Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH PENELITIAN PENDIDKAN II

TENTANG

Analisis Masalah dan Variabel Penelitian

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4

DWIKI ANPARIZA

HUSNI WULANDARI

KONIKA SABITA ALHAQI

FANI FADHILA

17 BKT 09

DOSEN PENGAMPU :

Nur Fadillah, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur kami ucapkan kepada Allah


SWT, karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya tugas kolektif yang
berbentuk makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dan tidak lupa
shalawat serta salam kita ucapkan kepada nabi Muhammad SAW. Makalah ini
disusun sebagai bahan tugas UTS yang akan kami berikan kepada Dosen pengajar
mata kuliah PENELITIAN PENDIDIKAN II.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menambah khazanah


keilmuan dalam mempelajari PENELETIAN PENDIDIKAN dan memberikan
manfaat bagi pembacanya. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari
masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan
makalah berikutnya.

Bukittinggi, 26 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………..…..………………...…......................1


B. Rumusan Masalah……………………………………………...........................1
C. Tujuan Penulisan………………………………..…………………...................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis Masalah.......……………………..………….......................................2
B. Variabel Penelitian………………………………..…………................…......9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………….….............................28
B. Saran…………………………………………..……….......................….......28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mungkin ada setumpuk pertanyaan, masalah dan keinginan yang menjejali


kepala anda dan tentu anda ingin menjawab semua pertanyaan, masalah dan
keinginan tersebut. Singkat kata, anda ingin meraih keuntungan. Mungkin anda
bingung memilih Perguruan Tinggi dan Jurusan manakah yang anda pilih atau yang
sesuai dengan hati nurani anda? Dan sederet pilihan lainnya yang kadang membuat
anda pusing. Keputusan yang anda ambil pun kadang sering menyimpang dari
kenginginan anda semula.

1. Benar kata orang bijak “Jika cara anda tepat dalam membuat keputusan, maka
anda akan terbebas dari berbagai persoalan dalam hidup”.
2. Manajemen membutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
mereka. Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam
menyediakan Informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan
dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang
berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan informasi yang relevan
dan berguna bagi manajemen, maka pengembangan Sistem Informasi harus
memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe
keputusannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis masalah dalam penelitian ?
2. Bagaimana deskripsi variabel dalam penelitian ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis masalah dalam penelitian
2. Untuk mengetahui deskripsi variabel dalam penelitian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis masalah
1. Pengertian Hakekat Masalah

Masalah menurut para ahli :

a. Akhmad Guntar
1) Masalah adalah sebuah kesempatan untuk berkembang. Sebuah
masalah bisa merupakan sebuah tendangan peluang, kesempatan
untuk keluar dari stagnan, kebosanan atau status quo serta apapun
yg dimaksudkan untuk membuat suatu kondisi jadi lebih baik. Perlu
dicatat baik-baik bahwa yang disebut masalah tidaklah harus
merupakan akibat dari kejadian buruk atau faktor eksternal.
2) Masalah adalah perbedaan antara kondisi sekarang dan kondisi yg
diharapkan. Sebuah masalah bisa muncul berkat adanya
pengetahuan atau pemikiran baru. Ketika seseorang tahu di mana
posisi sekarang dan ke mana hendak menuju maka orang tersebut
sudah punya sebuah masalah terkait bagaimana agar bisa sampai
pada tujuan yg diharapkan.
3) Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yg sekarang
terjadi belumlah sempurna dan keyakinan bahwa masa depan bisa
dibuat jadi lebih baik. Keyakinan bahwa harapan bisa tercapai akan
membuat seseorang memiliki sasaran untuk masa depan yang lebih
baik. Harapan membuat diri sendiri merasa tertantang dan tantangan
semacam ini juga layak juga disebut sebagai masalah.
b. Menurut Henni Kartika

Masalah penelitian adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang


menyatakan tentang situasi yang memerlukan pemecahan melalui
penelitian, atau keputusan atau perlu didiskusikan. Secara lebih spesifik,
masalah penelitian merupakan pertanyaan yang menanyakan hubungan
antar variabel penelitian.

c. Menurut Suryabrata

Berpendapat bahwa masalah adalah kesenjangan antara harapan


(das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang
tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada
(what it is). Fungsi dari penelitian adalah dimaksudkan untuk menutup
kesenjangan (what can be)

d. Masalah dalam penelitian adalah pernyataan mengenai keterkaitan antara


dua atau lebih variabel yang penemuan jawabannya dilakukan dengan
melakukan bukti-bukti empiric

2. Identifikasi Masalah

Masalah menurut Emzir (2011 : 272) adalah penyimpangan antara


yang diharapkan dan yang terjadi. Model pembelajaran yang belum
meghasilkan tujuan pembelajaran sesuai yang diinginkan adalah contoh
masalah dalam pendidikan yang dapat diatasi melalui penelitian dan
pengembangan.

Sedangkan menurut Margono, S (2009 : 54), masalah ialah


kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada (das sollen)
dengan kenyataannya yang ada (das sein). Misalnya kesenjangan antara
luapan jumlah lulusan SMTA (das sein) dengan harapan akan kemampuan
perguruan tinggi menampung lulusan itu (das sollen). Adapun yang menjadi
sumber utama permasalahan ialah :

a. Bacaan

Seorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal


penelitian atau laporan penelitian. Pada umumnya penelitian ilmiah
jarang menjawab permasalahan dengan tuntas. Bahkan suatu penelitian
itu memberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebih lanjut.

b. Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah

Peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah membawa


makalah-makalah yang memecahkan permasalahan menurut bidangnya
masing-masing.

c. Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas

Masalah sering timbul dalam ceramah atau pernyataan seorang


pejabat tinggi. Misalnya, pernyataan ahli-ahli tertentu yang disiarkan
melalui media massa mengenai suatu permasalahan.

d. Pengamatan sekilas

Dalam pengamatan sekilas ini, pemecahannya harus diadakan


penelitian terlebih dahulu, untuk peninjauan secara detail.

e. Pengalaman pribadi

Dari pengalaman pribadi seseorang yang berminat dalam


penelitian, mungkin akan muncul suatu pertanyaan yang mendorong ia
melakukan penelitian.
f. Perasaan dan ilham

Dalam hal ini permasalahan bisa diteliti dengan keadaan seorang


peneliti sudah berpengalaman, mungkin saja tiba-tiba muncul suatu
pertanyaan yang mendorong dilakukannya penelitian.

3. Syarat-syarat atau Ciri-ciri Masalah

Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut


Hulley & Cummings dalam Siswanto, dkk (2013) harus memenuhi
persyaratan atau kriteria “FINER” (yaitu: Feasible, Interisting, Novel,
Ethical, Relevan), maksudnya:

a. Feasible (kemampulaksanaan)

Suatu masalah penelitian dapat dijawab dengan penelitian.


Dengan memperhatikan berbagai pertimbangan seperti aspek metodologi
khususnya tentang besar sampel, dimana untuk penelitian kuantitatif
harus memenuhi jumlah sampel minimal atau jumlah harus berdasarkan
hasil perhitungan rumus besar sampel,biaya, sarana, waktu, dan
lainlain.Pertimbangan-pertimbangan teknis tersebut dapat menentukan
apakah masalah dapat dijawab melalui penelitian atau tidak. Seperti
tersedianya cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.

b. Interesting (menarik)

Masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya


yang aktual sehingga menarik untuk diteliti. Peneliti harus memiliki
minat dan ketertarikan terhadap masalah penelitiannya. Seseorang yang
tertarik terhadap sesuatu maka akan semangat untuk berupaya untuk
dapat menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya dan seideal mungkin
sesuai dengan tujuan atau target. Sebaliknya, apabila tidak berminat
maka akan cenderung melaksanakannya dengan terpaksa atau seadanya.
c. Novelty (memberi nilai baru)

Penelitian yang dilakukan dapat memberikan sesuatu hal yang


baru atau masalah yang diangkat kekinian sesuai dengan issue yang
sedang berkembang di masyarakat. Meski demikian bukan berarti
penelitian yang dilakukan tidak boleh sama dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian dapat dilakukan juga untuk membuktikan apakah
hasilnya konsisten sama dengan hasil penelitian sebelumnya ataukah
bertentangan. Dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda,
atau dengan menambahkan variabel penelitian lainnya, apakah hasilnya
akan berbeda ataukah sama.

d. Ethical (etis)

Penelitian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan


etika.Etika adalah ilmu tentang benar dan salah atau tentang hak dan
kewajiban, sementara etis adalah hal yang sesuai dengan etika yang telah
berlaku dan disepakati secara umum.Dikatakan etis bila sudah sesuai
dengan norma-norma sosial, agama dan lainnya yang diterima secara
umum.Dikatakan tidak etis bila tidak sesuai dengannorma-norma sosial,
agama, dan lainnya yang diterima secara umum.Khusus penelitian yang
melibatkan manusia sebagai sampel penelitian, harus medapatkan
telaahan dan persetujuan komisi etik terlebih dahulu sebelum
melaksanakan penelitian.

e. Relevant (relevan)

Penelitian yang dilakukan harus sejalan dengan perkembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya sesuai dengan
bidang yang ditekuninya. Penelitian juga harus sesuai dengan keadaan
saat ini sehingga masalah penelitian harus aktual dan sesuai dengan issue
yang berkembang saat ini dan berdasarkan sumber informasi atau
referensi yang mutakhir. Masalah penelitian juga ditujukan untuk
meningkatkan atau mengembangkan keilmuan dan penelitian yang
berkelanjutan.

Ciri-ciri pernyataan masalah penelitian :

a. Masalah yang dipilih harus mempunya nilai penelitian


1) Masalah harus mempunyai keaslian.
2) Masalah harus menyatakan suatu hubungan.
3) Masalah harus merupakan hal yang penting.
4) Masalah harus dapat di uji.
5) Masalah harus mencerminkan suatu pertanyaan.

b. Masalah yang dipilih dengan bijak, artinya :


1) Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia.
2) Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-
batas kemampuan.
3) Waktu memecahkan masalah harus wajar.
4) Biaya dan hasil harus seimbang.
5) Administrasi dan sponsor harus kuat.
6) Tidak bertentangan dengan hukum dan adat.
c. Masalah dipilih dengan kualifikasi peneliti
1) Menarik bagi peneliti
2) Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah


tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian
akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Rumusan Masalah atau PROBLEM FORMULATION atau
RESEARCH PROBLEM adalah “Suatu rumusan yang mempertanyakan
suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri,
maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara
fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun
sebagai akibat”. Sehingga Rumusan Masalah merupakan formulasi dari
pertanyaan penelitian, yang artinya merupakan kesimpulan pertanyaan yang
terkandung dalam pertanyaan penelitian. (Danim, S. 2003).

Rumusan Masalah umumnya dalam bentuk pertanyaan, dan jarang


sekali dalam bentuk pernyataan, walaupun dalam bentuk pernyataan pun
banyak ahli yang tidak mempermasalahkan. Tapi Tuckman (1972) dalam
Danim,S. (2003) menganjurkan agar Rumusan Masalah hendaknya dalam
bentuk Pertanyaan. Dimana sebuah Pertanyaan itu mempunyai 2 (Dua) ciri
utama yaitu: Memuat Kata Tanya dan Diakhiri Dengan Tanda Tanya.

Selanjutnya SIFAT Perumusan Masalah penelitian dapat dibedakan


menjadi 2 (Dua) Sifat, yaitu:

a. Perumusan Masalah Deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar


fenomena atau variabel.
b. Perumusan Masalah Eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan
adanya hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena/
variabel.

Rumusan masalah penelitian bisa dibuat oleh seorang peneliti melalui


beberapa kemungkinan latar belakang yang dibuat:

a. Setelah menyadari adanya suatu permasalahan kehidupan yang sedang


dihadapi manusia atau masyarakatnya. Masalah kehidupan yang sedang
hangat dibicarakan dalam buku ini disebut "topik masalah" Topik
masalah inilah yang menyadarkan seorang pemikir untuk berperan
memecahkan sejumlah rumusan masalah penelitian yang terkait dengan
topik masalah itu tadi.
b. Setelah menyadari potensi permasalahan di masa datang setidaknya
menurut pandangan dan pertimbangan teoritis dari suatu bidang
keilmuan. Potensi permasalahan itu perlu diantisipasi pemecahannya.
Sehubungan dengan itu diperlukan penelitian terhadap butir-butir
permasalahan yang secara khusus telah dirumuskan.

Dari suatu topik masalah penelitian dapat dirumuskan satu atau lebih
butir masalah penelitian. Ada 5 (Lima) Tipe Topik Masalah Penelitian yang
dapat digarap oleh seorang peneliti, yaitu:

Tipe 1 Keperluan mendeteksi penyebab terjadinya suatu fenomena yang


merugikan atau menguntungkan agar gejala dan akibat lanjutannya
dapat di atasi atau dipacu.

Tipe 2 Keperluan Memperbaiki kesalahan yang tengah berjalan agar


kelemahan-kelemahan yang ada dapat di atasi.

Tipe 3 Keperluan meramalkan akibat positif dan negatif dari suatu


kebijaksanaan baru, langkah dini dapat diarahkan untuk menaikkan
yang positif dan menihilkan yang negatif.

Tipe 4 Keperluan mengkuantitatifkan strategi kebijakan yang masih


konseptional sehingga dapat menjadi operasional

Tipe 5 Keperluan membuat pendekatan baru atau alternative guna


meningkatkan ketelitian pengukuran mengenai cara pengukuran
yang telah dirumuskan oleh teori lain atau peneliti sebelumnya.
5. Pembatasan Masalah

Dalam Muri (2007:119) diterangkan bahwa, dengan melakukan


pengamatan yang sistematis terhadap fenomena yang terjadi di lapangan
serta membandingkannya dengan teori yang ada sehubungan dengan
fenomena yang diamati atau dengan mengkaji secara kritis temuan-temuan
penelitian yang telah pernah dilakukan, maka peneliti akan dapat
menemukan berbagai masalah yang layak untuk diteliti. Pengkajian yang
lebih teliti perlu dilakukan agar masalah tersebut lebih spesifik, terbatas dan
rinci.

Misalnya dalam masalah mutu pendidikan di Indonesia, dapat


dirumuskan dan dibatasi oleh peneliti menjadi lebih spesifik, seperti :

Dari segi tingkatan pendidikan :

a. Mutu pendidikan dasar


b. Mutu pendidikan menengah
c. Mutu pendidikan tinggi

Dari jenis pendidikan :

a. Sekolah dasar
b. SLTP
c. SMA
d. SMK
e. Akademi
f. Politeknik
g. Sekolah Tinggi
h. Universitas
i. Institut
Dari segi lokasi :

a. Di kota
b. Di desa

Dari segi status :

a. Negeri
b. Swasta

Dari segi masalah :

a. Kualitas mutu
b. Faktor penyebab dan penghambat
c. Tingkat harapan masyarakat

Setelah melakukan verifikasi dan merinci bermacam aspek dan


komponen yang berkaitan dengan mutu pendidikan, baru dirumuskan
masalah yang akan diteliti secara lebih spesifik, seperti :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan tinggi


b. Faktor-faktor yang mempengauhi mutu pendidikan menengah
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan dasar
d. Kualitas mutu pendidikan tinggi
e. Kualitas mutu pendidikan menengah
f. Kualitas mutu pendidikan dasar

B. Variabel Penelitian

a. Pengertian Variabel

Menurut Muri Yusuf (2007 : 126) variabel pada hakikatnya merupakan konsep
yang mempunyai variasi nilai sedangkan konsep yang mempunyai satu nilai disebut
dengan “constant”. Bohnstedts (dalam Muri Yusuf ,2007 : 127) menyatakan bahwa
variabel adalah karakteristik dari orang, objek atau kejadian yang berbeda dalam
nilai-nilai yang dijumpai pada orang, objek atau kejadian itu. Fraenkel dan Wallen
(dalam Muri Yusuf ,2007 : 127) menyatakan bahwa variabel adalah sifat kasus yang
mempunyai kemungkinan lebih dari satu kategori.

Sedangkan menurut Kerlinger (dalam Sandusiyoto dan Alisodik, 2015 : 50)


variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang
bervariasi. Kerlinger juga mengatakan bahwa variabel adalah symbol atau lambang
yang padanya kita letakan sembarang nilai atau bilangan. Menurut Sugiyono (dalam
Sandusiyoto dan Alisodik, 2015 : 50) variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (dalam
Sandusiyoto dan Alisodik, 2015 : 50) variabel penelitian adalah objek penelitian atau
apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian.

Menurut Ibnu dkk (dalam Alfianika dan Ninit, 2012 : 82-83) mengatakan bahwa
variabel adalah suatu konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai, keadaan, kategori,
atau kondisi. Sejalan dengan itu, menurut Arikunto (dalam Alfianika dan Ninit, 2012
: 83) mendefenisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi, misalnya jenis kelamin
mempunyai variasi : laki-laki, perempuan. Sedangkan menurut Rofi’uddin (dalam
Alfianika dan Ninit, 2012 : 83) menyebutkan bahwa variabel diartikan sebagai gejala
(objek penelitian) yang bervariasi, atau sebagai pusat perhatian suatu penelitian.

Dari beberapa pendapat para Ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel
adalah segala sesuatu yang bervariasi yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut kemudian ditarik sebuah
kesimpulan.

b. Jenis-jenis Variabel

Menurut Karlinger jenis-jenis variabel diantaranya :


1. Variabel bebas dan variabel terikat

Varriabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, predictor,


antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat
atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen, adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas.

Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai


hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat
adalah kondisi yang hendak kita jelaskan. Dalam eksperimen-eksperimen,
variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan (dimainkan) oleh
pembuat eksperimen. Misalnya, peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat
dari berbagai metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai
variabel bebasnya dengan menggunakan berbagai metode.

Dalam penelitian yang bersifat tidak eksperimental, yang dijadikan


variabel bebas ialah yang secara logis menimbulkan akibat tertentu terhadap
suatu variabel terikat. Contohnya, dalam penelitian tentang merokok dan
kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan oleh banyak
subyek) merupakan variabel bebas, sementara kanker paru-paru merupakan
akibat dari merokok atau sebagai variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah
variabel penyebab, sedangkan variabel terikat yang menjadi akibatnya. Dalam
bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim adalah prestasi atau hasil
belajar.

Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, peneliti memiliki


sejumlah besar kemungkinan variabel bebasnya, antara lain : kecerdasan,
kelas social, metode pembelajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi (imbalan
atau hadiah dan hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas dan
seterusnya.
2. Variabel aktif dan variabel atribut

Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi. Misalnya peneliti


memberikan penguatan positif untuk jenis kelakukan tertentu dan melakukan
hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau memberikan instruksi yang
berlainan pada kedua kelompok tersebut atau peneliti menggunakan metode
pembelajaran yang berbeda, atau memberikan imbalan kepada subyek-subyek
dalam kelompok lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi
yang meresahkan, maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode,
penguatan dan kecemasan.

Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau disebut juga
variabel yang sudah melekat dan merupakan cirri dari subyek penelitian.
Misalnya : intelegensi, bakat, jenis kelamin, status social ekonomi, sikap,
daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan
penelitian atau kajian subyek-subyek peelitian kita sudah membawa variabel-
variabel (atribut-atribut) itu. Yang membentuk individu atau subyek penelitian
tersebut adalah lingkungan, keturunan, dan situasi-situasi lainnya. Perbedaan
variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum. Akan tetapi variabel
atribut dapat pula menjadi variabel aktif.

Contohnya : kita dapat mengukur kecemasan subyek. Jelas bahwa dalam


hal ini kecemasan merupakan atribut. Akan tetapi kita dapat memanipulasi
kecemasan. Kita dapat menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang
berbeda, dengan mengatakan kepada subyek-subyek yang termasuk dalam
kelompok esperimen (kelompok yang diteliti) bahwa yang harus mereka
kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan mereka akan diukur dan masa depan
mereka tergantung pada skor tes itu. Sedangkan kepada subyek lainnya
dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai saja ; hasil tes tidak terlalu
penting dan sama sekali tidak mempengaruhi masa depan mereka.
3. Variabel kontinyu dan variabel kategori

Sebuah variabel kontinyu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam


suatu cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah :

a) Harga-harga suatu varibel kontinyu mencerminkan setidaknya


suatu urutan peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu
berarti terdapatnya lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji)
yang dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga
yang lebih murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu
skala untuk mengukur ketergantungan (depedensi)
mengungkapkan ketergantungan dengan kadar yang berbeda-beda,
yakni mulai dari tinggi, menengah atau sedang, sampai rendah.
b) Ukuran-ukuran kontinyu dalam penggunaan nyata termuat dalam
suatu range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam
range tersebut misalnya suatu skala untuk mengukur
ketergantungan mungkin memiliki range dari 1 hingga 7.
c) Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak
terhingga dalam range itu. Demikian maka skor seorang individu
mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5.

Variabel kategori merupakan variabel yang berkaitan dengan suatu


jenis pengukuran yang dinamakan pengukuran nominal. Dalam pengukuran
nominal terdapat 2 himpunan bagian atau lebih yang merupakan bagian dari
himpunan obyek yang diukur. Individu-individu dikategorikan berdasarkan
pemilikan cirri-ciri tertentu yang merupakan penentu suatu himpunan bagian.
Jadi persoalan variabel ini adalah antara “ya” atau “tidak”. Contohnya yaitu
variabel kategori dikotomis : jenis kelamin, republik-demokrat, kulit putih-
kulit hitam, dan sebagainya. Sedangkan yang politomi yakni pilihan (partisi)
cukup lazim terdapat khususnya dalam sosiologi dan ilmu ekonomi : anutan
agama, pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan, dan seterusnya.
Kegunaan variabel adalah :

1. Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data.


2. Untuk mempersiapkan metode analisis atau pengolahan data.
3. Untuk pengujian hipotesis.

c. Kedudukan Variabel.

Untuk dapat menentukan kedudukan variabel beas, terikat, kontrol, moderating,


variabel antara atau lainnya harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis
yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris. Untuk itu, sebelum peneliti
memilih variabel apa yang akan diteliti perlu dilakukan kajian teoritis, dan melakukan
studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai
terjadi menyusun rancangan penelitian di belakang meja dan tanpa mengetahui
terlebih dahulu permasalaahn yang ada di objek penelitian. Sering terjadi, rumusan
masalah dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke objek peneltian, sehingga setelah
dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitiabn.
Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis maka peneliti
dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.

d. Pemilihan Variabel Hipotesis


1. Strategi Memilih Variabel Bebas Bagi Penelitian

Kegunaan dari mendesain dan mengevaluasi variabel bebas adalah untuk


memahami dan menafsirkan relasi sebab-akibat dalam suatu penelitian. Bila
variabel bebas tidak didesain secara baik, tidak akan menghasilkan sesuatu,
tidak diperoleh dampak yang diharapkan, kesimpulan biasa dan kurang
bermakna. Jika didesain jelek maka variabel tidak kokoh, biasa, dan terasa
asing.

Berikut beberapa Isu Pokok Pengembangan dan Pemilihan Variabel


Bebas, antara lain:
 Mengoperasionalkan Variabel Bebas
 Menggunakan term condition terhadap kelompok variabel bebas,
yaitu dengan:

_ level

_ pengelompokkan

_ kategorisasi

_ perlakuan

 Merefleksikan konstruk variabel

Hal ini dapat dilakukan dengan cara merumuskan konstruk


sebab-akibat (hubungan) secara operasional dengan menggunakan
riset model kesesuaian klien <--> tritmen (konseling). Selanjutnya
konseling sebagai variabel bebas merefleksikan konstruk konseling
berdasarkan kerangka teoretis/pemikiran yang mendasarinya
(konseling terstruktur atau tidak terstruktur), berikut kondisi-
kondisinya (disensitisasi, restrukturisasi logis, kelompok kontrol, dlll.)

 Perbedaan antar Kondisi Variabel

Perbedaan antar kondisi variabel bebas yang dapat


mengacaukan riset harus dirumuskan dan dipertimbangkan
sebelumnya. Misalnya: dalam riset konseling, identifikasi variabel-
variabel bebas lainnya yang dapat mengacaukan, tingkat pendidikan
klien, konselor (pengalaman, pelatihan, etnisitas,daya tarik pribadi,
dll).

 Menetapkan Kejelasan Sumber Perbedaan


Untuk menetapkan kejelasan sumber perbedaan, dapat dilihat
melalui indikator yaitu:

 Keragaman di antara kondisi-kondisi yang diinginkan harus


jelas.
 Etnisitas konselor dapat menjadi sumber perbedaan dalam
riset tentang tritmen-klien
 Maka eliminasi secara tegas etnisitas itu dengan nama
panggilan dan tempat Kelahiran

 Menguji Manipulasi Variabel

Fokus dalam hal ini adalah memferifikasi data veriabel bebas atau
pengujian data (selama penelitian berlangsung)

Rambu-rambu menguji manipulasi variabel bebas adalah:

1) kondisi-kondisi itu sebagai dimensi yang sangat diharapkan

2) kondisi-kondisi itu tidak mencerminkan dimensi lain

3) Tritmen diimplementasikan sesuai petunjuk yang diharapkan

 Penafsiran Hasil Penelitian

a. Hasil yang secara Statistik Signifikan

Indikasi signifikan bila :

1) hasil yang diperoleh mengindikasikan untuk setiap kondisi


berbeda;
2) hipotesis nol untuk ketidakberbedaan ditolak;
3) tampak nyata terdapat perbedaan terhadap suatu kondisi.
b. Hasil Tidak Signifikan

Indikasi signifikan bila :

1) hasil nol secara filosofis keilmuan banyak memberikan


informasi.
2) hasil tidak signifikan menjadi penyebab kurang jelasnya
pengaruh variabel adekuasi statistik, kurang tepat/baik
instrumen, kegagalan asumsi statistik, prosedur yang ceroboh,
cenderung biasa.
3) kegagalan mendeteksi interaksi yang diharapkan dalam
melakukan tritmen sbg salah satu faktor penyebab tidak
tepatnya desain variabel bebas.
 Status Variabel
1) Status variabel tidak dapat dimanipulasi
2) Variabel bebas dapat dimanipulasi (proses disengaja) dan diukur
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
3) Tes statistik digunakan untuk mendeteksi hubungan timbal balik antar
kedua status variabel tersebut.
4) Variabel bebas ada yang dapat dimanipulasi dan tidak (yang tidak
dapat dimanipulasi tidak akan memberi pengaruh)

Dalam blog Bapak D. Simanihuruk Pemilihan variabel bebas bagi


penelitian dilakukan dengan berbagai cara. Bahasan ini menjelaskan tiga
alternatif memilih variabel bebas, antara lain:

1) Mencari dan manganalisis variabel berdasarkan laporan


penelitian yang ada
Kegiatan penelitian tidak berdiri sendiri, tetapi selalu
berhubungan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya.
Guna mencegah terjadinya pemborosan waktu dan kegiatan
penelitian berulang-ulang (duplikasi), peneliti harus melakukan
studi kepustakaan (liabrary research) dan manganalisis hasil-
hasil penelitian yang relevan.
Selama proses studi kepustakaan dan analisis hasil
penelitian yang relevan, seorang peneliti yang melakukan studi
eksperimen harus dapat menjawab pertanyaan kunci. Jawaban
terhadap pertanyaan kunci akan meminimalkan resiko atau
pemborosan dalam mengumpulkan data variabel yang tak
penting danmencegah kegiatan penelitian duplikatif.
2) Menganalisis Data Variabel Yang Telah Tersedia
Sering terjadi bahwa variabel bebas yang sangat
relevan dan penting tidak didefinisikan dalam penelitian yang
telah ada. Kita yang sedang mempelajarinya bisa bingung dan
memberikan arti yang berbeda. Karena itu, peneliti harus
mempertimbangkan hal-hal lain dengan cermat dan penuh
kehati-hatian, walaupun variabel bebas yang telah diteliti itu
benar-benar berhubungan signifikan dengan variabel
manganalisis data yang telah tersedia dalam laporan penelitian,
catatan-catatan, dokumen, katalog bahkan data mentah yang
belum dipublikasikanpun.
3) Melakukan Analisis Proses
Cara lain dalam memilih variabel bebas yang mungkin
relevan ialah melakukan observasi dana analisis proses dari
situasi yang ada atau disebut studi pendahuluan (Prelimery
research). Melalui pendekatan ini peneliti dapat mengamati
langsung dan manganalisis situasi yang terjadi pada variabel
bebas untuk menentukan apakah kejadian terse but
berpengaruh terhadap variabel terikat (variabel takbebas).
Selama berlangsungnya proses observasi tersebut (misalnya
pentameter terhadap proses pembelajaran guru di kelas), peneliti harus dapat
Manawa pertanyaan kunci: Misalnya, mahasiswa peneliti sedang
mengobservasi SMTA kelas berbahasa Inggeris. Guru yang sedang mengajar
dikelas terse but menggunakan strategi : (a) mengajukan pertanyaan kepada
sejumlah siswa tertentu, (b) embarking siswa Manawa pertanyaan dan (c )
memberikan penguatan. Mahasiswa peneliti (observer) juga memperhatikan
siswa lain dalam kelas yang tidak terlibat dalam interaksi pembelajaran,
walaupun siswa itu berdekatan tempat duduk dengan siswa yang sedang
ditanyakan guru.
Dari analisis situasi proses ini, mahasiswa peneliti mungkin dapat
mengidentifikasi bentuk-bentuk penguatan (reinforcement) sebagai variabel
bebas yang mungkin relevan terhadap variabel terikat, misalnya ketepatan
pengucapan kata yang membedakan konsonan : z dan s.
Dari hasil analisis ini, mahasiswa peneliti melakukan diskusi dengan guru
atau peneliti lain, dan mengulangi observasi pada kelas lain dalam
matapelajaran yang sama, sebelum melakukan pemilihan variabel bebas.
Dalam praktek ketiga pendekatan identikits variabel bebas : (a)
analisis variabel berdasarkan laporan penelitian yang ada, (b) analisis data
yang ada di tangan dan (c ) analisis situasi proses digabungkan dalam suatu
daftar variabel komprehensif. Yang disebut terakhir ini seringkali diguana
oleh banyak peneliti guna memberless pemahaman masalah penelitian.

2. Strategi Memilih Variabel Kriteria Bagi Penelitian

Variabel kriteria atau terikat (ukuran terikat) digunakan untuk


mengukur konstruk yang dihipotesiskan sebagai efek atau akibat (konstruk
efek).
1) Mengoperasionalkan Variabel Terikat

Isu-isu Psikometrik

a) Reliabilitas - koefisien reliabilitas (Rxx)


 Eror respon acak, yaitu kekeliruan dalam respon yang dibuat
peserta, muncul dalam semua jenis pengukuran; penilaian pada
hampir semua karakteristik yang bermakna dari individu dan
situasi mengandung eror respon acak.
 Eror spesifik, yaitu Kekeliruan yang dihasilkan oleh sesuatu yang
unik bagi instrumen yang berbeda dari yang dimaksudkan peneliti.

Misalnya, sebuah instrumen yang dirancang untuk


mengukur depresi, pertanyaan-pertanyaannya disusun dalam suatu
cara tertentu sehingga para peserta tahu dengan baik bahwa
respon-respon pada pertanyaanpertanyaan tersebut bervariasi
dalam tingkatan hasrat/ keinginan sosial; dalam kasus semacam
itu, responrespon para peserta itu ditentukan pada satu tataran
dengan derajat dimana mereka ingin tampil seperti yang
diharapkan secara sosial.

 Eror sementara

Muncul ketika peneliti sedang mengukur sebuah sifat yang


stabil pada suatu poin tunggal atau dalam merespon stimulus
tunggal terdapat stimulus lain yang mempengaruhi. Pada saat
mengukur depresi, perwujudannya dipengaruhi oleh suasana hati.

 Ketidapsepakatan antar penilai

Dalam penelitian konseling, para penilai seringkali


digunakan. Perhatikan sebuah penelitian tentang perilaku
antisosial anak-anak sekolah yang melibatkan observasi-observasi
naturalistik terhadap perilaku anak-anak di dalam latar sosial.
Sekalipun para penilai perilaku anak-anak tersebut dilatih untuk
mengikuti suatu sistem pengkodean, beberapa varians pada
penilaian para pengamat mungkin disebabkan oleh pengamatnya
itu sendiri bukannya perilaku tersebut.

 Penyekoran dan Perekaman Error

Error dalam penilaian dapat diciptakan oleh para peneliti


melalui penyekoran dan perekaman error, beberapa error
diciptakan dalam suatu cara tertentu dengan memanipulasi data di
dalam proses penyekoran dalam upaya mempersiapkan data untuk
analisis statistik. Kekeliruan-kekeliruan ini yang berfungsi sebagai
kekeliruan respon acak mengaburkan varian skor sejati

 Pembauran error

Kekeliruan-kekeliruan yang telah disebutkan dapat


dibaurkan/dicampurkan untuk membentuk sebuah penilaian
dengan reliabilitas yang bukan kepalang. Perhatikan skenario
kasus terburuk: beberapa pengamat, masing-masing
mengobservasi seorang peserta, menilai suatu karakteristik hanya
satu waktu dalam merespon pada sebuah stimulus tunggal yang
menggunakan satu item, instrumen tertulis, dan kemudian
merekam respon tersebut, yang kemudian akan dimasukkan ke
dalam komputer.

 Menginterpretasikan Taksiran-taksiran Reliabilitas

Penentuan reliabilitas sebuah instrumen penelitian


melibatkan banyak pertimbangan, antara lain:
 Setiap koefisien reliabilitas adalah suatu taksiran terhadap
reliabilitas sejati, dalam cara yang sama sebuah rata-rata dari
sebuah sampel adalah sebuah taksiran terhadap ratarata
populasi tersebut.
 Reliabilitas merefleksikan varian yang disebabkan
skorskor sejati, namun itu tidak mengindikasikan skor-skor
sejati yang sedang diukur.
 Reliabilitas itu didasarkan pada skor-skor dan tidak pada
instrumen dari mana skor itu diperoleh.

 Menghitung taksiran-taksiran reliabilitas

Banyak cara untuk menaksir reliabilitas skor-skor,


masingmasingnya peka pada satu atau lebih kekeliruan. Jika
berbagai item dari sebuah instrumen itu mengukur konstruk yang
sama, maka skor-skor pada item-item tersebut akan cenderung
untuk bervariasi; yakni seseorang yang memiliki sebuah tingkatan
tinggi atas konstruk tersebut, (misalnya, gelisah/cemas) akan
cenderung menjawab semua item tersebut dalam satu arah,
sementara seseorang yang memiliki sebuah tingkatan rendah
terhadap sebuah konstruk (misalnya, tidak gelisah) akan
cenderung menjawab semua item dalam cara lain. Konsistensi
internal merujuk pada homogenitas dari item-item tersebut.
Ketika skor-skor untuk berbagai item itu tinggi, konsistensi
internal pun tinggi.

 Efek Ketidakreliabelan Hubungan antar Variabel

Instrumen-instrumen harus menghasilkan ukuran-ukuran


yang reliabel/ajeg agar dapat bermanfaat dalam penelitian
konseling. Perhatikan dua konstruk,A dan B, dan dua ukuran dari
konstruk tersebut, X dan Y. Jika semua sumber kekeliruan untuk
kedua konstruk ini setara sekitar 30%; yakni, rxx = 0,70 dan ryy=
0,70. Di dalam contoh ini, peneliti mengklaim bahwa dua
konstruk hadir, dan bahwa interpretasi-interpretasi dapat dibuat
mengenai konstruk-konstruk itu dari variabelvariabel X dan Y.

2) Validitas

Dari banyak tipe validitas, tipe yang paling penting untuk tujuan
penelitian adalah validitas konstruk – tingkatan dimana skor-skor
merefleksikan konstruk yang diharapkan bukannya konstruk lain.
Jelasnya, skor-skor yang tidak ajeg (unreliable) tidak dapat memiliki
validitas konstruk karena skor-skor itu kebanyakan disebabkan kekeliruan
acak (random error). Skor-skor yang ajeg dapat merefleksikan satu atau
lebih konstruk yang lain dari pada konstruk yang dispesifikan. Secara
khusus, skor-skor dapat cukup reliable namun kurang validitas konstruk.
Jika korelasi-korelasi yang diharapkan ditemukan, maka validitas
konvergen dikatakan muncul.

a) Analisis Faktor dan penggunaan Skala suatu Instrumen

Analisis faktor digunakan untuk mengembangkan skala-skala;


melibatkan item-item analisis faktor bukannya variabel. Sejumlah item itu
tunduk dengan sebuah analisis faktor, item-item disegregasikan dengan
pembebanan pada faktor-faktor, deskriptor yang diberikan pada
faktorfaktor, dan skor-skor subskala itu dihitung berdasarkan segregasi.

Terdapat tiga permasalahan:

 metode tersebut besifat teoretis dan dapat mengarah pada


faktorfaktor yang memiliki basis psikologis kecil dan disokong
dengan data.
 sekalipun jika analisis faktor menggunakan sebuah metode yang
menghasilkan faktor-faktor independen, skor-skor subskala
kemungkinan akan berkorelasi tinggi, karena item-item membebani
semua faktor pada derajat tertentu.
 reliabilitas dari item-item tunggal itu rendah, sehingga hasil-hasil
dari analisis-analisis faktor seri.

b) Ukuran-ukuran Jamak dari Sebuah Konstruk untuk Meningkatkan


Validitas Konstruk

Penggunaan variabel-variabel terikat yang jamak itu seringkali


direkomendasikan. Tidak ada variabel yang dapat secara memadai
mengoperasionalisasikan sebuah konstruk karena beberapa varians dalam
variabel ini disebabkan konstruk-konstruk lain (varian spesifik) dan
sebagian disebabkan oleh kekeliruan.

c) Menghitung Korelasi-korelasi Antar Konstruk yang tidak Dikecilkan


oleh Ketidakreliabelan

Ketidakreliabelan mengecilkan ukuran-ukuran asosiasi, seperti


korelasi. Ukuran-ukuran jamak dari sebuah ukuran konstruk dapat
digunakan untuk mendeteksi hubunganhubungan antara konstruk-konstruk
yang bersih/murni dengan ketidakreliabelan/ ketidakajegan.

d) Menghilangkan variansi metode

Validitas konstruk itu terikat pada penilaian-penilaian yang


menggunakan metode berbeda. Kemungkinan terjadi bahwa sesuatu dalam
instrumen-instrumen ini mempengaruhi respon-respon para peserta namun
tidak berkaitan baik dengan depresi maupun dengan kecemasan.
Kemungkinan timbulnya variansi adalah sifat sifat negatif atau suatu
keadaan suasana hati (mood) yang sementara yang dapat mempengaruhi
respon-respon terhadap instrumen tersebut. Variansi yang lazim pada
semua ukuran yang menggunakan metode sama itu disebut variansi
metode.

e) Ukuran jamak – Pertimbangan Akhir


1) Suatu operasi tunggal hampir selalu merepresentasikan sebuah
konstruk secara buruk.
2) Korelasi antara dua konstruk dikecilkan dengan
ketidakreliabelan
3) Ketidakreliabelan selalu membuatnya lebih sulit untuk
mendeteksi efek-efek yang nyata karena kekuatan statistik
tereduksi.
4) Korelasi antara dua ukuran yang menggunakan metode yang
sama digembungkan dengan variansi metode.
5) Jika dimungkinkan, ukuran-ukuran beragam yang menggunakan
metode jamak hendaknya digunakan untuk mengoperasionalkan
sebuah konstruk.
6) Interpretasi-interpretasi harus dibuat pada tingkatan konstruk
untuk membuat simpulan secara tepat

f) Generalisabilitas
1) Validitas merupakan suatu properti skor-skor dan bukan properti
instrumen.
2) Tingkatan dimana variabel-variabel menghasilkan skor-skor
yang secara memadai merefleksikan sebuah konstruk itu
tergantung pada tipe peserta yang digunakan dalam penelitian
tersebut.
3) Hubungan-hubungan yang diperlihatkan oleh pemodelan
persamaan struktural itu hanya dapat digeneralisir pada orang-
orang yang mirip dengan mereka yang digunakan untuk
mengumpulkan data.

3) Reaktivitas

a) Variabel terikat harus peka dengan karakteristik peserta, namun proses


penilaian itu sendiri tidak boleh mempengaruhi karakteristiknya secara
langsung; yakni, ukuran terikat harus mengindikasikan bagaimana
peserta itu berfungsi secara normal.
b) Terkadang, sesuatu mengenai pemerolehan skor-skor yang kurang
terikat mengubah situasinya sehingga bacaan-bacaan ’yang keliru’
diperoleh.
c) Variabel-variabel yang mempengaruhi karakteristik-karakteristik dari
para peserta yang berupaya diukur itu dikatakan reaktif.

4) Pertimbangan Prosedural

Sejumlah isu prosedural harus dipertimbangkan ketika memilih atau


mendesain variabel terikat. Seringkali, waktu yang dipakai penilaian itu
penting bagi kesuksesan penelitian. Para peserta akan enggan untuk ikut
penelitian yang menuntut waktu yang panjang dalam menyelesaikan isian dan
instrumen, atau jika mereka ikut pun mereka mungkin memberi respon secara
ceroboh pada item -itemnya (meningkatkan variansi error), khususnya pada
akhir dari sebuah periode penilaian yang panjang.

e. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, atau dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu.
Jenis jenis Metode Penelitian

1. Penelitian Menurut Tujuan :


a. Penelitian Murni

Penelitian Murni merupakan penelitian yang dilakukan atau


diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam
dan hasil penelitian tersebut untuk pengembangan ilmu administrsi atau
manajemen. Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian
yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum
pernah diketahui.

b. Penelitian Terapan

Penelitian Terapan merupakan penelitian yang diarahkan untuk


mendapakan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Gay (1977) menyatakan bahwa sulit untuk membedakan antara
penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya
terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk
mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung
bersifat praktis.

Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang


kondisinya ketat dan terkontrol. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan
menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan
dalam memecahkan masalah masalah praktis. Jadi penelitian dasar berkenan
dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan
untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian
terapan.

2. Penelitian Menurut Metode


a. Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable.

Contoh: penelitian untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat


dalam memilih pemimpin nasional dan daerah, kualitas SDM masyarakat
Indonesia.

b. Penelitian Ex Post Facto

Penelitian Ex post facto merupakan suatu penelitian yang dilakukan


untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang
untuk mengetahui factor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian
tersebut.

Contoh : penelitian untuk mengungkapakn sebab-sebab terjadinya


kebakaran gedung di suatu lembaga pemerintah, penelitian untuk
mengungkapakan sebab-sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah.

c. Penelitian Eksperimen

Penelitian Eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari


pengaruh variable tertentu terhadap variable yang lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat.

Contoh: penelitian penerapan metode kerja baru terhadap produktifitas


kerja, penelitian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan lalu
lintas di jalan.

d. Penelitian Naturalistic
Penelitian naturalistic sering juga disebut metode kualitatif yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah.

Contoh: penelitian untuk mengungkapakn makna upacara ritual dari


kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk menemukan factor-faktor
yang menyebabkan terjadinya korupsi.

e. Policy Research

Policy research (penelitian kebijaksanaan) merupakan suatu proses


penelitian yang dilakukaan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah
social yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada
pembuat keputusan untuk bertindak dalam menyelesaikan masalah.

Contoh: penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan


tertentu, penelitian untuk pengembangan struktur organisasi.

f. Action Research

Action research adalah penelitian yang bertujuan untu


mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi
dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat.

Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja


dalam pelayanan masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang baik.

g. Penelitian Evaluasi

Penelitian evaluasi adalah penelitian yang berfungsi untuk menjelaska


fenomena suatu kejadian, kegiatan dan product.

Contoh: penelitian proses pelaksanaan suatu peraturan atau kebijakan,


penelitian keluarga berencana.
h. Penelitian Sejarah

Penelitian sejarah adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis


yang logis terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu.

Contoh: penelitian untuk mengetahui kapan berdirinya kota tertentu


yang dapat digunakan untuk menentukan hari ulang tahun, penelitian untuk
mengetahui perkembangan peradaban kelompok masyarakat tertentu.

3. Penelitian Menurut Tingkat Explanasinya


a. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk


mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara varibel yang satu
dengan yang lain.

Contoh: penelitian yang berusaha menjawab bagaimanakah profil


presiden Indonesia, bagaimanakah etos kerja dan prestasi kerja para karyawan
di suatu departemen.

b. Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat


membandingkan sesuatu.

Contoh: adakah perbedaan profil presiden Indonesia dari waktu ke


waktu, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan
lulusan SMU.

c. Penelitian Asosiatif

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui


hubungan dua variable atau lebih.
Contoh: apakah ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan
tamu, atau adakah pengaruh insentif terhadap prestasi kerja pegawai.

4. Penelitian Menurut Jenis Data dan Analisis :


a. Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data


kuantitatif (data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan). Metode
kuantitatif dinamakan metode tradisional , karena metode ini sudah mentradisi
sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.

Metode ini sebagai metode ilmiah karena telah memenuhi kaidah-


kaidah ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode
ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan
dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut kuantitatifkarena
data penelitiannya berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Jadi, metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk


meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.

b. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah peneltian yang menggunakan data kualitatif


(data yang berbentuk data, kalimat, skema, dan gambar). Metode penelitian
kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belum lama,
dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat
postpositivisme.
Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses
penelitian lebih bersifat seni ( kurang terpola) dan disebut sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Jadi metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode


penelitian yang digunakan untuik meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

5. Dilihat dari tujuannya

Dilihat dari tujuannya penelitian dikelompokkan menjadi beberapa bagian


antara lain:

1. Explorative research yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan


ilmu pengetahuan yang baru;

2. Development research yaitu penelitian yang bertujuan untuk


mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada;

3. Verificative research adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji


kebenaran dari ilmu pengetahuan yang sudah ada;

4. Historical research adalah penelitian yang menggambarkan ilmu-ilmu


yang telah ada, prosesnya meliputi penyelidikan, pencatatan, analisis dan
interpretasi dari kejadian yang telah ada dengan tujuan menemukan
generalisasi;

5. Descriptive research yaitu penelitian yang bertujuan untuk


mendeskripsikan hal yang terjadi saat ini;
6. Experimental research yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi jika variabel tertentu dikontrol secara
tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah penelitian adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang menyatakan


tentang situasi yang memerlukan pemecahan melalui penelitian, atau keputusan atau
perlu didiskusikan. Secara lebih spesifik, masalah penelitian merupakan pertanyaan
yang menanyakan hubungan antar variabel penelitian.

Variabel adalah segala sesuatu yang bervariasi yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga didapatkan informasi mengenai hal tersebut kemudian
ditarik sebuah kesimpulan.

B. Saran

Demikian makalah yang ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianika & Ninit.2018. Buku Ajar Metode Penelitian Pengajaran Bahasa


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2014/03/materi-kuliah_permasalahan-
penelitian1.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/metodologi-penelitian/

http://shantycr7.blogspot.com/2013/07/cara-memilih-variabel-bebas-dan.html?m=1

https://konsultasiskripsi.com/2017/06/10/penentuan-kedudukan-variabel-skripsi-dan-
tesis/

Siswanto, Susila, & Suyanto(2013). Metodologi Penelitian Kesehatan dan


Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Siyoto, Sandi & Ali Sodik.2015.Dasar Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Literasi


Media Publishing

Yusuf, A. Muri.2007.Metodologi Penelitian.Padang : UNP Press

Anda mungkin juga menyukai