15.0.0. KOMPAS
15.1.0. Arah Dari Sebuah Garis
15.1.1. Astronomical Meridian
Adalah sebuah garis di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki bujur astronomi yang sama. Garis ini juga dikenal dengan sebutan
terrestrial meridian (gbr. 15.1).
Utara Magnetik Meridian berada pada sudut 15 ke arah Barat dari arah True
Meridian.
Perubahan arah Utara magnetik meridian ini, baik ke arah positif maupun
negatif, disebabkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi selama ini pada
bumi yang besarnya bisa menjadi berapa derajat dalam satu rotasi. Perubahan
sudut arah yang kecil ini secara tahunan dialami oleh medan magnet bumi.
Setiap harinya, perubahan sudut arah yang terjadi pada jarum kompas tidak
lebih dari sepersepuluh dari total perubahan sudut arah harian.
Garis magnetik Meridian juga cenderung mengecil ke arah daerah kutub tetapi
besarannya tidak selalu sama.
Sebuah garis bisa mempunyai besar sudut azimuth antara 0 s/d 360. Pada
gambar 15.4, garis Utara–Selatan menunjukan sebuah garis meridian melewati
titik 0. Sudut Azimuth garis 0A diukur dari Utara sebesar 70; Sudut Azimuth
garis 0B diukur dari Utara sebesar 145; Sudut Azimuth garis 0C diukur dari
Utara sebesar 235; Sudut Azimuth garis 0D diukur dari Utara sebesar 330.
Sudut Azimuth dikatakan Sudut Azimuth yang sebenarnya (True Azimuth) jika
diukur dari arah Utara yang sebenarnya (True North), magnetic azimuth jika
diukur dari arah Utara magnetic, azimuth asumsi jika diukur dari arah Utara
yang diasumsikan dan grid azimuth jika diukur dari central meridian dalam
system grid.
Dalam bidang geodesy dan geodetic surveying, garis azimuth sebuah garis
disebut dengan geodetik azimuth. Besarnya sudut geodetik azimuth ini sedikit
berbeda dari true azimuth karena sebuah garis pada bidang normal (plane
surveying) diletakkan pada bidang spheroid yang arah sudut azimuthnya akan
berubah sedikit karena arah sudut gravitasi pada sudut tersebut sudah berubah
meskipun sudut azimuth pada garis tersebut didapat dari true North.
15.1.7. Back Azimuth
Ketika sudut azimuth dari sebuah garis ditentukan, itu berarti untuk sebuah
garis yang arahnya dimulai dari titik awalnya ke titik akhirnya. Jadi, untuk
sebuah garis LP, titik awalnya L dan titik akhirnya P. Jika sudut azimuth garis
LP ditentukan sebesar 85, kemudian sudut azimuth dari garis PL menjadi 85
+ 180 = 265 karena arah garis LP dan arah garis PL tidaklah sama. Satu arah
garis adalah kebalikan dari arah garis tersebut. Untuk maksud diskusi mengenai
sudut azimuth kebalikan (back azimuth), perhatikan garis LP pada gambar
15.5. Dalam gambar, US adalah arah garis meridian Utara dan Selatan yang
melewati titk L dan U’S’ adalah arah garis meridian Utara dan Selatan yang
melewati titik P. Sesuai dengan asumsi pada pekerjaan plane surveying, ke dua
garis meridian tersebut adalah parallel (sejajar) terhadap satu dengan yang
lainnya. Jika besar sudut azimuth untuk garis LP adalah 85 maka besar sudut
azimuth untuk garis PL adalah 85 + 180 = 265. Oleh karena itu, sudut
azimuth kebalikan dari garis LP adalah sudut azimuth dari garis PL. Pada
gambar 15.6 , sudut azimuth dari garis CD adalah 320 dan sudut kebalikan
dari garis azimuth CD adalah 320 – 180 = 140 (gbr. 15.6).
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dilihat bahwa sudut azimuth kebalikan dari
sebuah garis dapat ditentukan dari sudut azimuth garis tersebut: Jika sudut
azimuth dari sebuah garis kurang dari 180, tambahkan sudut azimuth tersebut
sebesar 180 untuk mendapatkan sudut azimuth kebalikannya. Jika sudut
azimuth sebuah garis lebih besar dari 180, kurangkan sudut azimuth tersebut
sebesar 180 untuk mendapatkan sudut azimuth kebalikannya.
Sudut jurusan dari sebuah garis pada arah dimana suatu pekerjaan pengukuran
yang terdiri dari beberapa garis bergerak maju disebut dengan sudut jurusan
ke depan (forward bearing), sedangkan arah sudut jurusan yang bergerak ke
belakang disebut dengan sudut jurusan ke belakang (back bearing). Sudut
jurusan ke belakang (back bearing) dapat ditentukan dari sudut jurusan ke
depan hanya dengan merubah huruf N menjadi S dan S menjadi N dan juga
merubah hurup E menjadi W dan W menjadi E.
Kompas dirakit sebagai instrument yang berdiri sendiri dan kedap air dengan
sebuah jarum penunjuk arah yang selalu bergerak secara bebas di atas
sumbunya/ pivot, maupun di dalam cairan, untuk mendapatkan arah Utara dan
Selatan magnetik bumi.
Sebuah kompas magnetik dibuat sehingga jarum dapat bergerak bebas pada
sumbunya sewaktu dipergunakan dan membantu mendapatkan arah dari sebuah
garis target dari titik awalnya ke titik akhirnya. Seperti diperlihatkan pada
gambar 15.9, sebuah lingkaran yang telah diberi satuan sudut akan berputar
pada saat kompas diputar ke arah target yang diinginkan. Sudut antara ujung
dari jarum kompas yang akan mengarah ke Utara magnetik dan lingkaran yang
diarahkan ke titik target dibaca untuk mendapatkan besarnya sudut azimuth
garis tersebut.
Secara umum, ada tiga jenis type kompas magnetik yang digunakan untuk
pekerjaan surveying (gbr. 15.11). Kompas saku digunakan hanya untuk
mendapatkan besar sudut arah estimasi saja. Kompas saku ini mudah dibawa
dan dapat digunakan hanya dengan satu tangan saja. Arah garis bidik didapat
melalui kombinasi dari garis pisir dan garis benang untuk mendapatkan titik
target yang ditentukan. Untuk menjaga agar jarum magnetik tetap bergerak
bebas, sumbu jarum jangan dikunci dengan kencang. Hal ini dapat
menyebabkan derat pada jarum dapat aus sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Kompas saku ini didesign sehingga apabila posisi kompas dalam keadaan
miring, jarum jam akan ditahan oleh kaca penutupnya.
Kompas surveyor adalah sebuah alat yang telah lama digunakan untuk
pekerjaan pengukuran untuk mendapatkan hasil yang cukup akurat (gbr.
15.12). Ukuran diameter lingkarannya antara 10 s/d 12cm dan dilengkapi
dengan sebuah buble untuk mendatarkan posisi kompas, pisir dan garis bantu
untuk membantu mendapatkan arah garis bidik yang diinginkan, dan sebuah
sekrup untuk mengunci agar jarum magnetik tidak bergerak. Kompas ini
dilengkapi dengan dua buah pisir dan garis benang. Bahkan kompas ini juga
dilengkapi dengan cermin untuk mendapatkan besar sudut yang lebih teliti.
Kompas ini dapat diletakkan diatas tripod dan kedatarannya dapat diatur
dengan menaik-turunkan sekrup kaki agar kedudukan kompas dapat benar-
benar horizontal/datar. Skala satuan sudutnya dibuat dengan satuan 30 menit.
Kompas transit sangat mirip dengan kompas surveyor dalam hal cara
menggunakan dan menentukan arah garis bidik (gbr. 15.13). Kompas ini secara
permanen melengkapi bagian dari alat transit theodolite untuk memudahkan
mendapatkan arah dan besar sudut azimuth maupun sudut jurusan dari garis-
garis yang akan diukur.
tepat berada ke titik akhir garis yang diamati. Setelah jarum kompas benar-
benar tidak bergerak lagi/statis, sudut jurusan/azimuth garis tersebut dapat
diketahui besarnya dari arah Utara magnetik kompas tersebut.
Kutub magnetik bumi tidak sama dengan kutub rotasi bumi kita. Besarnya
sudut magnetik bumi juga dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan pada
medan magnet bumi itu sendiri dan akibat pengaruh medan magnit yang ada di
daerah pekerjaan kita baik secara lokal dan regional. Oleh karena itu, kecuali
hanya di sedikit lokasi di bumi ini, jarum kompas magnetik tidak pernah
mengarah ke arah Utara yang sebenarnya (True North). Di sebagian belahan
bumi ini, arah Utara magnetiknya berada dibagian Timur dari arah Utara yang
sebenarnya, sedangkan di bagian bumi yang lainnya, arah Utara magnetiknya
berada di bagian Barat dari arah Utara yang sebenarnya (True North). Besarnya
perbedaan sudut magnetik ke arah Utara yang sebenarnya disebut variasi sudut
magnetik (Magnetic Declination). Sudut variasi ini dapat positif maupun
negatif ketika arah jarum magnetik ke Barat atau ke Timur seperti yang dapat
dilihat pada gambar 15.14.
Arah dari sudut magnetik ini pada setiap titik berubah secara terus menerus.
Perubahan ini umumnya karena diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan
medan magnet yang terjadi disekitar lokasi titik tersebut maupun secara
regional. Siklus waktu perubahan sudut magnetik ini bervariasi dan tidak dapat
diprediksi besarnya karena faktor yang mempengaruhi medan magnet yang
terjadi secara lokal dan regional tidak bisa diketahui secara pasti.
Jika sudut deklinasi pada suatu daerah untuk tahun-tahun sebelumnya ingin
didapat, besarnya sudut deklinasi pada satu tahun tertentu harus diketahui. Data
sudut deklinasi ini disebut Isogonic Chart, diterbitkan oleh sebuah badan resmi
(Saat ini data sudut deklinasi juga bisa didapat melalui internet).
Dengan mengacu pada garis putus-putus pada grafik tersebut, kita dapat
menentukan sudut deklinasi tahunan yang terjadi. Perubaan sudut deklinasi
tahunan ini dikalikan dengan selisih ke tahun yang diinginkan dan hasilnya
dikurangkan/ditambahkan dengan besarnya sudut deklinasi yang terjadi di
daerah tersebut pada tahun yang ingin diketahui. Misalnya kita ingin
mengetahui besarnya sudut deklinasi yang terjadi di Denver pada tahun 1948
dan data grafik yang kita gunakan untuk tahun 1945 dan 1948:
Perbedaan yang ada dari kedua perhitungan tersebut adalah karena grafik ini
berlaku secara internasional dan kekurang akuratan dari grafik tersebut. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik gunakanlah grafik tersebut dengan selisih
waktu tahunan yang kecil. Namun demikian, hasil dari grafik tersebut hanyalah
perkiraan saja dan besarnya sudut deklinasi yang ada sangat dipengaruhi oleh
pengaruh lokal maupun regional disekitar daerah pengukuran.
15.3.0. Hubungan Antara Sudut Jurusan dan Azimuth Yang Sebenarnya dengan
Sudut Jurusan dan Azimuth Magnetik.
Besarnya sudut Azimuth yang sebenarnya dengan sudut azimuth magnetik
tidaklah sama pada suatu waktu tertentu dikarenakan adanya sudut deklinasi.
Jika sudut deklinasi berada di arah Timur dari Utara yang sebenarnya, maka
besar sudut azimuth magnetik lebih kecil dari sudut azimuth yang sebenarnya.
Jika sudut deklinasi berada di arah Barat dari Utara yang sebenarnya, maka
sudut azimuth magnetik lebih besar dari sudut azimuth yang sebenarnya.
Contoh 1:
Sudut deklinasi pada suatu waktu di suatu tempat sebesar 15º15'W. Besar sudut
azimuth magnetik dari sebuah garis adalah 124º20'. Berapakah besar sudut
azimuth yang sebenarnya dari garis tersebut?
Jawab: Besarnya sudut azimuth yang sebenarnya dari garis tersebut adalah
124º20' - 15º15' = 109º05'
Contoh 2:
Sudut jurusan magnetik sebuah garis yang diamati sebesar S12º30'E. Besar
sudut deklinasinya adalah 22ºE. Berapakah besar sudut jurusan yang
sebenarnya dari garis tersebut.
Jawab: Sudut jurusan magnetic = S12º30'E
Sudut azimuth magnetic = 180º - 12º30' = 167º30'
Sudut deklinasi = 22ºE
Sudut azimuth yang sebenarnya = 167º30' + 22º = 189º30'
Sudut jurusan yang sebenarnya = S 09º30'W
Contoh 3:
Sudut jurusan magnetik sebuah garis yang diamati sebesar S80º15'W pada
tahun 2006. Besar sudut deklinasinya adalah 16ºE. Berapakah besar sudut
jurusan magnetik jika sudut deklinasinya pada tahun 2010 sebesar 04º30'E?
Jawab:
Sudut jurusan magnetik = S80º15'W
Sudut azimuth magnetik = 180º + 80º15' = 260º15'
Sudut deklinasi tahun 2006 = 16ºE
Sudut azimuth yang sebenarnya = 260º15' + 16º = 276º15'
Sudut deklinasi tahun 2010 = 04º30'
Sudut azimuth magnetic tahun 2010 = 276º15' - 04º30' = 271º45'
Sudut jurusan magnetic tahun 2010 = N 88º15'W
Contoh 4:
Sudut azimuth dari arah Utara yang sebenarnya sebuah garis adalah 144º15'.
Garis ini akan diukur ulang dengan menggunakan kompas dengan sudut
deklinasi sebesar 03º30'W. Berapakah sudut jurusan magnetik dari garis
tersebut?
Jawab:
Sudut azimuth yang sebenarnya = 144º15'
Sudut deklinasi = 03º30'W
Sudut azimuth magnetic = 144º15' + 03º30' = 147º45'
Sudut jurusan magnetik = S 32º15' E