Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL

Nama : Icmi Maulida


Nim : 1911102412043
KLINIK ISLAMIC CENTRE

Program Studi Profesi Ners


Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2019-2020
LP Persalinan Normal
I. Pengertian :
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan
lahir.

2. Etiologi
Dalam persalinan ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan yaitu:
1). Hormon estrogen : Meningkatkan sensitifitas otot rahim dan memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti oxcytoksin, prostaglandin, dan rangsangan
mekanisme.
2). Hormon progesteron : Menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat
rangsangan dari luar menyebabkan relaksasi otot dan otot polos.

Teori yang menimbulkan adanya persalinan


1). Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh karena
itu setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
2). Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi kebuntuan
menyebabkan produksi progesteron mengalami penurunan.
3). Teori oxcytoksin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen,
meningkatkan pengeluaran oxcytoksin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas
kontraksi rahim.
4). Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu
dikeluarkan decidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
5). Tekanan kepala bayi pada ganglion cervikalis dan fleksus franken house dapat
menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
(Manuaba, 1998; 158 – 159)

3. Fisiologi
Tahap-tahap persalinan
Selama proses persalinan terbagi menjadi 4 tahap (kala), yaitu:
Kala I
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, karena servik mulai membuka
dan mendatar. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :
1). Fase laten : dari pembukaan 0 – 3 cm ( 7- 8 jam)
2). Fase aktif : dibagi menjadi tiga :
1. Fase Akselerasi : 3 – 4 cm ( 2 jam )
2. Fase Delatasi Maksimal : 4 – 8 cm ( 1- 2 jam)
3. Fase Deselerasi : 9 - 10 cm (1½ - 2 jam )

Kala II
Kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruangan panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Ibu merasa seperti ingin buang air besar, karena
tekanan pada rektum dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti seluruh badan
bayi.

Kala III
Setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat sebentar, uterus teraba keras dengan
fundus uteri setinggi pusat, berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya.
Beberapa saat kemudian datang pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dengan waktu
10-15 menit seluruh plasenta terlepas didorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan diatas symphisis atau fundus uteri. Seluruh
proses biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100–200 cc.

Kala IV
Masa dua jam setelah persalinan, masa ini untuk melakukan observasi karena sering
terjadi perdarahan 2 jam pertama setelah persalinan. Hal-hal yang perlu diobservasi
adalah:
Keadaan umum ibu
Tanda-tanda vital
Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
Jumlah perdarahan
Selama persalinan perdarahan yang normal tidak lebih dari 400 cc.
(Mochtar Rustam,1990;103)

Mekanisme persalinan
Pada minggu terakhir kehamilan segmen bawah rahim meluas untuk menerima
kepala janin terutama pada primi dan juga pada multipara saat partus mulai.
Urutan turunnya kepala janin:
1). Pada permulaan persalinan kepala anak tepat diatas PAP dengan posisi ubun-
ubun depan dan belakang sama (SYNCLITISMUS)
2). Ubun – ubun dengan tertahan symphisis sehingga ubun –ubun belakang lebih
rendah karena bagian belakang ada lengkungan sakrum (ASYNTICLISMUS
POSTERIOR)
3). Dengan adanya his kepala makin turun sehingga tekanan symphisis terlepas dan
kepala berputar lagi sampai ubun-ubun depan dan ubun-ubun belakang sama tinggi
(ASYNTICLISMUS)
4). Akhirnya sampai pintu bawah panggul dengan posisi kepala ubun-ubun depan
lebih rendah (ASYINTICLISMUS ANTERIOR) sehingga posisi kepala dalam
keadaan flexi
5). Karena ruangan pintu bawah panggul lebih longgar dan lunak kepala
mengadakan PUTAR PAKSI dalam sehingga ubun-ubun kecil berada dibawah
symphisis, saat ini akan terjadi moulase kepala janin
6). Dengan kekuatan his dan mengejan kepala makin maju dan mengadakan
ekstensi dan defleksi (membuka pintu) dengan ubun-ubun kecil sebagai hypomuclion
(pusat putaran) dan lahirlah ubun-ubun besar, dahi, muka, dan kepala seluruhnya
7). Kemudian kepala mengadakan putar paksi (RESTITUSI) sesuai dengan letak
punggung
8). Selanjutnya melahirkan badan anak.
(Mochtar Rustam, 1998; 94)

4. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan progesteron,
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan
adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR
menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa
tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal,
ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi
menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal
yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi
plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai
tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan
mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.

5. Klasifikasi
1) Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat
forceps, vacum, dan sectio caesarea
3) Persalinan anjuran : bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan
jalan rangsangan yaitu : dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain.
(Manuaba, 1998; 157)

6. Manifestasi Klinis
1.1.6.1 Tanda-tanda Persalinan akan terjadi, maka menunjukkan tanda khusus
bahwa persalinan sudah dekat yaitu :
1) Terjadi lightening
Menjelang kehamilan 36 minggu pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi mulai masuk PAP yang disebabkan oleh :
(1) Adanya kontraksi uterus Braxton Hick
(2) Ketegangan dinding perut
(3) Ketegangan ligamen rotundum
(4) Gaya berat janin dimana kepala ada di bawah
Semua ini dirasakan oleh ibu dengan rasa sesak berkurang, bagian bawah rasa berat,
terjadi kesulitan berjalan dan sering kencing.
2) Terjadi his pendahuluan
Makin tuanya kehamilan pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang
sehingga menimbulkan kontraksi lebih sering yang disebut his palsu, sifatnya :
(1) Pasien nyeri ringan di perut bagian bawah
(2) Datangnya tidak teratur dan durasinya lebih pendek
(3) Tidak bertambah bila beraktivitas

Gejala-gejala Persalinan
1). Adanya his (kontraksi rahim)
Sering dan teratur dengan frekuensi yang makin pendek dan sifatnya hilang
timbul, his dirasakan dari perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan berpengaruh
terhadap pembukaan servik.
2). Pengeluaran lendir dan darah
Adanya his terjadi perubahan servik berupa pendataran, penipisan dan pembukaan
sehingga timbul perdarahan akibat kapiler yang pecah, tanda ini disebut Bloody
Show.
3). Adanya ketuban pecah
Pecahnya ketuban diharapkan persalinan terjadi dalam 24 jam.
4). Adanya perubahan servik : servik makin lunak, penipisan dan pembukaan.

7. Pemeriksaan Penunjang
1). Pemeriksaan Laboratorium
(1.) Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan
pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
(2.) Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
(3.) Pemeriksaan darah
2). Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari
janin, plasenta dan uterus.
3). Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah
tersebut disebut fungtum maksimum.
4). Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung
janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya
direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin
dan kontraksi uterus pada saat yang sama

8. Penatalaksanaan
Memimpin persalinan dengan mengajarkan ibu untuk mengejan setiap ada his
dengan cara tarik nafas sedalam mungkin dipertahankan dengan demikian diafragma
membantu otot dinding rahim mendorong ke arah jalan rahim.
1) Bila kontraksi hilang ibu dianjurkan nafas dalam secara teratur
2) Demikian seterusnya sampai kepala anak akan lahir lalu ibu diminta untuk
bernafas hal ini agar perinium meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala tidak
terlalu cepat
3) Menolong melahirkan kepala
(1) Letakkan satu tangan pada kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
(2) Menahan perinium dengan satu tangan lainnya yang dialasi duk steril agar tidak
terjadi robekan.
(3) Setelah muka bayi lahir diusap dengan kasa steril untuk membersihkan dari
kotoran
4) Melahirkan bayi
Periksa tali pusat
Bila ada lilitan tali pusat dilonggarkan dulu dan bila lilitan terlalu erat maka diklem
pada dua tempat dan dipotong sambil melindungi leher anak.
Melahirkan anak dan anggota seluruhnya
1) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi (biparietal)
2) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarikan ke
atas untuk melahirkan bahu belakang
3) Selipkan satu tangan ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh seluruhnya.
1.1.8.4 Merawat bayi
1) Pegang erat bayi agar jangan jatuh, letakkan di perut ibu.
2) Bebaskan jalan nafas bayi dengan menghisap lendir dari mulut dan hidung bayi
3) Potong tali pusat yang sebelumnya diklem 15 cm dari perut bayi dan klem kedua
2 cm dari klem pertama lalu dipotong diantaranya, kemudian dijepit atau ditali,
dibungkus kasa betadin atau kasa alkohol 70%
Setelah bayi lahir jangan lupa perhatikan perdarahan, kontraksi uterus dan robekan
perinium. Jika ada dilakukan penjahitan.

II. Diagnosa keperawatan :


1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
2. Nyeri berhubungan dengan agenpencedera fisiologis (nyeri persalinan)
3. Risiko Hipovolemia kehilangan cairan secara aktif

Interrvensi keperawatan :

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
efektif berhubungan tindakan keperawatan 1.1 identifikasi skala nyeri
1.2 identifikasi faktoe yang
dengn 3x7 jam diharapkan memperberat dan
masalah pola nafas memperingan nyeri
1.3 monitor efek samping
teratasi dengan indikator : penggunaan analgesik
Pola Napas 1.4 berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Frekuensi napas 1.5 fasilitasi istirahat tidur
12345 1.6 jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.7 anjurkan menggunakan
Kedalaman napas analgesik secara tepat
12345

Eksrusi dada
12345

Ket :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup Membaik
5. Membaik
2 Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik tindakan keperawatan 2.1 identifikasi skala nyeri
2.2 identifikasi faktoe yang
3x7 jam diharapkan memperberat dan memperingan
masalah nyeri akut nyeri
2.3 monitor efek samping
teratasi dengan indikator : penggunaan analgesik
Kontrol nyeri 2.4 berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Melaporkan nyeri terkontrol 2.5 fasilitasi istirahat tidur
2.6 jelaskan strategi meredakan
12345
nyeri

Kemampuan menggunakan 2.7 anjurkan menggunakan


teknik non farmakologis analgesik secara tepat
12345

Keluhan nyeri
12345

Ket :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup Menurun
5. Menurun
3 Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemn hipovolemia
tindakan keperawatan 3.1 Periksa tabda dab gejala
3x7 jam diharapkan hipovolemia
3.2 monitor intake output
masalah Risiko
cairan
Hipovolemia teratasi
3.3 berikan aspan cairan oral
dengan indikator :
3.4 Anjurkan memperbanyak
Status Cairan :
asupan cairan oral
Frekuensi Nadi
3.5 kolaborasi pemberian
12345
produk darah (jika perlu
Tekanan darah
12345
Tekanan Nadi
12345
Membrane mukosa
12345
Intake cairan
12345
Suhu tubuh
12345
III. Buku Acuan :
Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung.
Carpenito,Lynda Juall. 2001 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8.EGC. Jakarta
Prawiro Harjo. 1995. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta.

Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media
Aesculapius. Jakarta
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC.
Jakarta
Jones. (2001). Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 6. Alih Bahasa
Hadyanto. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI , Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,


Edisi 1 , Dewan Pengurusan pusat persatuan perawat nasional Indonesia, Jakarta
selatan , 2016

Tim Pokja SLKI DPP PPNI , Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi
1 , Dewan Pengurusan pusat persatuan perawat nasional Indonesia, Jakarta selatan ,
2016

Tim Pokja SIKI DPP PPNI , Standar Intervesi Keperawatan Indonesia, Edisi
1 , Dewan Pengurusan pusat persatuan perawat nasional Indonesia, Jakarta selatan ,
2016

Anda mungkin juga menyukai