PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
WILAYAH DAN KOTA 1
SILABUS MATA KULIAH
TUJUAN
Mempelajari prosedur dan tahapan, serta metoda perencanaan infrastruktur
dan transportasi
OUTCOMES
▪ Dapat menjelaskan prosedur, konsep, instrumen dan tantangan dalam
perencanaan infrastruktur dan transportasi
▪ Mengerti konsep dan konteks dari permasalahan dalam area perencanaan
infrastruktur dan transportasi
▪ Dapat mengerti konsep dan penggunaan metoda analisis untuk tujuan
perencanaan
▪ Dapat menganalisis data menggunakan metoda analisis yang tepat untuk
tujuan perencanaan
MATA KULIAH TERKAIT
▪ PL 2231 Pengantar Infrastruktur Wilayah dan Kota
▪ PL 3239 Studio Infrastruktur Wilayah dan Kota
NILAI
UTS 30%, UAS 40%, Tugas 25%, Kehadiran 5%
REFERENSI
1. Edward, John D. Jr. Transportation Planning Handbook, Prentice Hall,
1992.
2. Goodman, A.S., dan Hastak, M, Infrastructure Planning Handbook,
McGraw Hill, 2006
3. Parkin and Sharma, Infrastructure Planning, Thomas Thelford, 1999
TUGAS
▪ Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan infrastruktur secara
berkelompok (1 kelompok terdiri dari 5 orang).
▪ Penugasan akan dibagi kedalam dua jenis yaitu Tugas Mingguan dan Tugas
Besar pada akhir semester. LIHAT TOR
▪ Khusus untuk tugas besar, mahasiswa diminta untuk mempresentasikan hasil
pekerjaan pada mini workshop di dua minggu terakhir perkuliahan
▪ Tugas akan dipresentasikan pada dua minggu terakhir masa perkuliahan
(19 dan 26 November).
▪ Di tiap akhir pertemuan akan diadakan konsultasi mengenai laporan
kemajuan tugas besar ini. Laporan
▪ Hardcopy dan Softcopy dikumpulkan saat Ujian Akhir Semester.
P E R T E MUAN I
KONSEP DASAR DALAM
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR 5
RUANG LINGKUP BAHASAN PERTEMUAN 1
1. Definisi Infrastruktur – What is Infrastructure?
2. Elemen Infrastruktur
3. Peran Penting Perencanaan Infrastruktur
4. Tahapan Perencanaan Infrastruktur
5. Tahap 1: Menemukenali Masalah Infrastruktur
(Problem Diagnosis)
6. Tahap 2: Tujuan Pembangunan Infrastruktur (Goal
Articulation)
DEFINISI INFRASTRUKTUR
What Is Infrastructure?
DEFINISI INFRASTRUKTUR
PUBLIC WORKS
INFRASTRUCTURE
“Physical Infrastructure” “Employed in broader context
– Facilities that usually require substantial ranging from physical,
capital investment communication to social services”
– Provide public services or solve problems
perceived to be the public’s responsibility – Infrastruktur merupakan
– Planned, designed, constructed and terminology yang lebih luas
operated by or under government agencies – Didalamnya mencakup public
– Private may also construct to serve their own works/ physical infrastructure
manufacturing or other need for profit dan social infrastructure.
ELEMEN INFRASTRUKTUR
Apa Saja Jenis-jenis Infrastruktur?
ELEMEN INFRASTRUKTUR
Transportasi
Pengairan
Air Minum dan Sanitasi
Telematika
Ketenagalistrikan
Pengangkutan Minyak dan Gas
Persampahan
Fasilitas Umum dan Sosial
CONTOH PROYEK INFRASTRUKTUR
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
▪ Transportation
▪ Highways, streets, bridges, tunnels, mass transportation, parking, and other land transportation facilities
▪ Airfields and other aviation facilities
▪ Water
▪ Water supply, treatment, and distribution
▪ Water resource developments for irrigation, hydroelectric power, flood control, recreation, and navigation
▪ Waterfront installations
▪ Wastewater collection, treatment, and disposal
▪ Solid Waste (Sampah)
▪ Solidwastes collection, treatment, and disposal
▪ Electricity
▪ Electric power generation and supply
▪ Facilities
▪ Parks, museums, stadiums, and other cultural and recreational facilities
▪ Communication facilities
▪ Courthouses, schools, libraries, hospitals, police stations, fire houses, prisons, garages, and office buildings for government agencies
▪ Public residential housing
▪ Private commercial developments for which financing is provided or guaranteed by public or quasi-
public agencies
KATEGORI PROYEK INFRASTRUKTUR
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
1) Infrastruktur merupakan basic needs atau kebutuhan dasar yang diperlukan oleh semua
penduduk
2) Merupakan public goods yang sifatnya non rivalry dan non excludability.
– Non rivalry, penggunaan infrastruktur oleh satu orang tidak mengurangi manfaatnya bagi orang lain.
– Non excludability, ketika infrastruktur disediakan, maka dapat dinikmati oleh semua orang.
3) Seringkali penyediaan infrastruktur tidak dapat dilakukan secara individu atau
perorangan, tetapi memerlukan peran pemerintah di dalamnya.
4) Infrastruktur merupakan subjek dari multi interest. Kelompok yang memiliki power dapat
berpengaruh pada keputusan penyediaan infrastruktur. But who will look after the
interest of those who have little power? Only government intervention can balance and
arbitrate on behalf of a wider public interest
ENVIRONMENTAL ASSESSMENT
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
Secara umum disalurkan atau setidaknya difasilitasi oleh pemerintah, yang berbeda
adalah pengaturan kontrak dan operasi dari fasilitas.
1) Pemerintah memiliki dan mengoperasikan Infrastruktur
▪ Rank potential project → benefit-cost ratio, build facilities as money
▪ Contracts with private → design and contruction
▪ Local self-help scheme for smaller scale infrastructure
2) Skema Build-Operate-Transfer (BOT)
▪ Bids → contractor to design, finance, build and operate for 15 to 30 y.
▪ Government → a regulatory role to safeguard operational and maintenance standards
▪ At the end period → ownership is transferred
▪ 15-20% expect return on capital
3) Konsesi
▪ Expand and operate all part of existing infrastructure
▪ Government → a regulatory role to safeguard operational and maintenance standards
4) Development Gain
TAHAPAN PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
LANGKAH DALAM PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
7. Implementation 7. Implementation
Design Alternatives Menyusun alternatif – alternatif rencana (scenario) untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur hasil
proyeksi dan tujuan pembangunan.
Plan Testing Mengevaluasi sejauh mana setiap alternatif rencana dapat digunakan untuk mencapai tujuan serta
kemudian memilih opsi alternatif yang dianggap paling baik.
Evaluation Mengevaluasi rencana dari aspek ekonomi (to assess the economic efficiency), finansial (to assess the
capacity of the proposed plan), maupun lingkungan (to mitigate potential environmental and social
impact).
Implementation Menyiapkan laporan final dan menyiapkan rekomendasi bagi tahap pembangunan selanjutnya.
1.
MENENTUKAN MASALAH
(PROBLEM DIAGNOSIS)
Beberapa Teknik yang Diperlukan
A GREAT DEAL OF DATA COLLECTION AND
EVALUATION MAY BE REQUIRED
➢Mendeskripsikan sifat status quo (kondisi saat ini)
Deskripsikan tipe populasi beserta distribusinya.
Alasan melakukan perjalanan.
Ketersediaan infrastruktur eksisting.
Persoalan polusi dan wildlife protection
Titik titik dislokasi sosial dan pola migrasi.
➢Menggunakan basis data untuk proyeksi dan prediksi dalam
perencanaan guna lahan
➢Sumber data penting pada identifikasi masalah: penduduk
yang bekerja/mengelola wilayah
➢Lazimnya menggunakan teknik interview dengan menyusun
peta konsep, brainstorming atau workshop
ISSUE FILTRATION
Multidimensi, kompleks dan, dan bersifat ambigu.
Isu apa? Hal apa yang betul – betul kritis dalam
suatu problematic situation? Pembangunan
infrastruktur apa yang perlu menjadi target
utama, whatever the cost, untuk menyelesaikan
persoalan dan pembangunan mana yang dapat
ditunda hingga terkumpul sumber daya yang
lebih banyak?
ISSUE FILTRATION- CHECKLIST (HOGWOOD AND GUNN, 1984):
Context
Repercussions
❑ Is there time for analysis? ❑ Will the consequences be large?
❑ Political overtones? ❑ Will many people be affected?
❑ Have fixed positions been taken? ❑ How significant are the affected
❑ Is the issue central to the concerns groups?
of client? ❑ What will be the flow-on effects?
Costs
Internal Characteristics ❑ What is the cost of acting on these
❑ Is there scope for choice? issues?
❑ Consensus? ❑ Are the costs incremental?
❑ How complex are the issues? ❑ What is the time frame?
❑ What is the cost of producing the
❑ How much uncertainty exists? plan?
❑ How value laden are the issues? ❑ Will the planning pay off?
INTERESTS, ROLES, AND POWER
Pengajuan untuk penyediaan infrastruktur baru dapat
menstimulasi reaksi positif maupun negatif dari
“powerful interests”.
Solusi dari keputusan strategis yang paling sesuai
dengan value sistem dari dominasi penerima manfaat
merupakan solusi yang perlu diambil.
Planner harus bijak dalam menganalisis “powerful
interest dan mendiagnosa masalah sehingga dapat
menghasilkan solusi yang tidak menimbulkan kontradiksi
dari para pemangku kepentingan trsebut.
INTERESTS, ROLES, AND POWER
Pada analisis diperlukan kejujuran dari para perencana. Perencana
harus mengambil langkah- langkah sbeagai berikut:
1. Tentukan interest ana dalam kaitannya dengan situasi
2. Buat daftar semua anggota potensial
3. Definisikan kemungkinan interest dari setiap anggota
4. Deskripsikan hubungan positif maupun negatif antara interest anda
dengan aktor lainnya.
5. Peringkatkan hubungan ini dalam bentuk kekuatan relasi terhadap
outcome positif.
6. Rancang sejumlah masalah atau definisi peluang.
PROBLEM DIAGNOSIS – TECHNICAL PERSPECTIVE
❑ Studi tentang status quo
❑ Prediksi kemungkinan jika tidak terdapat intervensi
❑ Sifat data akan menentukan seberapa banyak yang
dapat dikumpulkan dari sumber instansi pemerintah dan
seberapa banyak yang harus diperoleh dari survey
lapangan.
❑ Untuk menemukenali persoalan/ dasar pembangunan
infrastruktur diperlukan identifikasi terhadap 3 jenis
baseline data
▪ Demographic baseline data
▪ Transport surveys
▪ Environmental baseline studies
DEMOGRAPHIC BASELINE DATA
Infrastruktur didesain untuk melayani penduduk
suatu wilayah.
Pertanyaan untuk pndefinisian masalah:
Apakah infrastruktur saat ini sesuai dengan kebutuhan populasi
saat ini?
infrastruktur apa yang diperlukan untuk mendukung kebutuhan di
masa yang akan datang?
Data terkait jumlah dan struktur penduduk adapt
diperoleh dari sensus atau survey.
DEMOGRAPHIC BASELINE DATA
Tingkat keakuratan data bervariasi tergantung
pada:
Cultural factors
Lack of resources
Inefficiency
Fear of the government
Data tambahan: data kelahiran, kematian, data
pernikahan, dan migrasi
Alternatif pengambilan data: the sample survey
TRANSPORTATION BASELINE DATA
Baseline data ini diasosiasikan dengan infrastruktur
transportasi publik dan privat : ditentukan
berdasarkan kebutuhan model matematika transportasi
Four step models
Jumlah perjalanan yang dibangkitkan dan ditarik oleh setiap zona.
each zone
Distribusi perjalanan untuk setiap destinasi
Sharing/ proporsi antar penggunaan moda kendaraan
Trip assignment untuk setiap moda
TRANSPORTATION BASELINE DATA
Prediksikan tingkat kecukupan infrastruktur saat ini dengan perubahan
populasi dan pola kerja dimasa yang akan datang, dan efek apa
yang akan ditimbulkan dari pembangunan infrastruktur baru.
8 tipe informasi yang diperlukan dalam proses perencanaan (Shunk,
1992 in Sharma, p. 47):
Populasi dan tenaga kerja
Guna lahan
Basis ekonomi
Sistem transportasi
Pola perjalanan
Faktor nilai dan sosial
Sumber daya keuangan
Peraturan dan regulasi
TRANSPORTATION BASELINE DATA
Populasi dan tenaga kerja
Based sources: Census, The Vital Registration System; capable to the transportation planning
zones
Stratification by age, income, vehicle ownership, family size
Employment data: type of industry, occupation and income.
Particular attention: establishing data on unofficial population and industries in squatter
area.
Guna Lahan
Floor space and employment statistics → required for industrial/commercial
Residential → the density of development and socio-economic details of residents
Sources: Local authorities
Maps and permitted usage zoning plans
Tolerated illegal land use → developing world, considerable economic activity
Aerial photographs and random surveys
TRANSPORTATION BASELINE DATA
Basis Ekonomi
Basic & non basic employment
Basic employment in a zone → results in economic, employment and population growth
Basic activities produces goods and services; whereas non-basic activities produce only
locally consumed goods and services
Improved transportation links may serve to strengthen the whole economic base through
the medium of the basic employment sectors
Sistem transportasi
National, regional and local planning agencies → source of information
Characteristics and conditions of highways, transit system, parking facilities
Peak and off-peak operating characteristics, traffic volumes and control measures
(inventory)
In rapid developing regions: aerial and on-the-ground surveys
TRANSPORTATION BASELINE DATA
Pola perjalanan
Trip making may be divided:
Trips that originate within the external cordon with a destination outside or inside
the cordon
➢ Random sample home interview
➢ Collect details of socio-economic factors as well as family travel patterns
Trips that originate outside the cordon with a destination within the cordon or pass
through the area without stopping
➢ Surveys at roadside census points on the cordon
➢ Railways surveys
➢ Noting registration numbers and the time of entry
➢ Screen line survey within the cordon
Wang Xinhao dan vom Hofe Rainer, Research Methods in Urban and Regional Planning, Springer-Verlag, 2007
KONSEP DASAR DALAM ANALISIS TRANSPORTASI
▪ Simpul merupakan suatu interseksi
dimana dua atau lebih jalan saling
terhubung atau simpul dapat juga
merupakan titik berakhirnya suatu jalan
▪ Segmen adalah jalan yang
menghubungkan dua simpul.
▪ Jaringan merupakan segmen yang
diasosiasikan dengan arah.
▪ A chain merupakan rangkaian jaringan
pada arah yang sama yang terkoneksi.
▪ Area studi dibagi ke dalam beberapa
area. Area- area tersbut disebut sebagai
Traffic Analysis Zones (TAZs).
KONSEP DASAR
Trip/Perjalanan merupakan fokus dari analisis
transportasi
Studi transportasi mengkaji seluruh perjalanan dari
centroid zona.
Salah satu tipe perjalanan adalah perjalanan
kendaraan—jumlah perjaanan kendaraan dalam
suatu sistem transportasi
Perjalanan orang—jumlah pnuduk yang
melakukan perjalanan dalam sistem transportasi.
Dua tempat yang menghubungkan trip disebut trip
ends.
The trip end diawal perjalanan disebut origin
sedangkan diakhir disebut destination.
KONSEP DASAR
Travel Time Index mengukur tambahan waktu yang diperlukan oleh
perjalanan pada jam puncak dibandingkan terhadap perjalanan yang
sama pada bukan jam puncak.
Misal perjalanan dari rumah menuju kantor yaitu sekitar 40 menit
pada jam puncak dan 25 menit pada bukan jam puncak. Maka The
travel time index- nya adalah 40 / 25 =1.6
Pergerakan antar TAZs biasanya dinyatakan dalam suatu origin-
destination (O-D) matrix.
BASIC CONCEPTS
Design capacity adalah maksimum kendaraan yang dapat melintasi akhir dari suatu
jaringan jalan dalam suatu periode waktu tanpa menyebabkan keterlambatan/ traffic
delay.
Design speed adalah maksimum kecepatan pada suatu jaringan jalan saat tidak
terjadi delay
Number of lanes merepresentasikan jumlah lajur tersedia.
Volume merupakan jumlah kendaraan yang melalui jaringan jalan dalam suatu priode
waktu.
Average Daily Traffic (ADT) mrpresentasikan volume trafik harian dari suatu jaringan
jalan
Average Peak Hour Traffic (PHV) dapat dihitung ketika data trafik dikumpulkan pada
jam puncak dalam beberapa hari dan dirata- ratakan.
Vehicle occupancy jumlah penduduk yang melakukan perjalanan bersama dalam satu
unit kendaraan
KONSEP DASAR
Analisis Perjalanan Transportasi biasanya diklasifikasikan
menurut Trip Purpose berdasarkan lokasi origin dan
destination.
KONSEP DASAR
Dua perjalanan diantara dua “trip ends” (Pulang Pergi) disebut
round trip
Trip chaining adalah perpanjangan dari trip segment (Hensher
and Reyes, 2000).
KLASIFIKASI JALAN
Jalan memiliki dua fungsi:
Access, mengkonseksikan point of interest dengan jaringan
jalan.
Movement yaitu pergerakan pada jaringan jalan
Klasifikasi jalan mrupakan metoda yang mrefleksikan variasi
fungsi jalan.
KLASIFIKASI JALAN
▪ Expressways or freeways (movement >> access): Fungsinya
adalah untuk memfasilitasi mobilitas kendaraan pada kecepatan
tinggi antar kota atau antar atraksi.
▪ Arterials (movement > access): Berfungsi menyediakan mobilitas
tinggi bagi kendaraan, dengan kecepatan di bawah
expressways/freeways
▪ Collectors (movement = access): memiliki akses yang sama
besarnya dengan mobilitas
▪ Local streets (movement <access): menyediakan akses yang tinggi
TAZ
TAZ dapat pula didefinisikan sebagai zona sebagaimana
berikut:
Area geografis membagi region perencanaan ke dalam
area- area yang relative memiliki kesamaan guna lahan
dan aktivitas. Zona merepresentasikan origin dan
destination dari suatu aktivitas prjalanan dalam suatu
region…setiap rumah tangga, lokasi tempat kerja, pusat
perbelanjaan, dan aktivitas lain…pertama- tama di
agregatkan kedalam zona kemudian disederhanakan
kedalam suatu node yang disebut sbagai centroid.1.
Jaringan jalan dan kondisi fisik geografi harus
dipertimbangkan ketika mnlineasi TAZ.
Cambridge Systematics, 2007, A Recommended Approach to Deliniating TAZ in Florida,
http://www.fsutmsonline.net/images/uploads/reports/FDOT_TAZ_White_Paper.pdf
PERSYARATAN DAN KONTEKS TAZ
▪ Zona Pergerakan
Zone : kawasan perkotaan dibagi kedalam area- area kecil yang relative
homogeny yang disebut sebagai zona- zona. Ukuran suatu zona tergantung dari
densitas pembangunan, sehingga aktivitas per zona relative sama.(Willumsen &
Ortuzar, 1994)
▪ Prinsip Homogenitas
□ Geo-morfologi
□ Socio-Cultural
□ Ekonomi
▪ Prinsip Fungsional
□ Politik-Administrasi
□ Nodal
TAZ - CONTEXT
Yang harus dipertimbangkan pula ▪ Socioeconomic data (existing
dalam mendelineasi TAZ yaitu: and future):
▪ Homogeneous land uses, where
feasible;
▪ Compatibility of highway ▪ Special generators;
network: ▪ Trips per zone; and
▪ Fasilitas transportasi eksisting dan ▪ Developments of regional
rencana; serta impact.
▪ Centroid connector loadings. ▪ Access:
▪ Transit access;
▪ Boundary compatibility: ▪ Freight/intermodal facilities.
▪ Fisik Geografis;
▪ Other considerations:
▪ Census geography; ▪ Zone size and intrazonal trips;
▪ Political geography; ▪ and – Internal versus external
zones.
▪ Planning District/Sector boundaries;
▪ and – Irregular zone geography.
ENVIRONMENTAL BASELINE DATA
Baseline Studies tanpa prioritisasi yang cukup → waste of effort
Isu penting harus pertama diidentifikasi sebelum kajian baseline
ditentukan
Scoping
Kegiatan paling awal pada proses scoping adalah EIA yang mana tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi atribut dari komponen lingkungan yang menjadi concern public
yang oleh karenannya harus menjadi fokus dalam EIA.
Misalnya : dampak terhadap keamanan dan kesehatan penduduk : hilangnya lahan
pertanian dan rekreasi : ancaman terhadap habitat dan spesies langka.
Mendefinisikan apa yang di anggap penting.
Peran penting ekologi : dapat tidak di pahami oleh bukan ahlinya : cultural mismatch →
bahaya tertentu pada suatu area pertanian di negara berkembang.
Baseline studies
“ terkait dengan infrastruktur yang di pertimbangkan”
Survey pada umumnya diperlukan dan harus di targetkan secara hati-hati agar survey tidak
mengahsilkan data yang sia- sia.
Definisi
Issue (Isu) :
ISU
Gejala tentang adanya masalah namun belum jelas,
Dan terjadi karena adanya ketidakjelasan dalam
pendefinisian masalah atau dari perbedaan
PERSOALAN pandangan mengenai sifat pemasalahan itu sendiri.
Problem (Masalah) :
Terjadi karena adanya perbedaan antara
kenyataan dengan sistem nilai yang berlaku, atau
adanya benturan antara kenyataan dengan sistem
nilai yang berlaku.
Problem Specification
Elaborasi lebih lanjut terhadap masalah yang paling
esensial (substantive problem) untuk memperoleh
gambaran lebih jelas lagi.
Formal Problem
Adalah deskripsi formal baik secara lisan ataupun tulisan
yang akan diverifikasi oleh pihak lain.
William N. Dunn, 1994, Public Policy Analysis
Proses Penstrukturan Masalah
Kesalahan tipe 3 sering terjadi dalam
perencanaan yaitu kesalahan dalam definisi
masalah sehingga menghasilkan solusi yang
salah pula.
Pernyataan maksud, tujuan dan hambatan bukan merupakan definisi dari situasi
problematik, bukan juga merupakan daftar solusi.
▪ Maksud (goals), lebih merupakan suatu abstraksi dan sitem nilai.
▪ Tujuan (objective), lebih spesifik untuk di ukur dibanding maksud (goals).
Maksud dan tujuan merupakan alternatif untuk mengekspresikan atribut dari
situasi yang problematis.
▪ Hambatan (constraints) digunakan lebih fleksibel dalam perencanaan –
umumnya sebagai guide atau prinsip-prinsip operasional.
Tinjauan bersarkan teori keputusan → pohon nilai
Proses untuk menentukan maksud, tujuan dan hambatan yang dapat diterapkan
merupakan suatu argument perlunya persuasi dan negosiasi dalam perencanaan.
Workshop dan meeting
Analisis interest dan peran dari stakeholder.
Maksud dan tujuan cenderung bersifat tangible.
DEVELOPING A COMMUNITY VISION AND GOALS SET
Meyer and Miller, 2001, Urban Transportation Planning 2 nd Edition, Chapter 4
❑ Vision: refined with more specific guidance in the form of goals and
objectives → goals set
❑ A Vision should reflect the collective opinions of system users, stakeholders,
and the general public → provides for intensive public involvement
❑ Should occur within a clearly understood organizational and decision making
structure
❑ Visioning process can be based on: extensive public involvement, focus
groups, newspaper supplements, surveys, public hearings, newsletters.
PLANING GOALS AND OBJECTIVES
Meyer and Miller, 2001, Urban Transportation Planning 2 nd Edition, Chapter 4
❑ Values: basic social drives that govern human behavior. Ex: need for order
❑ Goals: Generalized statements that broadly relate the physical environment
to values, but for which no test for fulfillment can be readily applied. Ex:
Maintain and/or improve the quality of transportation
❑ Objectives: Specific and measurable statements that relate to the attainment
of goals. Ex: Improve the reliability of the movement of persons and goods on the
existing transportation system
❑ Measures of Effectiveness: measures or tests that reflect the degree of
attainment of particular objectives in the context of plan or project
evaluation. Ex: Degree of schedule adherence of bus trips
❑ Standards: Minimum acceptable level for the criterion measure (i.e. a fixed
level of attainment of an objectives). Ex: The number of buses arriving more than
5 minutes late should not exceed 10 percent of the total bus trips on that route during
an 8-hour period
LANGKAH DALAM PROSES
PROGRAMMING AND BUDGETING
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
▪ Setting Program Goals and Objectives. Merumuskan pernyataan yang jelas dan terukur
untuk memperlihatkan apa yang akan dilakukan untuk memperoleh tujuan kebijakan
▪ Establishing Program Performance Measures. Menetapkan kriteria agar agency dapat
mengukur keberlangsungan dari implementasi program dan mengevaluasi hasil dari program
terhadap performance, biaya dan manfaat
▪ Assessing Needs and Identifying Projects. Mengidentifikasi kekurangan/masalah,
kebutuhan. Mengidentifikasi alternatif solusi untuk menangani kebutuhan. Merumuskan kandidat
proyek.
▪ Project Evaluation. Mengevaluasi project yang diajukan berdasarkan kriteria yang konsisten.
▪ Priority Setting and Program Development. Mengorganisasikan pekerjaan agency
berdsarkan tujuan dan tipe pekerjaan. Identifikasi urutan/prioritas program berdasarkan tujuan
dan sasaran insitusi, juga kriteria. Merumuskan kandidat program berdasarkan budget.
▪ Program Trade-offs. Mengevaluasi merubah SD diantara program atau project.
▪ Budgeting. Membangun rencana pengeluaran berdasarkan SD dan biaya program atau project
▪ Program Implementation and Monitoring. Implement, monitor, mengawasi kondisi dan
kinerja, evaluasi hasil berdsarkan ukuran kinerja
ECONOMIC OBJECTIVES IN THE US
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
▪ A Choice Criterion. Ukuran kuantitatif yang dapat meyakinkan apakah sebuah proyek dapat
mendukung negara/daerah mencapai tujuannya dan itu merupakan investasi yang dapat
diterima
▪ A Ranking or Rationing Criterion. Dilakukan pada saat budget terbatas dan hanya investasi
yang memberikan kontribusi terbaik terhadap tujuan/sasaran ekonomi yang dapat dibiayai
▪ Improved Standard of Living and Economic Development. Biasanya terkait terhadap
tujuh sasaran teknis, yaitu
• Total Employment
• Productivity
• Economic Growth
• Increased Economic Welfare
• Distribution of Income
• Regional Transfers
• Sectoral Transfers
ECONOMIC OBJECTIVES IN THE US
Goodman And Hastak, 2006, Infrastructure Planning Handbook: Planning, Engineering, And Economics
Growth in total Any Project that creates employment Projects creating the most employment
employment
Growth in productivity Any Project with a higher rate of return that that Project with the highest rate of return
being realized in the private sector
Economic Growth Any Project with a positive rate of return Project with the highest rate of return
Economic Welfare Any Project with a positive net present value Project with the highest net present value or the highest
net present value per dollar of capital invested
Distribution of Income Any project with a higher rate of return than the Projects with the highest net benefit or highest net present
social discount rate, where benefits and cost to lower value per dollar per capital invested, where benefits and
income group are weighted more highly than those cost to lower income group are weighted more highly
to higher-income groups than those to higher-income groups
Regional Transfers Any project with a positive net present value Project with the highest net present value (assuming the
(assuming the social discount rate) where benefits social discount rate) where benefits and cost beyond
and cost beyond regional boundaries are not regional boundaries are not counted
counted
Sectoral Transfers Any project with a positive net present value Project with the highest net present value (assuming the
(assuming the social discount rate) where benefits social discount rate) where benefits and costs to other
and costs to other sectors are not counted sectors are not counted
3.
PRAKTEK PENENTUAN MASALAH DAN
PERUMUSAN TUJUAN DALAM
PERENCANAAN
RPJM dan RTRW
Sumber :
Permendagri 86/2017
http://birohukum.pu.go.id/uploads/DPU/2009/PermenPU16-2009.pdf
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN)
merupakan satu kesatuan tata
cara perencanaan
pembangunan untuk
menghasilkan rencana
pembangunan, baik jangka
panjang, menengah, maupun
panjang yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat
dan Daerah.
Sumber: Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
PENYUSUNAN RPJMD