DIRI
Disusun Oleh:
ZAHRATUSSOLIHAH
030 SYE 17
C. Etiologi.
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan
sosial yaitu:
1. Faktor Perkembangan
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh
kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
terbentuknya rasa tidak percaya.
2. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosialnya).
b. Faktor Presipitasi
1. Stressor Sosial Budaya
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota
keluarga yang labil, yang dirawat di rumah sakit.
2. Stressor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).
2. Pohon Masalah
4. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d menarik diri.
2. Isolasi sosial : menarik diri b/d harga diri rendah.
5. Fokus Intervensi
Diagnosa Keperawatan : Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d
menarik diri.
B. Tujuan umum
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.
C. Tujuan khusus
1. Dapat membina hunbungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
- Ekspresi wajah beersahabat, menunjukkan rasa senang,
adanya kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan
prinsip komunikasi teraupetik.
b. Sapaklien dengan ramah baik vebal
maupun nonb verbal.
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanyakan nama lengkap klien dan
nama kesukaan klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Jujur dan menepeti janji.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya.
h. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
bersahabat.
i. Beri perhatian dan penghargaan :
temani klien walau tidak menjawab.
j. Dengarkan dengan empati beri
kesempatan bicara, jangan buru – buru, tunjukkan bahwa
perawat mengikuti pembicaraan klien.
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
2. KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
- KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri
dan tanda – tandanya.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
pearasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul.
c. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri,
tanda serta penyebab yang muncul.
d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :
- Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan
dengan factor presipitasi yang dialami klien.
3. KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
- KLien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan
berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang berhubunagn dengan orang lain
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan denagn
orang lain.
d. Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan
denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
e. Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan
mengungkapkan pearasaan tentang keuntungan
berhubunagn dengan orang lain dan kerugian bila tidak
berhubungan denagn orang lain.
Rasionalisasi :
- Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang klien
rasakan bila berhubungan dengan orang lain.
- Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
4. KLien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi ;
- Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial secara
bertahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok
masyarakat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan orang
lain.
b. Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang lain
melalui tahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-
kel/kelompok masyarakat.
c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah
dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.
e. Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan bersama
klien dalam mengisi waktu luang.
f. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g. Beri reinfgorcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
Rasionalisasi :
- KLien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar
terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang
alain
- Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga
timbul motivasi untuk berinteraksi.
5. KLien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
- KLien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang
lain.
Intervensi Keperawatan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengn orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat
berhubungn dengan orang lain.
c. Beri reinforcement atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaanya berhubungan dengan orang lain.
Rasionalisasi :
- Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan
orang lain akan sangat membantu klien memahami manfaat
berhubungan dengan orang lain.
6. KLien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga
mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan
dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
- Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya, Menjelaskan
cara mearawat klien menarik diri, mendemontrasikan cara
perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan
klien menarik diri.
Intervensi Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya denagn
keluarga : salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat
kontrak eksplorasi perasaan keluarga.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga
tentang : Perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik
diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
c. Dorong anggota keluarga secara rutin
dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
d. Anjurkan anggota keluarga untuk
memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
e. Beri reinforcement atas hal – hal yang
telah dicapai keluarga.
Rasionalisasi :
- Keluarga dapat membantu dan mendukung klien untuk
berhubungan dengan orang lain melalui keterlibatan
keluarga dalam merawat klien.
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Kriteria evaluasi :
- Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar.
- Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan
perawat jika terjadi keluhan.
Intervensi Keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis,
frekuensi, efek samping minum obat)
b. Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar
(benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c. Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek
samping obat yang dirasakan.
d. Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat
dengan benar.
Rasionalisasi :
- Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan
obat, akan meminimalkan terjadinya ketidakefektifan
pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan
untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh
dalam pengobatan).
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.