Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERUBAHAN PROSES PIKIR : WAHAM

A. MASALAH UTAMA
Perubahan proses pikir : Waham

B. PROSES TERJADI MASALAH


1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus meneru, tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham
sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham
yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia. (Yusuf Ah,
2015 halaman : 112).
Gangguan waham menetap merupakan suatu kelompok gangguan
psikiatri yang meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham
yang berlangsung lama, sedikitnya tiga bulan, sebagai satu-satunya gejala
klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan
sebagai gangguan mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif.
Waham atau delusi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu keyakinan
palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas
eksternal yang tetap bertahan meskipun sudah terbukti sebaliknya dan
keyakinan ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau
subkultur seseorang.
Waham yang dialami pada gangguan waham menetap adalah waham
yang bersifat nonbizzare, dalam artian bahwa tipe delusi ini merupakan
suatu kejadian yang mungkin terjadi dalam dunia nyata, seperti misalnya
merasa diikuti, merasa dicintai oleh seseorang, dan merasa dikhianati
serta curiga terhadap pasangan.

1
Gangguan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami kerusakan dalam pengoperasian kognitif dan aktivitas
(Townsend, 1998).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah (Keliat, 1999).

Waham adalah keyakinan tentang sesuatu isi pikir yang tidak


sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan biarpun dibuktikan kemustahilannya itu (Maramis
1995 : 117). Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita sosial (Stuart dan Sunden, 1990 : 90).

Waham adalah merupakan keyakinan tentang sesuatu isi pikir yang


tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan
latar belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilannya. Waham
merupakan gejala sekunder skizofrenia. Ketidakmampuan memproses
stimulus internal dan eksternal melalui proses informasi secara akurat dan
menimbulkan waham (Stuart dan Sundeen, 1998).

Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu


gangguan perubahan isi pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-
ide yang salah yang tidak sesuai dengan kenyataan, keyakinan atau ide-ide
klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah dengan logika atau hal-
hal yang bersifat nyata.

Proses terjadinya waham :

1. Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatunyang


tidak menyenangkan dirinya.
2. Individu mencoba mengingkari ancaman dari objek realitas dengan
menyalahkan kesan terhadap kejadian.
3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan, sehingga tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal.

2
4. Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan
interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri / orang lain.

2. Klasifikasi Waham
1) Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya, “Saya ini direktur sebuah BANK swasta lho”. Atau “Saya
punya bebedrapa perusahaan multinasional”.
2) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/ mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu.. kalian semua
memasukkan racun ke dalam makanan saya”.
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnnya,
“Kalau saya mau masuk surga saya harus membagikan uang kepada
semua orang”.
4) Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang
penyakit, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya sakit menderita penyakit menular ganas”, setelah
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda – tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5) Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “ini
kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.

3
3. Tanda dan Gejala
a. Klien bicara kacau / inkohern
b. Mudah tersinggung
c. Mudah curiga
d. Sukar berkonsentrasi
e. Tidak merasa dirinya sakit
f. Kontak mata kurang
g. Merasa rendah diri
h. Pemalu
i. Tidak kooperatif / sukar bekerja sama
j. Aktivitas meningkat
k. Mengatakan sedih, putus asa disertai perilaku apatis
l. Bicara berbelit – belit
m. Penampilan tidak serasi dan berubah dari biasanya
n. Apatis
o. Menolak makan
p. Cemburu berlebihan
q. Merasa dirinya pandai, kaya, penguasa
r. Curiga atau klien yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi di
lingkungannya mempunyai arti khusus bagi dirinya
s. Pikiran yang aneh - aneh pada dirinya

Untuk dapat mendapatkan data waham saudara harus melakukan


observasi terhadap perilaku berikut ini :
a) Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, di
ucapakan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..’’ atau “Saya
punya tambang emas’’

4
b) Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/menciderai dirinya, di ucapkan berulangkali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh:“Saya tahu… seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
c) Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di
ucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh:“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari’’
d) Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh:“Saya sakit kanker’’. Setelah pemeriksaan laboratorim tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa
ia terserang kanker.
e) Waham Nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, di
ucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh:“ Ini kan alam kubur ya. Semua yang ada di sini adalah roh-
roh’’.

4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal
berikut :

- Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan


keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan

5
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
- Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan

b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter


lain

c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin

Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan


anak yang diadopsi telah diupayakan untuk
mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak
identik penelitian genetic terakhir memfokuskan pada
pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka
kejadian skizofrenia yang tinggi.

2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya
teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai
penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya
rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa
profesional).

3) Sosial Budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini
sebagai penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa
diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham (Direja, 2011).

6
b. Faktor Presipitasi
1) Hubungan yang bermusuhan
2) Merasa ada tekanan
3) Isolasi diri / social
4) Pengangguran disertai perasaan tidak berguna
5) Putus asa dan tidak berdaya
5. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal
yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang
kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
6. Proses Terjadinya Waham
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat
terjadi pada orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya pasien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan
antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup
dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai
kebutuhan, seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan seta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami
perasaan menderita, malu, dan tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and
external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia
yakini atau apa byang ia katakan adalah kebohongan, menutupi
kekurangan, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Namun, menghadapi

7
kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama
kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang – ulang. Oleh karenanya,
mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman denga keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham
sering berkaitan dengan kejadian traumatik masa lalu atau berbagai
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.

8
7. Rentang Respon Neurobiologi

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Pikiran Logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir

 Persepsi akurat  Tergantung ilusi  Waham

 Emosi konsisten  Reaksi emosi  Kesukaran proses


dengan pengalaman berlebihan atau  Emosi
 Perilaku sesuai kurang  Perilaku tidak
 Perilaku yang tidak terorganisir
biasa
 Isolasi sosial
 Menarik diri
 Hubungan social
harmonis

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
DS : “saya ini seorang raja yang mempunyai banyak kerajaan”
DO :
- Klien bicara kacau / inkoheren
- Tidak kooperatif dalam berkomunikasi
- Apatis dalam berkomunikasi
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Jawaban kurang sesuai / berbelit – belit
- Klien merasa dirinya seorang penguasa
2. Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir : waham
DS : “saya ini seorang raja yang menguasai banyak kerajaan, namun ada
orang yang mau merebut kerajaan saya”

9
DO :
- Merasa dirinya seorang raja yang berkuasa
- Curiga
- Bicara berbelit belit
- Tidak merasa dirinya sakit
- Mudah tersinggung
- Tidak kooperatif
- Mempunyai pikiran yang aneh-aneh terhadap dirinya
3. Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
DS : “saya ini seseorang yang gagal dalam meniti karir”
DO :
- Merasa rendah diri
- Kurang percaya diri
- Pemalu dan suka menyendiri
- Kontak matanya kurang
- Selalu menyalahkan dirinya sendiri
- Sedih, putus asa, disertai perilaku apatis

D. POHON MASALAH

Akibat Resiko kerusakan komunikasi


verbal

Masalah Utama Perrubahan proses pikir :


Waham

Penyebab Gangguan Konsep diri : Harga


diri rendah

10
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan proses fikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah
2. Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa 1 : Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan
harhga diri rendah
a. Tujuan umum (TUM) :
Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Tujuan khusus (TUK) :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan klien, beri salam
terapeutik (panggil nama klien), sebutkan nama perawat,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas (topic, waktu, tempat)
1.2 Jangan membantah dan mendukung waham klien
 Katakan perawat menerima keyakinan klien : “saya
menerima keyakinan anda” disertai ekspektasi menerima
 Katakana perawat tidak mendukung : “sukar bagi saya
untuk mempercayainya” disertai ekspresi ragu tapi empati
 Tidak membicarakan isi waham klien
1.3 Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas sehari-
hari dan perawatan diri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis
2.2 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis (hati-hati terlibat
diskusi dengan waham)

11
2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas
sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk
melakukan saat ini
2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan
bahwa klien penting.
3. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi selama di
rumah maupun di Rumah Sakit.
3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan
timbulnya waham.
3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga.
3.5 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri,
realitas orang lain, waktu dan tempat
4.2 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompom : orientasi
realitas
4.3 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan
klien
5. Klien dapat dukungan keluarga
5.1 Diskusikan gengan keluarga tentang
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Fallow up dan obat
5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat

6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar

12
6.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis,
frekuensi, efek dan efek samping obat dan akibat
penghentian.
6.2 Diskusikan perasaan klien setelah makan obat
6.3 Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah
makan obat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa :
Yasmin Asih, Edisi 6. EGC : Jakarta.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,
1999.

Kusumawati Farida, Hartono Yudi, Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Farida


Kusumawati dan Yudi Hartono. – Jakarta : Salemba Medika, 2012 – Cetakan
Ketiga.

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995.

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric


Nursing, 6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,


RSJP Bandung, 2000.

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan


Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah, dkk, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. – Jakarta : Salemba
Medika, 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai