PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh
KHATAMI AL FAJAR
NIM : 1517027
1
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.2.2 Apakah plastik itu menjadi piihan yang tepat untuk pembugkus
makanan? ......................................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 7
2
2.4 Kandungan bahan kimia di dalam kantung plastik ................................. 11
BAB III.................................................................................................................. 15
METODE .............................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian plastik sebagai kemasan makanan dan minuman tidak dapat dihindari
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Plastik merupakan bahan polimer
sintetis yang murah dan mudah didapat serta sangat praktis dalam penggunaannya.
Namun demikian, dalam proses produksi plastik berbagai zat yang secara umum
disebut plasticizers ditambahkan untuk mendapatkan karakter plastik yang
diinginkan seperti bening, kuat, rentang toleransi suhu yang lebar dan fleksibel.
Bahan yang tergolong plasticizers ini diantaranya adalah berbagai senyawa
phthalate yang dipakai pada pembuatan plastik jenis polyvinyl chloride (PVC).
Senyawa phthalate dapat mengalami leaching atau terbebas dari plastik dan
menguap dengan mudah. Selain itu, bisphenol-A (BPA), yang digunakan untuk
pembuatan plastik jenis polikarbonat juga telah diidentifikasi dapat terlepas dari
plastik dan mencemari makanan dan minuman.
Plastik sebagai kemasan makanan dan minuman merupakan sumber utama
paparan BPA dan phthalate pada populasi umum. Sebagai negara berkembang
dengan tingkat konsumsi masyarakat yang terus meningkat, masyarakat Indonesia
pastilah terpapar pada kedua senyawa ini. Selain makanan dan minuman kemasan
dari pabrik, pemakaian plastik sehari-hari dalam proses pengolahan dan sebagai
wadah makanan juga berperan dalam paparan BPA dan phthalate. Sebagai contoh,
maraknya plastik impor berharga murah dalam bentuk perkakas dapur seperti
papan iris, sendok, piring, cangkir, panci, teko, dan lain sebagainya, dengan
kualitas yang diragukan dan komposisi kimia yang tidak bisa diverifikasi.
Kebiasaan masyarakat menggunakan plastik sebagai wadah gorengan dan cetakan
makanan (seperti lontong dan kue-kue) yang diolah dengan suhu tinggi. Pemilihan
jenis plastik yang relatif aman untuk wadah makanan dan cara pemakaian wadah
plastik yang benar akan meminimalkan paparan terhadap BPA, phthalate, dan
senyawa berbahaya lainnya.
4
Dampak paparan terhadap BPA dan phthalate bersifat kronis sehingga masyarakat
tidak bisa melihat keterkaitan langsung antara kebiasaan menggunakan plastik
yang salah dan gangguan kesehatan.
5
1.Memberikan informasi tentang penggunaan plastic untuk pembungkus
makanan
2.Mengetahui dampak penggunaan plastik bagi lingkungan sekitar
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Plastik
Plastik merupakan material terbuat dari nafta yang merupakan produk turunan
minyak bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan. Karakteristik plastik
yang memiliki ikatan kimia yang sangat kuat sehingga banyak material yang
dipakai oleh masyarakat berasal dari plastik. Namun plastik merupakan material
yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non biodegradable) sehingga setelah
digunakan, material yang berbahan baku plastik akan menjadi sampah yang sulit
diuraikan oleh mikroba tanah dan akan mencemari lingkungan.
7
2.2.2 Jenis – jenis utama plastik adalah sebagai berikut
8
2.3 Sifat-sifat Plastik
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat ditemui di hampir setiap barang. Mulai
dari botol minum, alat makanan (sendok, garpu, wadah, gelas), kantong
pembungkus/kresek, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, sikat
gigi, compact disk (CD), kutex (cat kuku), mainan anak-anak, mesin, alat-alat
militer hingga pestisida. Menurut penelitian, penggunaan plastik yang tidak sesuai
persyaratan akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena dapat
mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan pada tubuh manusia
(karsinogenik). Selain itu plastik pada umumnya sulit untuk didegradasikan
(diuraikan) oleh mikro organisme.
Berbagai penelitian telah menghubungkan Bisphenol-A dengan dosis rendah
dengan beberapa dampak terhadap kesehatan, seperti meningkatkan kadar prostat,
penurunan kandungan hormon testoteron, memungkinkan terjadinya kanker
payudara, sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap hormon dan kanker, dan
membuat seseorang menjadi hiperaktif.4 Sampah plastik dapat bertahan hingga
bertahun-tahun sehingga menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Sampah
plastik tidaklah bijak jika dibakar karena akan menghasilkan gas yang akan
mencemari udara dan membahayakan pernafasan manusia, dan jika sampah
plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari tanah, air tanah.
Plastik sendiri dikonsumsi sekitar 100 juta ton/tahun di seluruh dunia. Satu tes
membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Oleh karena itu pemakaian plastik yang jumlahnya sangat besar tentunya akan
berdampak siqnifikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan karena plastik
mempunyai sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable), plastik diperkirakan
membutuhkan 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan
sempurna. Dengan demikian pemakaian plastik baik plastik yang masih baru
maupun sampah plastik haruslah menurut persyaratan yang berlaku agar tidak
berbahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.
Kebanyakan plastik seperti Poly Vinyl Chloride (PVC), agar tidak bersifat kaku
dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan pelembut. Beberapa contoh pelembut
adalah Epoxidized Soybean Oil (ESBO), di (2-ethylhexyl) adipate (DEHA), dan
Bifenil Poliklorin (PCB), Acetyl Tributyl Citrate (ATBC) dan di (2- ethylhexyl)
9
phthalate (DEHP).6 Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi maka
sebaiknya jika harus menggunakan plastik maka pakailah plastik yang terbuat dari
polietilena dan polypropylene atau bahan alami (daun pisang misalnya).
Plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh
mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk
menghindari pencemaran terhadap tanah dan air di lingkungan kita tetapi
pembakarannya dan akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat
menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.
Satu lagi yang perlu diwaspadai dari penggunaan plastik dalam industri makanan
adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah
penggunaan kantong plastik (kresek) untuk membungkus makanan seperti
gorengan dan lain-lain. Menurut seorang ahli kimia, zat pewarna hitam ini kalau
terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai terdegradasi menjadi
bentuk radikal, menyebabkan penyakit. Selain itu faktor yang menyebabkan
rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini adalah faktor pembuangan
limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan
sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat
sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Dibutuhkan waktu 1000
tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai
dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai,
partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Peringatan mengenai larangan untuk menggunakan kantong plastik hitam oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih diindahan oleh masyarakat,
banyak masyarakat yang menggunakan kantong plastik hitam dalam kehidupan
sehari-hari tanpa mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan kantong
plastik hitam tersebut.
Rendahnya kesadaran dan pengetahuan konsumen, mustahil dijadikan lahan bagi
pelaku usaha dalam transaksi yang tidak mempunyai itikad baik dalam
menjalankan usahanya, yaitu berprinsip mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya dengan memanfaatkan seefisien mungkin sumber daya yang ada.
Dengan demikian, konsumen seolah dipaksa oleh pelaku usaha untuk terus
menggunakan barangbarang dari plastik termasuk pemakaian kantong plastik
10
hitam, yang tidak bisa terurai, yang pada akhirnya konsumenlah yang
dikorbankan. Informasi yang tidak dicantumkan mengenai cara pembuatan dan
kandungan zat yang ada didalam kantong plastik hitam, membuat konsumen tidak
mengetahui dengan pasti bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kantong
plastik hitam tersebut. Bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan kantong plastik
hitam memang tidak dapat dirasakan secara langsung namun dampaknya baru
dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama, meskipun demikian
mengkonsumsi atau menggunakan kantong plastik dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari dalam jangka waktu yang terlalu lama sangatlah berbahaya bagi
kesehatan dan kehidupan konsumen pengguna kantong plastik kresek tersebut.
11
modern yang menggratiskan kantong plastiknya. Ada juga sebagian pelaku usaha
ritel/toko modern yang menjual kantong plastik sebagai barang dagangan, dan ada
juga pelaku usaha ritel/toko modern yang mengikuti mekanisme yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah (Ekawati, 2016).
Daerah yang sudah menetapkan larangan penggunaan kantong plastik di ritel
modern dan pusat-pusat perbelanjaan adalah Bogor per 1 Desember 2018
(wartakota.tribunnews.com, 3 Desember 2018) dan Kota Denpasar per 1 Januari
2019 (kompas.com, 23 Oktober 2018).
Kebijakan pengurangan sampah plastik seperti ini menurut penulis menjadi tidak
efektif untuk mengurangi sampah plastik di destinasi wisata. Pertama, belum
semua daerah menerapkan kebijakan tersebut. Kedua, kantong plastik berada di
urutan ke-9 dari 10 jenis sampah yang mendominasi pesisir dunia. Berdasarkan
International Coastal Cleanup Report, sepuluh jenis sampah yang mendominasi
pesisir dunia adalah puntung rokok (1.030.640), bungkus makanan (314.649),
tutup botol plastik (276.483), botol minuman plastik (205.687), kaleng minuman
(127.764), sedotan dan pengaduk plastik (125.973), botol minuman kaca
(105.929), tutup botol logam (99.740), tas belanja plastik (85.079), dan kemasan
plastik lainnya (77.014) (oceanconservancy.org, 2017). Oleh karena itu, perlu ada
kebijakan khusus untuk mendorong para pengelola daerah wisata untuk
mengurangi penggunaan minuman atau makanan dalam kemasan plastik;
mengurangi penggunaan kemasan plastik untuk perlengkapan mandi di hotel;
memberikan peringkat hotel berdasarkan layanan hotel yang ramah lingkungan
(menggunakan produk yang ramah lingkungan); memberikan pendidikan kepada
masyarakat tentang bahayanya sampah plastik, bagaimana mengurangi
penggunaan plastik dalam kehidupan seharihari dan bagaimana mengelola sampah
plastik yang dihasilkannya, mendaur ulang sampah plastik untuk menjadi
hiasan/sovenir, dan lain lain.
12
2008. Demikian juga dengan Tiongkok, sejak tahun 2008 melarang penggunaan
dan produksi kantong plastik. Ethiopia sejak tahun 2011 melarang pembuatan dan
impor kantong plastik sekali pakai. Italia sejak tahun 2011 melarang penggunaan
kantong plastik. Maroko sejak tahun 2016 melarang produksi, impor, penjualan,
dan distribusi kantong plastik. Pada tahun 2017 Kenya melarang produksi,
penjualan, dan penggunaan kantong plastik dan Tunisia melarang semua jaringan
supermarket memakai kantong plastik. Sementara pada tahun 2018 Senat Chile
mengesahkan undang-undang tentang pelarangan penggunaan kantong plastik
untuk transaksi jual beli serta keperluan industri (mediaindonesia.com, 30 Juni
2018).
Bagaimana dengan Indonesia? Untuk menghentikan sama sekali penggunaan
plastik dalam memproduksi barang, mungkin akan sulit bagi kita karena beberapa
keunggulan plastik masih diperlukan untuk memproduksi barang. Yang mungkin
dilakukan adalah membatasi penggunaan plastik untuk produk tertentu yang
sebenarnya dapat digantikan dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan,
seperti penggunaan kantong kain. Upaya lainnya adalah menerapkan konsep
Extended Producer Responsibility (EPR) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. EPR
atau tanggung jawab produsen secara berkelanjutan adalah prinsip kebijakan
perlindungan lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan yang berasal dari
siklus hidup produk dengan memperluas tanggung jawab produsen atas siklus
hidup produknya dengan penarikan kembali dan pemusnahan akhir dari sisa
produk tersebut pascapenjualan (Lindhqvist dalam Irawan & Chaerul, 2011).
Dalam penerapan konsep ini, produsen dapat mengikutsertakan konsumen, pelaku
usaha, minimarket ritel sebagai distributor produk berkemasan plastik, dan pelaku
daur ulang (pemulung, lapak dan bandar). Bagaimana mekanisme sistem
pengumpulan sampah pengemas plastik inilah yang seharusnya dibuat regulasinya
oleh pemerintah.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Bahan
1. Kacang buncis
2. Buah tomat
3. Sayur kangkung
4. Kacang panjang
3.3 Variabel
3.3.1 Bebas : Suhu
3.3.2 Tetap : Makanan
3.3.3 Terikat : Kantong Plastik
3.4 Prosedur
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Siapkan Buah dan sayur yang akan dikemas harus disortir dipilih yang baik
2. Perlakukan Sample makanan:
a. Buah/sayur tanpa dilakukan pengemasan
b. Buah/sayur+kantong plastik PP
14
c. Buah/sayur+kantong plastik PE
d. Buah/sayur+kantong plastik kresek hitam
e. Buah/sayur+kantong plastik kresek putih
3. Produk sayur dan buah yang telah dikemas kemudian ditimbang dan disimpan
pada suhu kamar, suhu dingin (11 derajat C). Diamati perubahan berat (susut
bobot), warna, bau, tekstur, dan kenampakkannya selama 24 jam.
15
DAFTAR PUSTAKA
16