Anda di halaman 1dari 101

PERAMALAN KECEPATAN ANGIN BULANAN DI MEDAN

BERDASARKAN TEKANAN UDARA DENGAN FUNGSI TRANSFER

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

YUSRINA BATUBARA
072407019

PROGRAM STUDI D-III STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN

Judul : PERAMALAN KECEPATAN ANGIN BULANAN DI


MEDAN BERDASARKAN TEKANAN UDARA
DENGAN FUNGSI TRANSFER
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : YUSRINA BATUBARA
Nomor Induk Mahasiswa : 072407019
Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Diluluskan di
Medan, Mei 2010

Diketahui
Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing 1
Ketua,

Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs. Marwan Harahap, M.Eng


NIP. 19640109 198803 1 004 NIP. 19461225 197403 1 001

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PERAMALAN KECEPATAN ANGIN BULANAN DI MEDAN


BERDASARKAN TEKANAN UDARA DENGAN FUNGSI TRANSFER

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2010

YUSRINA BATUBARA
072407019

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada
waktunya. Kemudian seiring shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan
nabi Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang benar dan
kesejahteraan hidup.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih atas petunjuk dan
bimbingan yang berharga yang telah diberikan kepada penulis sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maka dengan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Marwan Harahap, M.Eng. sebagai pembimbing Saya pada
penyelesaian Tugas Akhir ini yuang telah memberikan panduan dan penuh
kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku Dekan FMIPA USU.

3. Bapak Dr. Saib Suwilo, M.Sc, selaku ketua Departemen Matematika.

4. Bapak Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si, selaku Ketua jurusan Statistika.

5. Ayahanda Sangkot Sahruddin Batubara, Spd. dan Ibunda tercinta Nur Jamilah
lubis, yang membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang
dan cinta dari kecil hingga saat ini memberi motivasi dan restu serta materi
yang tak ternilai dengan apapun, teristimewa buat saudara-saudaraku tercinta (
D’ijah, D’Hamdan) terima kasih telah membantu dan menjadi penopang setiap
langkahku.

6. Untuk Zulham terima kasih telah memberikan bantuan dan memberikan


semangat serta motivasi, Untuk sahabatku, Ilva octaviana Dewi Nasution,
Prima jana AS, Tongku Hasibuan, Kiki fajri terima kasih telah membantu dan
memahamiku selama ini.

Atas segala bantuan dan budi baik semua pihak penulis ucapkan terima kasih,
semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin
ya rabbal’alamin.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
mamfaat kepada semua pihak yang memerlukan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Daftas Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Kontribusi Penelitian 5
1.6 Tinjauan Pustaka 5
1.7 Metode Penelitian 7
1.8 Sistematika Penulisan 9

BAB 2 Landasan Teori


2.1 Peramalan 11
2.2 Peranan Teknik Peramalan 12
2.3 Jenis-jenis Peramalan 12
2.3.1 Peramalan Kualitatif 13
2.3.2 Peramalan Kuantitatif 13
2.4 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan 14
2.5 Kestasioneran Data Deret Berkala 17
2.5.1 Pembedaan (Diffrencing) 17
2.6 Koefisien Autokorelasi 18
2.7 Koefisien Autokorelasi Parsial 19
2.8 Model Regresi Diri (AR) 20
2.9 Model Rataan Bergerak (MA) 20
2.10 Model Campuran AR dan MA 21
2.11 Model Fungsi Transfer 22
2.12 Tahapan Pembentukan Model Fungsi Transfer 25
2.12.1 Mempersiapkan Deret Input dan Output 25
2.12.1.1 Pemutihan Deret Input ( xt ) 26
2.12.1.2 Pemutihan Deret Output ( yt ) 26
2.12.1.3 Perhitungan Korelasi Silang dan Korelasi Diri 27
2.12.1.4 Pendugaan Langsung Bobot Respons Impuls 28
2.12.1.5 Penetapan Parameter (r,s,b) 29
2.12.1.6 Penaksiran Awal Deret Gangguan ( nt ) 30
2.12.1.7 Penetapan (P n, qn) untuk Model ARIMA (Pn, qn)
dari Deret Gangguan ( nt ) 31
2.12.2 Penaksiran Parameter-Parameter Model 31

Universitas Sumatera Utara


2.12.2.1 Pendugaan Awal Parameter Model 31
2.12.2.2 Penaksiran Akhir Parameter Model 32
2.12.3 Pemeriksaan Diagnostik Model 32
2.12.4 Peramalan dengan Model Transfer 33

BAB 3 Analisa dan Evaluasi


3.1 Studi Kasus 34
3.2 Analisis Plot Data Awal 36
3.3 Identifikasi Bentuk Model 39
3.3.1 Memeriksa Kestasioneran Data 39
3.3.2 Pengecekan Model 46

3.4 Pemutihan Deret Input (α t )


3.3.2.1 Pemeriksaan Sisaan 46
47
3.5 Pemutihan Deret Output ( β t ) 49
3.6 Pendugaan Korelasi Silang dan Korelasi Diri 51
3.6.1 Korelasi Silang 51
3.6.2 Korelasi Diri 52
3.7 Pendugaan Langsung Bobot Impuls 55
3.8 Penetapan (r,s,b) untuk Model Fungsi Transfer 56
3.9 Pengamatan Awal Deret Noise 57
3.10 Penaksiran Parmeter-parameter ModelFungsi Transfer 60
3.10.1 Taksiran awal Parameter Model 60
3.10.2 Taksiran akhir Parameter Model 61
3.11 Pemeriksaan Diagnostik Model 62
3.11.1 Analisis nilai sisa (residu) at 64
3.12 Peramalan dengan Fungsi Transfer 66

BAB 4 Kesimpulan dan Saran


4.1 Kesimpulan 67
4.2 Saran 68

Daftar Pustaka 69
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Kecepatan Angin Bulan Januari 2005 – Bulan


Desember 2009 34
Tabel 3.2 Data Kecepatan Angin Bulan Januari 2005 – Bulan
Desember 2009 35
Tabel 3.3 Pembedaan Pertama Deret Input ( X t ) 39
Tabel 3.4 Data Hasil Transformasi Logaritma 41
Tabel 3.5 Pembedaan Pertama dari Data Transformasi 42
Tabel 3.6 Nilai-nilai Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial Data Hasil
Deret Input ( xt ) 44

Tabel 3.8 Pemutihan Deret Output ( β t )


Tabel 3.7 Pemutihan Deret Input 48
49
Tabel 3.9 Analisis Lengkap Korelasi Silang 51
Tabel 3.10 Autokorelasi Pemutihan Deret Input 53
Tabel 3.11 Autokorelasi Pemutihan Deret Output 53
Tabel 3.12 Pendugaan Langsung Bobot Impuls 55
Tabel 3.13 Perkiraan Awal Deret Komponen Gangguan Noise 57
Tabel 3.14 Gugus Residu Akhir ( at ) 62

Tabel 3.15 Korelasi Silang Dari Gugus Residu ( at ) dengan Pemutihan


Deret Input ( α t ) 65

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Plot Tekanan Udara Kota Medan Tahun 2005 – 2009 36
Gambar 3.2 Autokorelasi Tekanan Udara Kota Medan Tahun 2005 – 2009 36
Gambar 3.3 Autokorelasi Parsial Tekanan Udara Kota Medan
Tahun 2005 – 2009 37

Gambar 3.4 Plot Kecepatan Angin Kota Medan Tahun 2005 – 2009 37
Gambar 3.5 Autokorelasi Kecepatan Angin Kota Medan
Tahun 2005 – 2009 38
Gambar 3.6 Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin Kota Medan
Tahun 2005 – 2009 38
Gambar 3.7 Plot Tekanan Udara Menggunakan Pembedaan Pertama 40
Gambar 3.8 Autokorelasi Tekanan Udara 44
Gambar 3.9 Autokorelasi Parsial Tekanan Udara 45
Gambar 3.10 Plot Autokorelasi Sisaan Model 47
Gambar 3.11 Korelasi Silang Pemutihan Deret Input dan Output 52
Gambar 3.12 Autokorelasi Pemutihan Deret Input 54
Gambar 3.13 Autokorelasi Pemutihan Deret Output 55
Gambar 3.14 Plot Deret Noise ( nt ) Awal 58
Gambar 3.15 Autokorelasi Noise ( nt ) Awal 59
Gambar 3.16 Autokorelasi Parsial Noise ( nt ) Awal 59
Gambar 3.17 Plot Gugus Residu ( at ) 63
Gambar 3.18 Autokorelasi Gugus Residu ( at ) 64
Gambar 3.19 Autokorelasi Parsial Gugus Residu ( at ) 64

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia meteorologi diasuh dalam Badan Meteorologi dan Geofisika di Jakarta

yang sejak tahun enam puluhan telah diterapkan menjadi suatu direktorat perhubungan

udara. Direktorat tersebut bertugas mengadakan penelitian dan pelayanan meterologi

dan geofisika yang salah satu bidangnya adalah iklim.

Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa

unsur yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, curah hujan, suhu udara,

tekanan udara dan angin. Unsur-unsur itu berbeda pada tempat yang satu dengan

tempat yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena ketinggian tempat, garis

lintang, tekanan, arus laut, dan permukaan tanah.

Pengaruh timbal balik antara faktor tersebut akan menentukan pola yang

diperlihatakan oleh unsur. Tetapi sebaliknya, unsur-unsur tersebut pada suatu batas

tertentu akan mempengaruhi faktor juga,sehingga keadaan cenderung untuk

melanjutkan proses timbal balik tadi. Batas pola yang ditentukan itu umumnya stabil.

Terjadinya penyimpangan tidak dapat dihindaripada proses tersebut. Penyimpangan

yang dimaksud sesungguhnya merupakan pengecualian yang harus diperhatikan,

Universitas Sumatera Utara


Sebagai contoh angin dengan kecepatan yang tinggi akan mengakibatkan masalah

seperti angin bahorok, puting beliung, dan lain-lain.

Penyimpangan tesebut dapat menimbulkan bencana baik bagi manusia, ternak,

tumbuh-tumbuhan, seperti halnya penyimpangan yang ditimbulkan akibat banjir,

angin puting beliung,badai,Kekeringan, dan sebagainya.

Iklim beserta unsurnya adalah hal penting untuk diperhatikan dan dipelajari

dengan sebaik-baiknya, karena pengaruhnya sering menimbulkan masalah yang berat

bagi manusia serta makhluk hidup lainnya. Masalah tersebut merupakan tantangan

bagi manusia karena harus berusaha untuk mengatasinya dengan menghindari atau

memperkecil pengaruh yang tidak menguntungkan kehidupan manusia.

Tekanan udara didefenisikan sebagai berat dari suatu kolom udara sebenarnya

pengaruh langsung perubahan tekanan udara terhadap kehidupan makhluk adalah kecil

sekali. Perubahan tekanan udara lebih berpengaruh terhadap pergerakan angin dan

angin inilah yang lebih penting sebagai pengendali iklim secara langsung, terutama

dalam pengaruhnya terhadap penguapan, suhu, dan curah hujan. Dengan demikian

angin (dan juga tekanan udara) menjadi unsur dan pengendali iklim yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk di bumi, karena perananya sebagai penentu dalam

penyebaran curah hujan.

Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah

angin perubahan ini akan membawa pula pada perubahan suhu dan curah hujan yang

pada umumnya sangat menentukan sifat-sifat iklim dan cuaca suatu arah. Angin yang

bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap iklim

Universitas Sumatera Utara


karna perbedaan suhu yang disebabkan; san angin yang berasal dari lautan atau

melewati laut pada sebagian besar perjalanannya akan lebih banyak mendatangkan

hujan karena uap air yang dibawanya. Dengan demikian penyebaran curah hujan

diseluruh permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan tekanan udara dan angin.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti apakah tekanan

udara mempunyai pengaruh terhadap kecepatan angin pada bulan Januari 2010

berdasarkan data dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2009, dan

berusaha menetapkan model peramalannya.maka penulis memilih judul

“PERAMALAN KECEPATAN ANGIN BULANAN DI

MEDAN BERDASARKAN TEKANAN UDARA DENGAN FUNGSI

TRANSFER”.

1.2. Perumusan Masalah

Tekanan udara akan terjadi secara priodik maka diasumsikan analisis yang tepat

adalah metode analisis deret waktu, dan untuk mengetahui hubungan antara tekanan

udara dengan kecepatan angin analisis yang digunakan adalah metode regresi linier

berganda. Jadi metode yang tepat untuk perilaku data seperti ini adalah metode fungsi

transfer, yaitu penggabungan antara metode kausal dan deret waktu. Selanjutnya

masalah tersebut dirumuskan dalam sejumlah pertanyaan – pertanyaan penelitian

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Tekanan Udara terhadap kecepatan angin bulanan di

Medan

Universitas Sumatera Utara


2. Bagaimana model peramalan yang dihasilkan oleh fungsi transfer, sesuai data

tekanan udara dan kecepatan angin pada bulan januari 2005 sampai dengan

desember 2009.

1.3. Batasan Masalah

Untuk membuat arah yang jelas dan tidak menyimpang dari pokok bahasan maka

penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini yaitu masalah

pengaruh tekanan udara terhadap kecepatan angin di Medan, data yang digunakan

adalah data Kecepatan Angin dan tekanan udara tahun 2005 – 2009 dari Badan

Meterologi dan Geofisika, Stasiun Sampali Medan, dan metode yang digunakan

adalah metode fungsi transfer.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menerapkan metode analisis fungsi transfer untuk melihat pengaruh tekanan

udara terhadap kecepatan angin bulanan di kota Medan.

2. Menduga model peramalan kecepatan angin bulanan yang berkenaan dengan

tekanan udara dengan fungsi transfer, sesuai data tekakan udara dan kecepatan

angin pada bulan januari 2005 sampai dengan desember 2009?

Universitas Sumatera Utara


1.5. Kontribusi Penelitian

Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin

perubahan ini akan membawa pula pada perubahan suhu dan curah hujan yang pada

umumnya sangat menentukan sifat-sifat iklim dan cuaca suatu arah.

Dalam dunia pertanian ada angin yang tidak menguntungkan karena dapat

melayukan tanaman . Angin itu terjadi karena udara yang mengandung uap air

membentur pegunungan atau gunung yang tinggi sehingga angin akan bersifat kering

dan panas. Penganalisaan dengan menggunakan metode transfer diharapkan dapat

menjadi bahan masukan dan bermanfaat bagi pihak instansi (BMG), PERUMKIM,

penerbangan, peternakan, perkebunan untuk memberikan gambaran di waktu yang

akan datang.

1.6. Tinjauan Pustaka

ARIMA dikembangkan oleh Box-Jenkins sehingga disebut ARIMA Box-Jenkins.

Metode ini merupakan gabungan dari metode penghalusan, metode regresi dan

metode dekomposisi. Metode ini banyak digunakan untuk peramalan harga saham

harian, penerimaan, penjualan, tenaga kerja, dan variabel runtun waktu lainnya. Model

runtun waktu ini biasanya digunakan bila hanya sedikit yang diketahui mengenai

variabel-variabel independen yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel utama

(dependent) yang diminati, tetapi model ini juga digunakan bila datanya tersedia

dalam jumlah yang cukup besar sehingga membentuk runtun waktu yang cukup

panjang.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Dalam meramalkan kecepatan angin, penulis menggunakan metode Box –

Jenkins fungsi transfer. Model – model Autoregresive/Moving Average (ARIMA)

telah dipelajari secara mendalam oleh George Box dan Gwilyn Jenkins (1976), dan

nama mereka sering disinonimkan dengan proses ARIMA yang diterapkan untuk

analisis deret berkala, peramalan dan pengendalian.

Box dan Jenkins secara efektif telah berhasil mencapai kesepakatan mengenai

informasi relevan yang diperlukan untuk memahami dan memakai model – model

ARIMA untuk deret berkala univariat, sedangkan fungsi transfer digunakan untuk

deret berkala multivariat.

Pada dasarnya ada dua model linier dari metode Box Jenkins, yaitu model

linier untuk deret statis (Stasionery Series) dan model linier untuk deret data yang

tidak statis (Nonstasionery Series). Model – model linier ini untuk deret data yang

yang tidak mengunakan teknik penyaringan (filtering) untuk deret waktu, yaitu

ARIMA (Auto Regressive Moving Average) untuk suatu kumpulan data. Sedangkan

untuk model yang tidak statis menggunakan ARIMA (Autoregressiv-Integrated-

Moving-Average)

.
Model multivariat (fungsi transfer) menggabungkan beberapa karakteristik dari

model – model ARIMA univariat dan beberapa karakteristik analisis regresi berganda,

maka apa yang dibicarakan sebenarnya adalah metode yang menggabungkan

pendekatan deret berkala dengan pendekatan kausal. Tujuan pemodelan fungsi

transfer adalah untuk menetapkan model yang sederhana, yang menghubungkan

Y t (output) dengan X t (Input) dan N t (gangguan). Tujuan utama pemodelan ini

Universitas Sumatera Utara


adalah untuk menetapkan peranan indikator penentu (leading indicator) deret input

dalam rangka menetapkan deret output. Model fungsi tranfer merupakan

pengembangan dari model ARIMA satu peubah (univariat). Jika deret berkala Yt

berhubungan dengan satu atau lebih deret berkala lain X t maka dapat dibuat suatu

model berdasarkan informasi deret berkala X t untuk menduga nilai Y t model yang

dihasilkan disebut fungsi transfer (Makridarkis, 1983).

Metode analisis deret berkala Box – Jenkins fungsi transfer terdiri dari empat

tahap utama. Tahap pertama disebut tahap identifikasi yang meliputi identifikasi

model. Tahap ini dapat dilakukan dengan melihat fungsi autokorelasi dan autokorelasi

parsial. Tahap kedua adalah menduga parameter model atau disebut tahap pendugaan.

Tahap ketiga adalah diagnosa untuk melihat apakah model sudah tepat atau belum.

Tahap keempat adalah peramalan berdasarkan model yang di dapat.

1.7. Metode Penelitian

Peramalan adalah memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang.

Metode peramalan adalah cara memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi

dimasa depan, berdasarkan data relevan pada masa lalu.

Metode yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah metode peramalan

dengan menggunakan fungsi transfer, adapun langkah–langkah yang dilakukan

sebelum data akan diramalkan dengan fungsi transfer, sebagai berikut :

1. Plot data

2. Identifikasi bentuk model

Universitas Sumatera Utara


2.1 Memeriksa kestasioneran data

2.2 Pemutihan deret input

2.3 Pemutihan deret output

2.4 Perhitungan korelasi silang dan auto korelasi dari deret input dan

output yang telah diputihkan.

2.5 Pendugaan langsung bobot respons impuls.

2.6 Penetapan (r,s,b) untuk model fungsi transfer.

ω (B) θ (B)
x t −b +
δ (B) φ (B)
yt = at

Dengan :

ω (B) = ω 0 - ω1 B - ω 2 B 2 - …- ω 0 Bs

δ (B) = 1 - δ1 B - δ 2 B 2 - … - δ r B r

θ (B) = 1 - θ 1 B - θ2 B 2- … - θ p B p

yt = Nilai Y t yang telah ditransformasikan dan dibedakan

xt = Nilai X t yang telah ditransformasikan dan dibedakan

r,s,p,q dan b = Konstanta

Fungsi ν (B) merupakan rasio dari fungsi ω (B) dan δ (B) dan akan

mempunyai jumlah suku yang tak terhingga, sehingga akan terdapat bobot v yang tak

terhingga jumlahnya. Nilai b menyatakan bahwa y t tidak dipengaruhi oleh nilai x t

sampai periode t+b atau (y t = θ x t + θ x t +1 + θ x t +2 + ...+ ω 0 x t −b ), s menyatakan

untuk beberapa lama deret output (y) secara terus menerus dipengaruhi oleh nilai –

nilai baru dari deret input (x), atau y dipengaruhi oleh (x t −b , x t −b −1 , ... , x t −b −s ) dan r

menyatakan bahwa y t berkaitan dengan nilai – nilai sebelumnya sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


y dipengaruhi oleh (y t −1 , y t −2 , y t −3 , . . . , y t − x ).

2.7. Penaksiran awal deret gangguan ( n t )

2.8. Penetapan ( P n , q n ) untuk model ARIMA (P n , 0, q n ) dari deret

gangguan (n t ).

3. Penaksiran parameter – parameter model fungsi transfer

3.1. Penaksiran awal parameter model

3.2. Penaksiran akhir parameter model

4. Pemeriksaan diagnostik model

4.1. Perhitungan autokorelasi dari nilai sisa model (r,s,b)

4.2. Perhitungan korelasi silang nilai sisa model (r,s,b) dengan deret

gangguan yang telah diputihkan

5. Peramalan dengan model fungsi transfer.

1.8. Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disusun secara sistematis didalamnya dikemukakan

beberapa hal, dimana setiap bab seperti yang tercantum dibawah :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan

penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2 : LANDASAN TEORI

Menjelaskan uraian teoritis tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah

Tugas Akhir.

BAB 3 : ANALISA DAN EVALUASI

Menyajikan pembahasan dan hasil penelitian

BAB 4 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis memberikan beberapa kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil

analisis yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Peramalan

Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

akan datang. Ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi

pada masa yang akan datang. Metode peramalan adalah cara memperkirakan secara

kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa depan, berdasarkan data yang relevan pada

masa lalu.

Dalam rangka usaha untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi masa

depan harus dilakukan peramalan, oleh karena itu perlu diperkirakan atau diramalkan

situasi apa dan kondisi bagaimana yang akan terjadi pada masa depan. Efektif

tidaknya suatu rencana yang disusun sangat ditentukan oleh kemampuan para

penyusunnya untuk meramalkan situasi dan kondisi pada saat rencana itu

dilaksanakan. Oleh karena eratnya kaitan antara perencanaan dan peramalan, maka

dapat dilihat bahwa dalam penyusunan rencana, sebenarnya telah terlihat masalah

peramalan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peramalan merupakan dasar

untuk penyusunan rencana.

Universitas Sumatera Utara


Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang

akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan

yang kita susun, maka kurang baik keputusan yang kita ambil.

2.2 Peranan Teknik Peramalan

Dengan adanya sejumlah besar metode peramalan yang tersedia, maka masalah yang

timbul bagi para praktisi adalah memahami bagaimana karakteristik suatu metode

peramalan akan cocok bagi situasi pengambilan keputusan tertentu. Sering terdapat

senjang waktu (time lag) antara kesadaran akan peristiwa atau kebutuhan mendatang

dengan peristiwa itu sendiri. Adanya waktu tenggang (lead time) itu merupakan suatu

alasan bagi perencanaan dan peramalan. Jika waktu tenggangnya ini nol atau sangat

kecil, maka perencanaan tidak perlukan dan jika waktu tenggang ini panjang

sedangkan hasil peristiwa akhir tergantung pada faktor-faktor yang dapat diketahui,

maka perencanaan dapat memegang sebagai peranan yang penting untuk mengambil

keputusan.

2.3 Jenis-jenis Peramalan

Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara

melihatnya. Berdasarkan sifatnya peramalan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam

yaitu peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif.

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Peramalan kualitatif

Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada

masa lalu. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan

pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman

penyusunnya.

2.3.2 Peramalan Kuantitatif

Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada

masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang

dipergunakan dalam peramalan tersebut. Baik tidaknya metode yang digunakan

ditentukan oleh perbedaan antara penyimpangan hasil ramalan dengan kenyataan yang

terjadi. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi

sebagai berikut :

1. Menganalisa data masa lalu.

2. Menentukan metode yang dipergunakan.

3. Memproyeksikan data yang lalu dengan menggunakan metode yang akan

dipergunakan dan mempertimbangkan adanya beberapa faktor perubahan.

Metode peramalan kuantitatif dibagi atas dua bagian yaitu :

a. Analisa deret berkala (time series), yang berdasarkan hasil ramalan yang

disusun atas pola hubungan antara variabel yang dicari dengan variabel waktu

yang mempengaruhinya. Analisa deret berkala ini mancakup :

• Metode Pemulusan (Smoothing)

• Metode Box jenkins

Universitas Sumatera Utara


• Metode Variasi Musiman

b. Metode kausal yaitu peramalan yang mengamsusikan bahwa faktor yang

diramalkan sebab akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Metode ini

berdasarkan hasil yang disusun atas pola hubungan antara variabel yang dicari

dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya yang bukan waktu.

• Metode Regresi dan Korelasi

• Metode Ekonometrik

• Metode Input-Output

2.4 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan

Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan oleh setiap pimpinan, baik

pimpinan perusahaan maupun pimpinan organisasi pemerintah merupakan hal yang

sangat penting. Demikian pula seorang peneliti sering menggunakan peramalan dalam

penelitian yang dilakukan, akaan tetapi perlu adanya pedoman yang dapat

dipergunakan untuk memilih teknik dan metode peramalan yang tepat untuk suatu

situasi tertentu.

Dalam pemilihan teknik-teknik dan metode peramalan, pertama perlu

diketahui ciri-ciri penting, yang perlu diperhatikan untuk pengambilan keputusan dan

analisa keadaan dalam mempersiapkan peramalan.

Universitas Sumatera Utara


Adapun enam faktor utama yang dapat diidentifikasikan sebagai teknik dan

metode peramalan, yaitu :

1. Horison waktu

Merupakan pemilihan yang didasarkan atas jangka waktu permalan yaitu :

a. Peramalan yang segera dilakukan dalam waktu kurang dari satu bulan

b. Peramaln jangka pendek dengan waktu antara satu sampai tiga bulan

c. Peramalan jangka menengah dengan waktu antara tiga bulan sampai

dua tahun

d. Peramalan jangka panjang dengan waktu dua tahun ke atas

2. Pola Data

Salah satu dasar pemilihan metoda permalan adalah dengan

memperhatikan pola data yang diramalkan. Ada empat jenis pola data

mendasar yang terdapat dalam suatu dereran data yaitu :

a. Pola Horisontal (H) terjadi bilamana berfluktuasi disekitar nilai rata-

rata yang konstan, (Derat seperti ini adalah “stasioner” terhadap nilai

rata-ratanya).

b. Pola Musiman (M) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor

musiman (Misalnya : kuartalan, bulanan, mingguan atau hari-hari pada

minggu tertentu).

c. Pola Siklus (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi

ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus

bisnis.

d. Pola Trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan

jangka panjang dalam data.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
3. Jenis dari model

Banyak metode peramalan telah menganggap adanya beberapa model dari

keadaan yang diramalkan. Model-model ini merupakan suatu deret dimana

waktu digambarkan sebagai unsur yang penting untuk menentukan

perubahan-perubahan dalam pola, memungkinkan secara sistematik dapat

dijelaskan dengan analisa regresi atau korelasi. Model tersebut mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk mengambil

keputusan.

4. Biaya yang dibutuhkan

Biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur ramalan yaitu

biaya-biaya, pengembangan, penyimpangan data, operasi pelaksana dan

kesempatan dalam penggunaan dalam teknik-teknik dan metode lainnya.

Adanya perbedaan yang nyata dalam jumlah biaya mempunyai pengaruh

dalam penggunaan metode tertentu untuk suatu keadaan yang dihadapi.

5. Ketepatan metode peramalan

Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan

tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Dalam

mengambil keputusan, variasi atau penyimpangan atas peramalan yang

dilakukan antara 10% sampai 15% bagi maksud-maksud yang diharapkan,

sedangkan untuk hal atau kasus lain mungkin menganggap bahwa adanya

variasi atau penyimpangan atas ramalan sebesar 5% adalah cukup

berbahaya.

Universitas Sumatera Utara


6. Kemudahan dalam penerapan

Dalam penggunaaan metode peramalan untuk manajemen dan analisis

adalah metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan

yang akan dipergunakan dalam pengambilan keputusan dan analisa.

2.5 Kestasioneran Data Deret Berkala

Dalam tahap identifikasi model ARIMA sementara, hal pertama yang harus dilihat

apakah suatu deret berkala sudah stasioner baik dalam rataan maupun ragam. Hal ini

dikarenakan bahwa syarat utama dalam pembuatan model ARIMA adalah deret

berkala yang stasioner.

2.5.1 Pembedaan (Differencing)

Untuk melihat apakah suatu deret berkala X 1 , X 2 ,..., X n sudah stasioner, dapat dilihat

plot nilai deret waktu terhadap waktu t 1 , t 2 ,..., t n Jika n buah nilai tersebut

berfluktuasi sekitar ragam yang konstan dan nilai tengah yang konstan, maka dapat

dikatakan deret tersebut konstan.

Data deret berkala yang tidak stasioner dalam nilai tengah dapat distasionerkan

dengan pembedaan (difference) drajat d. Notasi yang bermamfa’at adalah operator

shift mundur (backward shift) B, yang penggunaannya adalah sebagai berikut :

Misalakan ada suatu deret data X 1 , X 2 ,..., X t maka untuk memperkirakan

X 1 dilakukan dengan mengurangi satu periode kebelakangnya dengan cara :

Universitas Sumatera Utara


B X t = X t −1

Dengan kata lain, notasi B yang dipasang pada X t , mempunyai pengaruh menggeser

data 1 periode kebelakang.

Pembedaan pertama dapat dirumuskan

X 1t = X t −1 (2.1)

Menggunakan operator shift mundur persamaan dapat menjadi

X 1t = X t - B X t = (1-B) X t

Sedang pembedaan kedua adalah

t = X t - X t −1
X 11 1 1

= (X t - X t −1 ) – (X t −1 - X t −2 )

= X t - 2 X t −1 + X t −2

= (1 - 2B + B 2 ) X t

= (1 – B) 2 X t

Secara umum pembedaan d dirumuskan

X t = (1 – B)d X t (2.2)

2.6 Koefisien Autokorelasi

Dalam analisis deret berkala, salah satu statistik kunci adalah koefisien autokorelasi,

autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi linier deret berkala dengan deret berkala

itu sendiri dengan selisih waktu (lag) 0, 1, 2 periode atau lebih. Koefisien autokorelasi

deret X t yang stasioner untuk lag ke-k, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


∑ (X
n =k
− X )(X t +k − X )
i =1
t

∑ (X
rk = (2.3)
t − X)2

Dengan :

rk = Autokorelasi pada lag ke-k

Xt = Nilai pengamatan ke-t

X t +k = Nilai pengamatan saat ke-t+k

X = Rata-rata pengamatan

2.7 Koefisien Autokorelasi Parsial

Koefisien autokorelasi parsial digunakan untuk model autukorelasi parsial digunakan

untuk mengukur tingkat hubungan antara X t dan X t +k apabila pengaruh dari selisih

waktu 1,2,3,...(k-1) dianggap terpisah. Salah satu tujuan dalam analisis deret berkala

adalah untuk menetapkan model ARIMA yang tepat untuk peramalan.

Autokorelasi parsial pada lag ke-k ( φ kk ) adalah sebagai koefisien autoregresif

terakhir dari model AR (k), dan memenuhi persamaan sebagai berikut :

P j = φ k 1 ρ j −1 + φ k 1 ρ j −2 +...+ φ kk ρ j −k ;j = 1,2,...,k (2.4)

Pendugaan koefisien autokorelasi parsial dapat dilakukan subsitusi r j untuk

O j dan menyelesaikan persamaan diatas dengan metode rekursif, Simpangan baku

dari penduga φ kk adalah 1/ n , dimana n adalah jumlah pengamatan dikurangi lag (k).

Universitas Sumatera Utara


2.8 Model Regresi Diri (AR)

Proses regresi ini menyatakan ketergantungan nilai pengamatan X t terhadap X t −1 .

X t −2 ..., X t − p . Model regresi diri derajat p dilambangkan dengan AR (p) atau ARIMA

(p,0,0). Model regresi diri adalah sebagai berikut :

X t = µ + φ1 X t −1 + φ2 X t −2 +...+ φ p X t − p + e t (2.5)

Dengan :

Xt `= Pengamatan deret berkala ke-t

µ = Nilai konstan

φp = Parameter autoregresike-p, (p= 1,2,...n)

Xt −p = Variabel pertama pada periode ke-(t-p);(p=1,2..,n)

et = Kesalahan pada saat t

Untuk model AR(1) kondisi stasioner akan terpenuhi jika φ1 < 1. Sedangkan

model AR (2) akan memenuhi syarat stasioner jika φ1 + φ 2 < 2 φ2 − φ1 < 2 dan φ2 < 2.

2.9 Model Rataan Bergerak (MA)

Proses rataan bergerak menyatakan ketergantungan nilai X t terhadap e t e t −1 ,..., e t −r .

Model rataan bergerak derajat q dilambangkan MA (q) atau ARIMA (0,0,q) dan

ditulis sebagai berikut :

X t = µ - θ 1 e t −1 - θ 2 e t −2 -...- θ q e t −q + e t (2.6)

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Dengan :

Xt = Pengamatan deret berkala

µ = Nilai konstan

θq = Parameter moving average ke-q;(q = 1,2,...,n)

e t −q = Variabel pertama pada saat t-q; (q = 1,2,...,n)

et = Kesalahan pada saat t

2.10 Model Campuran AR dan MA

Dalam pembuatan model empiris dari deret berkala sering ditemukan bahwa model

regresi diri (AR) dan rataan bergerak (MA). Model campuran regresi diri dan rataan

bergerak derajat (p,q) dapat ditulis sebagai berikut :

X t = µ + φ1 X t −1 + φ2 X t −2 +...+ φ p X t − p - θ 1 e t −1 - θ 2 e t −2 -...- θ q e t −q + e t (2.7)

Atau ditulis

φ p (B) X t = µ + θ q (B) e t

Dan disingkat ARMA (p,q)

Model ARMA (p.q) dapat diperluas untuk deret berkala yang tidak stasioner.

Dengan operator pembeda derajat ∇ d X t , model ARMA(p,q) menjadi

φ p (B) ∇ d X t = µ + θ q (B) e t

Dan model ini disingkat ARIMA (p,d,q)

Universitas Sumatera Utara


Untuk data yang dikumpulkan secara bulanan, pembedaan satu musim penuh

(tahun) dapat dihitung X t - X t −12 = (1 - B 12 ) X t . Sehingga untuk model ARIMA

(p.d.q) (P,D.Q)s dengan s adalah jumlah periode permusim.

2.11 Model Fungsi Transfer

Model fungsi transfer merupakan pengembangan dari model ARIMA satu peubah.

Jika deret berkala Yt berhubungan dengan satu atau lebih deret berkala lain X t maka

dapat dibuat suatu model berdasarkan informasi deret berkala X t , untuk menduga

nilai Yt model yang dihasilkan disebut fungsi transfer.

Dalam penelitian ini, pembuatan fungsi transfer hanya dibatasi untuk dua deret

berkala yaitu Yt sebagai deret output dan X t sebagai deret output atau disebut fungsi

transfer dwipeubah.

Gambar 2.1 memperlihatakan secara ringkas unsur – unsur yang berkaitan

dengan model fungsi transfer. Terdapat deret berkala output, disebut Yt , yang

diperkirakan akan dipengaruhi oleh deret berkala input X t , dan input-input lain yang

disebut gangguan (noise) N t , seluruh sistem tersebut adalah dinamis. Dengan kata

lain, deret input X t memberikan pengaruhnya terhadap fungsi transfer,

mendistribusikan dampak X t melalui beberapa periode akan datang. Tujuan

pemodelan fungsi transfer adalah untuk menetapkan model sederhana,

menghubungkan Yt dengan X t dan N t . Tujuan utama pemodelan ini adalah untuk

Universitas Sumatera Utara


menetapkan peranan indikator penentu (leading indicator) deret input dalam rangka

menetapkan deret output.

Deret Fungsi deret


Transfer
Input Output

( Xt ) (Yt )

Seluruh
Pengaruh
lain
(Nt )

Gambar 2.1 Konsep Fungsi Transfer

Fungsi transfer bivariat ditulis dalam bentuk

Yt = ν (B) X t + N t (2.8)

Dengan :

Yt = Deret output

Xt = Deret input

Nt = Faktor yang mempengaruhi Yt (disebut gangguan)

ν (B) = (ν 0 + ν 1 B +ν 2 B 2 +...+ ν k B k ), dengan k adalah orde fungsi transfer

dan B operator shif mundur

Deret input dan output perlu ditrans-formasikan untuk mengatasi ragam yang

tidak stasioner, dibedakan untuk mengatasi nilai tengah yang tidak stasioner, serta

dihilangkan unsur musimannya. Jadi pada persamaan (2.8) harus merupakan nilai

yang telah ditransformasikan. Selanjutnya untuk penulisan persamaan digunakan

huruf kecil.

Universitas Sumatera Utara


Secara lebih singkat, fungsi transfer ditulis sebagai berikut

ω (B)
x t −b + n t
δ (B)
yt = (2.9)

Atau

ω (B) θ (B)
x t −b +
δ (B) φ (B)
yt = at (2.10)

Dengan :

ω (B) = ω 0 - ω1 B - ω 2 B 2 -...- ω s B s

δ (B) = 1 - δ 1 B - δ 2 B 2 -...- δ r B r

θ (B) = 1 - θ 1 B - θ 2 B 2 -...- θ q B q

φ (B) = 1 - φ1 B - φ2 B 2 -...- φ p B p

yt = Nilai Yt yang telah ditransformasikan dan dibedakan

xt = Nilai X t yang telah di transformasikan dan dibedakan

r,s,p,q dan b = Konstanta

Fungsi ν (B) merupakan rasio dari fungsi ω (B) dan δ (B) dan akan mempunyai

jumlah suku yang tak terhingga, sehingga akan terdapat bobot ν yang tak terhingga

jumlahnya. Dengan demikian persamaan (2.10) merupakan suatu gambaran yang lebih

singkat.

Dari persamaan (2.8) dapat dilihat bahwa sebagai faktor penentunya adalah

konstanta (r,s,b) dan (p,q). Konstanta (r,s,b) menunjukkan parameter dari fungsi

transfer yang menghubungkan Yt dan X t , Sedangkan (p,q) merupakan parameter

model gangguan. Subskrip (t-b) menunjukkan keterlambatan b periode sebelum x

mempengaruhi y atau dapat dikatakan bahwa X t , pertama kali mempengaruhi Yt +b .

Universitas Sumatera Utara


Jika persamaan (2.10) telah didefenisikan dan seluruh parameter telah diduga,

maka selanjutnya ditentukan model peramalannya. Persamaan (2.10) dikalikan dengan

δ (B) dan φ (B) , akan menjadi :

δ (B) φ (B) y t = φ (B) ω (B) xt −b + δ (B) θ (B)at (2.11)

Sebagai contoh, untuk model yang sederhana (1,1,b) (1,1) adalah :

(ω 0 − ω1B) (1 − θ1 B)
xt −b +
(1 − δ 1 B) (1 − φ1 B)
yt = a1

(1 − δ1 B) (1 − φ1 B) y t = (1 − φ1 B) (ω0 − ω1B) xt −b + (1 − δ1 B) (1 − θ1 B) a1

y t =( δ 1 + φ1 ) y t −1 − (δ 1φ1 ) y t −2 + ω 0 xt −b − (ω 0φ1 + ω1 ) xt −b −1 + (φ1 + ω1 ) xt −b −2 +

a1 − (δ 1 + θ1 )at −1 + (δ 1θ1 )at − 2 (2.12)

Dengan mengetahui nilai parameter dan nilai y, x dan a dapat dihitung nilai y

pada periode yang akan datang.

2.12 Tahapan Pembentukan Model Fungsi Transfer

2.12.1 Mempersiapkan Deret Input dan Output

Tahap ini mengidentifikasi apakah data mentah (input dan output) sudah stasioner

dalam rataan ataupun ragam. Jika belum stasioner perlu dilakukan pembedaan atau

transformasi untuk menghilangkan ketidak stasioneran. Disamping itu deret input atau

output perlu dihilangkan pengaruh musiman. Hal ini bukan merupakan syarat mutlak,

akan tetapi akan mempengaruhi nilai-nilai (r,s.b) yang dihasilkan.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
2.12.1.1 Pemutihan Deret Input ( xt )

Tahap pemutihan deret input dimaksudkan untuk menghilangkan pola yang diketahui

agar yang tersisa hanya merupakan “white noise”. Sebagai contoh, jika deret input

dapat dimodelkan dengan ARIMA ( p x ,0, q x ) maka deret input dapat didefenisikan

sebagai :

φ x (B) xt = θ x (B)α t (2.13)

Dengan φ x (B) adalah operator autoregresif, θ x (B) adalah operator rataan

bergerak dan α t adalah kesalahan acak. Persamaan (2.13) dapat diubah menjadi

φ x (B)
αt =
θ x (B)
yt (2.14)

2.12.1.2 Pemutihan Deret Output ( yt )

Fungsi transfer yang dimaksud diatas adalah memetakan xt ke dalam y t . Sehingga

apabila diterapkan suatu transformasi pemutihan terhadap xt maka terhadap yt harus

diterapkan transformasi yang sama agar dapat mempertahankan integritas hubungan

fungsional. Deret yt yang diputihkan akan menjadi β t dengan persamaan berikut

φ x (B)
βt =
θ x (B)
yt (2.15)

Universitas Sumatera Utara


2.12.1.3 Perhitungan Korelasi Silang dan Korelasi Diri

Dalam pemodelan fungsi transfer, korelasi diri mempunyai peranan yang kedua

setelah korelasi silang. Korelasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan dua

deret waktu x dan y (atau dalam bentuk deret waktu yang diputihkan α dan β ) yang

salah satu deret ditambahkan (lag) terhadap deret lainnya.

Korelasi silang antara x dan y diduga dengan rumus

C sy (k )
rsy (k ) = (2.16)
SxS y

Dengan :

rsy (k ) = korelasi silang Antara deret x dan y pada lag ke k

C sy (k ) = covarian antara x dan y pada lag ke k

Sx = standard deviasi deret x

Sy = standard deviasi deret y

k = 0,1,2,3,…

Untuk menguji tingkat kepercayaan 95% dari nilai korelasi silang diatas.

Barlett melakukan pendekatan perhitungan kesalahan baku dengan rumus

SE(rxy (k )) = (n − k ) 2
1
(2.17)

Atau serk = 1 n−k

Dengan :

n = Jumlah pengamatan

k = Kelambatan (lag)

Universitas Sumatera Utara


Untuk perhitungan korelasi diri dapat dilihat dari persamaan (2.3) dan uji Box-

Pierce Portmanteau untuk sekumpulan nilai rk didasarkan ada nilai statistik Q yang

menyebar mengikuti sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas(m-p-q)

Q = n∑r2
m
(2.18)
k =1

Dengan :
m = Lag maksimum

n = N-d

N = Jumlah pengamatan asli

rk = Autokorelasi untuk lag ke-k

P = Nilai dari parameter Autoregresif

q = Nilai Dari Parameter Moving Average (MA)

2.12.1.4 Pendugaan Langsung Bobot Respons Impuls

Dari Persamaan (2.9) dengan mengasumsikan b = 0 maka model transfer dapat ditulis

yt = ν (B) xt + nt

Bila xt Ditransformasikan dengan dan dimasukkan kepersamaan diatas secara

keseluruhan maka akan diperoleh

φ x (B) φ (B) φ (B)


y t = ν (B) x xt + x
θ x (B) θ x (B) θ x (B)
nt (2.19)

Atau

β t = ν (B)α t + et (2.20)

Universitas Sumatera Utara


Dengan et adalah deret gangguan ditransformasikan dan diperkirakan tidak berkorelasi

dengan α t . Jika kedua sisi persamaan (2.20) dikalikan α t −k dan diambil nilai

ekspetasinya, maka diperoleh :

E [α t − k B1 ] = ν 0 E [α t −k α t ] + ν 1 E [α t −k α t −1 ] + ... + E [α t − k et ]

Cαβ (k ) = ν k Cαα (t −k ) + 0 (2.21)

( α t dan et diasumsikan bebas)

Dengan menyusun kembali persamaan (2.21) maka diperoleh :

νk = =
Cαβ (k ) rαβ (k )S 2 β
(2.22)
S 2α Sα

2.12.1.5 Penetapan Parameter (r,s,b)

Parameter r menunjukkan derajat fungsi δ ( B) . s menunjukkan derajat fungsi ω ( B) ,

dan b menunjukkan keterlambatan yang dicatat pada subskrip Xt-b pada persamaan

(2.10). Perhatikan persamaan (2.8),(2.9) dan penetapan

ω (B)
ν (B) xt =
δ (B)
xt −b (2.23)

Apabila pernyataan ν ( B) , ω ( B) , δ ( B) diperluas dan koefisien-koefisiennya

dibandingkan maka didapatkan hubungan sebagai berikut :

Vj = 0 j<b

Vj = δ 1ν j −1 + ... + δ rν j −r + ω 0 j=b

Vj = δ 1ν j −1 + ... + δ rν j − r - ω j −b j=b + 1…b + s

Vj = δ1ν j −1 + ... + δ rν j −r j>b + s (2.24)

Universitas Sumatera Utara


Secara Intuitif, nilai b menyatakan bahwa yt tidak dipengaruhi oleh nilai xt sampai

periode t+b atau

yt = θ xt + θxt −1 + θxt −2 + ... + ω 0 xt −b

s menyatakan untuk beberapa lama deret output deret (y) secara terus menerus

dipebgaruhi oleh nilai-nilai baru deret input (x) atau y dipengaruhi oleh ( xt −b, xt −b−1 , …

, xt −b− s ) dan r menyatakan bahwa yt berkaitan dengan nilai-nilai sebelumnya sebagai

berikut :

y dipengaruhi oleh ( y t −1, y t −2 , y t −3 ,…, y t −r )

Dalam menentukan parameter (r,s,b) dapat digunakan pedoman berikut :

a. Sampai lag waktu ke b, korelasi silang tidak berbeda dari nol secara signifikan

b. Untuk s lag waktu selanjutnya, korelasi tidak akan memperlihatkan pola yang

jelas

c. Untuk r lag waktu selanjutnya, korelasi silang akan memperlihatkan suatu pola

yang jelas

2.12.1.6 Penaksiran Awal Deret Gangguan (nt)

Perhitungan nilai taksiran awal deret gangguan nt menggunakan rumus berikut :

nt = y t − ν 0 xt − ν 1 xt −1 − ν 2 xt −2 − ... − ν g xt − g (2.25)

dengan g didapat dari hasil lag pada korelasi silang

Universitas Sumatera Utara


2.12.1.7 Penetapan (pn,qn) untuk Model ARIMA (pn,qn) dari Deret Gangguan (nt)

Tahap ini nilai-nilai nt dianalisis dengan cara ARIMA biasa untuk menetukan apakah

terdapat model ARIMA (pn , 0 , qn). Untuk menentukan model ARIMA ini digunakan

identifikasi fungsi autokorelasi dan korelasi parsial. Dengan cara ini fungsi

φn (B)n1 = θ n ( (B)at (2.26)

2.12.2 Penaksiran Parameter – Parameter Model

2.12.2.1 Pendugaan Awal Parameter Model

Pada tahap ini ditentukan model fungsi transfer secara tentative untuk menaksir nilai

awal parameter-parameter ω0 , ω1 ,…, ω s , δ1 , δ 2 ,…, δ r , φ1 , φ2 ,…, φ pn dan

θ1 , θ 2 , …, θ qn . Untuk mendapatkan nilai parameter-parameter tersebut digunakan

algoritma marquadt dengan iterasi.

Misalkan untuk nilai (r,s,b) = (2,2,2) dan deret gangguan mempunyai model

ARIMA (2,0,1) model tentative yang digunakan adalah

(ω 0 − ω1 B − ω 2 B 2 ) (1 − θ1 B)
yt = xt −2 +
(1 − δ 1B − δ 2 B ) (1 − φ1 B − φ 2 B 2 )
2 at (2.27)

Dari model diatas, tahap selanjutnya adalah menaksir nilai awal parameter –

parameter ω0 , ω1 , ω 2 , δ1 , δ 2 , φ1 dan φ2 dengan memperhatikan hubungan pada

persamaan (2.24) dan persamaan Yule Walker.

Universitas Sumatera Utara


2.12.2.2 Penaksiran Akhir Parameter Model

Dengan menggunakaan algoritma marquadt pada setiap iterasi nilai parameter-

parameter selalu diperbarui dan dihitung dengan taksiran a t. untuk memilih nilai

parameter terbaik, dilihat nilai jumlah kuadrat sisa (JKS) sampai mendekati nilai

minimum.

2.12.3 Pemeriksaan Diagnostik Model

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mempelajari nilai sisa akhir at dengan deret input

yang disesuaikan ( α t ). Jika nilai sisa tidak mempunyai pola tertentu, maka model

yang didapatkan sudah bersifat acak. Uji Box-Pierce untuk deret stasioner ARIMA (p,

d, q), rumusnya :

X 2 ( df ) = n∑ r 2 (k )
m
(2.28)
k −1

Dengan :

n = Jumlah pengamatan

m = Lag terbesar yang diperhatikan

r(k) = Autokorelasi pada lag ke- k

df = derajat bebas (m-p-q)

sedangkan untuk nilai sisa α t perhitungannya menjadi

X 2 (m− pn −qn ) = (n − 1 − r − s − b)∑ r 2


m

k −1

Universitas Sumatera Utara


xli

dengan (r, s , b), pn dan qn merupakan parameter fungsi transfer

2.12.4 Peramalan dengan Model Transfer

Tujuan peramalan adalah untuk menduga nilai deret waktu untuk masa yang akan

dating dengan penyimpangan yang sekecil mungkin. Jika model yang ditetapkan

menunjukkan residual yang acakan, maka model itu dapat digunakan untuk maksud

peramalan. Model yang digunakan untuk contoh model (1,1,b)(1,1) adalah :

y t =( δ 1 + φ1 ) y t −1 − (δ 1φ1 ) y t −2 + ω 0 xt −b − (ω 0φ1 + ω1 ) xt −b −1 + (φ1 + ω1 ) xt −b −2

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus

Dalam penyelesaian suatu masalah diperlukan suatu data sebagai bahan penunjang

dan diharapkan mendekati masalah. Data yang diambil merupakan data historis dari

tekanan udara dan kecepatan angin kota medan dari tahun 2005 sampai 2009 yang

disajikan dalam bentuk table. Data tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Data Tekanan Udara Bulan Januari 2005 – Bulan Desember 2009

Tahun
Bulan
2005 2006 2007 2008 2009
Januari 1010.95 1010.63 1011.67 1009.97 1011.25
Februari 1011.43 1010.41 1010.77 1010.43 1009.80
Maret 1011.10 1009.67 1009.98 1009.34 1009.98
April 1010.70 1009.48 1009.94 1008.51 1009.67
Mei 1009.30 1009.96 1009.29 1009.14 1009.44
Juni 1009.34 1009.75 1007.94 1009.39 1009.34
Juli 1009.79 1009.92 1009.35 1009.31 1009.62
Agustus 1009.90 1010.05 1009.52 1009.37 1009.74
September 1010.26 1010.87 1009.51 1010.10 1010.33
Oktober 1010.60 1011.57 1009.89 1010.55 1010.84
November 1010.39 1010.20 1009.90 1009.18 1004.02
Desember 1009.93 1010.56 1009.37 1009.93 1010.10

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sampali Medan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2 Data Kecepatan Angin Bulan Januari 2005 – Bulan Desember 2009

Tahun
Bulan
2005 2006 2007 2008 2009
Januari 7 7 7 7 7
Februari 7 7 8 8 7
Maret 7 8 8 8 8
April 4 8 8 7 7
Mei 7 7 8 8 7
Juni 7 8 8 7 7
Juli 8 7 7 7 7
Agustus 8 8 8 6 7
September 7 7 8 6 7
Oktober 7 7 7 5 7
November 7 7 7 6 7
Desember 7 7 7 5 6

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Sampali Medan

3.2 Analisis Plot Data Awal

Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk menganalisis data time series adalah

membuat plot data terhadap waktu dan melakukan interpretasi secara visual. Dengan

membuat plot data mentah, yaitu data yang akan diolah dan dianalisis, dapat dideteksi

Universitas Sumatera Utara


apakah pola data mengandung unsur trend, siklik, musiman atau tidak mengandung

pola tertentu.

Gambar 3.1 Plot Tekanan Udara Kota Medan Tahun2005-2009

Gambar 3.2 Autokorelasi Tekanan Udara Kota Medan Tahun 2005-2009

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3 Autokorelasi Parsial Tekanan Udara Kota Medan Tahun
2005-2009

Gambar 3.4 Plot Kecepatan Angin Kota Medan Tahun 2005-2009

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5 Autokorelasi Kecepatan angin Kota Medan Tahun 2005-2009

Gambar 3.6 Autokorelasi Parsial Kecepatan Angin Kota Medan Tahun 2005-
2009

Universitas Sumatera Utara


3.3 Identifikasi Bentuk Model

3.3.1 Memeriksa Kestasioneran Data

Dari plot data tekanan udara tahun 2005 – 2009 pada gambar 3.1 memperlihatkan

deret data tersebut tidak stasioner, plot autokorelasi memeperlihatkan sebuah trend

yang linier pada sepuluh log pertama yang artinya bahwa nilai dari autokorelasi

berturut – turut bernilai positif atau berkorelasi positif antara satu dengan yang

lainnya,maka untuk menstasionerkannya dilakukan pembedaan, pembedaan pertama

untuk deret input dapat dicari dengan persamaan :

x1 = x1 - xt −1

x2 = x2 - x2−1

= 1010.95 – 1011.43

= -0.48

Untuk x3 , … x60 dapat dilihat pada tabel 3.3.1

Tabel 3.3 Pembedaan Pertama Deret Input ( X t )

No. xt No. xt No. xt

1 * 21 0.82 41 0.63
2 0.48 22 0.7 42 0.25
3 -0.33 23 -1.37 43 -0.08
4 -0.4 24 0.36 44 0.06
5 -1.4 25 1.11 45 0.73
6 0.04 26 -0.9 46 0.45

Universitas Sumatera Utara


7 0.45 27 -0.79 47 -1.37
8 0.11 28 -0.04 48 0.75
9 0.36 29 -0.65 49 1.32
10 0.34 30 -1.35 50 -1.45
11 -0.21 31 1.41 51 0.18
12 -0.46 32 0.17 52 -0.31
13 0.7 33 -0.01 53 -0.23
14 -0.22 34 0.38 54 -0.1
15 -0.74 35 0.01 55 0.28
16 -0.19 36 -0.53 56 0.12
17 0.48 37 0.6 57 0.59
18 -0.21 38 0.46 58 0.51
19 0.17 39 -1.09 59 -6.82
20 0.13 40 -0.83 60 6.08

Gambar 3.7 Plot Tekanan Udara Menggunakan Pembedaan Pertama

Universitas Sumatera Utara


Pada data awal kecepatan angin terlihat musiman yang jelas yaitu fluktuasi

mengecil dan membesar deret data terjadi secara acak atau disebut random walk.

Maka untuk mengatasi pola musiman dari data tersebut perlu dilakukan transformasi

dan untuk membuat data stasioner pada rataan dan ragamnya. Untuk transformasi

logaritma digunakan yaitu :

lt = log (Y t )

l1 = log (Y 1 )

= log ( 7 )

= 0.845098

Tabel 3.4 Data Hasil Transformasi Logaritma

No. lt No. lt No. lt

1 0.8451 21 0.8451 41 0.9031


2 0.8451 22 0.8451 42 0.8451
3 0.8451 23 0.8451 43 0.8451
4 0.6021 24 0.8451 44 0.7782
5 0.8451 25 0.8451 45 0.7782
6 0.8451 26 0.9031 46 0.6990
7 0.9031 27 0.9031 47 0.7782
8 0.9031 28 0.9031 48 0.6990
9 0.8451 29 0.9031 49 0.8451
10 0.8451 30 0.9031 50 0.8451
11 0.8451 31 0.8451 51 0.9031
12 0.8451 32 0.9031 52 0.8451
13 0.8451 33 0.9031 53 0.8451
14 0.8451 34 0.8451 54 0.8451

Universitas Sumatera Utara


15 0.9031 35 0.8451 55 0.8451
16 0.9031 36 0.8451 56 0.8451
17 0.8451 37 0.8451 57 0.8451
18 0.9031 38 0.9031 58 0.8451
19 0.8451 39 0.9031 59 0.8451
20 0.9031 40 0.8451 60 0.7782

Untuk membuat data stasioner terhadap rataannya perlu dilakukan pembedaan

pertama dengan rumus :

Yt = y t − y t −1

Y2 = y 2 − y 2−1

= 0.8451 0.8451

= 0

Untuk nilai y3 dan y 4 dan seterusnya dapat dilihat dalam tabel 3.5

Tabel 3.5 Pembedaan Pertama dari Data Transformasi

No. lt yt No. lt yt No. lt yt

1 0.8451 * 21 0.8451 -0.0580 41 0.9031 0.0580


2 0.8451 0.0000 22 0.8451 0.0000 42 0.8451 -0.0580
3 0.8451 0.0000 23 0.8451 0.0000 43 0.8451 0.0000
4 0.6021 -0.2430 24 0.8451 0.0000 44 0.7782 -0.0669
5 0.8451 0.2430 25 0.8451 0.0000 45 0.7782 0.0000
6 0.8451 0.0000 26 0.9031 0.0580 46 0.6990 -0.0792
7 0.9031 0.0580 27 0.9031 0.0000 47 0.7782 0.0792
8 0.9031 0.0000 28 0.9031 0.0000 48 0.6990 -0.0792

Universitas Sumatera Utara


li

9 0.8451 -0.0580 29 0.9031 0.0000 49 0.8451 0.1461


10 0.8451 0.0000 30 0.9031 0.0000 50 0.8451 0.0000
11 0.8451 0.0000 31 0.8451 -0.0580 51 0.9031 0.0580
12 0.8451 0.0000 32 0.9031 0.0580 52 0.8451 -0.0580
13 0.8451 0.0000 33 0.9031 0.0000 53 0.8451 0.0000
14 0.8451 0.0000 34 0.8451 -0.0580 54 0.8451 0.0000
15 0.9031 0.0580 35 0.8451 0.0000 55 0.8451 0.0000
16 0.9031 0.0000 36 0.8451 0.0000 56 0.8451 0.0000
17 0.8451 -0.0580 37 0.8451 0.0000 57 0.8451 0.0000
18 0.9031 0.0580 38 0.9031 0.0580 58 0.8451 0.0000
19 0.8451 -0.0580 39 0.9031 0.0000 59 0.8451 0.0000
20 0.9031 0.0580 40 0.8451 -0.0580 60 0.7782 -0.0669

Koefisien autokorelasi sederhana antara xt dengan xt −1 dapat dicari dengan

meggunakan rumus pada persamaan (2.3) :

∑ (X )( )
n−k
− X X t +k − X

∑ (X )
t =1
t
rk =
−X
n
2

t =1
t

Untuk r1 dapat dihitung

r1 =
(1010.95 − 1009.887 )(1011.43 − 1009.887) + ... + (1004.02 − 1009.887)(1010.1 − 1009.887)
(1010.95 − 1009.887) 2 + (1011.43 − 1009.887) 2 + ... + (1010.1 − 1009.887)
= -0.

Untuk nilai r1 dan r2 … rn dapat dilihat pada tabel 3.6

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.6 Nilai – nilai Autokorelasi dan Autokorelasi parsial
Data Hasil Deret Input ( xt )

Log rk rkk Log rk rkk

1 0.143 0.143 9 0.016 0.030

2 0.043 0.023 10 -0.066 -0.078

3 0.098 0.091 11 0.112 0.142

4 0.011 -0.017 12 0.191 0.164

5 -0.055 -0.061 13 0.002 -0.046

6 -0.020 -0.013 14 -0.010 -0.040

7 0.003 0.011 15 -0.001 -0.038

8 -0.041 -0.032 16 -0.037 -0.020

Gambar 3.8 Autokorelasi Tekanan Udara

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.9 Autokorelasi Parsial Tekanan Udara

Dari plot autokorelasi diatas tidak terdapat nilai autokorelasi yang berbeda

nyata dari nol sehingga diduga orde dari proses AR adalah 0 (p = 1 ), autokorelasi

parsial tidak menunjukkan nilai yang berbeda dari nol maka diduga proses dari MA

adalah 0 (q = 1 ). Sesuai dengan keterangan di atas, model sementara data yang

dibedakan adalah ARIMA (1,1,1). Maka pendugaan parameter-parameter model

ARIMA tersebut adalah :

φ
Parameter Taksiran Standar Nilai-t

θ
0,0242 0.1491 0.16
0.9425 0.0955 9.87

Uji hipotesis dari parameter model

Ho = Parameter berbeda

H1 = Parameter tidak berbeda nyata dari nol

Universitas Sumatera Utara


Untuk α = 0.05 semua harga mutlak dari model adalah lebih besar dari t0,05 dengan

derajat kebebasan N-Np = 60 – 1 = 59. Hal ini menunjukkan bahwa semua penduga

parameter berbeda dari nol. Kesimpulannya parameter – parameter di atas dimasukkan

kedalam model.

3.3.2 Pengecekan Model

3.3.2.1 Pemeriksaan Sisaan

Hal yang diperlukan dalam pemeriksaan sisaan adalah nilai-nilai koefisien korelasi

dari sisaan. Koefisien autokorelasi dari data random mempunyai distribusi sampling

yang mendekati kurva normal dengan nilai tengah nol dan kesalahan standar 1 / n .

Hal ini dapat ditetapkan apakah berasal dari korelasi yang mempunyai nilai

autokorelasi nol pada time lag k. Karena sisaan adalah 59, maka kesalahan standar

adalah 1/ 59 = 0,1302. Ini berarti bahwa 95 % dari seluruh nilai tengah ditambah

atau dikurangi 1,96 kali kesalahan standar. Setelah dilakukan pengujian, sisaan

tersebut sudah acak atau tidak dengan menggunakan selang kepercayaan.

-1.960 (0.1302) ≤ rk ≤ + 1.960 (0.1302)

-0.255 ≤ rk ≤ 0.255

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.10 Plot Autokorelasi Sisaan Model

3.4 Pemutihan Deret Input (αt)

Deret input Xt (Tekanan Udara) dimodelkan sebagai proes ARIMA (1,1,1) karena xt

merupakan bentuk pembeda Xt maka xt dimodelkan sebagai ARMA (1,1), dengan

rumus pada persamaan (2.14) sebagai berikut :

φ x ( B)
αt =
θ x (B)
xt

(1 − 0.0242B1 ) x t = (1 − 0.9425B1 )α t

αt = xt − 0.0242xt −1 + 0.9425α t −1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.7 Pemutihan Deret Input

No. xt αt No. xt αt No. xt αt

1 0.48 -0.34162 21 0.7 -0.42245 41 0.25 -0.59156

2 -0.33 -0.71399 22 -1.37 -0.00501 42 -0.08 -0.49561

3 -0.4 -2.06325 23 0.36 1.096568 43 0.06 0.261439

4 -1.4 -1.87074 24 1.11 0.106654 44 0.73 0.67874

5 0.04 -1.31414 25 -0.9 -0.6677 45 0.45 -0.74118

6 0.45 -1.13946 26 -0.79 -0.65019 46 -1.37 0.084595

7 0.11 -0.71661 27 -0.04 -1.26183 47 0.75 1.38158

8 0.36 -0.34411 28 -0.65 -2.52355 48 1.32 -0.1798

9 0.34 -0.54256 29 -1.35 -0.93577 49 -1.45 0.045624

10 -0.21 -0.96628 30 1.41 -0.74609 50 0.18 -0.27136

11 -0.46 -0.19958 31 0.17 -0.7173 51 -0.31 -0.47825

12 0.7 -0.42505 32 -0.01 -0.29582 52 -0.23 -0.54518

13 -0.22 -1.13528 33 0.38 -0.278 53 -0.1 -0.23142

14 -0.74 -1.2421 34 0.01 -0.79226 54 0.28 -0.10489

15 -0.19 -0.68608 35 -0.53 -0.13388 55 0.12 0.488241

16 0.48 -0.86824 36 0.6 0.319299 56 0.59 0.955889

17 -0.21 -0.64324 37 0.46 -0.80019 57 0.51 -5.93142

18 0.17 -0.48037 38 -1.09 -1.5578 58 -6.82 0.654684

19 0.13 0.364109 39 -0.83 -0.81814 59 6.08 0.469903

20 0.82 1.023329 40 0.63 -0.53635

Universitas Sumatera Utara


3.5 Pemutihan Deret Output ( β t )

Menurut makridarkis deret output tidak harus diubah menjadi “white noise”, karena

pada prinsipnya fungsi transfer adalah memetakan nilai- nilai xt ke yt , sehingga deret

output diputihkan dengan deret yang sama dengan deret input, dengan persamaan

(2.15) yaitu

ϕ x (B)
βt =
θ x (B)
yt

φ x (B) y t = θ x (B) β t

(1-0.02421) yt = (1- 0.94251 )

βt = y t − 0.0242 y t −1 + 0.9425β t −1

Tabel 3.8 Pemutihan Deret Output ( β t )

No. yt βt No. yt βt No. yt βt

1 0.00 0 21 0.00 -0.15987 41 -1.00 -0.37938

2 0.00 -3 22 0.00 -0.15068 42 0.00 -1.35756

3 -3.00 0.2451 23 0.00 -0.14201 43 -1.00 -1.2553

4 3.00 0.158407 24 0.00 0.866153 44 0.00 -2.18312

5 0.00 1.149298 25 1.00 0.792149 45 -1.00 -1.03339

6 1.00 1.059014 26 0.00 0.746601 46 1.00 -1.99817

7 0.00 -0.00188 27 0.00 0.703671 47 -1.00 0.140922

8 -1.00 0.022428 28 0.00 0.66321 48 2.00 0.084419

9 0.00 0.021139 29 0.00 -0.37492 49 0.00 1.079565

Universitas Sumatera Utara


10 0.00 0.019923 30 -1.00 0.670834 50 1.00 -0.00671

11 0.00 0.018778 31 1.00 0.608061 51 -1.00 0.017876

12 0.00 0.017698 32 0.00 -0.4269 52 0.00 0.016848

13 0.00 1.01668 33 -1.00 -0.37816 53 0.00 0.015879

14 1.00 0.934021 34 0.00 -0.35641 54 0.00 0.014966

15 0.00 -0.11968 35 0.00 -0.33592 55 0.00 0.014105

16 -1.00 0.911397 36 0.00 0.683397 56 0.00 0.013294

17 1.00 -0.16521 37 1.00 0.619902 57 0.00 0.01253

18 -1.00 0.868491 38 0.00 -0.41574 58 0.00 -0.98819

19 1.00 -0.20565 39 -1.00 0.632363 59 -1.00 -0.90717

20 -1.00 -0.16962 40 1.00 -0.4282

Ringkasan statistik untuk pemutihan deret input dan output adalah sebagai berikut :

Parameter Rata-rata Variansi


αt -0.4148 1.883

βt -0.0356 0.647

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
3.6 Perhitungan Korelasi Silang dan Korelasi Diri

3.6.1 Korelasi Silang

Perhitungan korelasi silang dapat dicari dengan menggunakan persamaan (2.16) yaitu

sebagai berikut

Tabel 3.9 Analisis Lengkap Korelasi Silang

Lag Cross correlation Lag Cross correlation

-21 -0.180 1 -0.018


-20 0.027 2 -0.019
-19 0.090 3 -0.063
-18 -0.103 4 0.059
-17 -0.070 5 0.111
-16 -0.088 6 0.082
-15 -0.176 7 0.067
-14 -0.094 8 -0.009
-13 -0.108 9 -0.106
-12 -0.023 10 -0.117
-11 0.136 11 -0.132
-10 0.037 12 -0.074
-9 -0.042 13 0.006
-8 -0.062 14 0.021
-7 0.053 15 0.021
-6 0.041 16 0.124
-5 0.005 17 0.097
-4 -0.061 18 0.052
-3 -0.121 19 -0.007
-2 -0.075 20 -0.079
-1 -0.221 21 -0.161
0 -0.251

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.11 Korelasi Silang Pemutihan Deret Input dan Output

Analisis lengkap korelasi silang pemutihan deret input dan output diatas

menyatakan pengaruh nilai deret input terhadap nilai output atau indicator leading.

Dari hasil analisa korelasi silang diatas terdapat dua belas bulan penundaan kecepatan

angin terhadap tekanan udara artinya pengaruh kecepatan angin sebelumnnya lebih

besar daripada pengaruh tekanan udara.

3.6.2 Korelasi Diri

Perhitunngan korelasi untuk pemutihan deret input dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

∑ (X )( )
n−k
− X X t +k − X

∑ (X )
t =1
t
rk =
−X
n
2

t =1
t

Untuk nilai r1 dan r2 …r16 dapat dilihat pada tabel 3.9

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.10 Autokorelasi Pemutihan Deret Input

Lag rk Lag rk

1 0.04021591 9 -0.02064
2 -0.057371361 10 -0.105080719

3 0.130714132 11 0.085272976

4 0.026797644 12 0.174061876

5 -0.075086864 13 -0.044747285

6 -0.053554555 14 -0.052857377

7 -0.039005008 15 -0.042524993

8 -0.093415034 16 -0.103872161

Perhitungan untuk korelasi diri dari deret output dihitung denngan menggunakan

rumus :

∑ (Y )( )
n−k
− Y Y1+ k − Y

∑ (Y )
t =1
t
rk =
−Y
n
2

t =1
t

Untuk nilai r1 dan r2 …r16 dapat dilihat pada tabel 3.10

3.11 Autokorelasi Pemutihan Deret Output

Lag rk Lag rk

1 0.341110646 9 0.007290128

2 0.31771818 10 0.068471715

3 0.012044455 11 0.034954402

Universitas Sumatera Utara


4 -0.03196381 12 0.1239364

5 -0.085930642 13 0.157610739

6 -0.023493691 14 -0.02822085

7 -0.109848143 15 0.017709772

8 0.037320881 16 -0.170691254

Gambar 3. 12 Autokorelasi Pemutihan Deret Input

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.13 Autokorelasi Pemutihan Deret Output

3.7 Pendugaan langsung Bobot Respon

Persamaan (2.22) digunakan untuk mengkonversi korelasi silang antara α t dan β t

kedalam bobot impuls sebagai berikut :

Tabel 3.12 Pendugaan Langsung Bobot Respon Impuls

V Nilai v Nilai

0 -0.149122865 11 -0.07842318

1 0.000594115 12 -0.04396451

2 -0.011288185 13 0.00356469

3 -0.037429245 14 0.012476415

4 0.035052785 15 0.012476415

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
5 0.065946765 16 0.07367026

6 0.04871743 17 0.057629155

7 0.039805705 18 0.03089398

8 -0.005347035 19 -0.004158805

9 -0.06297619 20 -0.046935085

10 -0.069511455 21 -0.095652515

3.8 Penetapan (r, s, b) untuk Model Fungsi Transfer

Dari hasil analisis korelasi silang atau penaksiran langsung bobot respon impuls, nilai

yang signifikan dari nol adalah pada lag ke-16 artinya enam belas bulan penundaan

sebelum tekanan udara mempengaruhi kecepatan angin bulanan di Medan. Oleh

kerana itu b = 16 dan diikuti oleh satu lag selanjutnya maka nilai s = 1 dan r =1 dilihat

dari korelasi silang yang tidak menunjukkan pola yang jelas.

Peubah r s b
Tekanan Udara 1 1 16

Bentuk Persamaannya adalah sebagai berikut :

(ω 0 − ω t β )
yt = xt −16 + nt
(1 − δβ )

Universitas Sumatera Utara


3.9 Pengamatan awal Deret Noise

Dengan menggunakan persamaan (2.25), maka akan dapat dihitung nilai dari noise

( nt ) dengan rumus :

nt = y t − ν 0 x1 − ν 1 xt −1 − ν 2 xt −2 − ... − ν 21 xt −21

Bila kita menggunakan 22 pembobot ( v0 dan v21 ) maka akan terdapat 38 nilai

( nt ). Terdapat59 nilai y t dan xt dan akan kehilangan 22 nilai akibat adanya 22 waktu

penundaan (time lags).

Perhatikan n22 :

n22 = 0.0000 –(-0.149122865)( -1.37) –(0.000594115)( 0.7) -…-(-0.095652515)(0.48)

= -0.18165

Untuk nilai n23, n24, …, n38 cdapat dilihat pada tabel 3.13

Tabel 3.13 Perkiraan Awal Deret Komponen Gangguan Noise

No. nt No. nt
1 -0.18165 20 -0.23965
2 -0.18165 21 -0.18165
3 -0.18165 22 -0.24855
4 -0.12365 23 -0.18165
5 -0.18165 24 -0.26085
6 -0.18165 25 -0.10245
7 -0.18165 26 -0.26085
8 -0.18165 27 -0.03555
9 -0.23965 28 -0.18165
10 -0.12365 29 -0.12365
11 -0.18165 30 -0.23965
12 -0.23965 31 -0.18165
13 -0.18165 32 -0.18165
14 -0.18165 33 -0.18165
15 -0.18165 34 -0.18165

Universitas Sumatera Utara


16 -0.12365 35 -0.18165
17 -0.18165 36 -0.18165
18 -0.23965 37 -0.18165
19 -0.12365 38 -0.24855

Gambar 3.14 Plot Deret Noise (nt) Awal

Gambar 3.15 Autokorelasi Noise (nt) Awal

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.16 Autokorelasi Parsial Noise (nt) Awal

3.10 Penaksiran Parameter-parameter Model Fungsi Transfer

3.10.1 Taksiran Awal Parameter Model

Persamaan (2.24) menyatakan secara eksplisit hubungan antara fungsi impuls, ν ( B) ,

fungsi koefisien kiri dan kanan, ω (B) dan δ ( B) , untuk model transfer (r,s,b) =
(1,1,16), persamaannya adalah sebagai berikut :

V0 =0
V1 =0 j<b
V2 =0 j<b
.
.
.

Universitas Sumatera Utara


V15 =0 j<b
V16 = δ 1ν 15 + δ 2ν 0 + ω 0 j=b

V17 = δ 1ν 16 + δ 2ν 1 − ω1 j<b+1…b+s

V18 = δ 1ν 14−1 j>b+s


.
.

= δ 1ν 21−1
.
V21 j>b+s

Nilai v didapat dari pembobot impuls (v0, ...,v21), dari rumus diatas didapat
taksiran awal parameter model yaitu sebagai berikut :

Parameter δ1 ω0 ω1
Nilai -0.04069631 0.07367026 -0.05095479

3.10.2 Taksiran Akhir Parameter Model

Taksiran Akhir Parameter ω (B) dan δ (B)

Maka taksiran akhir yang di dapat adalah sebagai berikut :

Parameter Nilai
δ1 -0.04069631

ω0 0.07367026

ω1 -0.05095479

Maka model yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

y t = -0.04069631 y t −1 − 0.07367026 xt −16 + 0.05095479 xt −17

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Taksiran Akhir Parameter Noise

Dengan menggunakan Algoritma Marquardt maka didapat taksiran akhir parameter


noise (nt) yaitu :

θ
Parameter Taksiran Standar Nilai-t
0.357 0.161 2.211

Model fungsi transfer dengan taksiran parameter-parameternya :

(−0.07367026) − (−0.05095479B)
yt = xt −16 + (1 − 0.357)at
(1 − (−0.04069631B))

3.11 Pemeriksaan Diagnostik Model

Deret nilai sisa akhir at dapat dihitung menggunakan rumus :

at = y t − d1 y t −1 + e0 xt −16 + e1 xt −17 + f1 at −1

Dengan :
d1 = δ1 = -0.04069631

e0 = ω 0 = 0.07367026

e1 = ω1 = -0.05095479
f1 = θ1 = 0.357

Jika diasumsikan a1 ...a17 sama dengan nol, maka a18 dapat dihitung dengan

persamaan :

Universitas Sumatera Utara


a18 = y18 − d1 y17 + e0 x 2 + e1 x1 + f1 at −17
= -0.0580 (-0.04069631)(0.0580) (0.07367026)( -0.33)
(-0.05095479)( 0.48) (0.357)(0)
= 0.060213

Untuk a19 sampai 60 dapat dilihat pada tabel 3.15

Tabel 3.14 Gugus Residu akhir ( at )

No. at No. at
1 0.060213 22 -0.05579
2 0.060213 23 0.060213
3 -0.05579 24 -0.05579
4 0.002213 25 0.002213
5 0.002213 26 -0.06469
6 0.002213 27 0.002213
7 0.002213 28 -0.07699
8 0.060213 29 0.081413
9 0.002213 30 -0.07699
10 0.002213 31 0.148313
11 0.002213 32 0.002213
12 0.002213 33 0.060213
13 -0.05579 34 -0.05579
14 0.060213 35 0.002213
15 0.002213 36 0.002213
16 -0.05579 37 0.002213
17 0.002213 38 0.002213
18 0.002213 39 0.002213
19 0.002213 40 0.002213
20 0.060213 41 0.002213
21 0.002213 42 -0.06469

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.17 Plot Gugus Residu ( at )

Gambar 3.18 Autokorelasi Gugus Residu ( at )

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.19 Autokorelasi Parsial Gugus Residu ( at )

3.11.1 Analisis Nilai Sisa (Residu) at

Untuk menentukan autokorelasi gugus residu signifikan dari nol akan digunakan uji
statistik Box-Pierce dengan rumus :

X 2 ( m − pn,qn) = (n − 1 − r − s − b) ∑ r 2 aa (k )
m

k −1

X 2 (16−1) = (60-1-1-1-16)[(-0.405)2 + (0.310)2 + …+ (0.007)2 + (-0.087)2 ]

= 30.64251
Dengan memperhatikan tabel X2 untuk drajat bebas 15 dengan tingkat
kepercayaan 90% nilainya adalah 22,3 , berarti Qhitung lebih besar dari Qtabel ,

kesimpulan bahwa at merupakan deret random,maka model fungsi transfer cocok

untuk data ini.

Tabel 3.15 Korelasi silang dari Gugus Residu ( at ) dengan Pemutihan deret

input ( α t )

Lag Cross correlation Lag Cross correlation

Universitas Sumatera Utara


-20 0.082 1 0.042
-19 0.004 2 -0.025
-18 0.015 3 0.078
-17 -0.118 4 0.087
-16 -0.053 5 -0.063
-15 -0.122 6 -0.015
-14 -0.009 7 -0.208
-13 0.129 8 -0.178
-12 0.203 9 -0.017
-11 0.075 10 0.002
-10 0.042 11 0.025
-9 0.176 12 0.149
-8 0.098 13 0.025
-7 -0.023 14 -0.060
-6 -0.006 15 0.125
-5 -0.270 16 0.055
-4 -0.285 17 -0.036
-3 -0.216 18 0.084
Untuk
-2 -0.116 19 -0.004
menguji bahwa
korelasi -1 -0.099 20 -0.183 silang antara

(αt )
0 0.296 pemutihan
deret input
gugus residu ( at ) apakah secara signifikan berbeda dari nol digunakan kembali

X 2 (m− r ,s ) = (n − 1 − s − b − p)∑ r 2 aa (k )
persamaan Box- Pierce
m

k −1

X 2
( 20−1,1) = (60 − 1 − 1 − 16 − 0)[( 0.296)2 + (0.042)2 + …+ (-0.004)2 + (-0.183)2]
= 11.36734
Dengan memperhatikan tabel X2 untuk derajat bebas 18 dengan tingkat kepercayaan
90% nilainya adalah 31.5264, berarti Qhitung lebih kecil dari Qtabel , kesimpulan bahwa

model fungsi transfer memenuhi asumsi independensi antara deret α t dan at

3.12 Peramalan dengan Fungsi Transfer

Model peramalan yang digunakan untuk contoh model (1,1,16) (0,1) adalah :
ŷt = δ 1 y t −1 + ω 0 xt −16 − ω1 xt −17 − θ1 at −1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Maka peramalan untuk data ke-61 adalah sebagai berikut :
ŷt = δ 1 y t −1 + ω 0 xt −16 − ω1 xt −17 − θ1 at −1

ŷ61 = δ 1 y 60 + ω 0 x 45 − ω1 x 44 − θ1 a60
= (-0.04069631)( 0.7782) + (0.07367026)( 0.73) – (-0.05095479)
(0.06) –(0.357)( -0.06469)

= 0.048261

Total kecepatan angin untuk periode 61 = Total kecepatan angin periode 60 + ŷ60
Ŷ = 6 + 0.048261
= 6.048261 knot

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang penggunaan metode fungsi transfer terhadap

ramalan kecepatan angin bulanan berdasarkan tekanan udara dengan fungsi transfer,

kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Plot Autokorelasi data awal Tekanan Udara secara halus membentuk pola

eksponensial menurun dan nilai autokorelasi berbeda secara signifikan nol,

untuk beberapa periode waktu.

2. Model ARIMA untuk tekanan udara adalah ARIMA (1,1,1) dengan taksiran

parameter sebagai berikut :

φ
Parameter Taksiran Standar Nilai-t

θ
0,0242 0.1491 0.16
0.9425 0.0955 9.87

Dan autokorelasi sisaan menunjukkan nilai-nilai yang berbeda dibatas

kepercayaan (-0.255 ≤ rk ≤ 0.255) artinya model telah sesuai untuk model tekanan

udara.

3. Dari analisis korelasi silang antara deret input dan output didapat nilai r,s,b

(1,1,16) artinya bahwa deret input (tekanan udara) akan mempengaruhi output

(kecepatan angin) pada periode ke- 16

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4. Taksiran untuk parameter ω ( B) dan δ ( B) diperoleh

δ1
Parameter Nilai
-0.04069631
ω0 0.07367026
ω1 -0.05095479

5. Dari analisis noise awal didapat model ARIMA (0,0,1) dengan nilai taksiran

Parameter Taksiran Standar Nilai-t


θ 0.357 0.161 2.211

6. Dari nilai sisa (residu) at didapat Qhitung =30.64251 dan Qtabel = 22.3 dengan

tingkat kepercayaan 90% berarti at merupakan deret random.

7. Analisis korelasi silang α t dan at diperoleh Qhitung = 11.36734 lebih kecil dari

Qtabel = 31.5264 dengan tingkat kepercayaan 90% artinya model transfer

memenuhi asumsi independensi antara α t dan at

8. Model yang cocok digunakan untuk peramalan kecepatan angin bulanan di

Medan berdasarkan tekanan udara adalah :

ŷt = δ 1 y t −1 + ω 0 xt −16 − ω1 xt −17 − θ1 at −1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
lxxvii

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang penggunaan metode fungsi transfer terhadap

ramalan kecepatan angin bulanan berdasarkan tekanan udara dengan fungsi transfer,

kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

9. Plot Autokorelasi data awal Tekanan Udara secara halus membentuk pola

eksponensial menurun dan nilai autokorelasi berbeda secara signifikan nol,

untuk beberapa periode waktu.

10. Model ARIMA untuk tekanan udara adalah ARIMA (1,1,1) dengan taksiran

parameter sebagai berikut :

φ
Parameter Taksiran Standar Nilai-t

θ
0,0242 0.1491 0.16
0.9425 0.0955 9.87

Dan autokorelasi sisaan menunjukkan nilai-nilai yang berbeda dibatas

kepercayaan (-0.255 ≤ rk ≤ 0.255) artinya model telah sesuai untuk model tekanan

udara.

Universitas Sumatera Utara


lxxviii

12. Taksiran untuk parameter ω ( B) dan δ ( B) diperoleh

δ1
Parameter Nilai
-0.04069631
ω0 0.07367026
ω1 -0.05095479

13. Dari analisis noise awal didapat model ARIMA (0,0,1) dengan nilai taksiran

Parameter Taksiran Standar Nilai-t


θ 0.357 0.161 2.211

14. Dari nilai sisa (residu) at didapat Qhitung =30.64251 dan Qtabel = 22.3 dengan

tingkat kepercayaan 90% berarti at merupakan deret random.

15. Analisis korelasi silang α t dan at diperoleh Qhitung = 11.36734 lebih kecil dari

Qtabel = 31.5264 dengan tingkat kepercayaan 90% artinya model transfer

memenuhi asumsi independensi antara α t dan at

16. Model yang cocok digunakan untuk peramalan kecepatan angin bulanan di

Medan berdasarkan tekanan udara adalah :

ŷt = δ 1 y t −1 + ω 0 xt −16 − ω1 xt −17 − θ1 at −1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tentang penggunaan metode fungsi transfer terhadap

ramalan kecepatan angin bulanan berdasarkan tekanan udara dengan fungsi transfer,

kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

17. Plot Autokorelasi data awal Tekanan Udara secara halus membentuk pola

eksponensial menurun dan nilai autokorelasi berbeda secara signifikan nol,

untuk beberapa periode waktu.

18. Model ARIMA untuk tekanan udara adalah ARIMA (1,1,1) dengan taksiran

parameter sebagai berikut :

φ
Parameter Taksiran Standar Nilai-t

θ
0,0242 0.1491 0.16
0.9425 0.0955 9.87

Dan autokorelasi sisaan menunjukkan nilai-nilai yang berbeda dibatas

kepercayaan (-0.255 ≤ rk ≤ 0.255) artinya model telah sesuai untuk model tekanan

Universitas Sumatera Utara


udara.

Universitas Sumatera Utara


20. Taksiran untuk parameter ω ( B) dan δ ( B) diperoleh

δ1
Parameter Nilai
-0.04069631
ω0 0.07367026
ω1 -0.05095479

21. Dari analisis noise awal didapat model ARIMA (0,0,1) dengan nilai taksiran

Parameter Taksiran Standar Nilai-t


θ 0.357 0.161 2.211

22. Dari nilai sisa (residu) at didapat Qhitung =30.64251 dan Qtabel = 22.3 dengan

tingkat kepercayaan 90% berarti at merupakan deret random.

23. Analisis korelasi silang α t dan at diperoleh Qhitung = 11.36734 lebih kecil dari

Qtabel = 31.5264 dengan tingkat kepercayaan 90% artinya model transfer

memenuhi asumsi independensi antara α t dan at

24. Model yang cocok digunakan untuk peramalan kecepatan angin bulanan di

Medan berdasarkan tekanan udara adalah :

ŷt = δ 1 y t −1 + ω 0 xt −16 − ω1 xt −17 − θ1 at −1

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Assauri. 1984. “Teknik dan Metode Peramalan”. Jakarta : Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Daldjoeni N.1986. “Pokok-Pokok Klimatologi”. Bandung : Penerbit Alumni.

Lerbin R Aritonang R. 2002. “Peramalan Bisnis”.Jakarta : PenerbitGhalia Indonesia

Kartasapoetra Ance Gunarsih. 2004. “Klimatologi Pengaruh Iklim”. Jakarta: Penerbit

Bumi Aksara.

Haryoko, Urip. 1998. “Peramalan Curah Hujan Bulanan Di Ambon Berdasarkan

ENSO Dengan Fungsi Transfer”. Thesis. Jakarta, Indonesia : institute Pertanian

Bogor.

Makridakis S, Wheelwright S.C dan Mc Gee V.E. 1993. “Metode dan Aplikasi

Peramalan”. Jakarta : Penerbit Erlangga

Maljoivi. “ Metode Box-Jenkins”, diakses dari:

http://www.maljoivi.com/pustaka.ut.ac.id/pusalata/metode-box-jenkins.pdf

Mudrajad. ”Analisis Box-jenkins”. diakases dari:

http://www.mudrajad.com/upload/journal_analisis-box-jenkins.pdf

Sudjana. 1992. “Metode Statistika”. Edisi kelima. Bandung : Penerbit Tarsito.

Universitas Sumatera Utara


Data 2

No. Bulan Tahun Kecepatan Angin (knots)

1 Januari 2005 7
2 Februari 2005 7
3 Maret 2005 7
4 April 2005 4
5 mei 2005 7
6 Juni 2005 7
7 Juli 2005 8
8 Agustus 2005 8
9 September 2005 7
10 Oktober 2005 7
11 November 2005 7
12 Desember 2005 7
13 Januari 2006 7
14 Februari 2006 7
15 Maret 2006 8
16 April 2006 8
17 Mei 2006 7
18 Juni 2006 8
19 Juli 2006 7
20 Agustus 2006 8
21 September 2006 7
22 Oktober 2006 7
23 November 2006 7
24 Desember 2006 7
25 Januari 2007 7
26 Februari 2007 8
27 Maret 2007 8
28 April 2007 8
29 Mei 2007 8
30 Juni 2007 8
31 Juli 2007 7
32 Agustus 2007 8
33 September 2007 8
34 Oktober 2007 7
35 November 2007 7

Universitas Sumatera Utara


36 Desember 2007 7
37 Januari 2008 7
38 Februari 2008 8
39 Maret 2008 8
40 April 2008 7
41 Mei 2008 8
42 Juni 2008 7
43 Juli 2008 7
44 Agustus 2008 6
45 September 2008 6
46 Oktober 2008 5
47 November 2008 6
48 Desember 2008 5
49 Januari 2009 7
50 Februari 2009 7
51 Maret 2009 8
52 April 2009 7
53 Mei 2009 7
54 Juni 2009 7
55 Juli 2009 7
56 Agustus 2009 7
57 September 2009 7
58 Oktober 2009 7
59 November 2009 7
60 Desember 2009 6

Universitas Sumatera Utara


Autokorelation Function : bxt

Autocorrelation
Series : Udara
Lag Autocorrelation Std. Errora Box-Ljung Statistic
Value df Sig.b
1 .143 .126 1.294 1 .255
2 .043 .125 1.412 2 .494
3 .098 .124 2.040 3 .564
4 .011 .123 2.048 4 .727
5 -.055 .122 2.251 5 .813
6 -.020 .120 2.278 6 .892
7 -.003 .119 2.279 7 .943
8 -.041 .118 2.397 8 .966
9 .016 .117 2.416 9 .983
10 -.066 .116 2.739 10 .987
11 .112 .115 3.699 11 .978
12 .191 .114 6.516 12 .888
13 .002 .112 6.516 13 .925
14 -.010 .111 6.524 14 .952
15 -.001 .110 6.524 15 .970
16 -.037 .109 6.638 16 .980

a. The Underlying Process assumed in independence (white noise)


b. Based on the asymptotic chi-square approximation.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Partial Autocorrelation Function : bxt

Partial Autocorrelations
Series : Udara

Lag Partial Std. Error


Autocorrelation
1 .143 .129
2 .023 .129
3 .091 .129
4 -.017 .129
5 -.061 .129
6 -.013 .129
7 .011 .129
8 -.032 .129
9 .030 .129
10 -.078 .129
11 .142 .129
12 .164 .129
13 -.046 .129
14 -.040 .129
15 -.038 .129
16 -.020 .129

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai