TA 2007
JAWABAN PERSOALAN
Nomor : LT / 05a / II /2007
Kita sering menyatakan beberapa kata “Baik” misalnya pemberian ini baik, ia orang
baik, ini ini pesan baik dan karenanya baik menjadi orang sehat. Kata baik tersebut dapat
diartikan sebagai nilai tukar, efisiensi atau nilai kesusilaan, dapat juga dikatakan sebagai alat
dan dapat pula mengandung unsur kebaikan.
Belum lama ini ada dua gejala yang menyita perhatian masyarakat bangsa Indonesia
yaitu tentang beredarnya tayangan video perilaku mesum seorang anggota DPR RI yang
terhormat dengan seorang biduanita yang cantik serta seorang pendakwah kondang melakukan
pernikahan kedua atau yang dikenal dengan poligami , dengan seorang janda jelita yang telah
beranak .
Beberapa tanggapan terhadap perilaku mereka menjadi topik berita baik di media masa
maupun surat kabar cetak. Tanggapan yang bersifat mendukung serta menyalahkan perilaku
tersebut gencar dilontarkan oleh sebagian besar masyarakat . Tanggapan atas perilaku
seseorang yang menjadi figur dalam kehidupan bermasyarakat adalah suatu hal yang logis ,
karena masyarakat berhak untuk menilai serta menuntut nilai baik kepada seorang figur
mereka.
2 DIKREG XLV SESKOAD
TA 2007
Disadari bahwa nilai individu seorang figur masyarakat tidak lagi menjadi utama bagi
yang bersangkutan , dan itulah kehidupan sosial masyarakat dimana tata nilai etika dalam
kehidupan menjadi tolak ukur seseorang untuk dapat diterima oleh masyarakat.khususnya
untuk menilai apakah seseorang tersebut dapat dikatakan baik atau tidak dari segi etika dan
kesusilaan.
Dari uraian tersebut diatas maka dapat dirumuskan persoalan yang ada yaitu :
bagaimana sikap kita tentang gejala tindakan mesum dan poligami yang dilakukan oleh
beberapa orang terhormat di negeri ini ?.
Adapun manfaat penulisan ini bagi organisasi TNI-AD khususnya para perwira
dijajaran TNI_AD adalah sebagai bahan masukan dan penelaahan tentang sikap terhadap
gejala yang berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat yang didasari pada nilai – nilai
etika dan susila untuk dapat dijadikan bekal dalam pengabdian tugas .
Untuk menentukan sikap terhadap gejala perilaku mesum dan poligami yang dilakukan oleh
orang –orang terhormat dinegeri ini maka perlu diadakan penganalisaan dari perspektif teori
nilai yang berkaitan dengan gejala yaitu teori nilai yang hedonistic dan ditinjau dari teori
teonom serta analisa dari nilai-nilai yang terkandung dalam filsafat Pancasila yang bertumpu
pada sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa .
Teori Nilai. Teori Nilai merupakan bagian dari pandangan tentang nilai yang merupakan
bagian dari filsafat. Perbedaan tentang arti kata nilai dapat berkepanjangan, karena nilai
dapat ditinjau dari berbagai aspek. Bila kita kembali kepad gejala yang ada yaitu perilaku
mesum yang dilakuakn oleh anggota DPR RI tersebut maka dapat digolongkan perilaku
tersebut adalah perilaku yang bersifat Hedonistis. Hedonistis adalah penilaian terhadap
semua perilaku yang didasri pada kesenangan dan kepuasan tanpa melihat nilai – nilai etika
kemasyarakatn serta norma kesusilaan. Gejala hedonisme ini semakin merebak dikalangan
masyarakat perkotaan dimana banyak menawarkan kemudahan dan kesenangan . Perilaku ini
akan menjadi salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang manakala yang
3 DIKREG XLV SESKOAD
TA 2007
bersangkutan tidak lagi mengabaikan nilai-nilai sosial dan kesusilaan. Bangsa Indonesia yang
merupakan bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran dimana nilai etika dan norma
kesusilaan sangat dijunjung tinggi , maka perilaku yang dilakukan oleh seorang anggota DPR
RI tersebut tentulah akan diletakkan dalam penilaian yang paling rendah terhadap orang
tersebut. Toleransi terhadap perilaku tersebut tidak berlaku dimasyarakt Indonesia kecuali di
lingkungan hedonist itu sendiri. Dari penilaian ditinjau dari teori teonom maka perilaku
tersebut merupakan salah satu perilaku yang dianggap telah melanggar aturan dan ajaran
agama yang mengatakan tindakan tersebut sebagai suatu dosa karena mengandung nilai
pengingkaran kesetiaan dan janji yang luhur.
Namun penilaian terhadap perilaku poligami dari sudut pandang teori teonom yang
lebih mengedepankan unsur kebaikan dari setiap perilaku manusia , maka secara ajaran agama
Islam khususnya maka poligami merupakan perilaku yang wajar dan dapat dikatakan memilki
nilai yang cukup tinggi . Hal ini terjadi karena didalam ajaran tersebut mengatakan poligani
bukanlah hal yang dilarang. Pelarangan terhadap perilaku poligami dipersyaratkan sehingga
apabila seseorang telah dapat memenuhi persyaratan tersebut maka poligami menjadi hal yang
legal dari sudut pandang teori teonom
Dari uraian tentang filsafat Pancasila maka menanggapi gejala perilaku mesum dan
poligami yang dilakuakn oleh anggota DPR RI serta pendakwah kondang di negeri ini haruslah
dipandang melalui pemahaman yang mendalam agar tidak menjadi salah arti terhadap nilai-
nilai Pancasila itu sendiri. Pancaila yang meletakkan Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila
pertama menunjukkan bahwa warga negara Indonesia adalah negara yang agamais dimana
nilai-nilai teonom juga menjadi landasan dalam menentukan kehidupan berbangsa ini. Namun
juga di sila-sila berikutnya menunjukan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia menanamkan nilai nilai etika kemasyarakatan serta norma etika kesusilaan . Maka
dapat dikatakan bahwa nilai filsafat Pancasila memiliki pandangan yang fleksibel terhadap
perkembangan kehidupan masyarakat
Dari uraian tentang teori nilai dan nilai –nilai filsafat Pancasila diatas yang dikaitkan
dengan perilaku yang dilakukan oleh anggota DPR RI danPendakwah kondang tersebut maka
sikap yang pantas bagi perwira pimpinan bangsa adalah sbagai berikut : Pertama ; Perilaku
Hedonistic adalah perilaku yangdilakukan atas dasar kesenangan dan pencarian kepuasan
5 DIKREG XLV SESKOAD
TA 2007
tanpa mengabaikan nilai-nilai etika kemasyarakatan serta norma kesusilaan, sehingga tentunya
kita sebagai perwira TNI Ad tidak boleh terjebak kepada perilaku tersebut karena akan
merugikan selain diri sendiri juga institusi TNI, maka sikap yang baik menurut penulis adalah
tidak mendukung, dan justru sebaliknya menghindari serta tidak membenarkan . Sangat pantas
bahwa perilkau tersebut dinilai sebagai perilaku yang memiliki nilai paling rendah dalam tata
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua : Namun penilaian ini tidak boleh
menjadikan sikap bermusuhan atau antipati terhadap orang –orang yang telah melakukan hal
tersebut karena perlu ada nilai menghargai pilihan individu , dalam Pancasila nilai keimanan
terhadap Tuhan yang maha esa yang diaplikasikan dalam ketaatan terhadap ajaran agama ,
maka perilaku poligami dipandang dari sudut agama Islam bukanlah suatu hal yang dilarang
yang sudah barang tentu harus memenuhi nilai persyaratan yang telah ditentukan
Perilaku mesum serta poligami yang dilakukan oleh anggota DPR RI dan pendakwah
terkenal di Negeri ini secara penganalisaan melalui pendekatan persepktif teori nilai adalah
suatu tindakan yang dilandasi oleh hal berbeda . Namun pada dasarnya terkandung nilai – nilai
hedonistic dalam kenyataannya, teori teonom kadang menjadi benar namun kurang tepat untuk
diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang seba majemuk . Sebagai perwira pimpinan
bangsa tentunya harus melihat melalui pemahaman dalam nilai-nilai Filsafat Pancasila yang
merupakan dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Maka sikap yang harus diambil
adalah Pertama : Tidak menyetujui dan mendukung perilaku mesum seta poligami Kedua ;
Tidak bersikap antipati terhadap sebagian masyarakat yang telah melakuakn perilaku tersebut
yang dilandasi pada rasa dan sikap menghargai.
Demikian penulisan tentang analisa perilaku mesum dan Poligami dalam pandangan
teori nilai, semoga bermanfaat