Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

‫ ليس‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫وعن أنس رضي هللا عنه قال‬
‫بخيركم من ترك دنياه آلخرته والآخرته لدنياه حتى يصيب منهما جميعا‬
‫ وابن‬،‫فإن الدنيا بالغ إلى اآلخرة والتكونوا كالعلى الناس (الديلمي‬
)‫عساكرعن أنس‬
“Dari Anas r.a.berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: tidak baik bagi kalian
meninggalkan dunia untuk akhirat dan meninggalkan akhirat untuk dunia sampai
memperoleh keduanya sesungguhnya dunia adalah bekal untuk akhirat dan janganlah kamu
menjadi beban untuk orang lain.
Hadits diatas menjelaskan apabila seorang manusia atau muslim mementingkan
dunianya daripada akhirat atau sebaliknya maka perbuatan tersebut tidak baik. Seperti
kalimat hadits diatas bahwasanya dunia adalah bekal untuk hidup, jadi disini manusia harus
menyamai dunia dan akhirat. Saat urusan dunia lakukanlah urusan dunia seperti bekerja
dengan niat yang ikhlas dan saat urusan akhirat maka lakukanlah dengan khusyuk.
Islam mencela orang yang mampu untuk bekerja dan memiliki badan yang sehat
tetapi tidak mau berusaha keras. Seorang muslim harus dapat memanfaatkan karunia yang
diberikan Allah SWT yang berupa kekuatan dan kemampuan diri untuk bekal hidup layak di
dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi merupakan cerminan diri seorang muslim.
Sebagai manusia, kita diwajibkan untuk berusaha dalam menggapai sebuah cita- cita.
Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan pasrah. Ajaran agama kita melarang orang yang
hanya pasrah tanpa berusaha. Kewajiban kita hanya berusaha dan berdoa, serta mengharap
rahmat Allah swt. Namun harus diingat, Allah SWT akan memberikan karunia-Nya sesuai
dengan usaha seseorang dan doa yang tulus. Oleh karena itu, berusahalah sekuat tenaga dan
berdoalah dengan khusyuk dan tulus.
Agama Islam yang berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah
saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam masalah yang
berkenaan dengan kerja.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam
ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,
Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada
muslim yang lemah. Allah SWT menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita
kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AMIN.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud etos kerja?
2. Etos kerja dalam pandangan islam?
3. bagaimana cara menumbuhkan etos kerja?
4. Hadist tentang etos kerja?
5. Mengapa etos kerja sangatlah penting dalam kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui secara detail apa itu etos kerja.
2. Untuk mengetahui pentingnya etos kerja dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memahami ayat-ayat Al-Quran tentang etos kerja.
4. Memahami hubungan etos kerja dengan kehidupan agama.
5. Hikmah/manfaat dari etos kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etos Kerja


Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti
usaha,amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat). Etos berasal dari bahasaYunani (etos)
yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, sertakeyakinan atas sesuatu. Sikap
ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga olehkelompok bahkan masyarakat . Dalam
kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatukelompok. Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua
bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun
hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al
Khayyath,1994: 13) berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha
manusia baik yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk
kedalam kerja. Contohnya, beribadah,berdoa,belajar,berolah raga, bekerja, bertani, dan
berdagang.
Adapun pengertian kerja secara khusus, yakni yang biasa dipakai dalam dunia
ketenagakerjaan dewasa ini, adalah setiap potensi yang dikeluarkan manusia untuk memenuhi
tuntutan hidupnya, berupa makanan, pakaian tempat tinggal, dan peningkatan taraf hidup.
(Dr. Abdul Azis, Al Khayyath,1994 : 22) Dari pengertian kerja khusus tersebut, yang
dimaksud dengan kerja hanyalah usaha-usaha untuk kepentingan duniawi semata. Contohnya,
bertani, berdagang, dan mengolah kekayaan alam.
Dalam bahasa Arab, kerja disebut amila. Menurut Dr. Abdul Aziz, di dalam kitab suci
Alquran terdapat 620 kata‟amila (kerja) dengan segala bentuknya (menurut IlmuBahasa
Arab). Hal itu menunjukkan bahwa masalah “kerja” harus mendapat perhatianyang sungguh-
sungguh dari setiap umat manusia, khususnya umat Islam.Selain itu, di dalam Alquran kata
amila(kerja) sering didahului dengan kata‟amanuuatau „amanuu (beriman). Ini menunjukkan
bahwa seseorang yang beriman (mukmin) harus membuktikan imannya dengan amal (kerja),
yakni perbuatan-perbuatan yangbaik yang diridai Allah. Allah swr berfirman yang berarti,
“Dan Allah telah berjanjikepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yangsaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dibumi.”(Q.S.An Nur,24 : 55).
Adapun manfaat yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Menjalin komunikasi yang baik. Dengan adanya etos kerja maka akan ada juga komunikasi
secara terus menerus dari masing-masing anggota dan dapat menimbulkan komunikasi yang
baik.

b. Menciptakan suasana kerja yang nyaman. Dengan adanya etos kerja yang berasal dari
masing-masing individu, semua pekerjaan akan berjalan sesuai dan dapat menimbulkan
kenyamanan di lingkungan kerja.

c. Meningkatkan rasa kekeluargaan. Rasa kekeluargaan tumbuh dari suatu kebersamaan yang
terus menerus. Etos kerja bisa disebut sebagai suatu etika atau kesadaran diri yang mununtut
kita untuk bekerja keras.

d. Menumbuhkan jiwa kebersamaan. Setiap individu mempuyai karakter yang berbeda beda.
Namun dengan adanya suatu tujuan bersama yang ada di dalam lingkungan kerja akan dapat
menumbuhkan jiwa kebersamaan dengan sendirinya.

2.2 Etos Kerja dalam Pandangan Islam.


Agama Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan
mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan
bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-
sungguh dalam kehidupan beragama. Budaya Luthans mengatakan bahwa sikap mental,
tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga disebut sebagai etos budaya. Sosial
politik Menurut Siagian, tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi juga
oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan
dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik
dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan
dengan masalah keduniawian atau keakhiratan.
Suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan usahanya
untuk memenuhi kebutuhan (jasmani dan rohani) sebagai bukti pengabdian dirinya kepada
Allah SWT. Rosululloh SAW bersabda :
1. Al-Quran Surah Al-Mujadilah, 58:11

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majelis‟, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan : „Berdirilah kamu‟, maka kamu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(Q.S.Al-Mujadilah,58:11).
Ayat Al-Quran Surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya antara lain berkaitan dengan adab
atau tata krama yang harus diterapkan dalam majelis-majelis yang baik dan diridai Allah swt.
Adab atau tata karma yang dimaksud yaitu memberikan kelapangan dadakepada orang-orang
yang akan mengunjungi dan berada dalam majelis-majelistersebut dengan cara, seperti :
mempersilahkan orang lain yang datang belakanganuntuk duduk di samping kita, sekiranya
masih kosong, menciptakan suasana nyaman, mewujudkan rasa persaudaraan, saling
menghormati dan saling menyayangi, sertatidak boleh menyuruh orang lain yang lebih dulu
menempati tempat duduknya untukpindah ke tempat lain tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syara‟.
Mukmin/Mukminah apabila diperintahkan Allah dan rasul-Nya untuk
bangunmelaksanakan hal-hal yang baik yang diridai-Nya, seperti shalat, menuntut
ilmu,berjuang di jalan Allah, dan membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah
tersebut hendaknya segera dilaksanakan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan
syara‟.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) ayat 11 surat Al Mujadalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru datang kemajlis
Rosululloh, para sahabat tidak mau memberikan tempat duduk di sisi Rosululloh. Maka
turunlah ayat ini (58:11) sebagai perintah untuk memberikan tempat kepada orang yang baru
datang. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Qotadah) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa
ayat 11 ini turun pada hari Jum‟at, di saat pahlawan-pahlawan Badr datang ke tempat
pertemuan yg penuh sesak. Orang-orangtidak memberi tempat kepada yagn baru datang itu,
sehingga terpaksa mereka berdiri.Rosululloh menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-
tamu itu (Pahlawan Badar)disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh
pindah tempat itu merasatersinggung perasaannya. Ayat ini (ayat 11) turun sebagai perintah
kepada kaum mu’minin untuk menaati perintah Rosululloh dan memberikan kesempatan
dudukkepada. sesama mu‟min.
2. Al-Quran Surah Al-Jumu’ah: 9-10
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah disuruh untuk melaksanakan
shalat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila shalat telah dilaksanakan,
maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung.” (Q.S.Al-Jumu‟ah 62:9-10)
Surah Al-Jumu‟ah :9-10 berisi, suruhan Allah SWT terhadap orang-orang beriman
atau umat Islam yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukalaf untuk
melaksanakanshalat Jumat. Agar dapat melaksanakan shalat Jumat umat Islam diwajibkan
untuk meninggalkan segala pekerjaannya, seperti menuntut ilmu dan berjual-beli. Umat Islam
yang memenuhi seruan Allah SWT tersebut tentu akan memperoleh banyak hikmah.
Umat Islam yang telah selesai menunaikan shalat diperintah Allah SWT untuk berusaha
atau bekerja agar memperoleh karunia-Nya. Karunia Allah SWT itu antara lain : ilmu
pengetahuan, harta benda, jabatan, kesehatan, kekuatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
Asbabun Nuzul (sebab turunnya) Surah Al-Jumu‟ah :9-10.
Pada saat Rasulullah SAW berkhutbah pada hari Jum‟at maka datanglah kafilah
membawa barang dagangan dari Syam. Kemudian orang-orang yang sedang mendengarkan
khutbah dari Rasulullah SAW pada saat itu mereka keluar untuk menjemput rombongan
kafilah itu sehingga hanya tinggal 12 orang saja yang duduk mendengarkan khutbah dari
Rasulullah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka turunlah ayat yang selanjutnya ( ayat
11) yang menegaskan bahwa apa yang ada padasisi Allah SWT jauh lebih baik dari pada apa
yang ada pada perniagaan. (MunajbMahali,2002: 816)

Dalam bekerja, setiap pekerja muslim (muslimah), hendaknya sesuai dengan etika Islam,
yaitu :

1. Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh
rida-Nya. Pekerjaan yang halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan
mendapatkan pahala ibadah.
2. Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja
akan tenang, senang, bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
3. Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
4. Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
5. Tidak (Haram) melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja
sebagai germo, pencatat riba (renten), dan pelayan bar.
6. Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja dengan pekerjaan- pekerjaan di
luar batas kemampuan.
7. Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam
kebaikan, dan professional dalam kerjanya.
8. Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya. Sebaliknya, bersyukur
apabila memperoleh keberhasilan.
9. Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang
manfaatnya untuk kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga
meninggalkan shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.

Rahasia Kesuksesan Karier dan Pekerjaan Rasulullah SAW :


 Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka
hendaklah meningkatkan kualitasnya".
 Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang
jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
 Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang
dibukakan pintukebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu
kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.
 Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang
visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
 Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.
 Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid
yang percaya pada cita-cita bersama.
 Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi
 Kedelapan, tentunya ada nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah
SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan
untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.
Inilah kunci terpenting.
2.3 Etos kerja dalam pandangan duniawi
Inilah pengertian kerja yang bisa dipakai dalam dunia ketenaga-kerjaan dewasa ini,
sedangkan bekerja dalam lingkup pengertian ini adalah orang yang bekerja dengan menerima
upah baik bekerja harian, maupun bulanan dan sebagainya.
Pembatasan seperti ini didasarkan pada realitas yang ada di negara-negara komunis
maupun kapitalis yang mengklasifikasikan masyarakat menjadi kelompok buruh dan majikan,
kondisi semacam ini pada akhirnya melahirkan kelas buruh yang seringkali memunculkan
konflik antara kelompok buruh atau pun pergerakan yang menuntut adanya perbaikan situasi
kerja, pekerja termasuk hak mereka.
Konsep klasifikasi kerja yang sedemikian sempit ini sama sekali tidak dalam Islam,
konsep kerja yang diberikan Islam memiliki pengertian namun demikian jika menghendaki
penyempitan pengertian (dengan tidak memasukkan kategori pekerjaan-pekerjaan yang
berkaitan dengan ibadah dan aktivitas spiritual) maka pengertian kerja dapat ditarik pada
garis tengah, sehingga mencakup seluruh jenis pekerjaan yang memperoleh keuntungan
(upah), dalam pengertian ini tercakup pula para pegawai yang memperoleh gaji tetap dari
pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga lainnya.
Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas, praktek
mu’amalah umat Islam sejak berabad-abad, dalam pengertian ini memperhatikan empat
macam pekerja :
1. al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit, tukang kayu, dan
para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya menjadi lebih luas, seperti mereka yang
bekerja dalam jasa angkutan dan kuli.
2. al-Muwadzofin: mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti para pegawai dari
suatu perusahaan dan pegawai negeri.
3. al-Kasbah: para pekerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari-hari dengan cara jual
beli seperti pedagang keliling.
4. al-Muzarri’un: para petani.
Pengertian tersebut tentunya berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya hadis rasulullah
SAW dari Abdullah bin Umar bahwa Nabi SAW bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum
kering keringat-keringatnya. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani).
Pendapat atau kaidah hukum yang menyatakan : “Besar gaji disesuaikan dengan hasil kerja.”
Pendapat atau kaidah tersebut menuntun kita dalam mengupah orang lain disesuaikan dengan
porsi kerja yang dilakukan seseorang, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.
2.4 Etika kerja dalam Islam
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai salah seorang diantara kamu
yang melakukan pekerjaan dengan itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. al-Baihaki)
Dalam memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, rasulullah melakukannya dengan
selektif. Diantaranya dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya.
Beliau senantiasa mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
Sebagaimana dalam awal tulisan ini dikatakan bahwa banyak ayat al-Qur’an menyatakan
kata-kata iman yang diikuti oleh amal saleh yang orientasinya kerja dengan muatan
ketaqwaan.
Penggunaan istilah perniagaan, pertanian, hutang untuk mengungkapkan secara ukhrawi
menunjukkan bagaimana kerja sebagai amal saleh diangkatkan oleh Islam pada kedudukan
terhormat.
Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan usaha sedalam-
dalamnya. Sabda Nabi SAW yang amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja
tergantung pada niat pelakunya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa yang
diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tinggi rendahnya nilai kerja itu diperoleh seseorang tergantung dari tinggi rendahnya
niat. Niat juga merupakan dorongan batin bagi seseorang untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu.
Nilai suatu pekerjaan tergantung kepada niat pelakunya yang tergambar pada firman
Allah SWT agar kita tidak membatalkan sedekah (amal kebajikan) dan menyebut-nyebutnya
sehingga mengakibatkan penerima merasa tersakiti hatinya.
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian…” (al-Baqarah : 264)
Keterkaitan ayat-ayat di atas memberikan pengertian bahwa taqwa merupakan dasar
utama kerja, apapun bentuk dan jenis pekerjaan, maka taqwa merupakan petunjuknya.
Memisahkan antara taqwa dengan iman berarti mengucilkan Islam dan aspek kehidupan dan
membiarkan kerja berjalan pada wilayah kemashlahatannya sendiri. Bukan kaitannya dalam
pembangunan individu, kepatuhan kepada Allah SWT serta pengembangan umat manusia.
Perlu kiranya dijelaskan disini bahwa kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut
sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya iman dan barometer bagi
pahala dan siksa. Hendaknya setiap pekerjaan disampung mempunyai tujuan akhir berupa
upah atau imbalan, namun harus mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh keridhaan
Allah SWT. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh umat Islam sehingga hasil
pekerjaan mereka bermutu dan monumental sepanjang zaman.
Jika bekerja menuntut adanya sikap baik budi, jujur dan amanah, kesesuaian upah serta
tidak diperbolehkan menipu, merampas, mengabaikan sesuatu dan semena-mena, pekerjaan
harus mempunyai komitmen terhadap agamanya, memiliki motivasi untuk menjalankan
seperti bersungguh-sungguh dalam bekerja dan selalu memperbaiki muamalahnya.
Disamping itu mereka harus mengembangkan etika yang berhubungan dengan masalah kerja
menjadi suatu tradisi kerja didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
Adapun hal-hal yang penting tentang etika kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
1. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat,
mengontrol dalam kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara
adil kelak di akhirat. Kesadaran inilah yang menuntut individu untuk bersikap cermat
dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan Allah
dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. Dalam sebuah hadis rasulullah
bersabda, “sebaik-baiknya pekerjaan adalah usaha seorang pekerja yang dilakukannya
secara tulus.” (HR Hambali)
2. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. Firman Allah SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
(al-Baqarah: 172)

1. Dilarang memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,


semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar.
2. Islam tidak membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya
dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
3. Professionalisme yaitu kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai
dengan prinsip-prinsip keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat
amanah, kuat dan kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar
menguasai pekerjaannya. Tanpa professionalisme suatu pekerjaan akan mengalami
kerusakan dan kebangkrutan juga menyebabkan menurunnya produktivitas bahkan
sampai kepada kesemrautan manajemen serta kerusakan alat-alat produksi
2.5 Pembahasan beberapa masalah yang terjadi dalam etos kerja

A. Pegawai pabrik rokok


Benarkah mengharamkan rokok bisa mengguncangkan ekonomi?
Jawabnya adalah benar sekali. Tentu bila fatwa haramnya rokok dikeluarkan secara tiba-
tiba, maka pasti muncul goncangan yang dahsyat. Itu pasti dan tidak mungkin terhindarkan.
Namun mana ada Al-Quran mengharamkan sesuatu dengan cara tiba-tiba? Haramnya
khamar membutuhkan empat periode pengharaman, dari sekedar menyindir hingga haram
total. Haramnya riba juga mengalami proses yang sama.
Maka untuk menghindari masyarakat dari bahaya asap rokok, perlu dilakukan dalam
proses jangka pendek dan jangka panjang. Serta menggunakan sistematisasi yang
komprehensif, menyentuh semua bidang kehidupan serta melibatkan semua elemen. Perlu
dipikirkan pengalihan kerja para petani tembakau dan buruhnya juga. Perlu dipikirkan
konversi industri rokok menjadi industri yang lainnya. Termasuk para penyalur, pengecer dan
penjual.
Harus ada kebijakan dari pihak penguasa dan itikad baik tentunya, agar semua proses itu
bisa berjalan dengan mulus. Misalnya dalam jangka waktu 10 tahun ke depan. Mulai dari
ulama yang bikin fatwa, ahli pertanian yang menemukan tanaman pengganti tembakau yang
lebih menguntungkan petani, juga ahli hukum dan aparat penegaknya yang bekerja
sistematis, terpadu dan terintegrasi.
Mungkin visi dan misi penghilangan rokok harus dipimpin langsung oleh Presiden yang
mengharamkan rokok untuk semua menterinya. Lalu semua menteri mengharamkan rokok
buat semua pejabat eselon 1, 2 dan tiga. Lalu terus ke bawah hingga tingkat yang paling
rendah. Boleh saja dimasukkan ke dalam syarat penerimaan PNS dan TNI serta kepolisian
adalah orang yang tidak merokok.
# Haramnya Rokok #
Haramnya rokok bukan karena kenajisannya seperti haramnya kita makan babi atau
bangkai. Juga bukan karena efek menghilangkan kesadaran dan kewarasan, sebagaimana
haramnya kita minum khamar.
Tetapi karena ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini menemukan bahaya asap
rokok yang serius dan sangat mematikan. Sebuah penemuan yang sangat baru dan untuk
jangka waktu yang panjang belum pernah disadari oleh manusia.
Walhasil, kalau di kitab-kitab fiqih klasik tidak pernah dibahas tentang haramnya rokok,
karena manusia saat itu belum mengenal hakikat racun asap rokok. Yang mereka kenal
hanyalah bau mulut akibat rokok, sehingga hukumnya paling jauh sekedar makruh.
Kalau hari ini kita masih melihat banyak kiyai yang asyik menyedot asap rokok,
barangkali karena mereka tidak mendapatkan up-date terbaru soal informasi bahaya asap
rokok. Dalil yang mereka pakai masih dalil yang klasik dan ketinggalan zaman.
Namun para ulama yang melek informasi dan mengerti teknologi dan ilmu pengetahuan,
biasanya akan cepat menyerap informasi dan cenderung menghindari diri dari asap rokok.
Baik sebagai perokok aktif maupun pasif.
Ketika kalangan ahli menemukan formalin di banyak bahan makanan, serempak orang
berhenti memakan makanan yang mengandung formalin. Ketika boraks ditemukan dalam
makanan kita, orang-orang pun segera berhenti memakannya. Mengapa mereka bisa begitu
kompak dan serempak berhenti makan formalin, boraks dan sebagainya? Karena mereka tahu
betapa berbahayanya zat-zat itu untuk tubuh. Saat itu, tidak ada orang yang bingung tentang
ribuan pekerja yang bakalan menganggur karena kerja di bidang pembuatan makanan yang
mengandung zat berbahaya itu. Orang-orang lebih mementingkan kesehatan masyarakat yang
lebih luas, ketimbang memikirkan nasib pekerja yang bakalan menganggur.
# Tahu Bahaya Tapi Tetap Merokok #
Tapi ternyata tidak semua orang konsekuen dengan ilmunya. Meski mengaku sebagai orang
pandai, cerddas dan berilmu pengetahuan.
Bukankah banyakdokter yang tidak bisa menghentikan kebiasaan merokoknya? Padahal
mereka orang yang paling tahu bahaya racun asap rokok. Mereka adalah orangyang
mengajarkan kepada manusia bahwa rokok itu racun dan berbahaya bagi kesehatan, bukan
sekedar berbahaya, tetapi bahaya yang amat serius.
Kalau pak dokter ada yang merokok, maka siapa yang bisa menjamin bahwa masyarakat
awam tidak merokok? Sedangkan fatwa haram rokok milik para ulama berangkat dari
ilmunya para dokter.
Bukankah tidak sedikit para dokter yang juga doyan minum khamar? Padahal mereka
tahu bahaya khamar, jauh lebih tahu dari para ulama tentunya. Jadi masalahnya buat sebagian
orang memang bukan terletak pada ketidak-tahuan, melainkan kemampuan diriuntuk
menahan hawa nafsu. Di situlah titik masalahnya.
Siapa bilang para lelaki hidung belang dan para wanita penjaja kenikmatan seks tidak
mengerti penyakit kelamin yang sangat menyakitkan? Justru mereka adalah orang paling tahu
bahaya seks bebas. Tapi hawa nafsu mengalahkan mereka. Jadi urusannya memang bukan
seseorang itu tidak tahu adanya bahaya, tetapi karena seseorang sudah tidak mampu menahan
gejolak syahwatnya sendiri.
Ketika seseorang masih saja merokok, ada dua kemungkinan penyebabnya.
(1)Pertama, dia tidak tahu bahaya asap rokok.
(2) Kedua, mungkin dia tahu tapi dia tidak mampu menahan syahwat merokoknya.

B. Pekerjaan sebagai eksekutor


# pengakuan dari Muhammad Saad al-Beshid dari Saudi Arabia#
Dalam sebuah wawancara yang jarang dilakukan, Muhammad Saad al-Beshi, 42 tahun,
mengatakan pada Arab News harian Saudi bahwa ia telah mengeksekusi banyak wanita,
disamping pria.
“Meski sesungguhnya saya membenci tindak kekerasan terhadap kaum wanita, namun
jika berkaitan dengan kehendak Allah, maka saya harus melaksanakannya. Ia sama sekali
tidak memperlihat raut wajah berubah ketika menyebutkan jumlah orang yang diperintahkan
untuk ia penggal.
“Bagiku tak ada masalah: dua, empat, bahkan sepuluh – selama yang kulakukan ini
adalah kehendak Allah, bukan sebuah persoalan berapa banyak orang yang kueksekusi.”
Dibawah hukum-hukum Syariah yang keras yang berlaku di kerajaan-kerajaan Teluk,
hukuman mati dapat dijatuhi pada mereka yang melakukan pembunuhan, perkosaan, murtad
(meninggalkan Islam), perampokan bersenjata, perdagangan narkotika dan penggunaan
narkotika secara berulang.
Pihak berwenang Saudi mengumumkan eksekusi publik secara regular – dan hal itu
dikecam oleh kelompok-kelompok hak-hak asasi manusia Barat.

Pilihan Kematian
Mr Meshi mengatakan bahwa ia terkadang menembak mati para wanita yang dinyatakan
bersalah berdasarkan hukum Syariah.
“Semuanya bergantung pada cara apa yang mereka minta untuk dipakai. Terkadang
mereka meminta saya untuk memakai pedang dan terkadang dengan senjata api. Tetapi
paling sering dengan menggunakan pedang,” katanya.
Pekerjaannya adalah di penjara Taif, dimana ia harus memborgol dan menutup mata para
tahanan yang sedang menghadapi hukuman mati, dan hal itu membuatnya merasakan sensasi
saat menjalankan eksekusi, demikian pernyataannya pada Arab News. Kembali ke tahun
1998, ketika ia menjalankan eksekusinya yang pertama di Jeddah, saat itu ia merasa grogi,
sebab banyak orang yang menyaksikan. Tapi sekarang ia tidak lagi merasa grogi, demikian
penjelasannya.
Kriminal diikat dan ditutup matanya. “Dengan sekali tebasan pedang, saya memisahkan
kepala dari tubuhnya. Kepala itu akan menggelinding beberapa meter jauhnya,” katanya, saat
mengisahkan ulang pemenggalan pertama yang ia lakukan.
“Ada banyak orang yang pingsan ketika mereka menyaksikan sebuah eksekusi. “Saya
tidak tahu mengapa mereka datang dan menonton jika mereka tak kuat melihatnya,” katanya.
“Tak ada yang menakutkan dari saya. Saya punya banyak keluarga dan juga teman-teman
di masjid, dan saya juga menjalani kehidupan normal sama seperti orang lain. Tak ada yang
berbeda dengan kehidupan sosial saya.”
Pedang warisan
Ia adalah ayah dengan 7 orang anak. Mr Beshi mengatakan bahwa pedangnya adalah
hadiah dari pemerintah. Ia merawatnya agar tetap tajam dan kadang-kadang anak-anaknya
membantunya untuk membersihkan pedang itu. “Banyak orang yang takjub akan kecepatan
pedang itu memisahkan kepala dari tubuh,” katanya. Sebelum menjalankan eksekusi, ia
mengunjungi keluarga korban untuk memintakan pengampunan bagi si kriminal, yang
mengakibatkan si kriminal harus dihukum mati.
“Saya selalu memiliki harapan itu, hingga menit terakhir, dan saya berdoa pada Tuhan
untuk memberi hidup baru yang lebih baik padanya.”
Ketika eksekusi siap dijalankan, maka satu-satunya percakapan antara dia dengan tahanan
itu adalah, memintanya untuk mengucapkan kalimat “syahadat” – sebuah pengakuan iman
Muslim.
“Ketika mereka tiba di lapangan eksekusi, kekuatan mereka akan hilang. Kemudian saya
akan membacakan peraturan eksekusi, dan setelah sebuah tanda maka saya akan memenggal
leher tahanan tersebut,” katanya.
Training
Sebagai seorang eksekutor berpengalaman, saat ini Mr Beshi melatih orang lain untuk
melakukan tugas yang sangat menekan seperti itu. Ia merasa bangga bahwa anak laki-lakinya
telah dipilih menjadi seorang eksekutor. Training difokuskan pada bagaimana memegang
pedang dan kemana harus mengarahkan mata pedang tersebut. Kadang-kadang ia juga harus
melakukan pemotongan tangan atau kaki.
“Saya memakai sebuah pisau tajam khusus, bukan sebuah pedang. Ketika memotong
sebuah tangan, maka saya memotongnya pada bagian sambungannya. Jika itu adalah sebuah
kaki, maka pihak berwenang akan menunjukkan secara spesifik bagian mana yang harus
dipotong, jadi aku tinggal mengikutinya saja.”
Tubuh korban terkadang diletakkan dalam posisi terentang untuk dilihat oleh publik
sebagai peringatan.

Hadistnya:
Surat Al Baqarah Ayat 180-182

‫ب آ َمنُوا‬َ ِ‫علَ ْي ُك ُم ُكت‬


َ ‫اص‬ ُ ‫ص‬ َ ‫َو ْالعَ ْبدُ ِب ْال ُح ِ ِّر ْال ُح ُّر ْالقَتْلَى فِي ْال ِق‬
‫الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬
‫ي فَ َم ْن ِباأل ْنثَى َواأل ْنثَى‬ َ ‫ع ِف‬ُ ُ‫ش ْي ٌء أ َ ِخي ِه ِم ْن لَه‬ َ ‫ع‬ ِ ‫ِب ْال َم ْع ُر‬
ٌ ‫وف فَاتِِّبَا‬
‫ِب ْالعَ ْب ِد‬
‫ان‬
ٍ ‫س‬ ٌ ‫ذَ ِل َك بَ ْعدَ ا ْعتَدَى فَ َم ِن َو َر ْح َمةٌ َربِِّ ُك ْم ِم ْن ت َ ْخ ِف‬
َ ‫يف ذَ ِل َك بِإِ ْح‬
‫ِإلَ ْي ِه َوأَدَا ٌء‬
ُ‫اب فَلَه‬
ٌ َ‫عذ‬ َ ‫(أَ ِلي ٌم‬١٧٨)
‫اص ِفي َولَ ُك ْم‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ب أُو ِلي يَا َحيَاة ٌ ْال ِق‬ ْ ‫( تَتَّقُونَ لَعَلَّ ُك ْم‬١٧٩)
ِ ‫األلبَا‬
178. Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu melaksanakan qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi, barangsiapa
yang memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikutinya
dengan cara yang baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang
demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhan kamu. Barangsiapa yang melampaui
batas setelah itu, maka ia akan mendapat siksa yang sangat pedih.
179. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang
berakal, agar kamu bertakwa.
Pengertian :
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishaash itu tidak dilakukan, bila
yang membunuh mendapat maaf dari ahli waris yang terbunuh, yaitu dengan membayar diat
(ganti rugi). Pembayaran diat diminta dengan baik, misalnya dengan tidak mendesak yang
membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, misalnya tidak
menangguhkannya dan tidak mengurangi jumlah diat, karena balasan terhadap perbuatan baik
adalah dengan berbuat baik pula. Bila ahli waris korban membunuh yang bukan si pembunuh,
atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat padahal Allah telah menjelaskan hukum-
hukum ini, maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat siksa
yang pedih.
Yakni adanya syari'at qishas terdapat jaminan kehidupan yang aman bagi kita
selanjutnya. Hal itu, karena orang yang hendak membunuh, jika mengetahui bahwa dia akan
dibunuh juga, maka ia akan berhenti melakukan tindakan pembunuhan, sehingga ia sama saja
menghidupkan yang lainnya. Demikian pula had-had dalam Islam lainnya, tujuannya untuk
menjaga jiwa, harta, akal, kehormatan, agama dan membuat jera pelakunya.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyukai hamba-hamba-
Nya yang mau menggunakan akal dan pikirannya untuk memikirkan hikmah di balik
ketetapan-Nya yang bijak dan maslahat yang ada di dalam ketetapan itu, di mana itu semua
menunjukkan kesempurnaannya, kesempurnaan hikmah-Nya, adil-Nya dan rahmat-Nya yang
luas. Demikian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang seperti ini berhak mendapatkan
pujian termasuk orang-orang yang berakal, kepada mereka ditujukan panggilan ini, dan
cukuplah yang demikian sebagai keutamaan bagi orang-orang yang mengerti.
C. Pengemis
Tangan di Atas Lebih Baik dari Tangan di Bawah
‫س ْفلَى‬ُّ ‫ اليَدُ العُ ْليَاخير ِمن اليَد ال‬:‫عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
ُ‫ف يُ ِعفَّه‬ َ ‫َوا ْبدَأْ ب َمن تَعُو ُل وخيرالصدَقَ ِة عن‬
ْ ‫ظ ْه ِر ِغنًى و َمن يَ ْست َ ْع ِف‬
ُ‫هللاُ و َمن يَ ْست َ ْغ ِن يُ ْغنِ ِه هللا‬
Nabi bersabda: “Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, mulailah orang yang wajib
kamu nafkahi, sebaik-baik sedekah dari orang yang tidak mampu, barang siapa memelihara
diri (tidak meminta-minta) maka Allah akan memeliharanya, barangsiapa yang mencari
kecukupan maka akan dicukupi oleh Allah.”
Maksud hadits tersebut tidak berarti memperbolehkan meminta-minta, tetapi memotivasi
agar seorang muslim mau berusaha dengan keras agar menjadi tangan di atas, yaitu orang
yang mampu membantu dan memberi sesuatu pada orang lain dari hasil jerih payahnya.
Bagaimana mungkin dapat membantu orang lain jika untuk memenuhi dirinya sendiri tidak
mencukupi. Bagaimana mungkin mencukupi dirinya sendiri apabila tidak mau berusaha
bekerja keras. Seseorang akan membantu sesama dapat membantu sesama apabila dirinya
telah berkecukupan. Seseorang akan berkecukupan jika ia mempunyai penghasilan lebih.
Seseorang akan dapat penghasilan lebih jika berusaha dan baik. Karenanya bekerja harus
disertai etos kerja tinggi.
Seorang muslim tidak boleh memperlihatkan ketidak berdayaannya, tetapi
memeperlihatkan kemampuannya baik fisik maupun mental.
Seorang pengemis kemampuan fisik kuat tetapi mentalnya lemah (mental budak). Mental
budak walaupun dimarahi, diejek, dicuekin merasa tidak malu. Seorang pengemis termasuk
tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan berupa tenaga, pikiran, kemampuan dan
sebagainya. Dia hanya meminta belas kasihan padahal dia bisa menggunakan tenaganya
walaupun penghasilannya tidak seberapa.

Hadits tentang balasan menjadi profesi pengemis


‫الناس حتى‬
َ ‫سئ َ ُل‬
ْ َ‫ ما َيزا ُل الر ُج ُل ي‬: .‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬,‫بن عُمريقول‬ ْ ِ‫عن عب ِدهللا‬
‫يأتِ َي يَ ْو َم القيام ِة وليس فى َو ْج ِه ِه ُم ْزعَةُ لَ ْحم‬
Dari Abdullah bin Umar ra. berkata, bersabda Rasulullah: “Orang yang biasa mengemis itu
akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dengan muka yang tanpa daging sedikitpun.”

Hadits lain tentang mengemis

‫ب‬ َ ‫َل َ ْن يَ ْحت َ ِز َم أ َحدُ ُك ْم ُحزَ َمةً ِمن َح‬:


ٍ ‫ط‬ َ .‫م‬.‫عن أبي هريرة يقول قال رسول هللا ص‬
.ُ‫ال َر ُجال يُ ْع ِط ْي ِه ْأو يَ ْمنَعُه‬ ْ ‫أن يَ ْس‬ َ ‫فَيَ ْح ِملَها على‬
ْ ‫ظ ْهره فيَبِيعَهاخيرلهُ ِمن‬
Dari Hurairah r.a. katanya, bersabda Rasulullah SAW: “Mencari kayu bakar seberkas, lalu
dipanggul terus dijual, lebih baik daripada mengemis kepada orang lain; diberinya atau
tidak.”
Pekerjaan pemulung lebih baik daripada pengemis, karena pemulung tiap hari mulai
bekerja pagi sampai sore mengais sampah-sampah yang berserakan dan di tong sampah,
barang tidak terpakai kemudian ia jual dan hasilnya buat makan. Dibanding pengemis yang
mencari rizqi dengan muka belas kasihan, tidak mengeluarkan tenaga hasilnya buat makan
atau untuk menambah harta kekayaan.
Manusia pemalas dan berpangku tangan lebih rendah derajatnya dari seekor ayam yang
sudah mengai-ngais makanan di pagi hari. Jadi yang menurunkan derajat manusia adalah
manusia itu sendiri.

BAB III

KESIMPULAN
Etos Kerja merupakan semangat dalam bekerja, mereka yang bekerja akan bersungguh-
sungguh dengan niat ikhlas dan mencari ridlo Allah. Berhubungan dengan etos kerja
seseorang akan mencari rizqi yang halal apabila iman kepada Allah, dia akan takut apabila
curang mendapatkan rizqi yang tercampur haram. Dengan melakukan hal-hal yang
bermanfaat dalam hidup yaitu bekerja dengan menggunakan kemampuan sendiri baik fisik
maupun mental maka orang itu bisa menjadi tangan di atas. Jika orang hanya berpangku
tangan dan lemah dalam mental seperti pengemis, orang itu termasuk memalukan dirinya
sendiri dan merendahkan martabat manusia.

SARAN
Agama Islam memerintahkan para pemeluknya untuk menjaga etos kerja dengan baik.
Khususnya para pembaca yang masih duduk di bangku sekolah, penulis menyarankan agar
tetap menjaga etos kerja.

PENUTUP
Sekian kiranya paparan makalah dari kami, banyak kesalahan baik dari segi
penulisan ataupun referensi dan materi-materi lainnya kami berharap Allah SWT.
memberikan ampunan kepada kami dan kepada pembaca sudi kiranya memberikan kritik dan
sarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Lutfi Ubaidillah Muhammad, Rozak Fathur. 2011.Pendidikan Agama Islam untukSMA/SMK


kelas XII.Jakarta: CV Arya Duta.Syamsuri, Yunus Mohamad. 2003. Agama Islam SMU untuk
kelas3.Jakarta:Erlangga.Syamsuri. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas
XII.Jakarta:Erlangga.From.http://teghitsugaya.blogspot.com/2011/06/bab-i-
pendahuluan.html.diakses pada28 Agustus
2012From.http://pedomanku.wordpress.com/?s=2.%09Al-Quran+Surah+Al-
Jumu%E2%80%99ah%3A+9-10 diakses pada 1 September
2012From.http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5027 diakses pada 1 September
2012.ETOS KERJA _ azenbara.htm.selamat dunia dan akhirat » ETOS KERJA DALAM
ISLAM.htm.Tafsir Al Quran Al Karim Tafsir Al Baqarah Ayat 178-182.htm.ETOS KERJA
DALAM PERSPEKTIF ISLAM _ Kelompok 2 AGAMA XII IPA 6.htm.Kalau Rokok Haram,
Bagaimana Solusinya.htm

Anda mungkin juga menyukai