Anda di halaman 1dari 16

ILMU UKUR TANAH 2

15.0.0. KOMPAS
15.1.0. Arah Dari Sebuah Garis
15.1.1. Astronomical Meridian
Adalah sebuah garis di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki bujur astronomi yang sama. Garis ini juga dikenal dengan sebutan
terrestrial meridian (gbr. 15.1).

Gambar 15.1 Astrnomikal Meridian

15.1.2. Magnetik Meridian


Bumi bisa dianggap seperti sebatang magnet. Arah Utara magnetiknya berada
pada bagian Selatan dari jarum kompas dimana bumi berotasi pada garis
sumbunya. Posisi garis sumbu magnetik bumi ini tidak tetap, tetapi berubah-
ubah secara berkesinambungan. Sebuah jarum magnetik yang secara bebas
bergerak di atas sebuah titik sumbu akan berhenti bergerak jika telah sejajar
arahnya dengan garis magnetik bumi yang bekerja di sekitar jarum tersebut.
Secara umum, komponen gaya magnetik yang terbesar mempengaruhi arah
jarum kompas tersebut disebabkan oleh adanya medan magnet bumi, tetapi
medan magnet disebabkan oleh komponen lainnya dapat mempengaruhi arah
dari jarum kompas, seperti pengaruh dari jaringan listrik bertegangan tinggi,
besi beton/pipa saluran pada konstruksi, pagar besi dan adanya kandungan besi
lainnya disekitar areal pengukuran. Arah Utara yang ditunjukkan oleh jarum
kompas adalah arah Utara Magnetik Meridian di atas sebuah titik pada waktu
yang tertentu. Beda dengan arah Utara Meridian yang sebenarnya (True
Meridian), dimana arahnya adalah tetap dan tidak berubah, arah Utara
magnetik meridian berubah setiap saatnya. Contoh pada gambar 15.2, arah

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 89


ILMU UKUR TANAH 2

Utara Magnetik Meridian berada pada sudut 15 ke arah Barat dari arah True
Meridian.

Gambar 15.2 Utara Magnetik (MN) dan True North (☆)

Perubahan arah Utara magnetik meridian ini, baik ke arah positif maupun
negatif, disebabkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi selama ini pada
bumi yang besarnya bisa menjadi berapa derajat dalam satu rotasi. Perubahan
sudut arah yang kecil ini secara tahunan dialami oleh medan magnet bumi.
Setiap harinya, perubahan sudut arah yang terjadi pada jarum kompas tidak
lebih dari sepersepuluh dari total perubahan sudut arah harian.

15.1.3. Asumsi Meridian


Untuk memudahkan pengukuran, arah meridian dapat diasumsikan. Sebuah
garis pengukuran dapat dianggap sebagai arah garis meridian/ arah garis acuan.
Arah garis meridian yang diasumsikan biasanya dapat diambil menjadi arah
dari garis meridian yang sesungguhnya.

15.1.4. Convergence of Meridian


True meridian (garis meridian yang sebenarnya) di atas permukaan bumi
adalah garis-garis longitude (garis bujur), dan jarak antara garis-garis bujur ini
akan semakin mengecil jika jarak antara garis-garis bujur ini dari garis ekuator

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 90


ILMU UKUR TANAH 2

semakin mendekati kutub Utara maupun kutub Selatan. Besarnya faktor


pengurangan jarak antara dua garis bujur pada suatu daerah tergantung dari:
1. Jarak dari antara garis Meridian (bujur) ke arah Utara atau arah Selatan dari
garis ekuator.
2. Perbedaan besarnya sudut antara dari ke dua garis Meridian bujur tersebut.

Garis magnetik Meridian juga cenderung mengecil ke arah daerah kutub tetapi
besarannya tidak selalu sama.

15.1.5. Grid Meridian


Asumsi ini juga sering digunakan dalam pengukuran tanah. Jika sebuah garis
yang melewati sebuah titik survey sudah ditentukan sebagai sebuah garis acuan
meridian, apakah itu garis Utara sebenarnya (true North) atau asumsi, semua
garis meridian yang ada pada daerah pengukuran tersebut dibuat sejajar dengan
garis acuan meridian tersebut. Asumsi ini tidak memperhitungkan adanya
pengecilan jarak antara garis meridian. Metode pengukuran bidang datar
menganggap bahwa semua pengukuran diproyeksikan pada sebuah bidang
horizontal dan semua garis Meridian harus sejajar dengan garis acuan meridian
tersebut. Cara menentukan garis meridian ini disebut dengan grid meridian.

Gambar 15.3 Grid North


15.1.6. Garis Azimuth
Garis azimuth dari sebuah garis ukur di atas permukaan bumi adalah besarnya
sudut horizontal yang diukur dari bidang garis meridian ke arah vertikal bidang
garis meridian. Garis Azimuth menentukan arah sebuah garis ukur yang

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 91


ILMU UKUR TANAH 2

berkenaan dengan garis meridiannya. Besarnya sudut azimuth biasanya diukur


searah dengan jarum jam sesuai dengan arah Utara garis meridian atau Selatan
garis meridian (gbr. 15.3). Pada pengukuran Astronomical dan Geodetic, arah
azimuth diukur dari selatan garis meridian. Pada pengukuran plane surveying,
arah azimuth diukur dari Utara garis meridian.

Sebuah garis bisa mempunyai besar sudut azimuth antara 0 s/d 360. Pada
gambar 15.4, garis Utara–Selatan menunjukan sebuah garis meridian melewati
titik 0. Sudut Azimuth garis 0A diukur dari Utara sebesar 70; Sudut Azimuth
garis 0B diukur dari Utara sebesar 145; Sudut Azimuth garis 0C diukur dari
Utara sebesar 235; Sudut Azimuth garis 0D diukur dari Utara sebesar 330.
Sudut Azimuth dikatakan Sudut Azimuth yang sebenarnya (True Azimuth) jika
diukur dari arah Utara yang sebenarnya (True North), magnetic azimuth jika
diukur dari arah Utara magnetic, azimuth asumsi jika diukur dari arah Utara
yang diasumsikan dan grid azimuth jika diukur dari central meridian dalam
system grid.

Gambar 15.4 Azimuth

Dalam bidang geodesy dan geodetic surveying, garis azimuth sebuah garis
disebut dengan geodetik azimuth. Besarnya sudut geodetik azimuth ini sedikit
berbeda dari true azimuth karena sebuah garis pada bidang normal (plane
surveying) diletakkan pada bidang spheroid yang arah sudut azimuthnya akan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 92


ILMU UKUR TANAH 2

berubah sedikit karena arah sudut gravitasi pada sudut tersebut sudah berubah
meskipun sudut azimuth pada garis tersebut didapat dari true North.
15.1.7. Back Azimuth
Ketika sudut azimuth dari sebuah garis ditentukan, itu berarti untuk sebuah
garis yang arahnya dimulai dari titik awalnya ke titik akhirnya. Jadi, untuk
sebuah garis LP, titik awalnya L dan titik akhirnya P. Jika sudut azimuth garis
LP ditentukan sebesar 85, kemudian sudut azimuth dari garis PL menjadi 85
+ 180 = 265 karena arah garis LP dan arah garis PL tidaklah sama. Satu arah
garis adalah kebalikan dari arah garis tersebut. Untuk maksud diskusi mengenai
sudut azimuth kebalikan (back azimuth), perhatikan garis LP pada gambar
15.5. Dalam gambar, US adalah arah garis meridian Utara dan Selatan yang
melewati titk L dan U’S’ adalah arah garis meridian Utara dan Selatan yang
melewati titik P. Sesuai dengan asumsi pada pekerjaan plane surveying, ke dua
garis meridian tersebut adalah parallel (sejajar) terhadap satu dengan yang
lainnya. Jika besar sudut azimuth untuk garis LP adalah 85 maka besar sudut
azimuth untuk garis PL adalah 85 + 180 = 265. Oleh karena itu, sudut
azimuth kebalikan dari garis LP adalah sudut azimuth dari garis PL. Pada
gambar 15.6 , sudut azimuth dari garis CD adalah 320 dan sudut kebalikan
dari garis azimuth CD adalah 320 – 180 = 140 (gbr. 15.6).

Gambar 15.5 Hubungan Antara Azimuth dan Back Azimuth

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 93


ILMU UKUR TANAH 2

Gambar 15.6 Azimuth dan Back Azimuth

Dari penjelasan sebelumnya, dapat dilihat bahwa sudut azimuth kebalikan dari
sebuah garis dapat ditentukan dari sudut azimuth garis tersebut: Jika sudut
azimuth dari sebuah garis kurang dari 180, tambahkan sudut azimuth tersebut
sebesar 180 untuk mendapatkan sudut azimuth kebalikannya. Jika sudut
azimuth sebuah garis lebih besar dari 180, kurangkan sudut azimuth tersebut
sebesar 180 untuk mendapatkan sudut azimuth kebalikannya.

15.1.8. Sudut Jurusan Sebuah garis


Sudut jurusan sebuah garis juga menunjukkan arah dari sebuah garis yang
mengacu pada garis referensinya. Tidak sama dengan sudut azimuth yang
sudutnya diukur dari arah yang sudah ditentukan, misalnya Utara, besaran
sudut jurusan tidak pernah lebih besar dari 90. Besaran sudut jurusan diukur
baik dari arah Utara maupun Selatan dan diarahkan ke Timur atau ke Barat.
Sebagai contoh, jika sebuah garis mempunyai sudut jurusan S 35 E (dibaca
South 35 East), besar sudut jurusan tersebut diukur dari arah South sebesar
35 ke arah East. Pada gambar ditunjukkan empat garis dimana dari setiap garis
tersebut melewati titik awal O. Setiap garis berada pada kwadran yang berbeda.
Sudut jurusan garis OA adalah N 70 E, garis OB adalah S 35 E, garis OC

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 94


ILMU UKUR TANAH 2

adalah S 55 W dan garis OD adalah N 30 W. Jadi, jelaslah bahwa besarnya


sudut jurusan sebuah garis tidak lebih dari 90 (gbr. 15.7).

Gambar 15.7 Sudut Jurusan

Gambar 15.8 Sudut Jurusan (bearing) dan Sudut Jurusan Kebalikan

15.1.9. Sudut Jurusan Kebalikan (Back Bearing)


Sudut jurusan kebalikan dari sebuah garis adalah arah sudut jurusan yang
berlawan dengan arah sudut jurusan sebelumnya. Dalam gambar 15.8,

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 95


ILMU UKUR TANAH 2

besarnya sudut jurusan garis AB adalah N 68 E (U 68 T) dan besar sudut


jurusan kebalikannya adalah S 68 W (S 68 B).

Sudut jurusan dari sebuah garis pada arah dimana suatu pekerjaan pengukuran
yang terdiri dari beberapa garis bergerak maju disebut dengan sudut jurusan
ke depan (forward bearing), sedangkan arah sudut jurusan yang bergerak ke
belakang disebut dengan sudut jurusan ke belakang (back bearing). Sudut
jurusan ke belakang (back bearing) dapat ditentukan dari sudut jurusan ke
depan hanya dengan merubah huruf N menjadi S dan S menjadi N dan juga
merubah hurup E menjadi W dan W menjadi E.

15.2.0. Kompas Magnetik


Kompas adalah sebuah alat yang sensitive terhadap pengaruh medan magnet
bumi sehingga mampu untuk menentukan arah utara magnetik bumi. Bagian
atas kompas biasanya dilengkapi dengan huruf N, S, E, dan W dalam bentuk
huruf cardinal.

Kompas kering sudah ditemukan sebelum abad ke 2 Masehi di China dan


sudah umum digunakan sebagai alat navigasi sejak abad 11 Masehi. Orang
yang pertama diketahui telah menggunakan kompas sebagai alat bantu
penunjuk arah adalah Zheng He (1371-1435), dari provinsi Yunnan, China,
yang telah tujuh kali berlayar mengarungi lautan antara 1405 dan 1433.
Kompas ini kemudian dikembangkan pada jaman Medieval di Eropa, sekitar
abad ke 13M dan pada abad ke 20M kompas cair juga sudah dikembangkan.

Kompas dirakit sebagai instrument yang berdiri sendiri dan kedap air dengan
sebuah jarum penunjuk arah yang selalu bergerak secara bebas di atas
sumbunya/ pivot, maupun di dalam cairan, untuk mendapatkan arah Utara dan
Selatan magnetik bumi.

Sebuah kompas magnetik dibuat sehingga jarum dapat bergerak bebas pada
sumbunya sewaktu dipergunakan dan membantu mendapatkan arah dari sebuah

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 96


ILMU UKUR TANAH 2

garis target dari titik awalnya ke titik akhirnya. Seperti diperlihatkan pada
gambar 15.9, sebuah lingkaran yang telah diberi satuan sudut akan berputar
pada saat kompas diputar ke arah target yang diinginkan. Sudut antara ujung
dari jarum kompas yang akan mengarah ke Utara magnetik dan lingkaran yang
diarahkan ke titik target dibaca untuk mendapatkan besarnya sudut azimuth
garis tersebut.

Gambar 15.9 Kompas

Lempengan lingkaran dan jarum kompas tersebut diletakkan di dalam kotak


yang terbuat dari metal dan dilapisi dengan sebuah plat kaca. Garis target
dibuat permanen/tetap pada angka nol derajat sebagai arah Utara dari
lempengan tersebut. Sewaktu garis target di arahkan ke titik target searah jarum
jam, jarum kompas akan tetap mengarah ke Utara magnetik tetapi lempengan
lingkaran sudut akan bergerak sebesar sudut dari Utara magnetik titik target.
Jika arah garis target diputar sebesar 90 ke arah Timur dari arah Utara
magnetik, kemudian huruf E akan berada pada arah yang berlawanan dengan
arah Utara magnetik. Lingkaran kompas tersebut mengindentifikasikan bahwa
sudut jurusan garis bidik mengarah ke Timur. Jika garis bidik diarahkan
sebesar 180 dari Utara, huruf S akan berada tepat diujung jarum berlawanan
dengan arah Utara dan ini menyatakan bahwa sudut jurusan dari garis bidik
mengarah ke Selatan (gambar 15.10).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 97


ILMU UKUR TANAH 2

Gambar 15.10 System Kompas

Secara umum, ada tiga jenis type kompas magnetik yang digunakan untuk
pekerjaan surveying (gbr. 15.11). Kompas saku digunakan hanya untuk
mendapatkan besar sudut arah estimasi saja. Kompas saku ini mudah dibawa
dan dapat digunakan hanya dengan satu tangan saja. Arah garis bidik didapat
melalui kombinasi dari garis pisir dan garis benang untuk mendapatkan titik
target yang ditentukan. Untuk menjaga agar jarum magnetik tetap bergerak
bebas, sumbu jarum jangan dikunci dengan kencang. Hal ini dapat
menyebabkan derat pada jarum dapat aus sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Kompas saku ini didesign sehingga apabila posisi kompas dalam keadaan
miring, jarum jam akan ditahan oleh kaca penutupnya.

Gambar 15.11. Kompas Saku

Kompas surveyor adalah sebuah alat yang telah lama digunakan untuk
pekerjaan pengukuran untuk mendapatkan hasil yang cukup akurat (gbr.
15.12). Ukuran diameter lingkarannya antara 10 s/d 12cm dan dilengkapi
dengan sebuah buble untuk mendatarkan posisi kompas, pisir dan garis bantu
untuk membantu mendapatkan arah garis bidik yang diinginkan, dan sebuah
sekrup untuk mengunci agar jarum magnetik tidak bergerak. Kompas ini
dilengkapi dengan dua buah pisir dan garis benang. Bahkan kompas ini juga

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 98


ILMU UKUR TANAH 2

dilengkapi dengan cermin untuk mendapatkan besar sudut yang lebih teliti.
Kompas ini dapat diletakkan diatas tripod dan kedatarannya dapat diatur
dengan menaik-turunkan sekrup kaki agar kedudukan kompas dapat benar-
benar horizontal/datar. Skala satuan sudutnya dibuat dengan satuan 30 menit.

Kompas transit sangat mirip dengan kompas surveyor dalam hal cara
menggunakan dan menentukan arah garis bidik (gbr. 15.13). Kompas ini secara
permanen melengkapi bagian dari alat transit theodolite untuk memudahkan
mendapatkan arah dan besar sudut azimuth maupun sudut jurusan dari garis-
garis yang akan diukur.

Gambar 15.12. Kompas Surveyor

Gambar 15.13. Kompas Transit

15.2.1. Menentukan Arah Dengan Kompas Magnetik


Ketika menggunakan kompas saku, pengamat harus meletakkan alat tersebut
berada di atas titik awal dari sebuah garis yang akan diamati untuk
mendapatkan sudut jurusan/azimuth garis tersebut. Sambil menjaga posisi
kompas agar benar-benar mendatar, arah garis bidik dicari agar benar-benar

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 99


ILMU UKUR TANAH 2

tepat berada ke titik akhir garis yang diamati. Setelah jarum kompas benar-
benar tidak bergerak lagi/statis, sudut jurusan/azimuth garis tersebut dapat
diketahui besarnya dari arah Utara magnetik kompas tersebut.

Bila menggunakan kompas surveyor atau kompas transit, letakkan alat


tersebut benar-benar di atas titik awal dari garis yang akan diamati tersebut.
Setelah posisi kedataran kompas benar-benar sudah didapat, tentukan arah
garis bidik tepat benar-benar ke titik ujung garis tersebut. Kemudian, lepaskan
pengunci jarum kompas dan biarkan jarum kompas tersebut bergerak bebas
hingga akan berhenti pada arah Utara magnetiknya. Kemudian, besar sudut
jurusan/azimuth yang ada dapat dicatat. Untuk mendapatkan sudut
jurusan/azimuth kebalikannya, kompas ini diletakkan tepat berada di titik
ujung garis yang diamati. Sama seperti yang telah diterangkan di atas, arahkan
kompas ke titik awal garis tersebut dan catatlah hasilnya. Hal ini dilakukan
untuk melakukan pengecheckan kembali hasil pengukuran sudut
jurusan/azimuth yang telah didapat sebelumnya.

Arah Utara Yang Mana Digunakan?


Ada 2 jenis arah Utara yang perlu diketahui. Bila melihat sebuah peta, arah
Utara yang disajikan adalah True North. Sebaliknya, bila melihat sebuah
kompas, arah Utara yang didapat adalah Utara Magnetik. Jadi, agar sebuah
kompas dan sebuah peta dapat digunakan secara bersamaan, pilihlah salah satu
dari ke dua jenis arah Utara tersebut sebagai referensi dalam melakukan
perhitungan. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini, jika gagal untuk
mendapatkan sudut deklinasi yang sebenarnya dapat menyebabkan kita akan
keluar jauh dari titik target yang dituju.

Declination or Error Off Target after


Degrees Off Course Walking 10 Miles
1º 920 feet (280meters)
5º 4,600 feet (1.402 meter)
10 º 9,170 feet (2.795 meter)
15.2.2. Variasi Sudut Magnetik (magnetic Declination)

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 100


ILMU UKUR TANAH 2

Kutub magnetik bumi tidak sama dengan kutub rotasi bumi kita. Besarnya
sudut magnetik bumi juga dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan pada
medan magnet bumi itu sendiri dan akibat pengaruh medan magnit yang ada di
daerah pekerjaan kita baik secara lokal dan regional. Oleh karena itu, kecuali
hanya di sedikit lokasi di bumi ini, jarum kompas magnetik tidak pernah
mengarah ke arah Utara yang sebenarnya (True North). Di sebagian belahan
bumi ini, arah Utara magnetiknya berada dibagian Timur dari arah Utara yang
sebenarnya, sedangkan di bagian bumi yang lainnya, arah Utara magnetiknya
berada di bagian Barat dari arah Utara yang sebenarnya (True North). Besarnya
perbedaan sudut magnetik ke arah Utara yang sebenarnya disebut variasi sudut
magnetik (Magnetic Declination). Sudut variasi ini dapat positif maupun
negatif ketika arah jarum magnetik ke Barat atau ke Timur seperti yang dapat
dilihat pada gambar 15.14.

Gambar 15.14. Sudut Deklinasi

Arah dari sudut magnetik ini pada setiap titik berubah secara terus menerus.
Perubahan ini umumnya karena diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan
medan magnet yang terjadi disekitar lokasi titik tersebut maupun secara
regional. Siklus waktu perubahan sudut magnetik ini bervariasi dan tidak dapat
diprediksi besarnya karena faktor yang mempengaruhi medan magnet yang
terjadi secara lokal dan regional tidak bisa diketahui secara pasti.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 101


ILMU UKUR TANAH 2

Jika sudut deklinasi pada suatu daerah untuk tahun-tahun sebelumnya ingin
didapat, besarnya sudut deklinasi pada satu tahun tertentu harus diketahui. Data
sudut deklinasi ini disebut Isogonic Chart, diterbitkan oleh sebuah badan resmi
(Saat ini data sudut deklinasi juga bisa didapat melalui internet).

Dengan mengacu pada garis putus-putus pada grafik tersebut, kita dapat
menentukan sudut deklinasi tahunan yang terjadi. Perubaan sudut deklinasi
tahunan ini dikalikan dengan selisih ke tahun yang diinginkan dan hasilnya
dikurangkan/ditambahkan dengan besarnya sudut deklinasi yang terjadi di
daerah tersebut pada tahun yang ingin diketahui. Misalnya kita ingin
mengetahui besarnya sudut deklinasi yang terjadi di Denver pada tahun 1948
dan data grafik yang kita gunakan untuk tahun 1945 dan 1948:

Jika Data grafik tahun 1945 digunakan:


Perubahan sudut deklinasi tahunan di Denver tahun 1945 = -2’
Selisih tahun (1945 – 1948) = + 3 tahun
Total perubahan sudut deklinasi = (+3) x (-2’) = -6’
Sudut deklinasi di Denver pada tahun 1945 = +14 16’
- 06’
Deklinasi di Denver pada tahun 1948 = + 14º 10’

Jika grafik tahun 1950 digunakan:


Perubahan sudut deklinasi tahunan di Denver tahun 1950 = -1,8’
Selisih tahun (1948 – 1950) = - 2 tahun
Total perubahan sudut deklinasi =(-2)x(-1,8’)=+3,6’
Sudut deklinasi di Denver pada tahun 1950 = +14 00’
+3,6’
Deklinasi di Denver pada tahun 1948 = +14º 03,6’

Perbedaan yang ada dari kedua perhitungan tersebut adalah karena grafik ini
berlaku secara internasional dan kekurang akuratan dari grafik tersebut. Untuk

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 102


ILMU UKUR TANAH 2

mendapatkan hasil yang lebih baik gunakanlah grafik tersebut dengan selisih
waktu tahunan yang kecil. Namun demikian, hasil dari grafik tersebut hanyalah
perkiraan saja dan besarnya sudut deklinasi yang ada sangat dipengaruhi oleh
pengaruh lokal maupun regional disekitar daerah pengukuran.

15.3.0. Hubungan Antara Sudut Jurusan dan Azimuth Yang Sebenarnya dengan
Sudut Jurusan dan Azimuth Magnetik.
Besarnya sudut Azimuth yang sebenarnya dengan sudut azimuth magnetik
tidaklah sama pada suatu waktu tertentu dikarenakan adanya sudut deklinasi.
Jika sudut deklinasi berada di arah Timur dari Utara yang sebenarnya, maka
besar sudut azimuth magnetik lebih kecil dari sudut azimuth yang sebenarnya.
Jika sudut deklinasi berada di arah Barat dari Utara yang sebenarnya, maka
sudut azimuth magnetik lebih besar dari sudut azimuth yang sebenarnya.

Contoh 1:
Sudut deklinasi pada suatu waktu di suatu tempat sebesar 15º15'W. Besar sudut
azimuth magnetik dari sebuah garis adalah 124º20'. Berapakah besar sudut
azimuth yang sebenarnya dari garis tersebut?
Jawab: Besarnya sudut azimuth yang sebenarnya dari garis tersebut adalah
124º20' - 15º15' = 109º05'

Contoh 2:
Sudut jurusan magnetik sebuah garis yang diamati sebesar S12º30'E. Besar
sudut deklinasinya adalah 22ºE. Berapakah besar sudut jurusan yang
sebenarnya dari garis tersebut.
Jawab: Sudut jurusan magnetic = S12º30'E
Sudut azimuth magnetic = 180º - 12º30' = 167º30'
Sudut deklinasi = 22ºE
Sudut azimuth yang sebenarnya = 167º30' + 22º = 189º30'
Sudut jurusan yang sebenarnya = S 09º30'W
Contoh 3:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 103


ILMU UKUR TANAH 2

Sudut jurusan magnetik sebuah garis yang diamati sebesar S80º15'W pada
tahun 2006. Besar sudut deklinasinya adalah 16ºE. Berapakah besar sudut
jurusan magnetik jika sudut deklinasinya pada tahun 2010 sebesar 04º30'E?
Jawab:
Sudut jurusan magnetik = S80º15'W
Sudut azimuth magnetik = 180º + 80º15' = 260º15'
Sudut deklinasi tahun 2006 = 16ºE
Sudut azimuth yang sebenarnya = 260º15' + 16º = 276º15'
Sudut deklinasi tahun 2010 = 04º30'
Sudut azimuth magnetic tahun 2010 = 276º15' - 04º30' = 271º45'
Sudut jurusan magnetic tahun 2010 = N 88º15'W

Contoh 4:
Sudut azimuth dari arah Utara yang sebenarnya sebuah garis adalah 144º15'.
Garis ini akan diukur ulang dengan menggunakan kompas dengan sudut
deklinasi sebesar 03º30'W. Berapakah sudut jurusan magnetik dari garis
tersebut?
Jawab:
Sudut azimuth yang sebenarnya = 144º15'
Sudut deklinasi = 03º30'W
Sudut azimuth magnetic = 144º15' + 03º30' = 147º45'
Sudut jurusan magnetik = S 32º15' E

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 104

Anda mungkin juga menyukai