Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI BELA NEGARA BAGI GENERASI MUDA GUNA

MENGHADAPI TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0


DALAM PERSPEKTIF PERTAHANAN

1. Pendahuluan.
Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk dapat menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), dan melindungi keselamatan segenap bangsa dari ancaman terhadap
keutuhan bangsa dan negara. Berbagai ancaman dan tantangan yang dihadapi
setiap bangsa terus mengalami perubahan, tidak terkecuali bagi Indonesia. Seiring
dengan perkembangan zaman terjadi perubahan yang sangat dramatis dan terjadi
pada kecepatan peningkatan yang signifikan terutama di bidang industri dan
komunikasi atau biasa disebut Revolusi Industri 4.0.
Dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi ini, maka muncul
ancaman baru yang perlu kita perhatikan. Salah satu permasalahan yang saat ini
dihadapi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan
generasi muda. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi dalam
mempermudah akses informasi, komunikasi dan kegiatan media sosial lainnya,
sehingga memudahkan budaya asing masuk kedalam karakter bangsa kita.
Saat ini, dengan berbagai permasalahan yang ada akibat dari revolusi
industri 4.0, perlu dipahami bahwa revolusi industri 4.0 terdapat peluang dan
tantangan yang dapat dikelola. Oleh sebab itu, dalam mengelola peluang dan
tantangan yang ada sangat diperlukan “Strategi Bela Negara” dari masyarakat
khususnya untuk generasi muda guna memanfaatkan peluang dan kendala revolusi
industri 4.0 dengan tujuan untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan
makmur.

2. Sistem Pertahanan Negara.


Dalam mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
menjamin keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman, upaya
pertahanan negara diselenggarakan dengan Strategi Pertahanan Berlapis. Strategi
Pertahanan Berlapis bertumpu pada upaya pertahanan negara yang memadukan
pertahanan militer dengan pertahanan nirmiliter sebagai satu kesatuan pertahanan
negara yang utuh. Karakteristik Strategi Pertahanan Berlapis diwujudkan melalui
keterpaduan pendayagunaan lapis pertahanan militer dan lapis pertahanan
nirmiliter yang saling menyokong dalam menghadapi setiap bentuk ancaman.

1
Indikator keberhasilan penyelenggaraan pertahanan negara tercermin dalam
daya tangkal bangsa terhadap setiap ancaman yang membahayakan kehidupan
bangsa dan negara, baik dari luar maupun yang timbul di dalam negeri. Agar dapat
menjamin tetap tegaknya NKRI sekaligus mampu merespons tantangan pertahanan
negara ke depan, maka pertahanan negara diselenggarakan dalam Sistem
Pertahanan Semesta dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia sebagai
negara kepulauan.
Sepanjang perjalanan sejarah, bangsa Indonesia mengalami berbagai
permasalahan dalam menghadapi ancaman yang ada dari jaman ke jaman. Pada
hakikatnya ancaman merupakan faktor utama dalam penyusunan sistem
pertahanan negara berdasarkan analisa strategis dan identifikasi terhadap
ancaman yang memungkinkan terjadinya penggabungan berbagai jenis ancaman
yang akan menjadi permasalahan bangsa.
Ancaman saat ini dan masa depan dapat digolongkan menjadi tiga jenis
ancaman yaitu ancaman militer, ancaman non militer, dan ancaman hibrida.
Ditinjau dari sumbernya, ancaman dapat bersumber dari dalam negeri maupun dari
luar negeri yang dilakukan oleh aktor negara maupun aktor non-negara yang
bersifat nasional, regional maupun internasional. Ada tiga dimensi ancaman utama
terhadap negara saat ini. Pertama, perang terbuka antar negara. Kedua, perang
dengan terorisme, bencana alam, dan narkotika. Ketiga, perang mindset
(Ryamizard 2019). Ancaman yang menjadi permasalahan bangsa, terlihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Permasalah Bangsa Indonesia (Sumber: olahan sendiri)

Berdasarkan gambar diatas, bila ditinjau dari segi waktu dalam kurun lima
tahun kedepan, ancaman dapat dikategorikan dalam tiga ancaman utama yaitu
ancaman nyata, belum nyata dan ancaman mindset.
a. Ancaman Nyata.
Ancaman nyata merupakan ancaman yang sering terjadi dan dihadapi
setiap saat, dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan

2
segenap bangsa. Ancaman nyata, di antaranya adalah ancaman terorisme
dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam
dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan
pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intelijen
serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
Seluruh dimensi ancaman tersebut, pada eskalasi tertentu sangat
berpotensi mengusik sistem pertahanan negara. Ketika ancaman yang
terjadi sudah bersifat lintas negara, maka sudah dipastikan dapat
berpengaruh pada stabilitas keamanan nasional, regional, hingga
internasional. Pada saat ini ancaman-ancaman tersebut telah nyata terjadi
dan dialami oleh negara-negara di berbagai belahan dunia termasuk negara-
negara di kawasan Asia Pasifik khususnya Indonesia.
Ancaman yang nyata pada saat ini memerlukan perhatian yang serius
terutama ancaman yang sering terjadi yaitu ancaman nyata terorisme,
ancaman siber, dan penyalahgunaan narkoba. Ancaman-ancaman tersebut
bersifat lintas negara berskala regional maupun global sehingga diperlukan
penanganan secara kolektif dan tindakan bersama-sama sehingga untuk
menghadapinya harus melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar
negara.
b. Ancaman Belum Nyata.
Ancaman belum nyata merupakan bentuk ancaman berupa bentuk
konflik terbuka atau perang konvensional, di mana yang berhadapan adalah
kekuatan angkatan bersenjata kedua negara, saat ini dan ke depan
kemungkinannya masih kecil terjadi terhadap Indonesia. Pengertian tersebut
didasarkan pada komitmen negara-negara di dunia untuk saling
menghormati kedaulatan dan kepentingan masing-masing yang dituangkan
dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada lingkup regional Asia
Tenggara, komitmen tersebut juga telah disepakati dan dicantumkan dalam
piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
c. Ancaman Perang Mindset.
Perkembangan informasi di lingkungan global dan regional dewasa ini
mengisyaratkan adanya tantangan besar terhadap pertahanan negara.
Tantangan yang bersifat fisik dan nonfisik mengarah pada potensi ancaman
kedaulatan negara, keutuhan NKRI, dan keselamatan bangsa. Saat ini bangsa
Indonesia sedang menghadapi ancaman nonfisik atau mindset. Ancaman
mindset ini bersifat masif, sistematis, dan terstruktur. Hal tersebut terus
memengaruhi dan merusak pemikiran dan jati diri bangsa Indonesia melalui
pengaruh ideologi asing yang tidak sesuai budaya indonesia.
Perang mindset ini akan terus memengaruhi hati dan pikiran rakyat.
Tujuannya ialah membelokkan pemahaman publik terhadap ideologi negara
yang secara terang-terangan memaksakan kehendak untuk mengubah
Pancasila, seperti paham khilafah yang beredar di masyarakat. Metode
operasional perang itu dilakukan melalui infiltrasi ke dalam dimensi
intelijen, militer, pendidikan, ekonomi, ideologi, politik, sosial, budaya, dan
agama. Setelah infiltrasi berhasil, dilanjutkan dengan mengeksploitasi dan
melemahkan central of gravity kekuatan suatu negara melalui politik adu

3
domba untuk timbulkan kekacauan, konflik horizontal, dan separatisme yang
dimulai dengan eskalasi pemberontakan.
Terkait dengan tugas dan peran TNI dalam menjaga ideologi Pancasila
dan keutuhan NKRI, diperlukan strategi tentang penanaman wawasan
kebangsaan yang kuat dan final kepada seluruh rakyat Indonesia sehingga
rakyat tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi oleh pemikiran-pemikiran
bersifat materialis yang hendak menghancurkan ideologi bangsa yaitu
Pancasila: Pertama, Memberikan pemahaman secara holistik dan
konfrehensif tentang bahayanya ancaman mindset, agar TNI tetap menjadi
alat negara yang mampu menjaga jati diri bangsa dari ancaman perang
mindset pada era keterbukaan informasi saat ini; kedua, Memberikan
pemahaman yang lebih konfrehensif dan mendalam, dari berbagai aspek
yang bisa dijadikan pedoman atau pegangan bagi semua pemangku
kepentingan. Khususnya kepada generasi muda/generasi milenial dalam
mewaspadai dan menghadapi bahaya dari ancaman perang mindset.
Menyikapi berbagai ancaman yang dapat membahayakan kedaulatan dan
kepentingan Bangsa dan Negara, maka kewaspadaan merupakan keniscayaan yang
harus tetap dijaga oleh seluruh komponen bangsa. Esensi penyelenggaraan
pertahanan negara ditujukan untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara dalam wadah NKRI. Dalam strategi pertahanan Negara, tujuan tersebut
dijabarkan dalam sasaran strategis, yang terdiri atas lima sasaran strategis yang
satu dengan yang lain saling terkait. Substansi sasaran strategis mencakupi sasaran
di bidang penangkalan, sasaran dalam menghadapi ancaman agresi militer, sasaran
dalam mengatasi ancaman militer yang bentuknya bukan agresi militer, sasaran
untuk mengatasi ancaman nirmiliter, serta sasaran dalam rangka mewujudkan
perdamaian dunia dan stabilitas regional (Kementrian Pertahanan, 2007).
a. Menangkal segala Bentuk Ancaman dan Gangguan yang
Membahayakan Kedaulatan Negara, Keutuhan Wilayah NKRI, dan
Keselamatan seluruh Bangsa Indonesia.
Kepentingan nasional Indonesia yang vital dan permanen adalah tegak
dan utuhnya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
mewujudkan kepentingan nasional tersebut, pertahanan negara Indonesia
diselenggarakan untuk menangkal dan mencegah segala bentuk ancaman
dan gangguan, baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam negeri.
Dalam mewujudkan komitmen bangsa Indonesia yang anti penjajahan dan
penindasan suatu bangsa terhadap bangsa yang lain, orientasi
penyelenggaraan pertahanan negara diarahkan untuk sebesar-besarnya
mewujudkan daya tangkal bangsa yang handal.
Kondisi global yang dinamis dan penuh ketidakpastian menuntut
bangsa Indonesia untuk mengutamakan penangkalan. Konsepsi penangkalan
Indonesia dibangun dan dikembangkan dengan negara pertahanan semesta
yang memadukan pertahanan militer dan nirmiliter sebagai satu kesatuan
pertahanan yang utuh dan menyeluruh. Kekuatan penangkalan Indonesia
diwujudkan dalam pembangunan pertahanan serta kesiapan modal manusia
untuk didayagunakan sebagai kekuatan pertahanan negara yang disegani.

4
b. Menghadapi Perang dari Agresi militer.
Bagi bangsa Indonesia, ancaman pertahanan negara yang terbesar
adalah agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh
suatu negara yang mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI,
dan keselamatan segenap bangsa. Sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat, Indonesia tidak akan membiarkan dirinya diancam, diintimidasi,
atau diserang oleh bangsa lain.
Dalam kondisi Indonesia menghadapi tindakan agresi yang dilakukan
oleh suatu negara terhadap Indonesia, kekuatan pertahanan negara akan
dikerahkan untuk menyelenggarakan peperangan yang pelaksanaannya
dengan Operasi Militer Perang (OMP). OMP merupakan pilihan terakhir bagi
Indonesia serta diselenggarakan untuk membela kepentingan nasional dan
menjaga serta melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan segenap bangsa.
c. Menanggulangi Ancaman Militer yang Mengganggu Eksistensi dan
Kepentingan NKRI.
Ancaman pertahanan negara selain yang berbentuk agresi juga
terdapat ancaman militer yang berskala terbatas sehingga penanganannya
dengan pendekatan tertentu yang berbeda dengan pendekatan untuk
melawan agresi militer suatu negara. Bentuk ancaman militer dengan skala
terbatas merupakan ancaman yang penanganannya dengan pendekatan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Penyelenggaraan pertahanan negara dengan pendekatan OMSP
diarahkan untuk menanggulangi bentuk ancaman, seperti pelanggaran
wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, separatisme,
pemberontakan bersenjata, dan perang saudara. Pendekatan penanganan
dengan OMSP diselenggarakan melalui pengerahan dan penggunaan kekuatan
serta sumber daya nasional yang tertentu, yang berbeda dengan pengerahan
dan penggunaan kekuatan dalam konteks OMP.
d. Menangani Ancaman Nirmiliter yang berimplikasi terhadap
Kedaulatan Negara, Keutuhan Wilayah NKRI, dan Keselamatan Bangsa
Indonesia.
Ancaman pertahanan negara yang membahayakan eksistensi bangsa
dan negara dapat berbentuk ancaman nirmiliter. Ancaman nirmiliter tidak
berbentuk fisik sehingga tidak dapat ditangani secara langsung dengan
menggunakan pendekatan kekuatan pertahanan yang bersifat hard-power.
Ancaman nirmiliter tersebut pada dimensi tertentu dapat berakumulasi dan
mengancam kepentingan nasional, bahkan mengancam kedaulatan,
keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan bangsa.
Kepentingan nasional dan eksistensi bangsa dan negara harus
terlindungi dari ancaman nirmiliter yang berdimensi ideologi, politik dan
ekonomi, sosial budaya, teknologi dan keselamatan umum. Ancaman
nirmiliter tidak dapat dihadapi dengan penggunaan kekuatan pertahanan
yang bersifat fisik sehingga apabila tidak ditangani, akan timbul risiko besar
yang mengancam eksistensi NKRI. Ancaman nirmiliter terkait dengan

5
stabilitas nasional sehingga sangat mendasar untuk ditempatkan sebagai
salah satu sasaran pertahanan negara.
e. Mewujudkan Perdamaian Dunia dan Stabilitas Regional.
Dunia yang aman dan damai serta lingkungan regional yang stabil
merupakan kepentingan nasional Indonesia yang diperjuangkan sepanjang
waktu. Indonesia tidak dapat hidup dalam lingkungan global dan regional
yang diwarnai oleh konflik yang berkecamuk. Salah satu tujuan
pembentukan pemerintahan negara Indonesia adalah ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Sejauh ini perdamaian dunia belum dapat diwujudkan. Di sejumlah
kawasan masih terdapat konflik antar negara dan bentuk-bentuk penindasan
yang harus ditangani secara bermartabat. Indonesia akan mengembangkan
kerja sama pertahanan negara dengan negara lain sebagai wadah untuk
bersama-sama dengan negara lain mempromosikan pandangan dan langkah-
langkah pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia dan
stabilitas regional.

3. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara.


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun dalam perangkat
perundangan suatu negara tentang patriotisme seluruh komponen dari suatu
negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara
fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik
atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan
secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial maupun
peningkatan kesejahteraan bagi seluruh komponen bangsa tersebut.
Dalam memperkuat Pertahanan Negara, Pemerintah Indonesia juga
membentuk konsep Bela Negara yang berdasarkan UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) yang
mengatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara” dan pada UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) yang mengatakan
bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara” dan “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan kepolisian negara Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Hal ini berarti secara konstitusional bela
negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga
negara tanpa terkecuali.
Hak dan kewajiban setiap warga dalam bela Negara, lebih jelas dinyatakan
pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku seperti UU No.3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara pada Pasal 9 Ayat (1), menunjukkan bahwa pengertian
upaya Bela Negara adalah:
“Sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan

6
negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa”.
Melihat pemahaman diatas, maka terbagilah bela negara kedalam nilai-nilai
dasar bela negara, yakni: 1) Cinta Tanah Air; 2) Kesadaran Berbangsa dan
Bernegara; 3) Yakin Pancasila sebagai Ideologi Negara; 4) Rela Berkorban untuk
Bangsa dan Negara; 5) Memiliki kemampuan awal Bela Negara.

4. Revolusi Industri Global.


Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-
Auguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Revolusi industri ini pun sedang
berjalan dari masa ke masa. Dekade terakhir ini sudah dapat disebut memasuki
fase ke empat 4.0. Perubahan fase ke fase memberi perbedaan artikulatif pada sisi
kegunaaannya. Fase pertama (1.0) bertempuh pada penemuan mesin yang
menitikberatkan (stressing) pada mekanisasi produksi. Fase kedua (2.0) sudah
beranjak pada etape produksi massal yang terintegrasi dengan quality control dan
standarisasi. Fase ketiga (3.0) memasuki tahapan keseragaman secara massal yang
bertumpu pada integrasi komputerisasi. Fase keempat (4.0) telah menghadirkan
digitalisasi dan otomatisasi perpaduan internet dengan manufaktur (BKSTI 2017).

Gambar 4.1 Revolusi Industri 1.0 - 4.0 (medium.com).

Era Revolusi Industri 4.0 ini ditandai adanya kecerdasan buatan (artificial
intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis,
dan inovasi. Perubahan tersebut terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan
berdampak terhadap ekonomi, industri, pemerintahan, dan politik. Pada era ini
semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global. Pada konteks
revolusi industri, proses yang terjadi sebenarnya adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar kebutuhan
pokok (needs) dengan keinginan (wants) masyarakat. Perjalanan perubahan dalam
revolusi yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu
dan dapat dijalankan tanpa kekerasan. Dasar perubahan ini sebenarnya adalah

7
pemenuhan hasrat keinginan pemenuhan kebutuhan manusia secara cepat dan
berkualitas.
Revolusi Industri telah mengubah cara kerja manusia dari penggunaan
manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Inovasi menjadi kunci eksistensi dari
perubahan itu sendiri. Inovasi adalah faktor paling penting yang menentukan daya
saing suatu negara atau Industri. Hasil capaian inovasi kedepan ditentukan sejauh
mana dapat merumuskan body of knowledge terkait manajemen inovasi,
technology transfer and business incubation, science and Technopark.
Pada era revolusi industri 4.0 mengalami perubahan yang sangat signifikan
terutama di dalam teknologi dan komunikasi secara global. Hal ini berpengaruh
kepada permasalahan yang akan membawa konsekuensi perubahan kualitas modal
manusia. Revolusi Industri 4.0 saat ini yang menjadi tren di dunia adalah adanya
penggabungan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber yang mencakup sistem
cyber fisik, Internet of Things (loT), komputasi awan, dan komputasi kognitif. Hal
ini dapat dilihat pada gambar ini:

Gambar 4.2 Industry 4.0 is the current trend of automation and data exchange in
manufacturing technologies (Industry 4.0 – Digitisation of Manufacturing, Dr.
Andreas Wolf, and May 19, 2017).

8
Pada era ini adanya pertukaran data yang mengubah tata kehidupan
manusia, ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya hidup yang berimplikasi terhadap
perubahan standar yang sudah ada, termasuk pada sektor penyelenggaran
pertahanan negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dimana harus diikuti
oleh peningkatan kualitas Modal Manusia Pertahanan Negara terutama pada
generasi muda Indonesia. Melihat perkembangan industri dunia, yang menjadi
permasalahan saat ini adalah ancaman pada bidang pertahanan yang semakin
komplek, multi dimensi, berubah-ubah dan tidak terduga.
Presiden Joko Widodo pada akhir 2018 lalu telah meluncurkan “Peta Jalan
Making Indonesia 4.0”. Sebagai realisasi strategis dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0, peta jalan itu diluncurkan dengan asumsi bahwa kemajuan teknologi
sebagai konsekuensi dari Revolusi Industri 4.0 tidak hanya membutuhkan modal
manusia biasa, tetapi sekaligus memerlukan modal manusia yang mempunyai
kapasitas, kualitas, dan kemampuan adaptif dalam memberikan potensi besar atas
transformasi peradaban. Guna melaksanakan peta jalan tersebut, terdapat 10
prioritas nasional yang akan didorong, di antaranya peningkatan kualitas modal
manusia (human capital). Sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,
modal manusia menjadi sangat vital. Secara substansial, pada 2030 nanti
diharapkan terjadi peningkatan jumlah remaja dan orang dewasa yang memiliki
keahlian khusus untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan kemampuan
berwirausaha.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, persiapan dalam menghadapi era
Revolusi Industri 4.0 dan tujuan pembangunan berkelanjutan, perlu dilakukan
upaya peningkatan modal manusia. Terdapat tiga persoalan mendasar yang
menjadi tantangan, yaitu (1) sistem pendidikan yang belum optimal, (2)
terbatasnya akses dan pemanfaatan teknologi, dan (3) belum sinerginya
kementerian dan lembaga dalam pelaksanaan program ‘Making Indonesia 4.0’.
Dengan demikian, upaya peningkatan modal manusia memerlukan strategi dan
kebijakan yang tepat untuk mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan yang
sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

5. Strategi Meningkatkan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara bagi Generasi Muda.


Dalam menghadapi perkembangan dari Revolusi Industri 4.0, generasi muda
memiliki peran yang sangat dominan dalam keberlangsungan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Oleh sebab itu, diperlukannya sebuah strategi guna meningkatkan
rasa bela negara di generasi muda guna mewujudkan negara yang berdaulat, adil
dan makmur. Hal pertama yang perlu di perhatikan adalah memanfaatkan peluang
dan tantangan di era Revolusi Industri 4.0. Strategi meningkatkan nilai-nilai dasar
bela negara bagi generasi muda dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini,
sebagai berikut:

5.1 Membentuk Jati Diri dan Karakter Bangsa sejak dini.


Hal utama dalam menghadapi perkembangan era Revolusi Industri 4.0
adalah kenali jati diri (identitas) dan karakter bangsa. Jati diri atau identitas
menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang serta keterangan yang
dapat menjelaskan pribadi seseorang. Jati diri merupakan potensi yang dapat
memancar dan ditumbuh-kembangkan dalam membentuk karakter dengan
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Sedangkan karakter adalah ciri khas

9
yang dimiliki oleh individu (manusia) yang mengakar pada kepribadian, bagaimana
seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespon sesuatu. Maka dalam
membangun jati diri dan karakter bangsa perlu dilakukan sejak dini dengan
pendekatan model pendidikan melalui psycho-paedagogical development, socio-
cultural development, dan socio-political intervention.
Menurut samuel smith, beberapa elemen dalam pengembangan psikologi
pendidikan (psycho-paedagogical development), meliputi: 1) Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan (the science of educational psychology), 2) Hereditas atau
karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity), 3) Lingkungan yang bersifat fisik
(physical structure), 4) Perkembangan siswa (growth), 5) Proses-proses tingkah
laku (behavior process), 6) Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of
learning), 7) Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar (factors that condition
learning), 8) Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning),
9) Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran atau
evaluasi. (Measurement: basic principles and definitions), 10) Tranfer belajar
(transfer of learning subject matters), 11) Sudut-sudut pandang praktis mengenai
pengukuran (practical aspects of measurement), 12) Ilmu statistic dasar (element
of statistics), 13) Kesehatan rohani (mental hygiene), 14) Pendidikan membentuk
watak (character education), 15) Pengetahuan psikologi tingkat sekolah menengah.
(psychology of secondary school), 16) Pengetahuan psikologi tinggkat sekolah dasar
(psychology of elementary school).
Adapun elemen dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan sosial dan
budaya (socio-cultural development), meliputi:
a. Religius - sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
b. Jujur - perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
c. Toleransi - sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda.
d. Disiplin - tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras - perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan dan menyelesaikan tugas dgn sebaik-
baiknya.
f. Kreatif - berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yg telah dimiliki.
g. Mandiri - sikap dan perilaku yg tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis - cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu - sikap dan tindakan yang berupaya untuk
mengetahui lebih dalam dan luas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan
didengar.
j. Semangat kebangsaan - cara berpikir dan bertindak atas kepentingan
bangsa dan negara.

10
k. Cinta tanah air - cara berpikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi - sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif - tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cintai damai - sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca - kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dirinya.
p. Peduli lingkungan - sikap dan tindakan yang berupaya mencegah
kerusakan lingkungan dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam.
q. Peduli sosial - sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung-jawab - sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan tuhan yang
maha esa.
Intervensi sosial politik (socio-political intervention) dapat diartikan sebagai
upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan
(indivdu, keluarga & masyarakat). Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di
mana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan
lingkungan dan peran yangg dimilikinya. Sistem intervensi sosial politik merupakan
sekelompok orang yang memberikan bantuan berdasarkan keahlian yang beragam,
bekerja dengan sistem yang beragam, dan bekerja secara profesional. Intervensi
sosial politik merupakan metode berkomunikasi dan pembelajaran yang dipadukan
dengan elemen dari psycho-paedagogical development dan socio-cultural
development, dengan cara:
a. Sistem klien, merupakan sistem yg meminta bantuan, memperoleh
bantuan, dan terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh pelaksana
perubahan.
1) Klien potensial – klien yang memiliki masalah, namun belum
terjadi kontrak (persetujuan kerjasama) dengan pelaksana
perubahan.
2) Klien aktual – klien yang memiliki masalah, sudah terjalin
kontrak (persetujuan kerjasama) dengan pelaksana perubahan.
b. Sistem sasaran, merupakan orang-orang atau organisasi yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan perubahan.
c. Sistem aksi, merupakan orang-orang yang bersama-sama dengan
pelaksana perubahan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan dan
mencapai tujuan-tujuan usaha perubahan.

11
Pengembangan model pendidikan melalui psycho-paedagogical
development, socio-cultural development, dan socio-political intervention dalam
membentuk jati diri dan karakter bangsa di implementasikan dengan menanamkan
nilai-nilai dasar bela negara kedalamnya, melalui:
a. Membangun rasa cinta tanah air.
Cinta tanah air terkait erat dengan hati dan perasaan tiap warga
negara terhadap bangsa dan negara Indonesia, sehingga diperlukan
pendekatan yang menyentuh jiwa seseorang untuk menumbuhkan rasa
cintanya secara tulus dan ikhlas dan bertanggung jawab terhadap masa
depan NKRI dengan tujuan menciptakan semangat untuk melanjutkan
perjuangan bangsa pada generasi muda.
Terciptanya rasa cinta tanah air ini bertujuan untuk menciptakan
dukungan semangat kejuangan yang berciri religius, patriotik, dan
nasionalisme dengan menumbuhkan kesetiaan dalam jiwa bangsa Indonesia
kepada NKRI serta menanamkan sikap dan tekad pantang menyerah guna
mengantisipasi ancaman dan tantangan yang ada. Hasil dari membangun
rasa cinta tanah air terhadap generasi muda ini adalah mendorong
terbangunnya daya juang bangsa dan profesionalisme bangsa.
b. Menanamkan kesadaraan berbangsa dan bernegara.
Dalam menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara diharapkan
setiap warga negara bersikap mental sadar berbangsa dan bernegara sebagi
satu kesatuan bangsa negara Indonesia sesuai dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika, dengan membangun karakter bangsa yang memiliki semangat
kebangsaan sebagai suatu sikap yang dilandasi oleh tekad dalam persatuan
dan kesatuan mewujudkan cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia tanpa
membedakan suku, ras, agama, dan antar kelompok. Selain itu,
melaksanakan program “Revolusi Mental” yang dikhususkan untuk
memperbaiki serta membangun karakter bangsa Indonesia yang mengacu
kepada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong-royong dalam
membangun budaya yang bermartabat, modern, maju, makmur, dan
sejahtera berdasarkan Pancasila.
Strategi yang dapat dilakukan dengan pendekatan kesadaran warga
negara secara persuasif dan edukatif yakni dengan melakukan ajakan dan
pembelajaran yang bersifat formal, informal atau non-formal sesuai dengan
tingkat dan kebutuhan; menentukan sasaran kegiatan yakni pembangunan
kesadaran bela negara pada setiap warga negara dengan teknik
pembelajaran yang berbeda menurut strata level objek pembelajaran.
c. Membangun kesetian kepada Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara terbukti menjadi
kekuatan ampuh dalam mengantisipasi dan mengatasi segala bentuk
ancaman dan tantangan sehingga NKRI tetap eksis hingga saat ini, sehingga
strategi membangun kesetian kepada Pancasila berfokus pada:
1) Pemahaman tentang konsep diri dalam kerangka Pancasila, hal
ini beranjak pada ideal diri, citra diri, dan jati diri sebagai orang
Indonesia, sehingga menjadikan setiap warga negara merasa bangga
sebagai orang Indonesia.

12
2) Pendalaman tentang komitmen kebersamaan dalam kerangka
Pancasila.
3) Memaknai Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
4) Peningkatan partisipasi dalam kerangka kewaspadaan nasional.
d. Membangun sikap rela berkorban untuk bangsa dan Negara.
Karakter sikap rela berkorban ini ialah membangun kemandirian
bangsa untuk dapat berubah dan maju di berbagai situasi dan kondisi sesuai
dengan perkembangan zaman, serta meningkatkan daya saing yang kreatif,
inovatif dan kompetitif.
Dalam membangun sikap rela bekorban untuk bangsa negara ini
diharapkan dapat menumbuh kembangkan rasa cinta karya anak bangsa,
menumbuh kembangkan sikap rasa memiliki, dan menumbuh kembangkan
sikap rasa kemandirian.

e. Membangun kemampuan awal bela negara bagi tiap warga Negara.


Kemampuan awal bela negara merupakan kesiapan tiap warga negara
dalam melaksanakan upaya pembelaan negara, baik secara psikis maupun
secara fisik. Hal ini mencakup jati diri, pengetahuan serta sikap dam
perilaku bela negara yang setia kepada Pancasila dan rela berkorban demi
bangsa dan negara.
Tujuannya adalah mengasilkan kemampuan dalam melakukan analisis
ancaman dan tantangan secara umum, secara khusus di lingkungan masing-
masing, serta membangun kemampuan bela negara khususnya pada aspek
ketahanan nasional terkait dengan perkembangan lingkungan strategis yang
tumbuh sangat cepat baik dalam lingkup global, regional, maupun nasional.
Dalam hal ini diharapkan pencapaiannya adalah tiap warga negara memiliki
karakter bela negara, tiap warga negara ikut serta dalam membangun
ketahanan nasional dan gerakan nasional bela negara.

5.2 Membentuk Kemampuan Dinamis Generasi Muda.


Dalam membentuk kemampuan dinamis generasi muda, diperlukan
penanaman pola pikir yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikap tiap individu.
Diharapkan setiap warga negara memiliki kemampuan dinamis yang meliputi:
a. Think ahead (berfikir kedepan), kemampuan menganalisa kondisi di
masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dari lingkungan eksternal
dengan melihat peluang-peluang baru dan potensi ancaman yang ada.
Kemampuan ini membuat sebuah institusi dapat memprediksikan
perkembangan di masa depan.
b. Think again (mengkaji ulang), kemampuan mengevaluasi dan
mengidentifikasi perubahan kebijakan yang telah ditetapkan agar
memperoleh hasil dan kualitas yang lebih baik. Sehingga intitusi dapat
mengemukakan permasalahan dan isu yang dihadapi, dan melihat bagaimana
cara untuk meningkatkan performa institusi tersebut. Hal ini membutuhkan
efesiensi dan efektifitas kebijakan yang telah dibuat dan juga ketepatan
dalam penjapaian tujuan dan penetapan strategi.

13
c. Think across (belajar dari pengalaman negara atau organisasi lain),
kemampuan melintasi batas-batas tradisional untuk ‘berpikir diluar batas’,
juga untuk ‘belajar dari orang lain’ apabila terdapat ide-ide bagus yang
dapat diadopsi dan diadaptasi sebagai inovasi baru dalam pembuatan
kebijakan. Itu seperti meng-copy aturan dan kegiatan/praktek yang telah
berhasil diterapkan di suatu tempat. Hal ini mengizinkan transfer
pengetahuan antar negara dengan mengadopsi program dari suatu negara
dan disematkan kedalam institusi lokal dan lingkungan kebijakan. Selain itu,
kita harus mengerti ‘bagaimana menerapkannya, bagaimana itu bekerja
dengan baik atau mengapa itu tidak bekerja dengan baik’ dan bagaimana
kita menerapkannya dengan sudut pandang yang berbeda dari ide dasarnya.
Dengan pola pikir kerangka kemampuan dinamis diharapkan generasi muda
mampu mengembangkan pola pikir yang dapat membangun karakter bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang dapat maju dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.

5.3 Membangun Kualitas Modal Manusia yang siap Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0.
Setelah membentuk jati diri dan karakter bangsa, serta kemampuan dinamis
pola pikir bangsa. Maka, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah meningkatkan
kualitas modal manusia yang siap dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Sejak globalisasi bergulir, pada saat yang sama persaingan bebas telah dimulai dan
ini pertanda bahwa bangsa kita telah memasuki titik awal sebuah kompetensi.
Maka untuk meningkatkan kemajuan bangsa dan negara yang berdaya saing tinggi,
maka sudah sepantasnya mengandalkan kompetensi dan kualitas modal manusia
yang tersedia.
Era Revolusi Industri 4.0 ini memiliki konsekuensi menuntut perubahan
kualitas modal manusia dengan cara pembangunan kapabilitas & kualitas modal
manusia secara besar-besaran dan menyeluruh di segala bidang. Untuk
mewujudkan upaya tersebut, diperlukan pemikiran yang luas dan siap menghadapi
perubahan dalam situasi yang sangat cepat, berubah-ubah, dan tak terduga.
Berikut beberapa strategi yang dapat meningkatkan kemampuan daya saing, antara
lain:
a. Dalam bidang Industri khususnya pertahanan diperlukannya Transfer
of Technology (ToT) dari negara-negara maju guna memperkuat kemampuan
industri pertahanan dan menciptakan kemandirian di dalam industri
pertahanan dalam negeri. Dengan ini diharapkan industri pertahanan dalam
negeri dapat memenuhi kebutuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan
Indonesia.
b. Meningkatkan daya saing yang kreatif, inovatif, dan kompetitif, hal
ini berfungsi untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas modal manusia
melalui IPTEK guna meningkatkan produktivitas menuju terciptanya
kesejahteraan yang semakin meningkat dan berkelanjutan. Untuk
memanfaatkan peluang yang terbuka, potensi bangsa dan seluruh
komponennya agar terbangun daya adaptasi, asimilasi, kolaborasi, dan
inovasi yang kompetitif guna menjadikan bangsa yang maju dan
berkembang, sehingga sikap dan perilaku produktif ditanamkan kepada

14
seluruh masyarakat sejak dini untuk mengembangkan budaya terbuka dan
dinamis sebagai bagian dari karakter bangsa.
c. Mengapresiasi karya anak bangsa. Untuk mengantisipasi
perkembangan globalisasi yang berdampak luas bagi banjirnya produk-
produk impor, maka diperlukannya sikap menghargai produk dalam negeri,
diimbagi dengan kualitas produk. Pada dasarnya karya anak bangsa dalam
berbagai bidang keahlian tidak kalah dengan kemampuan luar negeri.
Banyak anak bangsa yang berkiprah secara internasional dan juga di dalam
negeri yang telah bercirikan modern mengikuti perkembangan yang ada.
Namun, masalahnya adalah bahwa masyarakat Indonesia belum menerapkan
hal tersebut dan cenderung berorientasi pada produk luar negeri
berdasarkan label (brand) yang justru merugikan bangsa Indonesia sendiri.
Maka sudah saatnya untuk membuat setiap warga negara menghargai karya
bangsa sendiri dan mencintai produk dalam negeri, agar kemajuan dan
kemandirian bangsa dan negara melaju lebih cepat. Sehingga, tertanam
keinginan di dalam diri anak bangsa untuk terus berkembang dan
menciptakan karyanya sendiri melalui bidang-bidang yang ditekuninya.
d. Menumbuhkan rasa memiliki dan sikap kemandirian. Dengan
meningkatkan apresiasi karya anak bangsa serta menanamkan rasa memiliki
atas keberhasilan dan kehebatan anak bangsa, hal ini mencerminkan
kecerdasan dan keinginan untuk maju bersama-sama dengan bangsa lainnya.
Seiring dengan era globalisasi yang telah menciptakan peradaban modern
dengan perubahan yang sangat cepat, tidak ada pilihan bagi bangsa
Indonesia kecuali membangun kemandirian di segala bidang agar mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era Revolusi Industri 4.0.
Dengan dasar-dasar bela negara, generasi muda diharapkan mampu
membentuk jati diri dan karakter, mengubah pola pikir, dan meningkatkan kualitas
modal manusia guna menghadapi Revolusi Industri 4.0 di segala bidang, khususnya
dalam menganalisa ancaman dan tantangan yang ada dan akan terjadi untuk dapat
terus mempertahankan kedaulatan negara dan stabilitas nasional, serta ketahanan
nasional di wilayah kesatuan NKRI.

6. Penutup.
Revolusi Industri 4.0 sejatinya merupakan penggabungan tren teknologi
otomatisasi yang mempunyai pengaruh luas terhadap berbagai bidang termasuk
bidang pertahanan negara. Hal ini berpengaruh pada kehidupan generasi muda
sekarang, yang terfokus pada kecanggihan teknologi. Oleh karena itu, timbullah
ancaman dan tantangan baru bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi revolusi
industry 4.0.
Strategi bela negara ditekankan untuk menangani permasalahan
pembentukan jati diri dan karakter bangsa, membentuk kemampuan dinamis
generasi muda melalui pola pikir, serta meningkatkan kualitas modal manusia yang
siap menghadapi era Revolusi Industri.
Strategi bela negara ini diharapkan dapat di implementasikan dalam
menyikapi dan mengadaptasi bangsa Indonesia dalam pengaruh perubahan di era
Revolusi Industri 4.0 dalam menjaga stabilitas nasional, ketahanan nasional dan

15
wilayah kesatuan NKRI dengan basis teknologi, serta diharapkan membawa
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik serta dapat mewujudkan kondisi
pertahanan yang lebih tangguh.

Referensi.
BKSTI ub.ac.id /wp-content/upload/2017/10/keynote Speker Drajad Irianto.pdf.
Dzulqarnain As-Sanusi, 2011. Antara Jihad dan Terorisme. Edisi Revisi,
Makasar:Pustaka As-Sunnah.
Philips, Simon. 2018. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: Gema Insani Press.
Sing, Boong & Chan Geraldin, 2007, Dynamic Governance, Embedding Culture,
Capabilites and Change in Singapore, World Scientific Publishing.co. Pte.
Ltd, Singapore.
Soedarsono, Soemarno. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. Jakarta.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 27 ayat
(3), dan Pasal 30 ayat (1) dan (2).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara pada Pasal 9 ayat (1).
Wantannas. 2018. Modul I Konsepsi Bela Negara. Jakarta: Dewan Ketahanan
Nasional
WIRA, 2019, Sinergitas Aktualisasi Bela Negara dan Kearifan Lokal dalam
Membangun Indonesia Unggul. Jakarta: Kementerian Pertahanan.
Wolf Andreas, Industry 4.0 – Digitisation of Manufacturing, and May 19, 2017.
https://blog.boschindia.com/author/andreas-wolf/

16

Anda mungkin juga menyukai