Anda di halaman 1dari 12

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG

PENCEGAHAN DBD

POKJA LINGKUNGAN

Disusun Oleh :

Mahasiswa Profesi Ners Stase Komunitas Desa Petir Dusun 3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG DBD

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis maupun

daerah subtropis. Data yang dihimpun dari seluruh dunia menunjukkan

bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam

berdarah dengue setiap tahunnya. Sementara itu, World Health Organization

(WHO) mencatat sejak tahun 1968 hingga 2009, bahwa negara Indonesia

merupakan negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia

Tenggara. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit kesehatan

masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan mobilitas serta

kepadatan penduduk di Indonesia, jumlah penderita dan luas daerah

penyebaran penyakit DBD semakin bertambah. Demam berdarah dengue

disebabkan oleh virus Dengue dari genus flavivirus, famili flaviviridae,

ditularkan manusia melalui gigitan nyamuk aedes yang terinfeksi oleh virus

dengue. (Depkes RI, 2010).

Di Desa Petir Dusun 3 saat ini musim hujan dan serta 18,5%

warganya membuang sampah dihalaman rumah merupakan kondisi optimal

untuk nyamuk berkembang biak. Pencegahan utama demam berdarah

dengue terletak pada upaya mengurangi maupun menghapuskan vektor

nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti. Salah satu upaya


pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah

timbulnya DBD.

2. Rencana Keperawatan

a. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, masyarakat Desa Petir

Dusun 3 dapat memahami pencegahan dan penanganan DBD.

b. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian DBD

2. Menjelaskan penyebab DBD

3. Menjelaskan tanda dan gejala DBD

4. Menjelaskan penanganan DBD

5. Menjelaskan pencegahan DBD dengan Ovitrap

3. Rencana Kegiatan

a. Topik

Pencegahan dan penanganan DBD

b. Metode

Ceramah & Demonstrasi

c. Media

1) LCD proyektor

d. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : 24 Desember 2019

Waktu : 16.00 WIB - Selesai

Tempat : Rumah warga


e. Pengorganisasian

PJ Pokja : Arif Prigunawan & Estina Rosmayanti

Moderator : Arini Ulfa Mawwadah

Penyampai materi : Estina Rosmayanti

Fasilitator : Arif Prigunawan

4. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1) Menyiapkan laporan pendahuluan, proposal kegiatan, dan SAP.

2) Waktu pelaksanaan telah disepakati dan ditetapkan

3) Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan

4) Materi dan media telah dipersiapkan

5) Telah terbentuk panitia penyelenggara

b. Evaluasi Proses

1) Jumlah peserta sesuai harapan

2) Penyaji menyampaikan materi dengan tepat

3) Peserta antusias mengikuti kelangsungan acara

4) Media dan alat bantu dapat digunakan secara efektif

5) Acara dapat berjalan sesuai rencana

c. Evaluasi Hasil

1) Terbina hubungan saling percaya dengan pihak Peserta atau

audien.

2) Peserta mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan dan

penanganan DBD.
SATUAN ACARA PENYULUHAN PEMCEGAHAN DBD

Materi : Demam Berdarah Dengue

Pokok Bahasan : Pencegahan dan penanganan DBD

Hari/ tanggal : 24 Desember 2019

Waktu pertemuan : 20 menit

Tempat : Rumah Warga

Sasaran : Ibu-ibu pengajian di Dusun 3

Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners FIKES UMP

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan pada ibu – ibu pengajian


di Desa Petir dusun 3 diharapkan masyarakat mampu memahami tentang
pencegahan dan penanganan DBD.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan di Desa Petir


dusun 3 diharapkan masyarakat mampu menjelaskan tentang apa yang
sudah diberikan pada saat penyulahan berlangsung dengan kriteria:

a. Pengertian DBD

b. Tujuan pencegahan DBD

c. Penanganan DBD

d. Cara membuat Ovitrap


B. Metode

1. Ceramah,

2. Tanya jawab

3. Diskusi

C. MEDIA

1. LCD

D. KegiatanPenyuluhan

No. KegiatanPenyuluh Waktu ResponPeserta


1 Pendahuluan 5 mnt
a. Menjawab
a. Memberi salam salam
b. Memberi pertanyaan apersepsi b. Memberi salam
c. Mengkomunikasikan pokok c. Menyimak
bahasan
d. Menyimak
d. Mengkomunikasikan tujuan

2 Kegiatan Inti 20 mnt


a. Menyimak dan
a. Memberikan penjelasan tentang : Memperhatikan.
1) Pengertian DBD b. Bertanya.
2) Penyebab DBD c. Menyimak dan
3) Tanda dan gejala DBD Memperhatikan.

4) Penanganan DBD

5) Pencegahan DBD

b. Demonstrasi pembuatan Ovitrap

c. Memberikan kesempatan kepada


masyarakat untuk bertanya

d. Menjawab pertanyaan
3 Penutup 5 mnt a. Memperhatikan

a. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Menjawab


bersama masyarakat c. Menjawab
b. Memberikan evaluasi secara lisan salam

c. Memberikan salam penutup

E. Susunan Acara Pelaksanaan

1. Pendahuluan

2. Penyampaian Materi

3. Demonstrasi

4. Diskusi Tanya jawab

5. Penutup

F. Evaluasi

1. Prosedur : Akhir penyuluhan

2. Waktu : 5 menit

3. Jumlah Soal : 3 soal

4. Jenis Soal : Menguraikan secara lisan

Pertanyaan :

1. Penyebab timbulnya DBD?

2. Cara Pencegahan DBD?

3. Cara penanganan DBD?


LAMPIRAN MATERI

A. Defenisi DBD

Demam berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang di

sebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui

nyamuk terutama Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang ditemukan

didaerah tropis dan subtropis salah satunya di Indonesia (Vyas, 2013).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang

berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak – anak

tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak–anak berusia di bawah

15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok yang

disebabkan virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty

(betina). Sehingga penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty

tersebut (Suharso, 1994).

B. Penyebab

a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Suharso, 1994).
b. Vector
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Mansjoer &
Suprohaita; 2000). Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus
merupakan vector penularan virus dengue dari penderita kepada orang
lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor
penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan
(rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk
Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana
– bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang
terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah
korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja
hari(Suharso, 1994).
c. Lingkungan
1. Kepadatan penduduk
Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes
menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan
penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang
tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa
penyakit DBD (WHO, 2000).
2. Sanitasi lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan berperan besar dalam
perkembangbiakan nyamuk Aedes, terutama apabila terdapat banyak
kontainer penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung
dari sinar matahari, apalagi berdekatan dengan rumah penduduk
(Soegijanto, 2004).
3. Keberadaan container
Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor
nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin
banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk
Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi
pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih
cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang
pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD
4. Tanda dan Gejala

a. Demam tinggi yang berlangsung 2-7 hari, tanpa penyebab jelas

b. Tampak lemah dan lesu

c. Nyeri ulu hati

d. Peteki (bintik-bintik merah), perdarahan gusi, hematemesis, melena

(BAB berwarna hitam atau bercampur darah), mimisan

e. Nadi cepat dan lemah, bisa sampai tidak teraba, kulit dingin dan

gelisah

f. Penderita gelisah disertai tangan dan kaki dingin berkeringat

g. Mual muntah

5. Pencegahan DBD dengan 3M

Cara yang paling tepat dan efektif untuk memberantas nyamuk Aedes

Aegypti adalah dengan memutus rantai berkembangan biakan nyamuk

dengan gerakan 3M Plus yaitu :


a. Menguras tempat bak mandi, tendon, gentong, vas bunga, tempat

minum burung, tanaman air minimal 1 minggu sekali. Selain

menguras maka perlu dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk

b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA) seperti ember,

gentong, drum

c. Mengubur / menimbun / memusnahkan barang bekas yang dapat

menampung air
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI .2012. Pencegahan dan Pemberantasan Demam


Berdarah Dengue di Indonesia, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Purnawan J. 1995. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Rejeki S. 2001. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia,DKKS RI


Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan.

Santoso, J., Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Terhadap Jumlah Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti yang Terperangkap. 2010.

Suharso D (1994). Pedoman Diagnosis danTerapi. F.K. UniversitasAirlangga.


Surabaya.

WHO, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue.


2004, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai