Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada
perempuan sebelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah wankita mencapai tingkat
kesehatan optimal sebelum ia hamil. wanita hamil yang sehat memiliki
kemungkinan lebih besar untuk memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua
kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi berada dalam
lingkungan yang sehat. asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan
dan variasi, antara lain: memungkinkan identifikasi penyakit medis,
pengkajian kesiapan psikologis, keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian
persiapan. Salah satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa
prakonsepsi atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan
menganggu proses kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga
keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari ( Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga
kesehatan masih tabu dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan
masyarakat yang berkualitas dimulai dari pernikahan yang sehat. Bidan
sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam melakukan tindakan
medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat terwujudnya
kehamilan yang ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas.
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan datas, penulis tertarik
mengangkat asuhan kebidanan pranikah pada WUS sebagai topik laporan
komprehensif suhan kebidanan pada prakonsepsi

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada wanita usia
subur dalam persiapan prakonsepsi

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori prakonsepsi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
c. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia
subur dalam perencanaan kehamilan .
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
e. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan
kasus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi
pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma
dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah
rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi
idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi.
B. Menstruasi
1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005).
Sementara menurut Prawirohardjo (2011:161) pendarahan haid
merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan
organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor
lain di luar organ reproduksi
2. Siklus Menstruasi
Normal Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya
menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Umumnya, jarak siklus
menstruasi berkisar dari 15-45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya
berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari (Price & Wilson,
2006:1281). Panjang daur menstruasi dapat bervariasi pada satu wanita
selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke
bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan
nutrisi wanita tersebut (Wiknjosastro, 2005). Darah menstruasi biasanya
tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar 60-80 ml.

3
Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam dua hari pertama. Wanita
berusia.35 tahun (Benson, 2009).
Price & Wilson (2006:1281) membagi siklus menstruasi menjadi dua
yaitu siklus ovarium dan endometrium dimana kedua siklus tersebut saling
mempengaruhi.
a. Siklus ovarium
1) Fase folikular
Siklus diawali hari pertama menstruasi, atau terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel
primordial dalam ovarium. Umumnya hanya satu terus
berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya
berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan
sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa
mensintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan
folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja
sebagai prekusor dalam sintesis estrogen oleh lapisan sel teka
interna yang mengelilinginya.
Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna.
Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan
pregnenolon melalui 17-hidroksilasi turunan dari
androstenedion, testosteron dan estradiol. Kandungan enzim
aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan
androgen menjadi estrogen. Folikel, oosit primer mulai
menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama,
folikel yang sedange strogen yang meningkat menyebabkan
pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif.
2) Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat
sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan
meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini
menghambat produksi FSH.

4
Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit
terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak
mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah
menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium.
Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan
progesteron yang semakin lama semakin meningkat.
b. Siklus Endometrium
1) Fase Poliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan
tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-
kira selama 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel
yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk
mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi
hipertropi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi
banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama
cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus
dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan
sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah.
Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke
permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai
berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat
berbeda-beda pada setiap orang dan berakhir pada saat
terjadinya ovulasi.
2) Fase Sekresi
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang
meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus
luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru.
Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel
kelenjar menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan seperti
gambaran “gigi gergaji”. Inti sel bergerak ke bawah, dan
permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa.

5
Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh darah
menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase
sekresi pada setiap perempuan 14±2 hari. 3) Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24
pada siklus 28 hari dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya
terjadi penurunan progesteron dan estrogen yang tajam sehingga
menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.
C. Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Persiapan Medis merupakan salah satu dari rangkaian persiapan yang perlu
dilakukan, hal ini sangat disarankan oleh kalangan medis serta para penganjur
dan konsultan prakonsepsi. Karena Sebagian besar masyarakat umumnya tidak
sepenuhnya mengetahui status kesehatannya secara detail, apalagi bagi yang
tidak melaksanakan general check up rutin tahunan. Seseorang yang terlihat
sehat bisa saja sebenarnya adalah silent carrier/pembawa dari beberapa
penyakit infeksi dan hereditas dan saat hamil dapat mempengaruhi janin atau
bayi yang dilahirkannya nanti (Purba, 2014)
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi adalah sekumpulan pemeriksaan untuk
memastikan status kesehatan pasangan, terutama untuk mendeteksi adanya
penyakit menular, menahun, atau diturunkan yang dapat mempengaruhi
kesuburan pasangan maupun kesehatan janin. Dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan prakonsepsi berarti kita dan pasangan dapat melakukan tindakan
pencegahan terhadap masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang
diturunkan secara genetik (Prodia, 2014).
D. Jenis Pemeriksaan Kesehatan Prakonsepsi
Pemeriksaan kesehatan prakonsepsi jenisnya bermacam-macam.
Pemeriksaan disesuaikan dengan gejala tertentu yang dialami pasangan secara
jujur berani dan objektif. Pemeriksaan tersebut antara lain:
1. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa hemoglobin
Pengecekan darah diperlukan khususnya untuk memastikan calon ibu
tidak mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Dalam

6
pengalaman medis, kadangkala ditemukan gejala anti phospholipid
syndrome (APS), yaitu suatu kelainan pada darah yang bisa mengakibatkan
sulitnya menjaga kehamilan atau menyebabkan keguguran berulang. Jika
ada kasus seperti itu, biasanya para dokter akan melakukan tindakan tertentu
sebagai langkah, sehingga pada saat pasangan perempuan hamil dia dapat
mempertahankan bayinya.
Pasangan juga diminta untuk melakukan pemeriksaan darah
anticardiolipin antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan dengan hal itu bisa
mengakibatkan aliran darah mengental sehingga darah si ibu sulit
mengirimkan makanan kepada janin yang berada di dalam rahimnya. Selain
itu jika salah satu pasangan memiliki catatan down syndrome karena
kromosom dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
intensif lagi.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transportasi oksigen dari paru-paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke
paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar
hemoglobin seseorang, harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini
berbedabeda di tiap laboratorium klinik, yaitu: Bayi baru lahir : 17-22
gram/dl, Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl, Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl,
Anak anak : 11-13 gram/dl, Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl, Perempuan
dewasa : 12-16 gram/dl, Lelaki tua : 12.4-14, gram/dl, Perempuan tua : 11.7-
13.8 gram/dl Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan
istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling
sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang,
pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus, dan lain-lain).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang
tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti
radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dan lain-lain.

7
2. Pemeriksaan Rhesus Rh
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu.
Setelah mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB, atau O
rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi (+ atau -).
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D.
Umumnya, masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan
masyarakat Eropa ber-rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu
rhesus darah pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi
kualitas keturunan. Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan
laki-laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan
ber-rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif, tidak
bermasalah. Tetapi, bila ber-rhesus positif, masalah mungkin timbul pada
kehamilan berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin yang
dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi anti-
rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan mengakibatkan
kematian janin.

3. Pemeriksaan Gula Darah


Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit metabolik
tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat
mengalami beberapa masalah seperti: janin yang tidak sempurna/cacat,
hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan ketuban), meningkatkan
resiko kelahiran prematur, serta macrosomia (bayi menerima kadar glukosa
yang tinggi dari Ibu saat kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar).

4. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan

8
memantau clearence virus. Selain itu pemeriksaan ini juga bermanfaat jika
ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis B maka dapat diambil
langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.

5. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)


Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada pasangan, sehingga bisa dengan
segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan terjangkit
penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa mempengaruhi kesehatan
ibu hamil maupun janinnya.

6. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya virus
toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya mengkonsumsi
daging yang kurang matang atau tersebar melalui kotoran atau bulu binatang
peliharaan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella,
virus cytomegalo, dan herpes yaitu yang biasa disingkat dengan istilah
pemeriksaan TORCH. Kelompok penyakit ini sering kali menyebabkan
masalah pada ibu hamil (sering keguguran), bahkan infertilitas
(ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada anak.

7. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk mengetahui adanya
penyakit metabolik atau sistemik. Penyakit infeksi saluran kemih saat
kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan bayi berupa kelahiran prematur, berat
janin yang rendah dan resiko kematian saat persalinan.

9
8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan
pasangan laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga kategori yaitu
jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk sperma. Sperma yang baik
menurut para ahli, jumlahnya harus lebih dari 20 juta setiap cc-nya dengan
gerakan lebih dari 50% dan memiliki bentuk normal lebih dari 30%.29.

9. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular Seksual


(ISR/IMS)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk menghindari adanya penularan
penyakit yang ditimbulkan akibat hubungan seksual, seperti sifilis (penyakit
raja singa), gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human Immunodeficiency
Virus (HIV, penyebab AIDS).

10. Pemeriksaan Gambaran Tepi Darah


Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menunjukkan adanya proses
penghancuran darah (hemolitik) dan termasuk salah satu pemeriksaan
penyaring untuk penyakit kelainan darah.

11. Foto Thorax dan EKG


Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melihat keadaan jantung dan paru
paru serta untuk mendeteksi adanya kelainan jantung(Rosiati, 2010)

E. Tujuan dan Manfaat Pemeiksaan Kesehatan Prakonsepsi


Pemeriksaan kesehatan prakonsepi tidak hanya bermanfaat bagi suami
dan istri yang menjalani pemeriksaan tersebut, tapi juga bermanfaat bagi
keturunan mereka guna mencegah penyakit atau kelainan yang mungkin
timbul pada keturunan mereka nantinya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan
pada kedua pasangan karena penyakit keturunan dapat diturunkan dari kedua
belah pihak, baik dari suami maupun istri. Meskipun secara fisik kelihatan
baik dan bebas dari penyakit, tetapi masih dimungkinkan salah satu pihak

10
mempunyai gen penyakit keturunan yang akan berpindah kepada anak-
anaknya. Janin bergantung pada kualitas sel sperma yang ada pada laki-laki
dan kualitas ovum (indung telur) yang ada pada perempuan tersebut.
Kemudian lahirlah anak yang mirip dengan kedua ibu bapaknya, baik tubuh
(fisik) maupun akalnya.34
Tujuan utama melakukan pemeriksaan kesehatan konsepsi adalah
untuk membangun keluarga sehat sejahtera dengan mengetahui kemungkinan
kondisi kesehatan anak yang akan dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit
kronis, penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
keturunan bukan karena kecurigaan dan juga bukan untuk mengetahui
keperawanan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain:
1. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi
timbulnya penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang
berpotensi menular.
2. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung
penyebaran penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah
masyarakat. Hal ini juga akan berpengaruh positif bagi kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat.
3. Sebagai upaya untuk menjamin lahirnya keturunan yang sehat dan
berkualitas secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini
akan diketahui secara dini tentang berbagai penyakit keturunan yang
diderita oleh kedua pasangan.
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
5. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis
pada diri masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya
tujuan-tujuan mulia pernikahan.
6. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang
mengancam keharmonisan dan keberlangsungan hidup pernikahan
terjadi.

11
7. Sebagai upaya untuk memberikan jaminan tidak adanya bahaya yang
mengancam kesehatan masing-masing pasangan yang akan
ditimbulkan oleh persentuhan atau hubungan seksual di antara mereka.
(Mia, 2008).
F. Kelainan Genetik Yang dapat dicegah dengan Pemeriksaan Kesehatan
Prakonsepsi
Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit
terutama penyakit keturunan dan penyakit menular seksual (PMS), seperti
HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit keturunan antara lain: (Fanjari, 2000)
1. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang menurun
dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam penyakit ini, sang ayah
dan ibu bebas dari penyakit, tetapi semua anak-anak terkena pembiakan
yang cepat pada butir-butir darah merah. Hal ini menyebabkan mereka
kekurangan darah. Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang
hidupnya. Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat membunuh
penderita.
2. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang mempunyai daya
beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus menerus. Luka sedikit saja
mungkin akan banyak menyebabkan pendarahan. Penyakit keturunan ini
akan berpindah melalui perempuan, akan tetapi penyakitnya diderita oleh
anak laki-laki dan bukan anak perempuan. Satu bentuk penyakit yang sulit
ditemukan obatnya.
3. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit keturunan ini
akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif bertentangan dengan darah
sang suami yang positif. Jika anak lahir dengan selamat, maka bayi itu akan
menderita keracunan darah, dan sebagian dari anak-anak tersebut perlu
pencucian darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.

12
G. Imunisasi Tetanus

Definisi tetanus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang
periodik dan berat. Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik
spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin
yang diproduksi oleh Clostridium tetani.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890,
diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari
tetanus. ( Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato 1890 ). Spora Clostridium
tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena
terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus
Neonatorum ).

H. Jenis dan vaksinasi TT


Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin
Tetanus yaitu vaksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian
dimurnikan (Setiawan, 2006). Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif
kemasan tunggal vaksin tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi
defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif
ATS (Anti Tetanus Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun
pengobatan penyakit tetanus

I. Tujuan Imunisasi Tetanus Toksoid


Tujuan diberikan imunisasi tetanus toksoid antara lain : untuk melindungi
bayi baru lahir tetanus Neonaturum, melindung ibu terhadap kemungkinan
tetanus apabila terluka, pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal

13
terhadap kuman tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit Tetanus pada
bayi baru lahir.
Tetanus toxoid (T) akan merangsang pembentukan antibodi spesifik yang
mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil
yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi
tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam golongan imuno
globulin G (IgG) yang mudah melewati plasenta, masuk dan menyebar melalui
aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya
tetanus neonatorum (Saifuddin, 2006).
J. Jadwal pemberian imunisasi TT CPW
Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi
imunisasi tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap tetanus seumur
hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak akan terlindung dari
penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cair agak putih keruh dalam
vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.

% Lama
Dosis Saat Pemberian
Perlindungan Perlindungan

TT I Pada saat kunjungan pertama atau sedini 0% 1 tahun


mungkin pada kehamilan

TT II Minimal 4 minggu setelah TT I 80 % 3 tahun

TT III Minimal 6 bulan setelah TT II atau 95 % 5 tahun


selama kehamilan berikutnya

TT IV Minimal setahun setelah TT III 99 % 10 tahun


kehamilan berikutnya
TT V
Minimal setahun setelah TT kehamilan 99% 25 tahun/
berikutnya selama seumur
hidup
Jarak waktu yang panjang antara pemberian imunisasi TT dengan saat
kelahiran bayi dapat mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu
agar antibodi di dalam tubuh ibu berpindah ke tubuh bayi ( Saifuddin, 2006 ).
Dengan mengetahui status imunisasi TT bagi wanita usia subur diharapkan dapat

14
membantu program imunisasi dalam penurunan kasus penyakit tetanus khususnya
bagi bayi yang baru lahir.

K. Efek Samping Imunisasi TT


Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat suntikan. Hal inni akan berlangsung sekitar 1-2 hari
dan akan sembuh tanpa dilakukan pengobatan. TT adalah antigen yang sangat aman
dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil
mendapatkan imunisasi TT (Saifuddin ,2006).
Imunisasi TT memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus ATS
(Anti Tetanus Serum). vaksinasi TT juga salah satu syarat yang harus dipenuhi saat
mengurus surat-surat menikah di KUA (Kantor Urusan Agama). Imunisasi TT
diberikan kepada pasangan wanita dengan tujuan untuk melindungi bayi yang akan
dilahirkan dari penyakit Tetanus Neonetorum. Vaksin ini disuntikkan pada otot
paha atau lengan dengan dosis 0,5mL. Efek samping pada imunisasi TT adalah
reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan, dan
rasa nyeri (Gunawan Rahman 2006) Banyak anggapan bahwa imunisasi TT bisa
membuat seseorang menjadi mandul dan ada juga orang-orang yang beranggapan
bahwa imunisasi TT merupakan alat kontrasepsi atau KB, akan tetapi anggapan-
anggapan itu adalah tidak benar. Pemerintah bermaksud mencanangkan gerakan
imunisasi TT untuk melindungi bayi baru lahir dari risiko terkena Tetanus
Neonatorum. Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian
neonatal di Indonesia, sekitar 40 persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal.
Salah satu strategi Kemenkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum
adalah dengan melakukan imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil.
L. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses manajemen

15
kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara
sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai
dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan
efisien.
Standar 7 langkah Varney, yaitu:
a) Langkah 1: Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital
3) Pemeriksaan khusus
4) Pemeriksaan penunjang
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan
kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan
langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi / masukan klien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah sudah tepat, lengkap
dan akurat.

b) Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

16
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan.

c) Langkah III: Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose
potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa potesial tidak terjadi.

d) Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter
dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini
mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan.
Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan emergency/segera untuk segera

17
ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam rumusan ini termasuk tindakan
segera yang mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat
rujukan.

e) Langkah V: Merencana Asuhan Secara Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak
lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
masalah yang berkaitan tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi-kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh
ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan
klien.

f) Langkah VI: Implementasi


Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun
bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi
dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka

18
keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

g) Langkah VII: Evaluasi


Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah proses penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung
pada klien dan situasi klinik.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

JUDUL KASUS
Asuhan kebidanan pranikah Sdr.A dan Nn.S pasangan usia subur dalam masa pra
nikah
PELAKSANAAN ASUHAN
Rabu, 08 Mei 2019 pukul 11.00 WIB di Puskesmas Masaran II
ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Data Subyektif
1. Identitas
Catin Wanita
Nama : Nn. S
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Ptn
Pekerjaan : Guru
Alamat : Beku, RT.19, Kliwonan Masaran Sragen
Catin Pria
Nama : Sdr.A
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jenawi RT.01/06 Krogowanan, Sawangan,
Magelang

20
2. Alasan datang
Catin mengatakan ingin konseling tentang persiapan pernikahan dan
perencanaan kehamilan
3. Keluhan utama
Tidak ada
4. Riwayat menstruasi
Catin wanita mengatakan menstruasi pertama kali keluar pada usia 15
tahun dengan siklus 28 hari teratur, menstruasi 1 periode keluar selama
3 sampai 6 hari dang anti pembalut kurang lebih sehari ganti 3-4 kali.
Catin wanita mengatakan hari pertama menstruasi terakhir pada 20
April 2019 dan terkadang keluar keputihan yang jernih dan tidak berbau
pada saat sebelum menstruasi dan sesudah menstruasi.
5. Penyuluhan yang pernah didapat
Catin mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi.
6. Riwayat kesehatan
Catin wanita : catin mengatakan tidak sedang sakit atau pernah
menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
penyakit ginjal, TBC, Difteri, belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV
AIDS.
Catin pria : catin mengatakan tidak sedang sakit atau pernah
menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
penyakit ginjal, TBC, Difteri, belum pernah
melakukan pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV
AIDS.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Catin wanita : catin mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
sedang atau pernah mengalami sakit penyakit
menurun seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,
penyakit menular, dan penyakit menahun.

21
Catin pria : catin mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
sedang atau pernah mengalami sakit penyakit
menurun seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,
penyakit menular, dan penyakit menahun.
8. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Catin wanita mengatakan tidak ada kebiasaan buruk seperti merokok
konsumsi alcohol maupun narkoba atau penggunaan obat-obatan
terlarang.
Catin pria mengatakan punya kebiasaan buruk merokok. Tetapi tidak
dengan kebiasaan konsumsi alcohol, narkoba serta penggunaan obat-
obatan terlarang.
9. Pola kebutuhan sehari-hari
Catin wanita
a. Nutrisi : makan 3 kali dalam sehari dengan nasi,
sayur dan lauk pauk. Minum 6-7x dalam
satu hari dengan teh, susu dan air putih
b. Eliminasi : BAB 1 sampai 2 kali dalam sehari, BAK 5-
7 kali dalam sehari
c. Istirahat : istirahat pada jam istirahat mengajar, tidur
malam jam 10 malam bangun jam 4 pagi
d. Aktivitas : bekerja sebagai pengajar dan membantu
aktivitas orang tua di rumah
e. Personal hygiene : mandi 2 kali dalam sehari, gosok gigi pada
saat mandi dan sebelum tidur, ganti celana
dalam 2-3x atau apabila daerah kemaluan
terasa lembab dan tidak nyaman, setelah
BAB dan BAK dikeringkan dengan tissue
Catin pria
a. Nutrisi : makan 3 kali dalam sehari dengan nasi,
sayur dan lauk pauk. Minum 6-7x dalam
satu hari dengan teh, susu dan air putih

22
b. Eliminasi : BAB 1 sampai 2 kali dalam sehari, BAK 5-
7 kali dalam sehari
c. Istirahat : tidur malam jam 12 malam bangun jam 5
pagi
d. Aktivitas : sebagai mahasiswa dan punya kerja
sampingan
e. Personal hygiene : mandi 2 kali dalam sehari, keramas setiap
hari, gosok gigi pada saat mandi dan
sebelum tidur

10. Riwayat pernikahan


Catin mengatakan ini adalah pernikahan pertama untuk mereka yang
akan diselenggarakan pada tanggal 12 Agustus 2019

11. Riwayat psiko budaya


Catin mengatakan kedua belah pihak keluarga telah menyetujui rencana
pernikahan ini, sudah siap mental untuk menikah dan tidak menunda
kehamilan setelah menikah. Tidak ada budaya tertentu yang
berhubungan dengan pernikahan.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Catin wanita
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Antropometri : BB : 40kg, TB : 150cm, IMT : 17,8 (normal
18,5-25)
Vital sign : TD : 110/70mmHg, RR : 24x/menit, N :
94x/menit, S : 36⁰C
b. Catin pria
Keadaan umum : baik

23
Kesadaran : composmentis
Antropometri : BB : 80kg, TB : 171cm, IMT : 27,3
Vital sign : TD : 120/80mmHg, RR : 22x/menit, N :
98x/menit, S : 37⁰C

2. Pemeriksaan fisik
a. Catin wanita
Bentuk tubuh : normal, tidak ada kelainan dan cacat
bawaan
Wajah : simetris, tidak pucat, tidak ada kelainan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera
putih
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak pucat, tidak ada
stomatitis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, teraba
vena jugularis
Dada : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak
ada keluhan
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak
ada keluhan
b. Catin pria
Bentuk tubuh : normal, tidak ada kelainan dan cacat
bawaan
Wajah : simetris, tidak pucat, tidak ada kelainan
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera
putih
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak pucat,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, teraba
vena jugulari
Dada : tidak dilakukan pemeriksaan

24
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak
ada keluhan

3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 08 Mei 2019
a. Catin wanita
Gol.darah : O
Rhesus : + (positif)
Hb : 13gr/dL
HbSAg : Non reaktif
VCT : Non reaktif
Sifilis : Non reaktif
b. Catin pria
Gol.darah : B
Rhesus : + (positif)
Hb : 15,3gr/dL
HbSAg : Non reaktif
VCT : Non reaktif
Sifilis : Non reaktif

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnose kebidanan
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Data dasar :
Data subyektif :
Catin mengatakan ingin konseling persiapan pernikahan dan perencanaan
kehamilan
Data obyektif :
a. Catin wanita

25
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Antropometri : BB : 40kg, TB : 150cm, IMT : 17,8 (normal
18,5-25)
Vital sign : TD : 110/70mmHg, RR : 24x/menit, N :
94x/menit, S : 36⁰C
b. Catin pria
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Antropometri : BB : 80kg, TB : 171cm, IMT : 27,3
Vital sign : TD : 120/80mmHg, RR : 22x/menit, N :
98x/menit, S : 37⁰C

B. Masalah
Catin wanita mengalami keputihan
Catin pria mempunyai kebiasaan buruk merokok

C. Kebutuhan
Pendkes tentang keputihan
Pendkes tentang bahaya merokok beserta dampak yang ditimbulkan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Masalah kurang nutrisi pada catin wanita
Data dasar
Data obyektif :
Antropometri : BB : 40Kg, TB : 150cm, IMT : 17,8 (normal : 18,5-25)

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


Menganjurkan catin wanita untuk memperbanyak makanan berserat untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi catin wanita dalam mempersiapkan
kehamilan

26
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 08 Mei 2019 Pukul : 11.30 WIB
1. Beritahu klien tentang hasil pemeriksaan
2. Berikan konseling kelas catin tentang kesehatan reproduksi pranikah
3. Berikan catin imunisasi TT sesuai jadual
4. Lakukan informed consent beserta tujuan dari imunisasi TT
5. Diskusikan tentang perencanaan kehamilan
6. Anjurkan catin wanita untuk banyak konsumsi makanan mengandung
asam folat
7. Beritahu catin untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi untuk imunisasi TT
atau apabila ingin memeriksakan kesehatannya

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 08 Mei 2019 Pukul : 11.35 WIB
1. Beritahu catin tentang hasil pemeriksaan bahwa catin dalam keadaan
baik-baik saja
2. Menjelaskan dampak negative dari kebiasaan merokok terhadap kedua
catin bahwa rokok mengandung zat adiktif dan karsinogenik yang dapat
mempengaruhi kualitas sperma dan membahayakan kehamilan, serta
menganjurkan catin pria untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
kebiasaan merokok dan catin wanita lebih menghindari asap rokok
3. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa keputihan adalah hal yang
fisiologis selama tidak ada indikasi bau dan warna kecuali bening,
menganjurkan catin wanita untuk tetap menjaga daerah kemaluan agar
tetap kering tidak lembab dengan ganti celana dalam saat terasa lembab,
tidak menggunakan sabun pembersih cairan genetalia untuk menjaga
tingkat keasaman normal vagina dan tidak menggunakan pantyliner
4. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak mengonsumsi makanan
yang berserat seperti buah, sayur dan makan makanan yang bergizi untuk
memenuhi kecukupan gizi persiapan hamil

27
5. Memberikan konseling kelas catin tentang kesehatan reproduksi
pranikah, yaitu :
a. Konsep pernikahan
b. Hak reproduksi
c. Persiapan pranikah
d. Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
e. Solusi mengatasi tindak kekerasan
f. Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
g. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan
h. Kehamilan ideal, metode kontrasepsi, proses kehamilan
i. Masa subur wanita
6. Menjelaskan kepada kedua catin bahwa ini adalah status imunisasi TT
yang pertama, terdapat 5 tahapan imunisasi TT yang harus dilakukan
dengan masa perlindungan terhadap tetanus neonatorum adalah seumur
hidup
7. Menjelaskan tujuan dari imunisasi TT, efek samping beserta
penggunaannya dan melakukan informed consent
8. Memberikan imunisasi TT 0,5cc secara SC pada lengan kiri dan
menjelaskan ini adalah imunisasi TT yang pertama, selanjutnya bisa
imunisasi kembali pada 1 bulan selanjutnya.
9. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan
10. Menganjurkan catin wanita untuk lebih banyak mengonsumsi makanan
yang mengandung asam folat seperti pada sayur berwarna hijau tua atau
minum susu yang terdapat kandungan asam folat, dapat juga meminum
suplemen asam folat 0,4mg/hari minimal 1 bulan sebelum menikah
untuk persiapan kehamilan
11. Memberitahu ibu untuk kembali 1 bulan lagi untuk imunisasi TT maupun
periksa kesehatan atau apabila ada keluhan

28
VII. EVALUASI
Tanggal : 08 Mei 2019 Pukul 12.25 WIB
1. Catin mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Kedua catin memahami apa yang disampaikan oleh bidan tentang pengaruh
kebiasaan buruk merokok pada kesehatan dan kehamilan
3. Catin wanita mengerti tentang keputihan dan penyebabnya serta anjuran
bidan akan dilakukan untuk menjaga daerah kewanitaannya tetap kering
4. Catin wanita mengerti dan akan melakukan anjuran dari bidan
5. Kedua catin mengerti penjelasan yang diberikan
6. Kedua catin mengerti tentang status imunisasi TT saat ini yang akan
dilakukan
7. Catin wanita dan pria mengerti tujuan imunisasi TT dan bersedia diberikan
imunisasi TT
8. Catin wanita sudah diberikan imunisasi TT dan bersedia kembali 1 bulan
lagi untuk imunisasi TT yang ke 2
9. Kedua catin sepakat untuk merencanakan kehamilan segera setelah
menikah, berencana memiliki 2 anak dengan jarak 5 tahun
10. Catin wanita bersedia mengikuti anjuran bidan untuk makan makanan yang
mengandung asam folat untuk mempersiapkan kehamilan
11. Kedua catin bersedia kembali lagi 1 bulan untuk imunisasi TT2, periksa
kesehatan atau kembali apabila catin terdapat keluhan

29
BAB IV
PEMBAHASAN

30

Anda mungkin juga menyukai