0,599 0,401
dihubungi
(S1)
Kemampuan
memberikan
informasi secara 0,281 1 0,265 0,226
jelas (S2)

Kecepatan
menanggapi
permintaan 1,669 3,769 1 0,774
pelanggan (S3)

Cepat tanggap
menyelesaika n
keluhan 2,494 4,430 1,292 1
pelanggan (S4)

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam kriteria layanan di atas diperoleh bobot yang

ditunjukkan dalam tabel IV.25 berikut:


Tabel IV.25
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria
Pada Kriteria Layanan dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria Bobot Prioritas
Kemudahan untuk dihubungi
0,204 III
(S1)
Kemampuan memberikan
0,076 IV
informasi secara jelas (S2)
Kecepatan menanggapi
0,310 II
permintaan pelanggan (S3)
Cepat tanggap menyelesaikan
0,410 I
keluhan pelanggan (S4)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.25 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan,

subkriteria cepat tanggap menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)

menempati prioritas pertama dalam pemilihan supplier pada PT

Cazikhal dengan nilai bobot 0,410. Prioritas kedua yaitu subkriteria

kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan nilai bobot

0,310. Prioritas ketiga yaitu subkriteria kemudahan untuk dihubungi

(S1) dengan nilai bobot 0,204, dan subkriteria kemampuan

memberikan informasi secara jelas (S2) dengan nilai bobot 0,076

merupakan prioritas terakhir dalam memilih supplier.


d. Kriteria Ketepatan Pengiriman

Tabel IV.26
Penilaian Prioritas Kepentingan Subkriteria
Pada Kriteria Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier

Kemampuan
Kemampuan menanganan
mengirimkan barang sesuai
Subkriteria sistem transportasi (D2)
tanggal yang disepakati
(D1)
Kemampuan
mengirimkan barang sesuai
1 2,826
tanggal yang disepakati
(D1)
Kemampuan
menanganani sistem 0,354 1
transportasi (D2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam kriteria ketepatan pengiriman di atas diperoleh bobot

yang ditunjukkan dalam tabel IV.27 berikut:

Tabel IV.27
Prioritas Kepentingan (Bobot) Subkriteria Pada Kriteria
Ketepatan Pengiriman Dalam Pemilihan Supplier
Subkriteria Bobot Prioritas

Kemampuan mengirimkan
0,739 I
barang sesuai tanggal yang
disepakati (D1)
Kemampuan menanganani 0,261 II
sistem transportasi (D2)
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.27 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan

pengiriman, subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai

tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot 0,739


menempati prioritas pertama dalam memilih supplier. Sedangkan

subkriteria kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan

nilai bobot 0,261 menempati prioritas kedua dalam memilih supplier.

5. Menghitung bobot/prioritas dari masing-masing variabel pada level 3

(alternatif) yaitu bobot setiap supplier dibandingkan dengan masing-

masing subkriteria

Data untuk pengukuran prioritas kepentingan subkriteria dari

masing-masing kriteria dalam pemilihan supplier diperoleh melalui

kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 7 orang yaitu

direktur utama, direktur teknik, manajer representatif, kepala bagian

pembelian, kepala bagian keuangan, dan dua orang karyawan bagian

pembelian dan pergudangan yang bertugas menerima barang.

Setelah penilaian dari 7 responden didapatkan, kemudian hasilnya

dirata-rata menggunakan rata-rata geometric (geometric mean) dengan

rumus III.1. Hal ini dilakukan karena AHP hanya memerlukan satu

jawaban untuk matriks perbandingan. Berikut ini bobot masing-masing

alternatif terhadap subkriteria dalam pemilihan supplier :


a. Kriteria Harga

1) Subkriteria Kepantasan harga dengan kualitas (H1)

Tabel IV.28
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas

Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 3,173 2,918
Supplier Y
0,315 1 1,042
Supplier Z
0,343 0,959 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kepantasan harga dengan kualitas di atas

diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.29 berikut:

Tabel IV.29
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas

Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,603 I

Supplier Y 0,198 II=III

Suppplier Z 0,198 II=III

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.29 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X merupakan

supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,603.


Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang

sama yaitu 0,198.

2) Subkriteria Kemampuan untuk memberikan potongan harga

(diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu (H2)

Tabel IV.30
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon

Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 2,188 0,580
Supplier Y
0,457 1 0,314
Supplier Z
1,723 3,180 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan diskon di atas

diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.31 berikut:

Tabel IV.31
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon

Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,321 II

Supplier Y 0,155 III

Suppplier Z 0,523 I

Sumber : Hasil Pengolahan AHP


Tabel IV.31 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kemampuan memberikan diskon (H2), supplier Z yang paling

memenuhi subkriteria ini dengan bobot 0,523. Prioritas selanjutnya

pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai bobot 0,321,

kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai bobot

0,155.

b. Kriteria Kualitas

1) Subkriteria Kesesuaian Barang Dengan Spesifikasi Yang

Ditetapkan (Q1)

Tabel IV.32
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditetapkan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 0,615 0,494
Supplier Y
1,626 1 0,695
Supplier Z
2,026 1,439 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi

yang ditetapkan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam

tabel IV.33 berikut:


Tabel IV.33
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kesesuaian Barang Dengan Spesifikasi Yang
Ditetapkan
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,214 III

Supplier Y 0,331 II

Suppplier Z 0,455 I

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.33 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kesesuaian barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1),

supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan nilai bobot

0,455. Prioritas selanjutnya adalah supplier Y dengan nilai bobot

0,331, dan prioritas terakhir pada subkriteria ini adalah supplier X

dengan nilai bobot 0,214.

2) Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2)

Tabel IV.34
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 3,891 3,954
Supplier Y
0,257 1 1,000
Supplier Z
0,253 1,000 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria penyediaan barang tanpa cacat di atas

diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.35 berikut:

Tabel IV.35
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,662 I

Supplier Y 0,169 II=III

Suppplier Z 0,169 II=III

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.35 di atas menunjukkan bahwa supplier X dengan

bobot 0,662 adalah supplier yang paling memenuhi subkriteria

penyediaan barang tanpa cacat (Q2). Sedangkan supplier Y dan

supplier Z merupakan prioritas selanjutnya dengan nilai bobot yang

sama yaitu 0,169.


3) Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang

Konsisten(Q3)

Tabel IV.36
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif Pada Subkriteria
Kemampuan Memberikan Kualitas Yang Konsisten
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 4,254 1,150
Supplier Y
0,235 1 0,346
Supplier Z
0,869 2,889 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang

konsisten di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel

IV.37 berikut:

Tabel IV.37
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas Yang
Konsisten
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,486 I

Supplier Y 0,124 III

Suppplier Z 0,389 II

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.37 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q3), supplier X


dengan nilai bobot 0,486 memiliki prioritas pertama untuk dipilih

berdasarkan subkriteria ini. Prioritas kedua adalah memilih

supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan prioritas terakhir adalah

memilih supplier Y yang mempunyai nilai bobot 0,124.

c. Kriteria Layanan

1) Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi (S1)

Tabel IV.38
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 2,068 2,617
Supplier Y
0,483 1 1,104
Supplier Z
0,382 0,906 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemudahan untuk dihubungi di atas

diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam tabel IV.39 berikut:

Tabel IV.39
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemudahan Untuk Dihubungi
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,537 I

Supplier Y 0,248 II

Suppplier Z 0,215 III

Sumber : Hasil Pengolahan AHP


Tabel IV.39 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X mempunyai prioritas

pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua

adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z

menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215.

2) Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas Dan

Mudah Dimengerti (S2)

Tabel IV.40
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara
Jelas Dan Mudah Dimengerti
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 3,732 1,668
Supplier Y
0,268 1 0,464
Supplier Z
0,599 1,768 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemampuan memberikan informasi

secara jelas dan mudah dimengerti di atas diperoleh bobot yang

ditunjukkan dalam tabel IV.41 berikut:


Tabel IV.41
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara
Jelas Dan Mudah Dimengerti
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,537 I

Supplier Y 0,146 III

Suppplier Z 0,318 II

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.41 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah

dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X

dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan

nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas

terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai

bobot 0,146.
3) Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi Permintaan

Pelanggan (S3)

Tabel IV.42
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi
Permintaan Pelanggan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 0,472 0,301
Supplier Y
2,120 1 0,701
Supplier Z
3,324 1,426 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kecepatan dalam hal menanggapi

permintaan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan

dalam tabel IV.43 berikut:

Tabel IV.43
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kecepatan Dalam Hal Menanggapi
Permintaan Pelanggan
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,156 III

Supplier Y 0,341 II

Suppplier Z 0,503 I

Sumber : Hasil Pengolahan AHP


Tabel IV.43 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3),

prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,503.

Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot

0,341, dan prioritas terakhir adalah supplier X dengan nilai bobot

0,156.

4) Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan

Pelanggan (S4)

Tabel IV.44
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan
Keluhan Pelanggan
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 2,773 2,064
Supplier Y
0,361 1 0,774
Supplier Z
0,484 1,292 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria cepat tanggap dalam menyelesaikan

keluhan pelanggan di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam

tabel IV.45 berikut:


Tabel IV.45
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan
Keluhan Pelanggan
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,542 I

Supplier Y 0,198 III

Suppplier Z 0,259 II

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.45 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4),

supplier X merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih

berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya

prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan

prioritas terakhir yaitu supplier Y dengan bobot prioritas 0,198.


d. Kriteria Ketepatan Pengiriman

1) Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Dengan

Tanggal Yang Telah Disepakati (D1)

Tabel IV.46
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 2,712 0,405
Supplier Y
0,369 1 0,253
Supplier Z
2,469 3,952 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai

dengan tanggal yang telah disepakati di atas diperoleh bobot yang

ditunjukkan dalam tabel IV.47 berikut:

Tabel IV.47
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai
Dengan Tanggal Yang Telah Disepakati
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,285 II

Supplier Y 0,125 III

Suppplier Z 0,590 I

Sumber : Hasil Pengolahan AHP


Tabel IV.47 di atas menunjukkan bahwa supplier Z dengan

nilai bobot 0,590 merupakan prioritas pertama untuk dipilih pada

subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal

yang telah disepakati (D1). Sedangkan supplier X dengan nilai

bobot 0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan

bobot kriteria 0,125 merupakan prioritas terakhir.

2) Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem

Transportasi (D2)

Tabel IV.48
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem
Transportasi
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 0,590 0,795
Supplier Y
1,694 1 1,292
Supplier Z
1,258 0,774 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar

variabel dalam subkriteria kemampuan dalam hal penanganan

sistem transportasi di atas diperoleh bobot yang ditunjukkan dalam

tabel IV.49 berikut:


Tabel IV.49
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Subkriteria Kemampuan Dalam Hal Penanganan Sistem
Transportasi
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,253 III

Supplier Y 0,423 I

Supplier Z 0,323 II

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.49 di atas menunjukkan bahwa pada subkriteria

kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2),

supplier Y dengan nilai bobot 0,423 merupakan prioritas pertama

untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z dengan

nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu supplier X dengan

nilai bobot 0,253.

e. Kriteria Ketepatan Jumlah

Tabel IV.50
Penilaian Prioritas Kepentingan Alternatif
Pada Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif Supplier X Supplier Y Supplier Z

Supplier X
1 3,221 2,246
Supplier Y
0,310 1 0,492
Supplier Z
0,445 2,035 1
Sumber : Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhitungan perbandingan berpasangan antar variabel

dalam kriteria ketepatan jumlah di atas diperoleh bobot yang

ditunjukkan dalam tabel IV.51 berikut:

Tabel IV.51
Prioritas Kepentingan (Bobot) Alternatif
Pada Kriteria Ketepatan Jumlah
Alternatif Bobot Prioritas

Supplier X 0,563 I

Supplier Y 0,156 III

Supplier Z 0,282 III

Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.51 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria

ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan bobot

0,563. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan bobot 0,282 dan

prioritas terakhir adalah supplier Y dengan bobot 0,156.

6. Memilih Supplier Optimal

Setelah masing-masing kriteria dan alternatif didapatkan kemudian

dilakukan sintesis untuk mendapatkan bobot alternatif secara keseluruhan

dari kriteria yang ada. Sebelumnya bobot/prioritas lokal (local priority)

harus dicari nilai globalnya (global priority) terlebih dahulu. Untuk

mendapatkan global priority dengan cara mengalikan local priority

dengan prioritas level di atasnya (parent criterion). Secara detail, hasil

pembobotan kriteria dan alternatif dapat dilihat dalam tabel IV.52 berikut :
Tabel IV.52
Prioritas Global (Global Priority)
Level 0 Level 1 Level 2
Bobot Alternatif Bobot
(Tujuan) (Kriteria) (Subkriteria)
Supplier X 0,105
H1 0,175 Supplier Y 0,035
Harga Supplier Z 0,035
(0,277) Supplier X 0,033
H2 0,102 Supplier Y 0,016
Supplier Z 0,053
Supplier X 0,024
Q1 0,111 Supplier Y 0,037
Supplier Z 0,050
Supplier X 0,150
Kualitas
Q2 0,226 Supplier Y 0,038
(0,486)
Supplier Z 0,038
Supplier X 0,072
Q3 0,148 Supplier Y 0,018
Supplier Z 0,058
Supplier X 0,010
Memilih
S1 0,019 Supplier Y 0,005
supplier
Supplier Z 0,004
optimal
Supplier X 0,004
(best
S2 0,007 Supplier Y 0,001
supplier)
Layanan Supplier Z 0,002
(0,091) Supplier X 0,004
S3 0,028 Supplier Y 0,010
Supplier Z 0,014
Supplier X 0,020
S4 0,037 Supplier Y 0,007
Supplier Z 0,010
Supplier X 0,015
D1 0,054 Supplier Y 0,007
Ketepatan
Supplier Z 0,032
Pengiriman
Supplier X 0,005
(0,073
D2 0,019 Supplier Y 0,008
Supplier Z 0,006
Supplier X 0,041
Ketepatan Jumlah (0,073) Supplier Y 0,011
Supplier Z 0,021
Sumber : Hasil pengolahan AHP
Setelah global priority didapatkan, bobot masing-masing alternatif

secara keseluruhan dapat dihitung dengan menjumlahkan semua bobot

keseluruhan (global priority) pada masing-masing supplier, hasilnya

ditunjukkan pada tabel IV.53 di bawah ini :

Tabel IV.53
Bobot Alternatif secara Keseluruhan
Alternatif Bobot Prioritas
Supplier X 0,467 I
Supplier Y 0,198 III
Supplier Z 0,336 II
Sumber : Hasil Pengolahan AHP

Tabel IV.53 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, supplier

X dengan nilai bobot 0,467 merupakan prioritas pertama untuk dipilih

sebagai supplier kayu pada PT Cazikhal. Prioritas kedua adalah supplier Z

dengan nilai bobot 0,336, sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y

dengan nilai bobot 0,198.

Pemilihan supplier jika didasarkan pada masing-masing kriteria

dapat dilihat pada tabel IV.54 berikut ini:


Tabel IV.54

Bobot Alternatif (Supplier) Berkenaan dengan Kriteria

Kriteria Supplier X Supplier Y Supplier Z

Harga 0,490 0,181 0,329

Kualitas 0,479 0,198 0,322

Layanan 0,415 0,251 0,334

Ketepatan pengiriman 0,274 0,224 0,502

Ketepatan jumlah 0,563 0,156 0,282

Sumber : data primer diolah

Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa supplier X unggul pada

beberapa kriteria yaitu kriteria harga dengan bobot 0,490, kriteria kualitas

dengan bobot 0,479, kriteria layanan dengan bobot 0,479, dan kriteria

ketepatan jumlah dengan bobot 0,563. Sedangkan supplier Z unggul pada

kriteria ketepatan pengiriman dengan bobot 0,502.

Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria harga, supplier

X menempati prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,490.

Selanjutnya prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,329,

dan prioritas terakhir adalah supplier Y.

Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria kualitas,

prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,479, sedangkan

prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan

prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198.


Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria layanan,

prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,415. Sedangkan

prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,334 dan prioritas

terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,251.

Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan

pengiriman, prioritas pertama adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,502.

Prioritas kedua adalah supplier X dengan nilai bobot 0,274, dan prioritas

terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,224.

Tabel IV.54 di atas menunjukkan bahwa pada kriteria ketepatan

jumlah, prioritas pertama adalah supplier X dengan nilai bobot 0,563.

Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan

prioritas terakhir pada supplier Y dengan nilai bobot 0,156.

7. Konsistensi

Dengan model AHP yang memakai persepsi manusia sebagai

inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia

memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten

terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan

kondisi ini maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan

konsisten nantinya atau tidak.

Pengukuran konsistensi ini dimaksudkan untuk melihat

ketidakkonsistenan respon yang diberikan responden. Jika CR < 0,1 maka

nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan


konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada

matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak

konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur

kriteria maupun alternatif harus diulang. Tabel IV.55 berikut ini

menunjukkan nilai konsistensi rasio (CR) dari penilaian responden :

Tabel IV.55
Consistensi Ratio (CR) Penilaian Responden
Perbandingan Berpasangan CR Keterangan
Antar kriteria (level 1) 0,02 Konsisten
Antar subkriteria harga 0,00 Konsisten
Antar subkriteria kualitas 0,00 Konsisten
Antar subkriteria layanan 0,02 Konsisten
Antar subkriteria ketepatan pengiriman 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria H1 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria H2 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q1 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q2 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria Q3 0,01 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S1 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S2 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S3 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria S4 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria D1 0,03 Konsisten
Antar alternatif terhadap subkriteria D2 0,00 Konsisten
Antar alternatif terhadap kriteria ketepatan jumlah 0,01 Konsisten
Sumber : Hasil pengolahan AHP

Tabel IV.55 di atas menunjukkan bahwa semua penilaian responden

konsisten, dan tidak perlu diulang lagi.


C. Pembahasan

Dari hasil analisis AHP di atas, kriteria yang paling berpengaruh dalam

pemilihan supplier pada PT Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot

0,486. Kriteria selanjutnya yang berpengaruh adalah kriteria harga dengan

bobot 0,277, kriteria layanan dengan bobot 0,091, serta kriteria ketepatan

pengiriman dan ketepatan jumlah dengan nilai bobot yang sama yaitu 0,073.

Dengan tingginya nilai bobot kualitas dalam pemilihan supplier

menunjukkan bahwa PT Cazikhal mengutamakan kualitas yang tinggi untuk

bahan baku yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan bahan baku yang

berkualitas baik akan berpengaruh baik pada kualitas produk jadinya.

Sebaliknya, penggunaan bahan baku yang kurang berkualitas akan

menurunkan kualitas produk jadinya.

Kriteria kualitas yang digunakan dalam penelitian ini mencakup tiga

subkriteria yaitu kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan

(Q1), penyediaan barang tanpa cacat (Q2), serta kemampuan memberikan

kualitas yang konsisten(Q3). Dari ketiga subkriteria tersebut, subkriteria

penyediaan barang tanpa cacat (nilai bobot 0,466) dianggap paling penting

oleh responden. Selanjutnya adalah subkriteria kemampuan memberikan

kualitas yang konsisten (nilai bobot 0,305), dan subkriteria terakhir adalah

subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (nilai

bobot 0,229).
Pada subkriteria penyediaan barang tanpa cacat, supplier X dianggap

paling baik oleh para responden dengan nilai bobot 0,662. Selanjutnya

supplier Y dengan nilai bobot 0,169 dan supplier Z dengan nilai bobot 0,168.

Supplier X dinilai tidak pernah mengirim kayu cacat (misalnya terdapat

lubang pada kayu) ke perusahaan, sementara produk kayu dari supplier Y dan

Z yang dikirimkan ke perusahaan kadang masih ditemukan adanya kecacatan.

Pada subkriteria kemampuan memberikan kualitas yang konsisten,

supplier X juga dinilai paling baik oleh responden dengan nilai bobot 0,486.

Selanjutnya supplier Z dengan nilai bobot 0,389, dan Supplier Y dengan nilai

bobot 0,124. Sedangkan pada subkriteria kesesuaian barang dengan spesifikasi

yang sudah ditetapkan, supplier Z menempati urutan teratas (nilai bobot

0,455), kemudian supplier Y dan supplier X berturut-turut dengan nilai bobot

0,331 dan 0,214.

Pada kriteria kualitas secara keseluruhan, supplier X menempati prioritas

pertama dengan nilai bobot 0,479, sedangkan prioritas kedua adalah supplier Z

dengan nilai bobot 0,322. Sedangkan prioritas terakhir adalah supplier Y

dengan nilai bobot 0,198. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin

memilih supplier berdasarkan kriteria kualitas saja, maka supplier yang dipilih

adalah supplier X karena supplier X adalah supplier yang paling unggul pada

kriteria ini. Berdasarkan kriteria ini, perusahaan bisa mengambil bahan baku

dari supplier X untuk keperluan-keperluan yang membutuhkan kualitas yang

tinggi, misal untuk kerangka atap, mebelair (furniture) atau untuk ornamen-

ornamen yang membutuhkan kualitas yang bagus. Jika perusahaan


mementingkan kriteria kualitas, maka kriteria yang lain seperti harga, layanan,

ketepatan jumlah dan ketepatan pengiriman tidak begitu diperhatikan atau

dianggap tertentu.

Kriteria harga yang menempati urutan kedua dalam pemilihan supplier

(nilai bobot 0,277) memiliki peran yang cukup penting karena pembelian

bahan baku merepresentasikan porsi yang cukup besar dari nilai penjualan

produk jadinya. Dengan harga bahan baku yang lebih murah, diharapkan

perusahaan bisa menekan biaya bahan baku sehingga dapat meningkatkan

keuntungan.

Kriteria harga dalam penelitian ini meliputi dua subkriteria yaitu

kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan (H1), dan

kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan

dalam jumlah tertentu (H2). Dari dua subkriteria tersebut, subkriteria

kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan mempunyai nilai

bobot yang lebih tinggi yaitu 0,633, sedangkan subkriteria kemampuan

memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan dalam jumlah tertentu

mempunyai nilai bobot 0,367.

Pada subkriteria kepantasan harga dengan kualitas (H1), supplier X

merupakan supplier yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot

0,603. Selanjutnya supplier Y dan supplier Z mempunyai nilai bobot yang

sama yaitu 0,198. Sedangkan pada subkriteria kemampuan memberikan

diskon (H2), supplier Z yang paling memenuhi subkriteria ini dengan bobot

0,523. Prioritas selanjutnya pada subkriteria ini adalah supplier X dengan nilai
bobot 0,321, kemudian supplier Y sebagai prioritas terakhir dengan nilai

bobot 0,155.

Pada kriteria harga secara keseluruhan, supplier terbaik pada kriteria

harga berturut-turut adalah supplier X (nilai bobot 0,490), supplier Z (nilai

bobot 0,329), dan terakhir supplier Y (nilai bobot 0,181). Hal ini menunjukkan

bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria

harga maka supplier yang dipilih adalah supplier X. Perusahaan bisa

mengambil kayu dari supplier X untuk keperluan bahan baku yang

membutuhkan kualitas yang bagus (kualitas super) misal untuk kerangka atap

yang membutuhkan kayu yang kuat, furniture dan ornamen-ornamen,

meskipun dengan harga yang cukup mahal tetapi harganya sebanding dengan

kualitas yang didapatkan. Jika perusahaan menginginkan harga yang lebih

murah dengan pemberian diskon yang cukup banyak, perusahaan dapat

mengambil kayu dari supplier Z karena supplier Z menawarkan pemberian

diskon yang cukup besar. Dari supplier Z, perusahaan bisa mengambil kayu

untuk kualitas menengah yang biasa digunakan untuk kusen, daun pintu, dan

jendela.

Kriteria Layanan menempati urutan ketiga dalam pemilihan supplier

dengan nilai bobot 0,091. Dalam penelitian ini, terdapat empat subkriteria

pada kriteria layanan yaitu, kemudahan untuk dihubungi (S1), kemampuan

memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2), kecepatan

dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3), cepat tanggap dalam

menyelesaikan keluhan pelanggan (S4). Subkriteria S4 dianggap paling


penting dengan nilai bobot 0,410. Selanjutnya subkriteria S3 (nilai bobot

0,310), subkriteria S1 (nilai bobot 0,204), dan yang terakhir adalah subkriteria

S2 (nilai bobot 0,076).

Pada subkriteria kemudahan untuk dihubungi (S1), supplier X

mempunyai prioritas pertama untuk dipilih dengan nilai bobot 0,537. Prioritas

kedua adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,248. Sedangkan supplier Z

menempati prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,215. Pada subkriteria

kemampuan memberikan informasi secara jelas dan mudah dimengerti (S2),

prioritas pertama untuk dipilih adalah supplier X dengan nilai bobot 0,537.

Prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,318. Sedangkan

supplier Y menempati prioritas terakhir untuk dipilih berdasarkan subkriteria

ini dengan nilai bobot 0,146.

Sementara itu, pada subkriteria kemampuan memberikan informasi

secara jelas dan mudah dimengerti (S2), prioritas pertama untuk dipilih adalah

supplier X dengan nilai bobot 0,537. Prioritas kedua adalah supplier Z dengan

nilai bobot 0,318. Sedangkan supplier Y menempati prioritas terakhir untuk

dipilih berdasarkan subkriteria ini dengan nilai bobot 0,146. Pada subkriteria

cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4), supplier X

merupakan prioritas pertama supplier yang akan dipilih berdasarkan

subkriteria ini dengan nilai bobot 0,542. Selanjutnya prioritas kedua adalah

supplier Z dengan nilai bobot 0,259, dan prioritas terakhir yaitu supplier Y

dengan bobot prioritas 0,198.


Pada kriteria layanan secara keseluruhan, supplier X dengan nilai bobot

0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai

bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251. Hasil ini

menunjukkan jika perusahaan memilih supplier berdasarkan kriteria layanan

saja, dan mengabaikan kriteria yang lain maka supplier yang dipilih oleh

perusahaan adalah supplier X.

Kriteria ketepatan pengiriman memiliki nilai bobot yang sama dengan

kriteria ketepatan jumlah yaitu sebesar 0,073. Pada kriteria ketepatan

pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu kemampuan untuk mengirimkan

barang sesuai dengan tanggal yang telah disepakati (D1) dengan nilai bobot

0,739, dan kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2) dengan

nilai bobot 0,261.

Pada subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai dengan tanggal

yang telah disepakati (D1) supplier Z dengan nilai bobot 0,590 merupakan

prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan supplier X dengan nilai bobot

0,285 merupakan prioritas kedua, dan supplier Y dengan bobot kriteria 0,125

merupakan prioritas terakhir. Sementara itu, pada subkriteria kemampuan

dalam hal penanganan sistem transportasi (D2), supplier Y dengan nilai bobot

0,423 merupakan prioritas pertama untuk dipilih. Sedangkan prioritas kedua

adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,323, dan prioritas terakhir yaitu

supplier X dengan nilai bobot 0,253.

Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier

Z (nilai bobot 0,502), selanjutnya supplier X (nilai bobot 0,274), dan yang
terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Hasil ini menunjukkan bahwa

jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria ketepatan

pengiriman saja maka perusahaan memilih supplier Z sebagai suppliernya

karena supplier ini yang paling baik berdasarkan kriteria ini. Akan tetapi jika

perusahaan ingin mengambil bahan dari supplier X yang ketepatan

pengirimannnya rendah, perusahaan bisa menyiasati dengan mengambil

barang sendiri ke supplier.

Supplier terbaik pada kriteria ketepatan jumlah adalah supplier X dengan

nilai bobot 0,563. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,282, dan

yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,156. Hasil ini menunjukkan

bahwa jika perusahaan dalam memilih supplier hanya berdasarkan kriteria

ketepatan jumlah saja maka supplier yang dipilih adalah supplier X.

Perusahaan bisa mengambil bahan dari supplier X untuk keperluan bahan-

bahan yang membutuhkan spesifikasi tepat seperti ukuran, misal untuk

keperluan atap (reng dan usuk).

Secara keseluruhan, berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam

pemilihan supplier, supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan nilai

bobot 0,467. Selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot 0,336 dan

supplier Y dengan nilai bobot 0,198. Hasil ini menunjukkan bahwa secara

keseluruhan supplier terbaik yang akan dipilih oleh perusahaan untuk

dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah supplier X karena

secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan

dengan dua supplier yang lain.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian di atas maka dapat

disimpulkan beberapa hal berikut ini:

1. Kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan supplier kayu pada PT

Cazikhal adalah kriteria kualitas dengan bobot 0,486. Prioritas kedua yang

berpengaruh adalah kriteria harga dengan bobot 0,277. Prioritas ketiga

adalah kriteria layanan dengan bobot 0,091, sedangkan prioritas keempat

dan kelima adalah kriteria ketepatan pengiriman dan ketepatan jumlah

dengan bobot yang sama yaitu 0,073.

2. Prioritas global (global priority) subkriteria dalam pemilihan supplier

secara berturut-turut dari prioritas pertama sampai prioritas terakhir adalah

sebagai berikut : subkriteria penyediaan barang tanpa cacat (Q2) dengan

bobot 0,226; subkriteria kepantasan harga dengan kualitas barang yang

dihasilkan (H1) dengan bobot 0,175; subkriteria kemampuan memberikan

kualitas yang konsisten (Q3) dengan bobot 0,148; subkriteria kesesuaian

barang dengan spesifikasi yang ditetapkan (Q1) dengan bobot 0,111;

subkriteria kemampuan memberikan diskon (H2) dengan bobot 0,102;

subkriteria kemampuan mengirimkan barang sesuai tanggal yang

disepakati (D1) dengan bobot 0,054; subkriteria cepat tanggap

menyelesaikan keluhan pelanggan (S4) dengan bobot 0,037; subkriteria


kecepatan menanggapi permintaan pelanggan (S3) dengan bobot 0,028;

subkriteria kemudahan dihubungi (S1) dengan bobot 0,019; subkriteria

kemampuan menangani sistem transportasi (D2) dengan bobot 0,019;

subkriteria kemampuan memberikan informasi secara jelas (S2) dengan

bobot 0,007.

3. Berdasarkan kriteria kualitas, supplier X menempati prioritas pertama

dengan nilai bobot 0,479, prioritas kedua adalah supplier Z dengan nilai

bobot 0,322 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot

0,198. Supplier terbaik pada kriteria harga berturut-turut adalah supplier X

dengan bobot 0,490, supplier Z dengan bobot 0,329, dan terakhir supplier

Y dengan bobot 0,181. Pada kriteria layanan, supplier X dengan bobot

0,415 merupakan supplier terbaik, selanjutnya adalah supplier Z dengan

nilai bobot 0,334, dan yang terakhir supplier Y dengan nilai bobot 0,251.

Pada kriteria ketepatan pengiriman, supplier yang terbaik adalah supplier

Z dengan bobot 0,502, selanjutnya supplier X dengan bobot 0,274, dan

yang terakhir adalah supplier Y (nilai bobot 0,224). Sedangkan

berdasarkan kriteria ketepatan jumlah, prioritas pertama adalah supplier X

dengan bobot 0,563, selanjutnya adalah supplier Z dengan bobot 0,282,

dan yang terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,156.

4. Berdasarkan kriteria-kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier,

secara keseluruhan supplier X dinilai sebagai supplier terbaik dengan

bobot 0,467. Prioritas selanjutnya adalah supplier Z dengan nilai bobot

0,336 dan prioritas terakhir adalah supplier Y dengan nilai bobot 0,198.
Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan supplier kayu terbaik bagi

perusahaan untuk dijadikan sebagai rekanan/mitra jangka panjang adalah

supplier X karena secara keseluruhan supplier ini memiliki nilai paling

tinggi dibandingkan dengan dua supplier yang lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas, penulis menyarankan

kepada pihak perusahaan serta pihak terkait yaitu :

1. Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku terutama bahan baku

kayu sebaiknya memperhatikan bobot kriteria pemilihan supplier karena

setiap kriteria mempunyai bobot yang berbeda. Dengan begitu perusahaan

bisa mengkombinasikan kriteria-kriteria tersebut untuk mendapatkan

supplier yang tepat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memilih

supplier yang tepat, perusahaan bisa menghemat waktu dan biaya serta

bisa mendapatkan kualitas, jenis, serta jumlah yang tepat. Dengan begitu

target penyelesaian proyek tidak akan terganggu dan dapat terselesaikan

secara tepat waktu dengan hasil atau kualitas yang bagus.

2. Bagi perusahaan di masa yang akan datang, jika terdapat kriteria ataupun

subkriteria baru yang relevan bagi perusahaan atau yang sesuai dengan

kebijakan perusahaan yang baru, maka perusahaan dapat mengganti

kriteria dan subkriteria yang digunakan saat ini. Selain untuk pemilihan

supplier, perusahaan dapat menggunakan analisis AHP untuk memecahkan


masalah-masalah multi kriteria yang lain sebagai alat pendukung

keputusan.

3. Untuk peneliti selanjutnya, peneliti bisa menggunakan kriteria-kriteria lain

yang sesuai dengan kebijakan perusahaan masing-masing. Selain itu,

untuk mengurangi subyektivitas penilaian responden, terutama untuk

mengurangi ketidaktepatan dan ketidakpastian responden dalam

memetakan persepsinya ke dalam angka-angka numerik, peneliti bisa

menggunakan metode fuzzy AHP.


DAFTAR PUSTAKA

Bello, Marlene J. Suarez. 2003. A Case Study Approach to The Supplier


Selection Process. http://grad.uprm.edu/tesis/suarezbello.pdf didownload
tanggal 11 Mei 2009.

Fatmawati, Medelina Shinta. 2007. “Penggunaan Metode AHP dalam Mengukur


Kualitas Jasa Lembaga Amil Zakat di Surakarta”. Skripsi Sarjana Yang
Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Fitria & Fitriana, Indah. 2008. ”Sistem Penunjang Keputusan Pemenang Tender
Proyek Menggunakan Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Pada
Dinas Bina Marga Provinsi Lampung” Prosiding Seminar Nasional Sains
dan Teknologi-II 2008.

Gnanasekaran, dkk. 2006. Application of Analytical Hierarchy Process in


Supplier Selection: An Automobile Industry Case Study. South Asian
Journal of Management, Oct-Dec 2006.
http://www.highbeam.com/doc/1P3-1230716971.html didownload tanggal
11 Mei 2009

Heizer, Jay dan Barry Render. 2005. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Salemba Empat.

Jogiyanto, H. M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan


Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE.

Nydick, Robert L and Ronal Paul Hill. 1992. Using the Analitic Hierarchy
Process to Structure the Supplier Selection Procedure. International
Journal of Purchasing and Materials Management 28 (2) 31-36.

Saaty, Thomas L. 1988. Multi Criteria Decision Methode : The Analitycal


Hierarchy Process. University of Pittsburgh.

Saaty, Thomas L. 1994. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory


with the Analytic Hierarchy Process. RWS Publications : Pittsburgh USA.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian


untuk Bisnis.Salemba Empat: Jakarta.
th
Stock, James. R And Douglas Lambert. 2001. Strategic Logistic Management. 4
Edition. New York : McGraw-Hill.
Subakti, Irfan.2002. Sistem Pendukung Keputusan. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung :


Alfabeta.

Supriyono, Wisnu Arya Wardana, dan Sudaryo. 2007. Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural dengan Metode AHP. Seminar Nasional III. STTN-BATAN.
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/30-supriyono-ahp-
hal-311-322.pdf didownload tanggal 11 Februari 2009.

Surjasa, Dadang, Pudji Astuti, dan Hario Nugroho. Usulan Supplier Selection
Dengan Analytical Hierarchy Process Dan Penerapan Sistem Informasi
Dengan konsep Vendor Managed Inventory Pada PT ABC.
http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S3PP06.pdf
didownload tanggal 11 Februari 2009.

Tahriri, Farzad, dkk. 2008. A Review of Supplier Selection Methods In


Manufacturing Industries. Suranaree J. Sci. Technol. Vol. 15 No. 3; July -
September 2008.

Teknomo, Kardi. 2006. Analytic Hierarchy Process (On-Line). Available :


http://people.revoledu.com/kardi/ tutoria/AHP/

Universitas Sebelas Maret. 2003. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta :


Fakultas Ekonomi UNS.

Weber, Charles A., John R. Current and W.C. Benton. 1991. Vendor Selection
Criteria and Methods. European Journal of Operations Research 50 (1991)
2-18.

Zhang, Zhiming, dkk. Evolution of Supplier Selection Criteria and Methods.


http://www.pbsrg.com/overview/downloads/Zhiming%20Zhang_Evolution
%20of%20Supplier%20Selection%20Criteria%20and%20Methods.pdf
didownload tanggal 15 Mei 2009.

http://www.wikipedia.org/wiki/Analytic_Hierarchy_Process didownload tanggal


1 April 2009

http://www.wikipedia.org/wiki/Decision_Support_System didownload tanggal 4


Juni 2009
LAMPIRAN

132
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pendahuluan

Di bawah ini terdapat kriteria dan subkriteria dalam pemilihan supplier yang
mengacu pada penelitian Robert L Nydick & Ronal Paul Hill dan penelitian
Surjasa dkk. Apabila terdapat kriteria yang kurang sesuai dengan kebijakan
perusahaan maka dapat dihilangkan atau diganti dengan kriteria yang menurut
Bapak/Ibu perlu dipertimbangkan atau yang sesuai dengan kebijakan perusahaan.

1. Kriteria Harga (Price)


a. Kepantasan harga dengan kualitas barang yang dihasilkan
b. Kemampuan untuk memberikan potongan harga (diskon) pada pemesanan
dalam jumlah tertentu
c. …………………….
d. …………………….
2. Kriteria Kualitas (Quality)
a. kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan
b. penyediaan barang tanpa cacat
c. kemampuan memberikan kualitas yang konsisten
d. ………………………
e. ………………………
3. Layanan (Service)
a. kemudahan untuk dihubungi
b. kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk
dimengerti
c. kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan
d. cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan
e. ……………………..
f. ……………………..

133
4. Ketepatan Pengiriman (Delivery)
a. kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah
disepakati
b. kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi
c. ……………………….
d. ……………………….
5. Ketepatan Jumlah (Quality)
a. ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman
b. kesesuaian isi kemasan
c. ………………………..
d. ……………………….
6. ……………………………
a. ……………………….
b. ……………………….
Lampiran 2. Kuesioner

Surat Permohonan Pengisian Kuesioner

Kepada Yth.
Responden PT Cazikhal

Dengan hormat,
Saat ini saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret (UNS) yang sedang mengadakan penelitian dengan judul “Analisis
Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
(Studi Kasus pada PT Cazikhal)” guna penyusunan skripsi sebagai tugas akhir.
Untuk itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk meluangkan waktu
guna mengisi kuesioner ini.
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara bersifat rahasia dan tidak akan disebarluaskan
untuk konsumsi publik karena penelitian ini bersifat akademis/keilmuan semata
dan hasilnya tidak akan disebarluaskan.
Atas kesediaan, perhatian, dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan
terima kasih.

Reny Rahmayanti
F0204017
KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN DARI
KRITERIA-KRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER

Berikut ini kriteria yang dipakai perusahaan dalam memilih supplier kayu :

1. Harga, yaitu nilai benda/barang diukur dengan satuan uang (rupiah).

2. Kualitas adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan. Kualitas kayu

diukur dengan kepadatan kayu, warna kayu, diameter, tingkat kekeringan,

ada tidaknya kecacatan, serta kelurusan batang.

3. Layanan, yaitu pelayanan, bantuan, dan kemudahan yang diberikan supplier

kepada pihak perusahaan.

4. Ketepatan pengiriman, yaitu kemampuan supplier dalam menangani

permintaan perusahaan sehingga dapat mengirimkan barang sesuai dengan

waktu yang sudah ditentukan.

5. Ketepatan jumlah, yaitu ketepatan dan kesesuaian jumlah dalam pengiriman.

Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan dari


masing-masing kriteria untuk pemilihan supplier dengan cara memberi tanda
silang (X) pada kolom yang telah disediakan di bawah ini menggunakan Skala
Penilaian Perbandingan Berpasangan :
Nilai 1 = sama pentingnya
Nilai 3 = sedikit lebih penting
Nilai 5 = lebih penting
Nilai 7 = sangat lebih penting
Nilai 9 = mutlak lebih penting
2,4,6,8 = nilai tengah
Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas,
kriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan supplier?

Kriteria 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kriteria

Harga Kualitas
Harga Layanan
Ketepatan
Harga
Pengiriman
Ketepatan
Harga
Jumlah
Kualias Layanan
Ketapatan
Kualitas
Pengiriman
Ketepatan
Kualitas
Jumlah
Ketepatan
Layanan
Pengiriman
Ketepatan
Layanan
Jumlah
Ketepatan Ketepatan
Pengiriman Jumlah
Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting
KUESIONER PENETAPAN BOBOT/PRIORITAS KEPENTINGAN
MASING-MASING SUBKRITERIA DALAM PEMILIHAN SUPPLIER

Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan di atas,


subkriteria manakah yang menurut Anda lebih penting dalam pemilihan
supplier?

1. Kriteria Harga
Pada kriteria harga, ada dua subkriteria yaitu
a. Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)
b. Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam jumlah tertentu
(H2)

Sub Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria kriteria
H1 H2
Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting

2. Kriteria Kualitas
Pada kriteria kualitas, ada tiga subkriteria yaitu:
a. Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
b. Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)
c. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)

Sub Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria kriteria

Q1 Q2

Q1 Q3

Q2 Q3
Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting
3. Kriteria Layanan
Pada kriteria layanan, ada empat subkriteria yaitu:
a. Kemudahan untuk dihubungi (S1)
b. Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan mudah untuk
dimengerti (S2),
c. Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)
d. Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)

Sub Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria kriteria

S1 S2

S1 S3

S1 S4

S2 S3

S2 S4

S3 S4
Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting

4. Kriteria Ketepatan Pengiriman


Pada kriteria ketepatan pengiriman terdapat dua subkriteria yaitu:
a. Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan tanggal yang telah
disepakati (D1)
b. Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)

Sub Sub
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
kriteria kriteria
D1 D2
Sisi kiri lebih penting Sisi kanan lebih penting
KUESIONER PENETAPAN PRIORITAS KEPENTINGAN/BOBOT DARI
MASING-MASING SUPPLIER BERKENAAN DENGAN MASING-
MASING SUBKRITERIA PEMILIHAN SUPPLIER

Dengan menggunakan skala penilaian perbandingan berpasangan, supplier


manakah yang menurut Anda lebih baik atau lebih memuaskan berkenaan
dengan masing-masing subkriteria dalam pemilihan supplier?

Nilai 1 = sama memuaskan


Nilai 3 = sedikit lebih memuaskan
Nilai 5 = lebih memuaskan
Nilai 7 = sangat lebih memuaskan
Nilai 9 = mutlak lebih memuaskan
2,4,6,8 = nilai tengah

1. Kriteria Harga
a. Subkriteria : Kepantasan harga dengan kualitas barang (H1)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

b. Subkriteria : Kemampuan memberikan diskon pada pemesanan dalam


jumlah tertentu (H2)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan
2. Kriteria Kualitas

a. Subkriteria : Kesesuaian barang dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan


(Q1)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

b. Subkriteria : Penyediaan barang tanpa cacat (Q2)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

c. Subkriteria : Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten(Q3)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier

Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan
3. Kriteria Layanan

a. Subkriteria : Kemudahan untuk dihubungi (S1)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

b. Subkriteria : Kemampuan untuk memberikan informasi secara jelas dan


mudah untuk dimengerti (S2)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

c. Subkriteria : Kecepatan dalam hal menanggapi permintaan pelanggan (S3)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier

Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

142
d. Subkriteria : Cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pelanggan (S4)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier

Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

4. Kriteria Ketepatan Pengiriman

a. Subkriteria : Kemampuan untuk mengirimkan barang sesuai dengan


tanggal yang telah disepakati (D1)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

b. Subkriteria : Kemampuan dalam hal penanganan sistem transportasi (D2)

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier
Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan

143
5. Kriteria Ketepatan Jumlah

Supplier 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Supplier

Supplier Supplier
X Y
Supplier Supplier
X Z
Supplier Supplier
Y Z
Sisi kiri lebih memuaskan Sisi kanan lebih memuaskan
Lampiran 3. Tabulasi Data

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Kriteria Terhadap Tujuan Memilih Supplier Terbaik
R1 R2 R R4 R5 R6 R7

1 0,200 0,333 0,200 0,500 1,000 0,333 0,333

2 4,000 4,000 4,000 3,000 3,000 5,000 3,000

3 5,000 3,000 4,000 4,000 4,000 6,000 5,000

4 2,000 5,000 7,000 3,000 3,000 6,000 6,000

5 5,000 5,000 5,000 4,000 3,000 6,000 4,000

6 7,000 6,000 8,000 3,000 4,000 7,000 5,000

7 6,000 7,000 7,000 3,000 3,000 8,000 7,000

8 2,000 0,333 2,000 1,000 1,000 2,000 3,000

9 0,500 0,500 1,000 1,000 2,000 2,000 4,000

10 0,500 3,000 1,000 1,000 0,500 1,000 2,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Subkriteria Harga Terhadap Kriteria Harga
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 3,000 2,000 5,000 1,000 0,500 3,000 1,000


Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Subkriteria Kualitas Terhadap Kriteria Kualitas
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 0,200 0,250 0,333 3,000 2,000 0,250 0,333

2 0,333 0,500 0,500 4,000 2,000 0,333 0,500

3 3,000 2,000 1,000 1,000 1,000 2,000 2,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Subkriteria Layanan Terhadap Kriteria Layanan
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 3,000 4,000 5,000 3,000 2,000 5,000 4,000

2 0,333 0,250 3,000 0,333 0,333 1,000 1,000

3 0,200 0,200 0,333 0,250 0,250 1,000 2,000

4 0,333 0,167 0,333 0,200 0,250 0,200 0,500

5 0,200 0,125 0,143 0,167 0,250 0,200 1,000

6 0,500 0,500 0,333 1,000 1,000 1,000 1,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Subkriteria Ketepatan Pengiriman Terhadap Kriteria Ketepatan Pengiriman
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 5,000 3,000 2,000 4,000 4,000 3,000 1,000


Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kepantasan Harga dengan Kualitas (H1)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 3,000 3,000 2,000 3,000 5,000 4,000 3,000

2 5,000 4,000 0,250 6,000 4,000 5,000 3,000

3 1,000 2,000 0,167 2,000 0,500 2,000 2,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Diskon pada
Pemesanan dalam Jumlah Tertentu (H2)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 4,000 2,000 5,000 3,000 2,000 2,000 0,500

2 0,333 0,333 2,000 0,500 0,200 0,333 3,000

3 0,143 0,250 0,333 0,250 0,143 0,143 5,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kesesuaian Barang dengan Spesifikasi yang
Ditentukan (Q1)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 0,200 4,000 0,333 0,250 0,250 1,000 2,000

2 0,333 0,250 3,000 0,200 0,143 0,333 3,000

3 1,000 0,125 5,000 0,500 0,500 0,500 1,000


Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Penyediaan Barang Tanpa Cacat (Q2)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 3,000 4,000 3,000 5,000 5,000 3,000 5,000

2 5,000 7,000 4,000 3,000 6,000 3,000 2,000

3 1,000 2,000 2,000 0,500 1,000 1,000 0,500

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Kualitas yang
Konsisten (Q3)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 7,000 4,000 3,000 3,000 5,000 4,000 5,000

2 0,500 0,333 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000

3 0,143 0,200 0,500 0,500 0,500 0,500 0,333

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kemudahan untuk Dihubungi (S1)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 0,200 3,000 3,000 5,000 3,000 3,000 2,000

2 0,167 5,000 4,000 3,000 7,000 6,000 2,000

3 0,500 2,000 1,000 0,333 3,000 2,000 1,000


Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan Memberikan Informasi Secara Jelas
dan Mudah Dimengerti (S2)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 8,000 5,000 7,000 3,000 1,000 4,000 3,000

2 3,000 3,000 4,000 1,000 1,000 3,000 0,333

3 0,500 0,500 0,333 0,333 1,000 1,000 0,167

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kecepatan Dalam Menanggapi Permintaan
Pelanggan (S3)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 0,500 0,250 0,500 0,333 0,500 0,500 1,000

2 0,200 0,167 1,000 0,200 0,167 0,200 1,000

3 0,500 1,000 2,000 0,500 0,500 0,333 1,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Cepat Tanggap Dalam Menyelesaikan Keluhan
Pelanggan (S4)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 3,000 0,500 7,000 5,000 4,000 3,000 2,000

2 5,000 0,333 3,000 2,000 4,000 2,000 2,000

3 2,000 1,000 0,500 0,333 1,000 0,500 1,000


Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif
Alternatif Terhadap Kemampuan Mengirimkan Barang Sesuai Tanggal Yang
Disepakati (D1)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 2,000 3,000 5,000 3,000 2,000 2,000 3,000

2 0,143 0,250 0,500 0,500 0,333 0,200 3,000

3 0,167 0,200 0,167 0,333 0,125 0,143 1,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Subkriteria Kemampuan dalam Menangani Sistem
Transportasi (D2)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 0,333 0,200 1,000 3,000 0,500 0,250 1,000

2 0,200 0,500 1,000 2,000 1,000 1,000 1,000

3 0,333 4,000 1,000 0,500 3,000 3,000 1,000

Hasil Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Kepentingan Relatif


Alternatif Terhadap Kriteria Ketepatan Jumlah
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

1 5,000 2,000 3,000 4,000 6,000 5,000 1,000

2 4,000 1,000 2,000 3,000 4,000 3,000 1,000

3 0,500 0,333 0,500 0,500 0,333 0,500 1,000


3/4/2010 7:19:23 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik

Harga .277
Kualitas .486
Layanan .091
Ketepatan Pengiriman .073
Ketepatan Jumlah .073
Inconsistency = 0.02
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:22:58 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga

Kepantasan h arga dengan kualit .633


Kemampuan memberi diskon pada .367
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:23:39 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas

Kesesuaian barang dengan spesi .229


Penyediaan barang tanpa cacat .466
Kemampuan memberikan kualitas .305
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:24:09 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan

Kemudahan dihubu ngi (S1) .204


Kemampuan memberikan informasi .076
Kecepatan menanggapi permintaa .310
Cepat tanggap menyelesaikan ke .410
Inconsistency = 0.02
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/9/2010 6:22:38 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman

Kemampuan mengirimkan barang s .739


Kemampuan menangani sistem tra .261
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:25:51 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga
>Kepantasan harga dengan...

Supplier X .603
Supplier Y .198
Supplier Z .198
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:26:12 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Harga
>Kemampuan memberi dis...

Supplier X .321
Supplier Y .155
Supplier Z .523
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:26:39 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Kesesuaian barang denga...

Supplier X .214
Supplier Y .331
Supplier Z .455
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:27:11 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Penyediaan barang tanpa ...

Supplier X .662
Supplier Y .169
Supplier Z .168
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:27:30 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Kualitas
>Kemampuan memberikan ...

Supplier X .486
Supplier Y .124
Supplier Z .389
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:27:58 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kemudahan dihubungi (S1)

Supplier X .537
Supplier Y .248
Supplier Z .215
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:28:20 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kemampuan memberikan ...

Supplier X .537
Supplier Y .146
Supplier Z .318
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:28:42 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Kecepatan menanggapi pe...

Supplier X .156
Supplier Y .341
Supplier Z .503
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:29:02 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Layanan
>Cepat tanggap menyelesai...

Supplier X .542
Supplier Y .198
Supplier Z .259
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:29:24 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman
>Kemampuan mengirimkan...

Supplier X .285
Supplier Y .125
Supplier Z .590
Inconsistency = 0.03
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:29:44 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Pengiriman
>Kemampuan menangani si...

Supplier X .253
Supplier Y .423
Supplier Z .323
Inconsistency = 0.00
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:30:14 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Priorities with respect to: Combined


Goal: Memilih Supplier Terbaik
>Ketepatan Jumlah

Supplier X .563
Supplier Y .156
Supplier Z .282
Inconsistency = 0.01
with 0 missing judgmen ts.

reny
3/4/2010 7:30:41 AM Page 1 of 1

Model Name: PEMILIHAN SUPPLIER

Synthesis: Summary

Synthesis with respect to:


Goal: Memilih Supplier Terbaik
Overall Inconsistency = .00

Supplier X .467
Supplier Y .198
Supplier Z .336

reny

Anda mungkin juga menyukai