Anda di halaman 1dari 5

BAB I

OLIMPIADE LITERASI SISWA NASIONAL (OLSN)


SMP NEGERI 75 JAKARTA

A. LATAR BELAKANG
Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam
hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca (Glenn
Doman). Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap
anak, maka tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di
masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik. Rendahnya
Reading Riteracy bangsa kita menyebabkan Sumber Daya Manusia kita tidak
kompetitif karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sebagai akibat lemahnya minat dan kemampuan membaca dan menulis. Membaca
dan menulis belum menjadi kebutuhan hidup dan belum menjadi budaya bangsa.
Jumlah perpustakaan dan buku -buku jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan
membaca sebagai basis Pendidikan. Permasalahan budaya membaca belum
dianggap sebagai critical problem, sementara banyak masalah lain yang
dianggap lebih mendesak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri
nomor 23 tahun 2015 meluncurkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk
menumbuhkan sikap budi pekerti luhur kepada anak-anak melalui bahasa.
Sederhananya, setiap anak di Sekolah Dasar diwajibkan membaca buku-buku
bacaan cerita lokal dan cerita rakyat yang memiliki kearifan lokal dalam
materi bacaannya sebelum pelajaran kelas dimulai. Secara luas, literasi yang
dimaksud di sini lebih dari sekedar membaca dan menulis. Ia juga mencakup
bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,
dan budaya.
Penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur ini penting dilakukan sejak
dini sebab proses pendidikan sejatinya bukan hanya untuk mencetak manusia
yang cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas emosional dan spiritual. Harus
diakui, salah satu kekeliruan besar dalam sistem pendidikan kita adalah sangat
mengedepankan kecerdasan intelektual, namun mengenyampingkan pelajaran yang
mengandung nilai-nilai moral. Tak heran jika saat ini banyak orang pintar,
berpendidikan tinggi, tapi tak tahu sopan-santun, tak punya sikap tenggang rasa, tak
punya empati, dan semacamnya. Padahal dari buku-buku cerita rakyat
misalnya, banyak digambarkan ucap dan laku nenek moyang kita yang begitu
luhur. Anak-anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar merupakan usia emas
sehingga penting menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur kepada mereka.
Gerakan literasi adalah salah satu cara untuk menanamkan budi pekerti
luhur tersebut. Guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk
belajar, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan
pendekatan yang komprehensif serta progresif agar bisa memotivasi rasa ingin
tahu siswa dan memicu mereka untuk berpikir kritis. Hal ini akan berhasil
jika guru mampu mengembangkan pembelajaran yang tepat sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan literasi dan
potensi siswa seutuhnya. Dalam pengembangan pembelajaran, guru juga harus
mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar, seperti mendorong siswa untuk
membaca buku-buku yang berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses
berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk kreatif dan berdaya cipta.
Gerakan literasi akan berhasil jika berjalan secara holistik. Selain guru di sekolah,
orang tua, perpustakaan, pemerintah, dan pihak swasta pun harus bersama-
sama mendukung mewujudkan gerakan literasi.

B. TUJUAN
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Bertujuan
1. Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa SMP
Negeri 75 Jakarta;
2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat;
3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak, agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan;
4. Meningkatkan kemampuan menganalisis dan kemampuan verbal dalam mengulas
informasi yang telah didapat dari bacaan
5. Meningkatkan kemampuan memahami bacaan dan berpikir kritis
6. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
7. Membaca Setiap Hari, merupakan kegiatan yang dirancang agar setiap hari
baik siswa, guru atau warga sekolah mengalokasikan waktu minimal 15-30
menit, guna membiasakan membaca baik di sekolah maupun di rumah;
8. Reading Award, merupakan kegiatan yang dirancang untuk memberikan
penghargaan membaca bagi siswa terbanyak membaca buku, hal ini
bertujuan agar merangsang siswa agar terus membaca.

C. DASAR HUKUM
1. Permen Dikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
2. Undang-undang sistem Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 4 (5)
menyatakan bahwa mencerdaskan bangsa dilakukan melalui pengembangan
budaya baca tulis, dan hitung bagi segenap warga masyarakat.
3. Selain itu didasari kesadaran untuk meningkatkan indeks literasi SMP Negeri
75 dan menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa pembaca.

D. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan pada Olimpiade Literasi Siswa Nasional (OLSN) adalah:
1. Terseleksi secara berjenjang peserta OSN dimulai dari Tingkat Sekolah,
Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Provinsi, dan Tingkat Nasional.
2. Terseleksi secara berjenjang peserta OSN dimulai dari Tingkat Sekolah,
Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Provinsi, dan Tingkat Nasional.
3. Menciptakan suasana kompetisi yang sehat antarsiswa, antarsekolah dan
antarprovinsi di bidang sains, matematika dan teknologi.
4. Memacu peningkatan mutu pendidikan sains, matematika dan teknologi di
semuasekolah.
5. Membangkitkan minat keilmuan, khususnya sains, matematika dan
teknologi bagi siswa dan warga sekolah.
6. Membangun kesadaran di kalangan siswa dan warga sekolah bahwa
belajar sains,matematika dan teknologi dapat menyenangkan dan
mengasyikkan.
7. Mempererat persatuan dan kesatuan bangsa di masa kini dan yang akan
datang.
8.
Dengan tumbuhnya budaya baca di sekolah, diharapkan minat baca masyarakat
Indonesia meningkat. Posisi Indonesia yang selalu berada di posisi bawah dalam
beragam survei literasi internasional terdongkrak.
9. Selain itu, masyarakat yang literat diyakini memiliki karakter yang kuat, yang
menjadi salah satu tujuan Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Di titik inilah GLS
berada dalam posisi signifikan di dunia pendidikan tanah air.
10. e. Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah
11. Kegiatan ini sudah dikenalkan pada tahap pembiasaan. Dalam tahap
pembelajaran, ada
12. tambahan langkah terkait dengan tagihan akademik. Berikut ini alternatif
langkah yang dapat
13. dilakukan.
14. 1) Pengelola perpustakaan memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan
kepada setiap
15. guru mata pelajaran.
16. 2) Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa peserta
didik satu kelas
17. untuk berkunjung ke perpustakaan.
18. 3) Guru memberikan tugas untuk membaca buku yang berkaitan topik
pembelajaran,
19. membuat resume, dan berdiskusi.

G. Kesimpulan

Gerakan Literasi Sekolah (LGS) adalah sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Hal
yang paling mendasar dalam praktik literasi adalah kegiatan membaca.
Keterampilan membaca merupakan fondasi untuk mempelajari berbagai hal
lainnya. Kemampuan ini penting bagi pertumbuhan intelektual peserta didik.
Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan dan mengeksplorasi
dunia yang bermanfaat bagi kehidupannya. Membaca memberikan pengaruh
budaya yang amat kuat terhadap perkembangan literasi peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai