Anda di halaman 1dari 3

CONTOH KASUS 1

Datang seorang wanita Nn. D umur 19 tahun dengan ibunya , hamil 12 minggu, ia mengatakan
ingin mengakhiri kehamilannya, karena kehamilannya tidak diinginkan. Ia mengaku pernah
berhubungan seks dengan pacarnya. Nn. D mau membayar berapapun, jika kehamilannya
diakhiri. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TD : 110/70, N: 80x/m, RR: 20x/m,
TFU: 2 jari diatas sympisis, DJJ: 123x/m.

Langkah Penyelesaian Masalah :

1. Mengidentifikasi masalah
Pasien meminta bidan untuk menggugurkan kandungannya karena anak yang
dikandungnya merupakan anak yang tidak diharapkan dan hasil hubungan gelap dengan
pacarnya.
2. Pengumpulan Data
Pernyataan klien dikuatkan dengan pernyataan ibunya yang tidak mau menanggung malu
atas kehamilan anaknya yang diluar nikah. Maka dari itu ibu klien menginginkan
dilakukannya aborsi.
3. Analisa Fakta dan Data
Fakta : pacar klien tidak ingin bertanggung jawab karena pacar klien mengaku belum siap
membiayai kehidupan sehari-hari apabila mereka menikah dengan keadaan klien saat ini
masih kuliah.
4. Penentuan Alternatif
Bidan memberikan alternative kepada klien berupa mempertahankan kehamilannya
sampai persalinan tiba. Dan bidan melakukan konseling psikologi kepada klien selama
kehamilannya. Atau
5. Penentuan Pilihan yang Terbaik
Kasus Abortus dikuatkan dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan
sebagai berikut :Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun”.Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya,diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita
tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.Pasal 349 : “Jika
seorang dokter, bidan,perawat atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal
347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam manakejahatan
dilakukan”.
Bidan harus mengingat tugas dan wewenangnya dalam melakukan tugasnya. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan bab VII
pasal 60 tentang hak bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan, yaitu : Bidan dalam
melaksakan Praktik kebidanan berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik, standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur
operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari kasus tersebut, kita sebagai bidan menggunakan teori etika yakni teori deontologi,
yakni merupakan teori keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan atau berhubungan
dengan tugas. Dalam pengambilan keputusan ini, perhatian utama pada tugas.
Keuntungan teori ini kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya, mengenal aturan dan
mengetahui kewajiban serta jelas apa yang etis dan apa yang tidak.

Keputusan Etis Deontologi : Bidan menolak melakukan tindakan aborsi karena


menyalahi kode etik profesi Bidan

CONTOH KASUS 2 :

Sepasang suami istri yang sudah menikah 13 tahun telah dikaruniai 5 orang anak, dan
sedang mengandung anak ke-6. Datang ke Bidan A untuk memeriksakan kehamilan. Dalam
pemeriksaan saat konseling ibu mengeluh kepada bidan bahwa takut tidak bisa menghidupi
anaknya kelak. Hal ini dikarenakan ekonomi rendah dan harus menghidupi 5 orang anak. Lalu
ibu dan suami berencana untuk menjual anaknya dan memohon kepada bidan sebagai perantara.
Di sini bidan mencari solusi untuk memecahkan masalah.

Pemecahan masalah :

Yang harus dilakukan Bidan pertama kali yaitu mengidentifikasi masalah. Masalah yang
terjadi pada klien yaitu klien tidak mampu membiayai kebutuhan sang anak ketika nanti anaknya
sudah lahir. Klien berniat menjual anaknya dan bidan sebagai perantarannya. Dengan tujuan
memperoleh keuntungan komersial dari penjualan anak tersebut untuk membiayai kelima orang
anaknya. Pernyataan ibu tersebut dikuatkan dengan pernyataan suaminya. Suaminya bekerja
sebagai buruh tani degan penghasilan tidak menentu. Sedangkan ibunya hanya sebagai ibu
rumah tangga.

Bidan memecahkan masalah menggunakan Teori Deontologi yang merujuk pada tugas
dan wewenang bidan. Bidan memberikan informasi tentang alternatif pilihan penyelesaian
masalah. Alternatif pertama yaitu mengalih asuhkan anaknya kepada saudara terdekat bapak atau
ibu sang anak. Apabila tidak ada keluarga dari keluarga bapak atau ibu sang anak yang mampu
untuk merawat anak tersebut maka bidan memberikan alternatif untuk mengalih asuhkan
anaknya ke panti asuhan.
Di samping itu, bidan melakukan pendekatan emosional kepada pasutri tersebut. Ibu
disadarkan kembali bahwa seorang anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Diluar
sana yang masih banyak pasutri yang mengharapkan kehadiran seorang anak, namun belum di
kabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu seorang anak adalah investasi masa depan bagi
orang tua. Orang tua tidak pernah tahu akan menjadi apa seorang anak yang dilahirkan di masa
depannya nanti. Oleh karena itu, bidan menyarankan untuk berfikir kembali apakah keputusan
yang diambil sudah benar dan tidak menimbulkan penyesalan di masa yang akan datang.

Pilihan keputusan diserahkan kepada pasutri tersebut dengan menimbang sisi positif dan
sisi negatif keputusan yang akan diambil. Dengan ini bidan tidak melanggar kode etik profesi
bidan bab 1 tentang kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat, bab 2 tentang kewajiban
bidan terhadap tugasnya yaitu memberikan pelayanan paripurna kepada klien dan mempunyai
kewenangan dalam memgambil keputusan, serta sudah menjalankan tugas pemberian konseling
pada ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan. Dan tidak melanggar Pasal 1 angka 9 UU No.23
Tahun tentang perlindungan anak.

Setelah pasutri tersebut membuat keputusan, bidan melakukan evaluasi terhadap


keputusan pasutri tersebut. Dalam evaluasi sebagai seorang bidan kita tidak diperbolehkan
menyalahkan atau menghakimi keputusan yang telah diambil oleh klien.

Disusun oleh :

1. Sinta Effelia Agatra (P17321181007)


2. Dian Lutfi Rahmawati (P17321181008)
3. Fadhila Kusumasari (P17321183010)
4. Celine Delvi Natasya (P17321183011)
5. Rima Labiibah Hannun (P17321183012)
6. Faizatul Azimah (P17321183026)
7. Regita Sulistiya N. W.(P17321183031)
8. Rike Puspitasari (P17321183035)
9. Irmania Azzah (P17321183039)

Anda mungkin juga menyukai