Anda di halaman 1dari 30

Tugas Irigasi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Definisi
Irigasi adalah pemberian air ke suatu tempat tertentu untuk kepentingan
pertanian, karena irigasi menyangkut kepentingan umum khususnya produksi
agrikultur maka harus direncanakan secermat mungkin. Irigasi sering disatukan
dengan drainage, yaitu suatu sistem pembuangan air yang mengalirkan
kelebihan air baik berasal dari permukaan tanah maupun bawah tanah.
Drainage merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan
erat dengan pengendalian banjir dan pemberian suplai bagi tanaman.
Dalam tugas ini akan dibahas mengenai masalah penyediaan air untuk
keperluan irigasi atau pertanian yang ,meliputi penyediaan air, membawa,
membagi, memberi, mengatur dan kemudian membuang air yang sudah
digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka memerlukan suatu
sistem jaringan yang memadai dan terpenuhi dengan baik. Salah satu lagi yang
tak kalah penting adalah pemanfaatan curah hujan yang semaksimal mungkin,
sehingga pemberian air ke petak-petak sawah diberikan bila curah hujan tidak
mencukupi kebutuhan.

I.2. Tujuan
Disamping untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman, irigasi dapat
digunakan untuk berbagai macam pekerjaan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Memupuk atau merabuk tanah.
Memupuk adalah bagian sesudah membasahi tanah.
Air sungai yang membawa zat-zat yang diperlukan tanaman, sangat baik
untuk pertumbuhan tanaman.
2. Membilas air kotor
Hal ini bisanya terdapat di daerah perkotaan dimana biasanya saluran-
saluran dalam kota banyak mengandung kotoran sehingga untuk
pengendapan maka perlu diglontorkan dengan air yang kita datangkan.
3. Kultamase
Kultamase ini hanya dapat dilakukan bila air yang mengalir banyak
mengandung mineral, material kasar. Karena material ini akan mengendap
bila kecepatan air tidak mencukupi untuk memindahkan material tersebut.
4. Memberantas hama
Gangguan hama pada tanaman seperti sudep, tikus, wereng dan ulat dapat
diberantas dengan cara menggenangi permukaan tanah tersebut dengan
air sampai batas tertentu.
5. Mengatur suhu tanah
Tanaman dapat tumbuh dengan baik bila suhu tanah dapat diatur yaitu
tidak terlalu tinggi dan rendah suhunya. Air yang menggenangi permukaan
tanah dapat berfungsi untuk menjada agar suhu tanah akan konstan.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 1


Tugas Irigasi

I.3. Tugas Perencanaan Irigasi


Secara umum langkah - langkah membuat tugas perencanaan irigasi
meliputi :
1. Data yang harus ada :
Peta topografi daerah yang akan direncanakan jaringan irigasinya dan data
hidrologi yang diperlukan.
2. Membuat rencana berupa petak-petak tersier, sekunder, dan saluran
pembawa, saluran pembuang.
3. Menghitung angka kebutuhan air berdasar data-data yang ada.
4. Merencanakan dimensi dari jaringan irigasi baik saluran sekunder, tersier
maupun primer.
5. Merencanakan dimensi saluran drainase , termasuk perhitungan muka air.
6. Menggambarkan penampang memanjang untuk jaringan irigasi yang
direncanakan.
7. Membuat gambar rencana.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 2


Tugas Irigasi

BAB II
TEORI KEBUTUHAN AIR

II.1. Kebutuhan Air untuk Irigasi Pada Petak Sawah (Ir)


Kebutuhan air untuk tanaman tergantung pada macam tanaman dan masa
pertumbuhannya sampai dipanen sehingga memberikan produksi yang
optimum. Tanaman yang terpenting yang membutuhkan air irigasi di Indonesia
adalah padi. Oleh karena itu pemberian air untuk keperluan tanaman padi
menjadi suatu masalah yang sangat penting disamping pemberian air pada
tanaman palawija.
Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor :
• Jenis tanaman.
• Jenis tanah.
• Cara pemberian air.
• Cara pengolahan tanah.
• Kuantitas curah hujan.
• Waktu tanam.
• Iklim.
• Pemeliharaan dan eksploitasi saluran dan bangunan.
Kebutuhan air untuk irigasi pada petak sawah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Ir = W + Et + P - Re
Dimana :
Ir = Kebutuhan air untuk irigasi.
W = Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan
(standing water).
Et = Evapotranspirasi = crop consumtive use
P = Perkolasi
Re = Curah hujan efektif.

II.2. Pengolahan Tanah (W)


Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (standing
water), pada saat pemupukan, ditetapkan W = 3,33 mm/hari

II.3. Evapotranspirasi (Et)


Evapotranspirasi ialah peristiwa penguapan suatu daerah aliran sungai
sebagai akibat pertumbuhan dari tanaman.
Banyaknya air untuk evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan cara
Hargreaves atau Penman. Untuk menghitung evapotranspirasi dalam tugas ini
digunakan metode Penman.
Et = Eo * KT
Dimana :
Et = Evapotranspirasi
Eo = Evaporasi ( peristiwa berubahnya air menjadi uap )

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 3


Tugas Irigasi

Perhitungan angka Evaporasi diperoleh dari pengolahan data air


hujan pada daerah yang diamati (Lihat BAB V, Perhitungan
Kebutuhan Air )
KT = Koefisien Tanaman ( Padi )

II.4. Perkolasi
Perkolasi ialah peristiwa meresapnya air dari lapisan tak jenuh ke lapisan
yang jenuh.
Banyaknya air untuk perkolasi tergantung dari porositas tanah. Perkiraan
perkolasi didasarkan pada hasil percobaan lapangan.
Untuk nilai perkolasi pada dataran rendah ditetapkan sebesar 1 mm/hari.

II.5. Curah Hujan Efektif (Re)


Perkiraan curah hujan efektif dihitung berdasarkan R50, artinya curah
hujanyang 50% disamai atau dilampaui dari 10 kali peristiwa.
Metode yang dipakai :
1. Cara Empiris
Re = R50 = n/5 +1
Re = R 50 = curah hujan efektif 50%
Dimana :
n/5 +1 = ranking curah hujan efektif Re dihitung dari ranking terkecil
n = Jumlah pengamatan curah hujan.
2. Cara Statistik
a. Dengan analisa frekuensi curah hujan harian atau bulanan dapat
diperkirakan curah hujan efektif yang 50% disamai atau dilewati dengan
periode ulang 5 tahun dengan ascending order (Nm. Excending). Dengan
memplot pada “Extermal Porbality Paper” dari Gumbel atau log-log paper
dengan ploting pisitioan dari Hanzen 100(2m-1)/(n+1) besarnya curah
hujan harian dapat dicari dengan mengambil p (x) = 50% atau periode
ulang 5 tahun.
b. Besarnya curah hujan efektif dapat dihitung dengan rumus :
Ir = W + Et + P - Re atau
Re = W + Et + P- Ir
Dimana :
Ir = Kebutuhan air irigasi.
Et = Crop Consumtive use = Evapotranspirasi.
P = Perkolasi
W = Kebutuhan air untuk pengolahan atau genangan.
Jika :
W = 0
Ir = Irigasi = 0
Et = Evapotranspirasi = 10 mm/hari
P = Perkolasi = 6 mm/hari
PD = Pengolahan = 20 mm/hari
Ws = water storage capacity= 30 mm/hari
Sm = Soil moisture = 6 mm/hari

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 4


Tugas Irigasi

Maka curah hujan efektif dipilih dari harga terbesar dari :


Re max = Et + PD + P................................………..(1)
atau
Re max = Ws + PD +P................................……….(2)
dan
Re min = 5 mm (kehilangan)
Dengan mengambil harga diatas maka :
(1) Re max = 10 + 20 + 6 = 36 mm/hari
(2) Re max = 30 + 6 + 6 = 42 mm/hari
Jadi Re max = 42 mm/hari.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 5


Tugas Irigasi

BAB III
TEORI IRIGASI

III.1. Bangunan Irigasi


1. Bangunan Utama
Adalah semua bangunan yang dibuat sebagai sarana pembagian air
irigasi. Macam bangunan utama yaitu :
a Waduk
Yaitu bangunan yang berfungsi mengatur debit aliran sungai serta
menyimpan kelebihan air.
b Bendung
Yaitu berfungsi menaikkan air sungai hingga areal yang memerlukan
pengairan.
c Mesin pompa
Yaitu bangunan pengganti bendung dimana pada lokasi tersebut
tidak mungkin didirikan sebuah bendung.
d Bangunan pengambilan bebas
Yaitu bangunan yang berfungsi mengalihkan air ke tempat yang
membutuhkan air tanpa menaikkan muka air.
2. Bangunan pembawa
a. Saluran pembawa
Berfungsi membawa air dari saluran saluran utama ke tempat yang
memerlukan air tersebut.
Jenis saluran pembawa :
 Saluran primer : membawa air dari bangunan utama
sampai bangunan terakhir.

 Saluran sekunder : membawa air dari bangunan bagi pada


saluran primer sampai banguana sadap
terakhir.

 Saluran tersier : mengaliri suatu petak tersier yang


menyadap saluran sekunder.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 6


Tugas Irigasi

 Saluran kuarter : saluran yang airnya langsung digunakan


di tanah.

b. Saluran pengendap lumpur


Dibangun di daerah irigasi yang airnya banyak mengandung lumpur.
Saluran ini biasanya terletak di daerah hilir bangunan pengambil,
memperluas pengendapan lumpur yang kasar.

c. Gorong-gorong
Bangunan perlintasan yang dilewati air sungai, yang melintas di
bawah bangunan lain dengan aliran bebas.

d. Talang
Bangunan yang mengalirkan air dengan dasar tidak pada
permukaaan tanah, sifat alirannya bebas.

3. Bangunan sadap
Terletak pada saluran primer/sekunder yang mengalirkan air ke saluran
tersier.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 7


Tugas Irigasi

4. Bangunan bagi sadap


Terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran sekunder dan
ke saluran lainnya.

5. Bangunan terjun
Bila muka air rencana cukup tinggi di atas medan bebas, maka air
diturunkan dengan sarana bangunan terjun.

6. Alat ukur debit air


Untuk mengukur besar air yang mengalir pada saluran perlu dilengkapi
dengan alat ukur debit air.

7. Bangunan penangkap.
Bangunan yang digunakan untuk menangkap air dari sungai atau saluran
primer.

III.2. Sistem Irigasi


Dalam memberikan air pada areal persawahan ada beberapa macam cara
tergantung dari jenis tanaman yang akan dialiri. Cara pemberian air tersebut
adalah :

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 8


Tugas Irigasi

a. Sprinkler
Adalah cara membasahi tanaman dengan cara menyemprotkan air ke
udara sehingga tanaman mendapatkan air dari atas seperti hujan. Alat
ini ditempatkan pada interval tertentu sesuai kebutuhan.

b. Drip Irrigation
Adalah cara membasahi tanaman dengan jalan menentukan air pada
permukaan tanah sekitar tanaman sesuai dengan kebutuhannya.

c. Penggenangan
Sistem penggenangan hanya cocok untuk beberapa jenis tertentu
terutama padi. Jadi air digenangkan pada petak sawah hingga
ketinggian tertentu, tergantung jenis padinya.

III.3. Peta Petak


Kriteria Peta Petak
III.3.a. Arti dari Peta Petak
Petak tersier adalah kumpulan dari sawah-sawah yang
menerima air irigasi dari saluran tersier yang disadap dari saluran
induk/sekunder di satu tempat pengambilan. Yang dimaksud dengan
peta petak tersier adalah peta yang memperlihatkan lokasi seluruh
daerah yang dialiri dengan memuat batas-batas daerah dan garis-
garis kontur secara lengkap.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 9


Tugas Irigasi

Pada petak tersier ini terlihat suatu peta daerah irigasi yang
menggambarkan peta-petak tersier, batas dan luas dari masing-
masing peta petak sekunder/tersier, rangkaian saluran-saluran
pembawa yang berupa saluran-saluran induk/sekunder/tersier dan
saluran-saluran pembuang tersier/sekunder, lokasi bangunan
pengambilan air dalam sungai, baik yang berupa bendung maupun
yang pengambilan bebas ataupun rumah pompa, serta lokasi
bangunan bagi/sadap yang ada di dalam saluran induk/sekunder dan
perkiraan letak bangunan silang seperti gorong-gorong, talang,
siphon, jembatan, dll. Dari peta-petak tersier ini pula terlihat jelas
gambaran dari sistem pemberian air irigasi.
III.3.b. Penentuan Peta Petak Tersier
Dalam membuat peta petak tersier harus diperhatikan hal - hal
berikut :
a. Setiap bagan peta petak tersier harus sedapat mungkin terlihat
jelas yaitu dengan memberikan warna-warna yang berlainan
pada batas-batas tertentu, yaitu :
1. Sungai dan saluran pembuangan dengan warna merah.
2. Jalan raya dengan warna coklat.
3. Saluran induk, sekunder dan tersier yang berfungsi sebagai
saluran pembawa dengan warna biru. Garis langsung bagi
saluran yang sudah ada. Garis putus-putus bagi saluran yang
direncanakan.
4. Tanah yang tinggi yang tidak dapat dialiri dengan warna
kuning.
5. Batas kabupaten, kecamatan, desa, dan kampung dengan
warna hijau.
6. Jalan kereta api.
b. Setiap petak sebaik mungkin ditempatkan langsung di belakang
pintu sadap, sehingga petak ini akan langsung menerima air
tanpa terjadi saluran yang melewati petak lainnya.
c. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari bangunan
sadap, yang terletak disaluran induk atau sekunder.
d. Petak yang direncanakan dengan seluruh petak dapat mudah
dialiri yang mana setelah air tersebut digunakan dapat dengan
mudah dialirkan kesaluran pembuangan.
e. Bentuk setiap petak sedapat mungkin dibuat sama antara lebar
dan panjangnya, sehingga didapatkan saluran tersier yang
pendek dan akan memudahkan pemeriksaan saluran.
f. Petak tersier sedapat mungkin terlihat bebas dan jarak sawah
terjauh dari bangunan sadap jangan lebih dari 3 km, untuk
memudahkan kepengurusan atau pembagian air oleh petugas (
ulu-ulu ) dari para petani pemakai air.
g. Luas satu petak sekunder sedapat mungkin antara 50-100 ha
dan tidak boleh lebih dari 150 ha.
III.3.c. Petak Sekunder

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 10


Tugas Irigasi

Petak sekunder adalah suatu petak petak kumpulan dari beberapa


tersier yang mendapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Dalam
membuat peta petak sekunder harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Batas tiap-tiap petak sebisa mungkin harus jelas, yaitu dengan
memberikan warna yang berlainan.
b. Tiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu
bangunan bagi/sadap yang terletak disaluran induk atau saluran
sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu harus mendapat
air irigasi suplai dari saluran lain.
c. Saluran sekunder punggung sedapat mungkin terletak melalui
punggungnya, untuk memudahkan mengalirnya air irigasi ke
sebelah kanan dan kiri. Untuk saluran garis tinggi, diletakkan
pada daerah yang tertinggi, agar air irigasi bisa mencapai
keseluruhan daerah yang dialiri.
d. Letak petak sekunder tergantung dari keadaan medan.
III.3.d. Petak primer
Petak primer adalah suatu petak gabungan dari beberapa petak
tersier yang mendapat air langsung dari saluran dan beberapa petak
sekunder. Dalam petak primer harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Batas tiap petak primer harus jelas dan biasanya dibatasi oleh
sungai. Apabila pintu sadap pada dua sungai ada dua, sebelah
kanan dan kiri, maka saluran sebelah kanan dinamai saluran
induk kanan dan saluran sebelah kiri dinamai saluran induk kiri.
b. Setiap petak primer harus sedapat mungkin dekat dengan
bangunan utama bendung, agar tidak terlalu panjang membuat
saluran induknya.
c. Luas petak primer tergantung keadaan medan.

III.4. Nomen Klatur


Nomen klatur adalah nama petunjuk (index) yang jelas dan singkat dari suatu
objek, baik itu petak, saluran atau bangunan bagi, bangunan silang dan
sebagainya, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan
pemeliharaan dari tiap-tiap bagian di bawah ini, yaitu sebagai berikut :
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf.
b. Huruf ini dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan.
c. Letak objek dan saluran beserta arahnya.
d. Jenis saluran pengangkut dan pembuang.
e. Jenis pembangunan untuk pembagian dan pemberian air,talang, siphon
dan lain sebagainya.
f. Jenis petak sekunder atau primer.

III.5. Cara Pemberian Nama


1. Bangunan utama bendung, rumah pompa, pengambilan beban diberi
nama dengan nama kampung terdekat daerah irigasi, sungai yang
disadap airnya dengan nomer kode 0

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 11


Tugas Irigasi

2. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama
kampung terdekat dengan diber index 1,2,3, dan seterusnya yang
menyatakan ruas salurannya.
3. Saluran sekunder diberi nama sesuai kampung, desa atau kota terdekat.
4. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di
hulunya dan diberi index 1,2,3, dan seterusnya.
5. Bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, jembatan, siphon dan
sebagainya diberi index 1 a, 1b, 2a, 2b dan seterusnya.
6. Di dalam kotak tersier diberi kotak sepanjang 4 cm dan lebar 1,5 cm,
dalam kotak ini diberi kode dari saluran kotak mana kotak tersebut
mendapat air irigasi, arah saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan
bagi/sadap melihat arah lairan air.kotak dibagi dua atas dan bawah,
bagian bawah dibagi dua vertikal, kolom sebelah kiri menunjukan luas
petaknya dalam hektar (ha) dan kolom sebelah kanan menunjukkan
besar debit yang diperlukan untuk mendimensi saluran tersier dalam
liter/detik ( l/dt ).
Contoh :
S5 Ka
60 ha 121
l/dt
Dimana :
S : nama saluran
5 : nomor bangunan
ka : arah sebelah kanan
121 l/dt : besarnya debit
60 ha : luas areal petak
III.6. Efisiensi Irigasi.
Besarnya tergantung dari besar kehilangan air selama penyaluran air dari
bendungan sampai petak sawah. Menurut PSA 010 direkomendasikan
sebagai berikut :
a. Daerah irigasi yang luas untuk seluruh jaringan efisiensinya 60%-65%
b. Daerah irigasi yang arahnya kecil dan pemberian air diatur dengan baik
atau irigasi dari waduk atau keluar buangan dapat digunakan lagi
jaringan tersebut.

III.7. Perencanaan Dimensi saluran Irigasi.


1. Data-data yang diperlukan :
a. Jenis saluran : Tersier, sekunder, primer.
b. Luas daerah/petak yang akan dialiri oleh saluran.
c. Angka kebutuhan air untuk setiap jenis saluran yang sudah diperoleh
dalam bab sebelumnya yaitu :
 Saluran Tersier : 1,32
 Saluran Sekunder : 1,52
 Saluran Primer : 1,62
2. Menentukan besarnya debit ( kapasitas ) dengan rumus :
Q = Do x a ( m3/dt )
Dimana :

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 12


Tugas Irigasi

Q = debit saluran ( m3/det )


Do = Luas petak ( ha )
A = Kebutuhan air normal untuk padi ( l/det/ha )
3. Menentukan kecepatan air pada saluran ( v )
a. Pada daerah datar menggunakan v = 0,42 x Q 0,182
b. Pada daerah pegunungan menggunakan v = 0,46 x Q0,186
4. Menghitung penampang basah saluaran dengan rumus :
F = Q/V
Dimana :
Q = Debit saluran ( m3/dt )
V = Kecepatan air pada saluran ( m/dt )
F = luas penampang saluran ( m 3 )
5. Menghitung lebar dasar saluran ( b ) dan tinggi muka air dari dasar
saluran ( h ) dengan rumus :
F = (b+mh)h
Dimana :
b = Lebar dasar saluran ( m ) didapat dengan melihat hubungan Q
dengan perbandingan antara b dan h pada tabel.
m = l/t
t = talut (kemiringan saluran dapat dilihat pada hubungan antara Q
dan T)
6. Menentukan b dan h yang baru dengan membulatkan b dan h yang lama
sampai dua angka desimal
7. Menghitung luas penampang basah yang baru dengan rumus :
Fb = ( bb + m x hb ) x hb ( m2 )
8. Menghitung keliling basah dengan rumus :
O = bb + 2hb (1 + m 2 ) ½ ( m )
9. Menghitung kecepatan aliran yang baru dengan rumus :
Vb = Q/Fb ( m/dt )
10. Menghitung jari-jari hidrolis saluran dengan rumus :
R = Fb/O ( m )
11. Menghitung kemiringan saluran ( l ) dengan rumus :
I = [ Vb / ( K.R 2/3 ) ] 2
Koefisien kekasaran ( K ) untuk :
 Saluran sekunder dan induk Q > 10 m3/s K = 50
 Saluran sekunder dan induk 5 < Q < 10 m3/s K = 47,5
 Saluran sekunder dan induk Q < 5 K = 45
 Saluran muka tersier K = 42,5
 Saluran tersier K = 40
 Saluran dari pasangan batu K = 60
 Saluran dari beton K = 70
12. Freeboard ( W )
Dapat dilihat dari tabel, W tergantung dari debit ( Q )
Q ( m3/det ) W(m)
0.0 0.3
0.3 – 0.5 0.4
0.5 – 1.5 0.5

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 13


Tugas Irigasi

1.5 – 15.0 0.6


15 – 25 0.75
> 25 1.0

13. Lebar tanggul


Dapat dilihat pada tabel
Saluran W(m)
Tersier dan
kuartener 0.5
Sekunder 1.0
Induk 2.0

14. Tabel hubungan Q dan m


Q ( m3/det ) m
0.15 – 0.30 1.0
0.30 – 0.50 1.0
0.50 – 0.75 1.0
0.75 – 1.00 1.0
1.00 – 1.50 1.5
1.50 – 3.00 1.5
3.00 – 4.50 1.5
4.50 – 5.00 1.5
5.00 – 6.00 1.5
6.00 – 7.50 1.5
7.50 – 9.00 1.5
9.00 – 10.00 1.5
10.00 – 11.00 2.0
11.00 – 15.00 2.0
15.00 – 25.00 2.0
25.00 – 40.00 2.0

Gambar penampang saluran mat

t
Keterangan :
t = Ketinggian lahan
w = Freeboard ( m ), ketergantung debit.
h = tinggi air
b = Lebar dasar saluran.

III.8. Perencanaan tinggi Muka air.


Pemakaian pintu Romyn atau serong tergantung pada Q dan lebar dasar
saluran. Pintu Romyn sebaiknya pada Q < 900 l/det ( pintu romyn dengan
dua pintu ), sedangkan untuk debit yang lebih besar dipakai pintu sorong.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 14


Tugas Irigasi

Langkah –langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan tinggi muka air
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tinggi muka air saluran tersier di hilir bangunan sadap.
2. Menentukan tinggi muka air saluran sekunder di hilir bangunan sadap.
3. Menentukan tinggi muka air di hulu bangunan sadap berdasarkan
perhitungan : - saluran tersier  Elv hulu = Elvhi lir + H
- saluran sekunder  Elv hulu =Elv hilir + H
4. Dipilih muka air yang tertinggi.
a. Dengan Tabel
Type H max Banyaknya air Q lt / det dari pintu pengukuran
lebar ( b )
0.30 0.40 0.50 0.60 0.80 1.00 1.30
RI 0.30 84 112 140 168 224 280 364
R II 0.45 154 206 257 308 411 614 668
R III 0.60 238 317 396 475 634 792 103
R IV 0.90 437 582 728 873 116 145 3
4 5 189
2

Contoh perhitungan :
Q = .....................m3/det = ............ lt/det
b = lebar dasar saluran = ............ m
Dari tabel untuk Q dan b diatas, maka dipakai pintu Romyn
Type :
b = .....................mm
hmax = .....................m
Z = .....................m
b. Dengan Rumus :
Q = 1.71 . b. h 2/3
 Q 
h
1.78b 
Keterangan : Q = debit ( m3/det )
h = tinggi pintu ( m )
b = lebar pintu ( m )
Z = kehilangan energi ( m )

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 15


Tugas Irigasi

AB IV
TEORI DRAINASE

IV.1.Pengertian drainase.
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang
berkaitan dalam pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi
bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman. Drainase merupakan
suatu sistim pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air di permukaan
tanah maupun dibawah tanah, sehingga dengan demikian drainase dibagi
menjadi dua macam, yaitu :
1. Drainase permukaan
Adalah suatu sistem pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air
dipermukaan tanah hal ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah tanah.
Adalah suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan di
bawah tanah. Hal ini dibuat untuk mengendalikan ketinggian muka air
tanah.
Drainase diperlukan untuk mengalirkan air, baik yang berasal dari hujan
lokal maupun air kiriman dalam tempo yang sesingkat - singkatnya, sistem
ini juga dimanfaatkan untuk musim kering untuk meningkatkan kondisi
tanah yaitu menekan derajat keasinan (salinitas) di daerah yang
bersangkutan. Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk
mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik sesuai dengan persyaratan hidupnya.
Tingkat sistem drainase, yaitu :
1. Tersier drainage
2. Secondary drainage
3. Main drainage
4. Sea drainage

IV.2.Desain kriteria
Desain kriteria harus sesuai dengan :
 Kebutuhan
 Pertimbangan ekonomis
 Kondisi alam, meliputi :
1. Segi hidrologis.
2. Segi topografis.
3. Segi geologis.
Ad.I. Segi hidrologis.
Tergantung dari data curah hujan didaerah tersebut dengan intensitas 3
– 5 hari berturut turut dan harus habis mengalirkan air.
Ad.2. Topografis
Dalam pembuatan drainase ini sangat diperluakan bentuk topografis
yang mempunyai ketinggian yang berbeda. Sehingga selalu
memungkinkan terjadinya beda potensial yang akan menyebabkan air

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 16


Tugas Irigasi

tetap mengalir. Disamping itu agar saluran drainase ini diusahakan


berupa galian semua sedangkan galian dihindarkan agar mendapatkan
kemiringan saluran yaitu dengan cara mengalirkan bagian dari tanah
saluran tersebut.
Apabila dipertahankan akan terjadi drainage timbunan, maka
kemiringan air harus diusahakan kecil.
Rumus :
Q=F.V
V = K . R2/3 . I ½
V2
I=
K .R 2 / 3
Jika I kecil maka V = kecil dan F = besar.
Dengan demikian perlu dibuat drainase dengan kedalaman kecil tetapi
lebar. Tetapi dalam hal ini akan mengakibatkan adanya pengendapan
sehingga diikuti adanya eksplitasi sebagai berikut :
I = Disesuaikan kelandaiannya dengan tanah setempat maka
[1-2].10-4
V= [0.5 – 0.6] m/s
Dalam drainase juga terdapat kecepatan maximum, tetapi ada batas –
batas tertentu untuk menghindari gesekan/keausan saluran.
Ad.3. Segi geologis.
Drinase kecil tidak perlu peninjauan geologi, tetapi untuk drainase besar
perlu diadakan peninjauan geologi misalnya pada bidang mekanika
tanah, terutama untuk mendapatkan konstruksi pelengkap dari sistem
drainase yang stabil. Untuk mendapatkan hal – hal itu maka dalam
merencanakan kita harus memperhatiakan hal–hal sebagai berikut:
a. Kemiringan talud [tg ]
Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam
tanah dan besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran
drainase makin landai maka air yang mengalir makin deras,
sehingga makin cepat tanah terkikis.
b. Kecepatan aliran-aliran air.

IV.3.Drainase Modul.
Drainase modul adalah jumlah air yang harus didrainase karena apabila
tidak akan menimbulkan genangan, hal ini tergantung dari curah hujan.
Data n tahun, dengan data hujan per 1 hari, 2 hari, atau 3 hari.
Dalam tugas ini dipakai dasar hujan 3 hari di drainase 3 hari dengan
genangan, dengan rumus:
 Hujan 3 hari di drainase, 3 hari dengan genangan.
Dn 10 6 Dn
Dm  x  lt / dt / Ha
100 3x 24 x60 x60 3x8.64
Dimana : Dn = R( n )T + n( IR – ET – P ) – S
Dimana =
R = Jumlah hujan dari n hari
S = Storage
n = Jumlah hari

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 17


Tugas Irigasi

I = Irrigation Supplay
P = Perkolasi
ET = Evapotranspirasi
DM = Drainage Module.
IV.4.Tahapan Perencanaan Dimensi saluran Drainase
1. Dari petak – petak sawah dalam peta kontur di ukur untuk mendapatkan
luas areal sawah ( A )
2. Menghitung Drainage Module ( DM )
Dm 10 6 Dn
Dm  x  lt / dt / Ha
100 3x24 x60 x60 3x8.64
dimana ,Dn = R(n)T+n(IR-ET-P)-S
3. Menghitung debit saluran
a. Untuk luas area < 400 ha
Q = Dm x A
b. Untuk luas area > 400 ha
Q = 1.62 x Dm x A0.92
4. Setelah Q didapat maka dari tabel di dapat nilai b : h, t ( l : m ), K
5. Menghitung kemiringan saluran dilapangan dengan rumus :
IL = Hs / L
Dimana :
IL = Kemiringan saluaran
Hs = Beda tinggi dihulu dan dihilir tiap luas
L = Panjang saluran tiap luas
6. Dengan menggunakan rumus Strickler, menghitung harga b dan h
V = K x R 2/3 x iL1/2
Dimana:
V=Q/F
F = ( b + mh ) h
R=F/O
O = b + 2h ( l + m2 )1/2
K = dari tabel
IL = kemiringan saluran dilapangan
7. Setelah harga b dan h diketahui, kita hitung luas penampang basah ( F)
dengan rumus
F = ( b + mh ) x b m2
8. Menghitung kecepatan aliran ( V ) dengan rumus
V = Q / F ( m/det )
Untuk daerah landai, V = 0.5 s/d 1.5 ( m/det ), perhitungan dihentikan.
Untuk V < 0.5 dan V > 1.5 m/det perhitungan dilanjutkan ke no. 9
9. Menghitung Fb dengan berdasar pada harga Vb, dengan rumus :
Fb = Q / Vb ( m2 )
10. Menghitung lebar dasar saluran baru ( bb ) dan tinggi muka air baru
( hb) dengan rumus:
F = ( bb + mhb ) x hb
11. Menghitung keliling basah dengan rumus :
O = bb + 2hb ( l + m2 )1/2
12. Menghitung jari – jari hidrolis saluran dengan rumus

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 18


Tugas Irigasi

R = Fb / O
13. Menghitung kemiringan saluran dengan rumus Strickler :
I = Vb / ( K x R2/3 )2

IV.5.Perencanaan Tinggi muka air


Tinggi muka air saluran pembuangan di jaringna intern tergantung
pada fungsi saluran tersebut. Di jaringan tersier, tanah membuang airnya
langsung ke saluran pembuang ( kuarter dan tersier ) dan tinggi muka air
rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan tanah.
Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak – petak tersier
di lokasi yang tetap. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan
dari tinggi muka air yang diperlukan di ujung saluran pembuangan tersier.
Tinggi muka air di jaringan primer yang berfungsi untuk pembuangan air
dari sawah dan mungkin daerah daerah bukan sawah dihitung sebagai
berikut :
 Untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air naik sampai dengan
tinggi permukaan tanah.
 Untuk pengaliran debit pucak, pembuang dari sawah dianggap nol.
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang
sebaiknya diambil sebagai berikut :
 Elevasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan periode ulang 5 kali
per tahun untuk sungai
 Muka air rencana untuk saluran pembuang intern yang tingkatnya lebih
tinggi.
 Muka air laut rata – rata ( MSL ) untuk laut.
Untuk tinggi jagaan / Free board ( Fb ) diambil dengan ketentuan sebagai
berikut :

Q (m3/dt) Fb (m)
0.0 – 0.3 0.3
0.3 – 0.5 0.4
0.5 – 1.5 0.5
1.5 – 15.0 0.6
15.0 – 25.0 0.75
> 25.0 1.0

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 19


Tugas Irigasi

BAB V
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR

V.1.Data – data hidrologi yang dibutuhkan  Tabel 5.1


Untuk menghitung kebutuhan air, data – data hidrologi yang diperlukan :
1. Curah hujan rata – rata bulanan ( mm/hari )
2. Temperatur / suhu rata – rata bulanan ( % )
3. Kelembaban rata – rata bulanan ( % )
4. Penyinaran matahari dengan jangka waktu pengukuran 12 jam. Untuk 8
jam maka dikonversikan dengan rumus :
Q12 = 0,786 Q 8 + 3,45
Dimana : Q8 = penyinaran matahari dengan jangka waktu 8 jam
5. Kecepatan angin yang diukur pada ketinggian 2 meter diatas
permukaan tanah ( m ). Jika kecepatan angin tidak diukur pada
ketinggian 2 meter maka harus dikonversikan sesuai dengan tabel 3,
sedangkan satuannya adalah knot, maka dikonversikan ke m/det
dengan dikalikan 0.515. demikian pula jika dalam km/jam maka
dikalikan 0.2778

V.2.Perhitungan Evaporasi
 Tabel 5.2
 Baris 1 = data suhu udara (Tai)
 Baris 2 = data kelembaban relatif (P wza)
 Baris 3 = data kecepatan angin (Faz)
 Baris 4 = data penyinaran matahari pada jangka waktu 8 jam (Q 1)
 Baris 5 = data lintang letak stasiun klimatologi tempat pengambilan
data
 Baris 6 = albedo (Lintang)
 Baris 7 = data penyinaran matahari yang dikonversikan menjadi 12
jam dengan rumus : ( 0.786 x Q 1 ) + 3.46 dimana :
Q1=data baris ke 4 (data penyinaran matahari) (Q1)
 F(Tai)x10-2
Baris 8 = dr tabel 2a & 2b dgn suhu udara
  L -1x 10 -2
Baris 9 = dr tabel 2a & 2b dgn suhu udara
 Pwza] Sa
Baris 10 = dr tabel 2a & 2b dgn suhu udara
 
Baris 11 = dr tabel 2a & 2b dgn suhu udara
 Pwza  = Pwz a * Pwz a] Sa
Baris 12 = baris 2 * baris 10
 F(Tdp)
Baris 13 = dr tabel 3 berdasarkan baris 12
  = Pwza] Sa - Pwza
Baris 14 = baris 10 – baris 12

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 20


Tugas Irigasi

  (Faz)
Baris 15 = dr tabel 4 dengan data baris 3
  Eq =  *  (Faz)
Baris 16 = baris 14 * baris 15
 caH sh x 10-2
Baris 17 = dr tabel 5 dengan data baris 5

 Ash x F (T)
Baris 18 = dr tabel 6 dengan data baris 7
 Hne1 = caH sh x 10-2 * A sh x F (T)
Baris 19 = baris 17 * baris 18
 m = F(Tai)x10-2 * (1 - Q1)
Baris 20 = baris 8 * (1 – baris 7)
 F(m) = 1 – (m / 10 )
Baris 21 = 1 – ( baris 20 / 10 )
 Hne2 = F(Tai)x10-2 * F(Tdp)*F(m)
Baris 22 = brs 8 * brs 13 * brs 21
 Hne = H ne1 - H ne2
Baris 23 = baris 19 – baris 22
 ( Hne) = L -1x 10–2 * Hne
Baris 24 = baris 9 * baris 23
 E =  . Eq + ( H ne)
Baris 25 = baris 16 + baris 24
 Eo = E / 
Baris 26 = baris 25 / baris 11  merupakan besarnya evaporasi (Eo)
Keterangan :
 F (Tai)  Fungsi dari Temperatur Udara
 L  Selisih dari kandungan panas penguapan (Evaporasi)
 P z
w a
 Kelembaban Relatif
 F (Tdp)  Fungsi dari Temperatur
 Pw za  Sa  Kelembaban Relatif dalam keadaan jenuh.
   Konstanta psychrometer
   Kemiringan tekanan uap jenuh
 Eq  Index Evaporasi (penguapan)
 H ne
 Pancaran Gelombang Netto
 m  Kelembaban
V.3.Pengolahan Tanah (W)
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau penggenangan (standing
water), pada saat pemupukan, (W = 3,33 mm/hari)

V.4.Evapotranspirasi (Et)
Evapotranspirasi ialah Peristiwa penguapan suatu daerah aliran sungai
sebagai akibat pertumbuhan dari tanaman.
Et = Eo * KT
Dimana :
Et = Evapotranspirasi

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 21


Tugas Irigasi

Eo = Evaporasi ( peristiwa berubahnya air menjadi uap ) dari perhitungan


 Pada tabel 5.2
KT = Koefisien Tanaman ( Padi )
V.5.Perkolasi ( P )
Perkolasi ialah meresapnya air dari lapisan tak jenuh ke lapisan jenuh.
Untuk nilai perkolasi pada dataran rendah ditetapkan sebesar 1 mm/hari.

V.6.Curah Hujan Efektif (Re)


Dihitung dengan menggunakan rumus : (Lihat Tabel 5.1)
Re = Rh * FH
Dimana :
Re = Curah hujan efektif
Rh = Curah hujan rata-rata harian
 Rh = XT / JML HARI ; XT = X + K*SD
X = Curah hujan bulanan rata-rata (Dihitung dari rata-rata curah
hujan bulan tertentu per tahun)
K = Konstanta ( = -0.842)
SD = Standar Deviasi
1 n 
 *  ( xi  x) 2
n i 1
 n = Jumlah tahun
xi = Curah hujan bulanan tahun ke – I

x = Curah hujan bulanan rata-rata
JML HARI = Jumlah hari hujan rata-rata, bulan tertentu
FH = Faktor Hujan
 Digunakan Faktor Hujan tanaman Padi , 2 golongan tiap 2 mingguan.

V.7.Perhitungan kebutuhan air tanaman  Tabel 5.3


1. Hasil baris 26 penman ( Eo ) dimasukan dalam baris 1 sesuai dengan
urutan bulannya
2. Nilai perkolasi ( untuk lahan datar / dataran rendah nilai perkolasi = 1 )
3. Baris 3 = baris 1 + baris 2
4. Baris 4 = nilai hujan rata-rata dari perhitungan data curah hujan
5. Perhitungan efektif rainfall ( FRC ) dengan menggunakan tabel 1a
6. Nilai efektif rainfall / hujan efektif ( Re ) = FRC * Rh
7. Koefisien tanaman Kt dari tabel 1b dan kolom prosida HYV sesuai
pilihan
8. Nilai evapotranpirasi Et = Eo * Kt
9. Perhitungan pengolahan tanah sebelum penanaman :
- mencari LP (Land Preparation) = dari table Zylstra
Eo + P  Tabel Zylstra  LP
Menghitung kebutuhan air pada petak sawah dng rumus :
Ir = A = LP – Re
- mengkonversi satuan LP dari mm/hari menjadi lt/det/ha :
B = A * 0,116
- menghitung kebutuhan air pada sal Tersier (C) dengan rumus :

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 22


Tugas Irigasi

B * 1,25  angka 1,25  koefisien kehilangan air di sal. Tersier


(petak) = 20 %
- menghitung kebutuhan air pada sal Sekunder (D) dengan rumus :
C * 1,15  angka 1,15  koefisien kehilangan air di sal. Sekunder
= 13 %
- menghitung kebutuhan air pada sal Primer (E) dengan rumus :
D * 1,10  angka 1,10  koefisien kehilangan air dari bendung
sampai bangunan bagi primer = 9 %
10. Perhitungan pertumbuhan tanaman
- menghitung kebutuhan air di petak sawah dengan rumus :
Ir = A = Et – Re + P + W
- mengkonversi satuan LP dari mm/hari menjadi lt/det/ha :
B = A * 0,116
- menghitung kebutuhan air pada sal Tersier (C) dengan rumus:
B * 1,25
- menghitung kebutuhan air pada sal Sekunder (D) dengan rumus:
B * 1,15
- menghitung kebutuhan air pada sal Primer (E) dengan rumus:
B * 1,10

V.8. Perhitungan kebutuhan air irigasi  Tabel 5.4


1. Perhitungan angka kebutuhan air dari data perhitungan diatas dan
dimasukan dalam tabel angka kebutuhan air sesuai dengan bulannya.
2. Menghitung rata –rata angka kebutuhan air dari beberapa golongan
tanaman sesuai dengan bulannya.
3. Nilai kebutuhan air tiap saluran diambil dari nilai rata –rata kebutuhan air
terbesar.

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 23


Tugas Irigasi

BAB VI
PERHITUNGAN IRIGASI

VI.1.Mendimensi Saluran Pembawa


Angka kebutuhan air untuk setiap jenis saluran yang sudah diperoleh dalam
bab sebelumnya, yaitu :
 Saluran Tersier : 1.20 lt/dt/ha
 Saluran Sekunder : 1.38 lt/dt/ha
 Saluran Primer : 1.51 lt/dt/ha

VI.1.1.Perhitungan Dimensi Saluran Tersier


 Saluran Tersier TG I Ki 14 dengan data :
a. Jenis saluran : Tersier
b. Luas petak yang akan dialiri oleh saluran = 110 ha
c. Angka kebutuhan air (saluran tersier) = 1.20
 Menghitung debit saluran
Q = Do x a (m3/dt)
= 110/1000 x 1.20 = 0.132 m 3/dt
 Menghitung kecepatan aliran
V = 0.42 x Q 0.182 (m3/dt)
= 0.42 x 0.1320.182 = 0.291 m/dt
 Menghitung penampang basah saluran
F = Q/V (m2)
= 0.132/0.291 = 0.454 m2
 Dari tabel dengan Q = 0.132 m3/dt , didapat:
b:h=1
talud = 1
K = 40
 Menghitung lebar dasar saluran (b) dan tinggi muka air dari dasar
saluran (h) dengan dasar :
F = (b + mh) x h = 0.454
Dengan b : h = 1; talud (m) = 1
Diperoleh b = h = 0.477 m
 Menghitung luas penampang yang baru, bila V tidak memenuhi :
Fb = (bb + m x hb) x hb (m3)
 Menghitung kecepatan aliran yang baru.
Vb = Q/Fb (m/dt)
 b baru (bb) = 0.48
h baru (hb) = 0.48
 Menghitung keliling basah
O = bb + 2hb (1 + m2)1/2 (m)
 Menghitung jari-jari hidrolis saluran
R = Fb/O (m)
 Menghitung kemiringan saluran
I = [ Vb / (K . R 2/3) ]2

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 24


Tugas Irigasi

 Dari tabel diperoleh nilai Free Board dan tanggul :


Tinggi jagaan atau Free Board (Fr) = 0.3 m
Lebar tanggul = 0.5 m

VI.1.2.Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder


 Saluran Sekunder TG I 8 , dengan data :
Jenis saluran : Sekunder
a. Luas petak yang akan dialiri oleh saluran = 990.375 ha
b. Angka kebutuhan air (saluran sekunder) = 1.38
 Menghitung debit saluran
Q = Do x a (m3/dt)
= 990.375/1000 x 1.38 = 1.367 m3/dt
 Menghitung kecepatan aliran
V = 0.42 x Q 0.182 (m3/dt)
= 0.42 x 1.3670.182 = 0.445 m/dt
 Menghitung penampang basah saluran
F = Q/V (m2)
= 1.367/0.445 = 3.074 m2
 Dari tabel dengan Q = 1.367 m3/dt , didapat:
b:h=2
talud = 1.5
K = 45
 Menghitung lebar dasar saluran (b) dan tinggi muka air dari dasar
saluran (h) dengan dasar :
F = (b + mh) x h = 3.074
Dengan b : h = 2; talud (m) = 1.5
Diperoleh b = 1.874 m, h = 0.937 m
 Menghitung luas penampang yang baru, bila V tidak memenuhi :
Fb = (bb + m x hb) x hb (m3)
 Menghitung kecepatan aliran yang baru.
Vb = Q/Fb (m/dt)
 b baru (bb) = 1.87 m
h baru (hb) = 0.94 m
 Menghitung keliling basah
O = bb + 2hb (1 + m2)1/2 (m)
 Menghitung jari-jari hidrolis saluran
R = Fb/O (m)
 Menghitung kemiringan saluran
I = [ Vb / (K . R 2/3) ]2
 Dari tabel diperoleh nilai Free Board dan tanggul :
Tinggi jagaan atau Free Board (Fr) = 0.5 m
Lebar tanggul = 1.0 m

VI.1.3.Perhitungan Dimensi Saluran Primer


 Saluran Primer TG I, dengan data :
a. Jenis saluran : Primer
b. Luas petak yang akan dialiri oleh saluran = 6596.125 ha

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 25


Tugas Irigasi

c. Angka kebutuhan air (saluran primer) = 1.51


 Menghitung debit saluran
Q = Do x a (m3/dt)
= 6596.125/1000 x 1.51 = 9.960 m3/dt
 Menghitung kecepatan aliran
V = 0.42 x Q 0.182 (m3/dt)
= 0.42 x 9.9600.182 = 0.638 m/dt
 Menghitung penampang basah saluran
F = Q/V (m2)
= 9.960/0.638 = 15.607 m2
 Dari tabel dengan Q = 9.960, didapat:
b:h=5
talud = 1.5
K = 47.5
 Menghitung lebar dasar saluran (b) dan tinggi muka air dari dasar
saluran (h) dengan dasar :
F = (b + mh) x h = 15.607
Dengan b : h = 5 ; talud (m) = 1.5
Diperoleh b = 7.748 m, h = 1.550m
 Menghitung luas penampang yang baru, bila V tidak memenuhi :
Fb = (bb + m x hb) x hb (m3)
 Menghitung kecepatan aliran yang baru.
Vb = Q/Fb (m/dt)
 b baru (bb) = 7.75
h baru (hb) = 1.55
 Menghitung keliling basah
O = bb + 2hb (1 + m2)1/2 (m)
 Menghitung jari-jari hidrolis saluran
R = Fb/O (m)
 Menghitung kemiringan saluran
I = [ Vb / (K . R 2/3) ]2
 Dari tabel diperoleh nilai Free Board dan tanggul :
Tinggi jagaan atau Free Board (Fr) = 0.6 m
Lebar tanggul = 2 m

VI.2.Perhitungan Muka Air


VI.2.1.Perhitungan Muka Air Saluran Tersier
 Saluran Tersier TG I Ki 14 dengan data-data :
a. Petak sawah TG I Ki 14
b. Sawah tertinggi : - letak : 3.50 m
- jarak dari pintu : 0.00
c. Kemiringan saluran : 0.00034
d. Tinggi muka air dekat sawah : 3.50 + 0.15 = 3.65 m
e. Lebar dasar saluran : 0.48 m
f. Debit (Q) : 0.132 m3/det
 Perhitungan pintu Romyn :

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 26


Tugas Irigasi

a. Dengan debit Q = 132 m3/det dan lebar dasar saluran 0.48 m, akan
didapat :
h = [Q/1.71 * bb]2/3 = [0.132/1.71 * 0.48]2/3
= 0.30 m
b. Dengan memakai tabel pintu Romyn dengan Q = 132 lt/dt dan h =
0.30 m didapat :
 Type pintu : RI – 140
 Lebar pintu (b) : 0.50 m
 Kehilangan energi (z) : 1/3h = 1/3 * 0.30
= 0.099 m
 Jumlah pintu : 1 buah
c. Tinggi M.A dekat pintu :
 Di bagian hilir = tinggi M.A dekat sawah + [jarak sawah tertinggi
dari pintu x l]
= 3.65 + [0.00 * 0.00034]
= 3.65 m
 Di bagian hulu = z + tinggi M.A dekat pintu bagian hilir
= 0.099 + 3.65
= 3.75

VI.2.2.Perhitungan Muka Air Saluran Sekunder


 Saluran Sekunder TG I 8, dengan data-data :
a. Kemiringan saluran : 0.00020
b. Lebar dasar saluran : 1.87 m
c. Debit (Q) : 1.367 m3/det
 Perhitungan pintu Romyn :
a. Dengan debit Q = 1367 m3/det dan lebar dasar saluran 1.87 m, akan
didapat
h = [ Q/1.71 * bb]2/3 = [0.1367/1.71 * 1.87] 2/3
= 0.57 m
b. Dengan memakai tabel pintu Romyn dengan Q = 1367 lt/dt dan h =
0.57 m didapat:
 Type pintu : RIV – 728
 Lebar pintu (b) : 0.50 m
 Kehilangan energi (z) : 1/3h = 1/3 * 0.57
= 0.189 m
 Jumlah pintu : 2 buah
c. Tinggi M.A :
 Tinggi M.A tertinggi di ujung hilir saluran sekunder = 7.55
 Panjang ruas saluran = 500 m
 Tinggi M.A di ujung ruas saluran sebelah hilir = Tinggi M.A
tertinggi di ujung hilir saluran sekunder + [ panjang saluran x
kemiringan saluran ]
= 7.55 + (500 * 0.00020)
= 7.650 m
 Tinggi M.A di ujung ruas saluran sebelah hulu = Tinggi M.A
di ujung ruas saluran sebelah hilir + z

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 27


Tugas Irigasi

= 7650 + 0.189
= 7.839 m

VI.2.3.Perhitungan Muka Air Saluran Primer


 Saluran Primer TG I dengan data-data :
a. Kemiringan saluran : 0.00015
b. Lebar dasar saluran : 7.75 m
c. Debit (Q) : 9.960 m3/det
 Perhitungan pintu Romyn :
a. Dengan debit Q = 9.960 m3/det dan lebar dasar saluran 7.75 m,
akan didapat
h = [ Q/1.71 * bb]2/3 = [9.960/1.71 * 7.75] 2/3
= 0.83 m
b. Dengan memakai tabel pintu Romyn dengan Q = 9960 lt/dt dan h =
0.83 m didapat:
 Type pintu : RIV – 1892
 Lebar pintu (b) : 1.30 m
 Kehilangan energi (z) : 1/3h = 1/3 * 0.83
= 0.276 m
 Jumlah pintu : 6 buah
c. Tinggi M.A :
 Tinggi M.A tertinggi di ujung hilir saluran sekunder = 21.03 m
 Panjang ruas saluran = 1000 m
 Tinggi M.A di ujung ruas saluran sebelah hilir = Tinggi M.A
tertinggi di ujung hilir saluran sekunder + [panjang saluran x
kemiringan saluran]
= 21.03 + (1000 * 0.00015)
= 21.179 m
 Tinggi M.A di ujung ruas saluran sebelah hulu = Tinggi M.A di
ujung ruas saluran sebelah hilir + z
= 21.179 + 0.276
= 21.455 m

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 28


Tugas Irigasi

BAB VII
PERHITUNGAN DRAINASE
VII.1.Mendimensi Saluran Drainase
Saluran SD.TG II 1
1. Data-data : - Kecepatan rencana ditetapkan 0.5 – 1.5 m/dt
- Luas area = 95 ha
2. Menghitung drainase modul
 Drainase modul dipilih curah hujan 3 hari berturut-turut dengan periode
ulang 10 tahun, diambil R(n)T = 250 mm/hari.
 Dianggap saluran pada daerah datar; P = 0
 Pemberian air irigasi, dihentikan; IR = 0
 Evapotranspirasi, diambil ET = 20 mm untuk 3 hari
 Tambahan genangan, diambil S = 50 mm
Dn = R(n)T + n(IR – ET – P) – S
= 250 + (0 – 20 – 0) – 50
= 180 mm
Dn 180
Dm = = = 6.95  7.0 lt/dt/ha
3x8.64 3 x8.64
3. Perhitungan dimensi saluran drainase
 Menghitung debit (Q) = Dm x A
= 7-3 x 95 = 1.610
 Mencari Hs = 3.5 m
 Mencari panjang saluran (L) = 900 m
 Mencari slope lapangan iL = Hs/L = 0.003889
 Dengan Q = 1.610 m3/dt, didapat dari tabel :
b:h = 2.5
m = 1.5
K = 45 m3/dt
 Dengan rumus :
Q=VxF
V = K x R2/3 x iL1/2
R = F/O
F = (b + m.h) x h
O = b + 2h (1 + m2)1/2
Maka didapat rumus mencari h yaitu :
3/8
 Q(n  2 1  m 2 ) 2 / 3 
h=   ,dimana n =b:h=2.5
 (n  m) 5 / 3 xKxI1 / 2 
 
h = 0.617 m
b = 2.5 x 0.617 = 1.543 m
F = (b + mh) x h = 1.524 m2
V = Q / F = 1.057 m/dt

Apabila 0.5 > V > 1.5, maka :

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 29


Tugas Irigasi

hb = 0.62 m
bb = 1.54 m
Fb = (bb + mhb) x hb
O = bb + 2hb (1 + m2)1/2
R = Fb / O
I = {Vb / (K x R 2/3)}1/2

 Dengan melihat tabel hubungan Q dengan freeboard didapat Fr = 0.6 m

VII.2.Perhitungan Muka Air Untuk Saluran Drainase


Saluran SD TG II 1

1. Hulu = 17 m, didapat dari melihat letak saluran drainase tertinggi.


2. Hilir = 13.5 m, didapat dari melihat letak saluran drainase terendah.
3. I desain = 0.0039 didapat dari I pada tabel dimensi drainase.
4. Panjang saluran = 900 m, dari mengukur panjang saluran pada peta kontur.
5. Lebar tanggul ditetapkan = 1.00 m.
6. Delta = 3.5 m, didapat dari pengukuran antara tinggi hulu dan hilir.
7. Freeboard = 0.6 m, didapat dari tabel berdasarkan Q.
8. Muka air hulu = 16.40 m, dari pengurangan (3) – (8).
9. Muka air hilir = 12.90 m, dari pengurangan (3) – (8).

Henny Fitrianti/M. Arie Prasetyo 30

Anda mungkin juga menyukai