Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN

Masyarakat di lahan gambut berisiko mengalami gangguan kesehatan karena mengonsumsi


air bersifat asam yang bisa membuat gigi keropos. Selain itu, air gambut mengandung zat
organik ataupun anorganik yang bisa mengganggu metabolisme tubuh. Untuk mengatasi
masalah itu ,kemudian timbul ide untuk menjadikan instansi pengolahan air gambut menjadi
air baku sehat konsumsi.air gambut memiliki derajat keasaman (pH) 2,7- 4. Adapun pH
netral adalah 7. Tujuan dan target khusus
Pengolahan air gambut melalui sejumlah tahapan, meliputi koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dekolorisasi, netralisasi, dan desinfektasi. Air gambut yang berwarna
hitam kecoklatan itu mengandung senyawa organik trihalometan yang bersifat karsinogenik
(memicu kanker). Selain itu, air gambut mengandung logam besi dan mangan dengan kadar
cukup tinggi. Konsumsi dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan.
Air gambut diolah dengan cara koagulasi (diendapkan). Koagulan utama yang digunakan
adalah alum sulfat. Koagulan ini digunakan dengan variasi konsentrasi hingga 50 bagian per
sejuta (ppm), bergantung pada kepekatan air gambut. Koagulasi menghasilkan endapan yang
ditampung dalam bak sedimentasi. Selanjutnya, air dialirkan untuk disaring dengan pasir
silika dan antrasit. Unit filtrasi merupakan saringan pasir cepat. Diameter pasir silika dan
antrasit adalah 0,6-2 milimeter. Komposisi media penyaring disusun berdasarkan tingkat
efisiensi proses koagulasi. Media filter memungkinkan terbentuknya biofilm
mikroorganisme. Ini yang menguraikan polutan organik air gambut yang dialirkan. Untuk
menghilangkan bau, warna, dan rasa digunakan penyaring karbon aktif. Dengan ukuran
partikel karbon aktif relatif kecil, warna air gambut yang pekat dan mengandung asam humat
dapatdiserap. Hasil pembuatan alat ini digunakan untuk membantu pemanfaatan dari
air gambut yang mudah didapat sehingga menjadi air olahan baku yang sehat untuk di
konsumsi .dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti bak penyaring dan tangki
penampung. nantinya pengolahan air gambut menjadi air bersih bisa dijadikan untuk
pendapatan kelompok mitra kedepan nya yang lebih efisien.dan bisa membantu
perekonomian masyarakat setempat
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang x (Analisis Situasi)

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-
hari manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Pada saat ini, persentase penduduk di Indonesia yang sudah mendapatkan
pelayanan air bersih dari badan atau perusahaan air minum masih sangat kecil yaitu
untuk daerah perkotaan sekitar 45 % , sedangkan untuk daerah pedesaan baru sekitar
36 % .

Di daerah - daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih tersebut,


penduduk biasanya menggunakan air sumur galian, air sungai yang kadang- kadang
bahkan sering kali air yang digunakan kurang memenuhi standart air minum yang sehat.
Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya,
penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan akan air minum.
Oleh karena itu di daerah - daerah seperti ini, persentase penderita penyakit yang
disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi
syarat kesehatan masih sangat tinggi.

Dalam rangka penyediaan air minum yang bersih dan sehat bagi masyarakat
pedesaan yang mana kualitas air tanahnya buruk serta belum mendapatkan pelayanan
air minum dari PAM, perlu memasyarakatkan alat pengolah air Minum sederhana yang
murah dan dapat dibuat oleh masyarakat dengan menggunakan bahan yang ada
dipasaran setempat.

Salah satu alat pengolah air minum sederhana tersebut adalah alat pengolah air
minum yang merupakan paket terdiri dari Tong (Tangki), Pengaduk, Pompa aerasi dan
saringan dari pasir atau disingat Model TP2AS. Alat ini dirancang untuk keperluan rumah
tangga sedemikian rupa sehingga cara pembuatan dan cara pengoperasiannya mudah
serta biayanya murah. Cara pengolahannya dengan menggunakan bahan kimia yaitu
hanya dengan tawas dan kapur (gamping).

Alat Pengolah Air Minum model TP2AS ini sangat cocok digunakan untuk
pengolahan air minum yang air bakunya mengandung zat besi dan mangan dan zat
organik, dengan biaya yang sangat murah.

Gambar: unit alat pengolahan air sederhana


1.2. PERMASALAHAN MITRA
Berdasarkan hasil analisa pada situasi yang ada, maka permasalahan yang ada yang dihadapi
oleh pengolahan air gambut sebagai berikut :
1. Ketersediaan air tanah gambut yang apabila mengalami kemarau sulit di
olah.
2. Kurangnya pengetahuan mitra tentang teknologi pengolahan air gambut agar bisa
disimpan dalam jangka waktu lama ( tidak berbau,tidak berasa juga tidak lengket )
BAB 2. SOLUSI DAN TARGET LUARAN

2.1. SOLUSI YANG DITAWARKAN


Permasalahan yang menjadi prioritas utama mitra dan dijadikan Teknologi Tepat
Guna yaitu :
1. Membuat alat penyaringan, pengendapan, untuk mengolah air gambut menjadi air
bersih yang bisa digunakan untuk masyarakat
2. Memberikan penjelasan tentang nilai ekonomis dan peluang usaha Pengolahan air
gambut dengan alat yang akan dibuat sebagai tambahan pendapatan kelompok mitra
3. Melakukan penjelasan terhadap cara alat penyaringan, pengendapan, untuk mengolah
air gambut menjadi air bersih kepada mitra.

2.2. TARGET LUARAN


Target luaran dari kegiatan ini adalah masyarakat Desa Bangsal Aceh, Kota Dumai,
dengan harapan dalam kegiatan ini adalah pembuatan alat penyaringan, pengendapan, untuk
mengolah air gambut menjadi air bersih dan memberikan pelatihan tentang penolahan air
gambut menjadi air bersih dan penjelasan terhadap kerja alat/mesin dan cara perawatannya,
sehingga tujuan untuk meningkatkan keuntungan pada pengolahan air gambut menjadi air
bersih tercapai, dan menciptakan peluang usaha produksi air bersih secara komersil.
BAB 3.
METODE PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan penerapan TTG ini menghasilkan alat multifungsi yang


nantinya akan digunakan oleh masyarakat. Kegiatan penerapan TTG akan dilakukan pada 2
(dua) tempat kegiatan pelaksanaan, yaitu di Bengkel konstruksi Politeknik Negeri Bengkalis
untuk membuat dan merakit alat yang akan dirancang. Setelah alat selesai dibuat langsung di
aplikasikan di masyarakat Desa Bangsal Aceh, Kota Dumai. Untuk mencapai hasil yang
maksimal pada program penerapan TTG ini dibuatkan tahapan/ metode pelaksanaan program
yang dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini

Gambar 2. Bagan Alir Pelaksanaan Penerapan TTG


 Identifikasi Kebutuhan Masyarakat Pada bagian ini peneliti bersama anggota
melakukan survey ke desa tujuan penerapan TTG. Kegiatan yang dilakukan berkonsultasi
dengan masyarakat dan kelompok mitra bahwa mereka membutuhkan suatu alat yang bisa
membantu untuk meringankan masalah air bersih dan agar bisa menambah penghasilan
mereka dengan usaha tersebut
 Investigasi Masalah Setelah melakukan survey ketua pengusul dan anggota
melakukan koordinasi untuk merumuskan investigasi masalah yang dihadapi masyarakat desa
bangsal aceh,kota dumai dan kemudian menawarkan beberapa solusi alternatif, sehingga
akhirnya disepakati pembuatan rancang bangun alat multifungsi berupa alat penyaringan,
pengendapan, untuk mengolah air gambut menjadi air bersih yang nantinya bisa
dimanfaatkan sebagai pembuat alat pengolahan air gambut menjadi air bersih.
 Perancangan dan Pembuatan Alat Setelah diterumuskan masalah dan ditemukan
solusi,dimulailah perancangan alat dengan membuat gambar desain alat satu persatu. Alat
dibuat satu persatu dimulai dari tong/tangki penampung, Pompa Aerasi, Digerakkan
menggunakan motor listrik, kemudian untuk motor penggerak pompa aerasi.Setelah semua
gambar desain jadi, maka semua komponen ini dijadikan satu kemudian dibuatkan rumah
mini untuk tempat semua alat. Gambar 2 dibawah ini merupakan penampakan desain produk
TTG secara keseluruhan. Gambar yang lebih detail bisa dilihat pada lampiran 2.
Gambar : rancangan desain pengolah air gambut

Setelah selesai membuat gambar, dilakukan proses pembelian bahan. Pekerjaan ini
dilakukan oleh ketua dan anggota pengusul dengan bantuan seorang teknisi di
Laboratorium Konstruksi Jurusan Teknik Mesin. Adapun tahapan proses pembuatan alat
sebagai berikut:

PERALATAN

Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan dari
pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai berikut:

Tong/Tangki Penampung

Terdiri dari Drum Plastik dengan volume 220 liter. Drum tersebut dilengkapi
dengan dua buah kran yaitu untuk mengalirkan air ke bak penyaring dan untuk saluran
penguras. Pada dasar Drum sebelah dalam diplester dengan semen sehingga berbentuk
seperti kerucut untuk memudahkan pengurasan. Selain itu dapat juga menggunakan
tangki fiber glass volume 550 liter yang dilengkapi dengan kran pengeluaran lumpur.
Tong atau tangki penampung dapat juga dibuat dari bahan yang lain misalnya dari tong
bekas minyak volume 200 liter atau dari bahan gerabah. Fungsi dari drum adalah untuk
menampung air baku, untuk proses aerasi atau penghembusan dengan udara, untuk
proses koagulasi dan flokulasi serta untuk pengendapan.
Pompa Aerasi

Pompa aerasi terdiri dari pompa tekan (pompa sepeda) dengan penampang 5
cm, tinggi tabung 50 cm. Fungsi pompa adalah untuk menghembuskan udara kedalam
air baku agar zat besi atau mangan yang terlarut dalam air baku bereaksi dengan
oksigen yang ada dalam udara membentuk oksida besi atau oksida mangan yang dapat
diendapkan. Pompa tersebut dihubungkan dengan pipa aerator untuk menyebarkan
udara yang dihembuskan oleh pompa ke dalam air baku. Pipa aerator terbuat dari selang
plastik dengan penampang 0.8 cm, yang dibentuk seperti spiral dan permukaannya
dibuat berlubang-lubang, jarak tiap lubang + 2 cm.

Bak Penyaring

Bak Penyaring terdiri dari bak plastik berbentuk kotak dengan tinggi 40 cm dan
luas penampang 25 X 25 cm serta dilengkapi dengan sebuah keran disebelah bawah.
Untuk media penyaring digunakan pasir. kerikil, arang dan ijuk. Susunan media
penyaring media penyaring dari yang paling dasar keatas adalah sebgai berikut :

 Lapisan 1: kerikilatau koral dengan diameter 1-3 cm, tebal 5 cm.


 Lapisan 2: ijuk dengan ketebalan 5 cm.
 Lapisan 3: arang kayu, ketebalan 5-10 cm.
 Lapisan 4: kerikil kecil diameter + 5 mm, ketebalan + 5 cm.
 Lapisan 5: pasirsilika, diameter + 0,5 mm, ketebalan 10-15 cm.
 Lapisan 6: kerikil, diameter 3 cm, tebal 3-6 cm.

Diantara Lapisan 4 dan 5, dan Lapisan 5 dan 6, dapat diberi spons atau kasa
plastik untuk memudahkan pada waktu melakukan pencucian saringan. Gambar
penampang Tangki Penampung, Selang Aerator dan penampang saringan adalah seperti
tertera pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang diperlukan antara lain : Tawas, kapur tohor dan kaporit bubuk.

CARA PEMBUATAN

1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung sampai hampir penuh (550 liter).
2. Larutkan 60 - 80 gram bubuk kapur / gamping (4 - 6 sendok makan) ke dalam
ember kecil yang berisi air baku, kemudian masukkan ke dalam tangki dan aduk
sampai merata.

3. Masukkan slang aerasi ke dalam tangki sampai ke dasarnya dan lakukan pemompaan
sebanyak 50 - 100 kali. setelah itu angkat kembali slang aerasi.

4. Larutkan 60 - 80 gram bubuk tawas (4 - 6 sendok makan) ke dalam ember kecil, lalu
masukkan ke dalam air baku yang telah diaerasi. Aduk secara cepat dengan arah yang
putaran yang sama selama 1 - 2 menit. Setelah itu pengaduk diangkat dan biarkan air
dalam tangki berputar sampai berhenti dengan sendirinya dan biarkan selama 45 - 60
menit.

5. Buka kran penguras untuk mengelurakan endapan kotoran yang terjadi, kemudian
tutup kembali.
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak penyaring. Buka kran saringan dan
usahakan air dalam saringan tidak meluap.

7. Tampung air olahan (air bersih) dan simpan ditempat yang bersih. Jika digunakan
untuk minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu.

Catatan :

 Jika volume bak penampung lebih kecil maka jumlah kapur dan tawas yang
dipakai harus disesuaikan.

 Jika menggunakan kaporit untuk membunuh kuman-kuman penyakit, bubuhkan


kaporit sekitar 1-2 gram untuk 500 liter air baku. Cara pemakaiannya yaitu
dimasukkan bersama-sama pada saat memasukkan larutan kapur.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Rencana Anggaran Biaya
Anggaran biaya penelitian yang diajukan dalam proposal ini sebesar Rp 115.364.150,-
(seratus lima belas juta tiga ratus enam puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah).
Ringkasan anggara biaya penelitian disajikan dalam tabel 4.

Biaya Produksi :

Untuk setiap kali pengolahan (kapasitas tangki 500 liter) dibutuhkan bahan bahan
kimia :

 Tawas = 60 - 80 gram
 Kapur tohor = 60 - 100 gram
 Kaporit = 1 - 2 gram

Untuk daerah Jakarta dan sekitarnya, harga bahan - bahan kimia di atas adalah sebagai
berikut :
 Tawas = Rp. 1.500,-/kg
 Kapur = Rp. 1.000,-/kg
 Kaporit = Rp. 9.000,-/kg

Jadi untuk setiap kali pengolahan diperlukan biaya sebesar:


 Tawas = 80/1000 X Rp. 1.500,- = Rp.120,-
 Kapur = 100/1000 X Rp.1.000,- = Rp.100,-
 Kaporit = 2/1000 X Rp. 9.000,- = Rp. 18,-
 Total biaya = (Rp.120,- + Rp.100 ,- + Rp. 18,-) = Rp. 238,-
 Hasil air olahan untuk tiap kali pengolahan = 500 liter.
 Jadi biaya produksi = Rp. 238/ 500 liter = Rp. 0,48 / liter.

Anda mungkin juga menyukai