Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah Suatu keadaan yang pasti terjadi dalam kehidupan manusia. Proses

menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dalam kurun

waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi lansia merupakan

proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu

neonatus, toodler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa, dam lansia. Hal ini akan

menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh yang akan mempengaruhi

fungsi dan kemampuan tubuh lansia secara keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk, 2018).

Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2014, lansia adalah seseorang

yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Saat ini, jumlah lansia di dunia di atas 60

tahun lebih dari 800 juta. Proyeksi menunjukkan bahwa angka ini akan meningkat

menjadi lebih dari dua miliar pada tahun 2050. Jumlah lansia yang berada di kawasan

ASEAN meningkat mencapai 142.000.000 orang pada tahun 2010, pada tahun 2011

mencapai 156.000.000 jiwa, pada tahun 2012 berjumlah 171.000.000 dan pada tahun

2013 mencapai jumlah 184.000.000.

Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke atas, terdapat

dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada

Bab 1 pasal 1 Ayat 2. Menurut undang-undang tersebut lanjut usia adalah seseorang

yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Indonesia adalah

termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging

structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang

berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat. Di Indonesia sendiri jumlah lansia

mencapai 21,6 juta jiwa pada tahun 2015. Di prediksi jumlah penduduk lansia tahun
2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035

(48,19 juta).

Usia lanjut atau lansia adalah periode terkahir pada kehidupan seseorang. Masa

lansia dimulai dari umur 60 tahun sampai dengan meninggal, yang ditandai dengan

adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

Tua merupakan proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau

kemampuan beradaptasi menjadi kurang dimana lansia akan mengalami perubahan

seperti imobilisasi, instabilitas, resiko jatuh, dimensia, depresi, inkontinensia,

imunodefisiensi, infeksi, konstipasi, insomnia, gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, komunikasi dan integritas kulit.

Menurut susenas (2015) persentasi penduduk lansia terbesar berada di provinsi

yogyakarta sebanyak 13,5%, jawa tengah sebanyak 11,7%, jawa timur sebanyak

11,5%. Hasil studi pendahuluan diwisma bale kambang yang berjumlah 12 lansia, 7

(58,3%) lansia mengalami hambatan mobilitas fisik seperti kelemahan

Kebutuhan mobilisasi merupakan kebutuhan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang dapat

bergerak dengan bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat untuk menuju

kemandirian. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem

saraf, otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.

Pengaruh mobilisasi pada sistem muskuloskeletal meliputi gangguan mobilitas

permanen. Keterbatasan mobilitas mempengaruhi otot pasien dengan menunjukan

tanda kehilangan daya tahan penurunan masa otot, atrofi, dan penurunan stabilitas.

Pengaruh lain dari keterbatasan mobilitas yang memengaruhi sistem skeletal adalah

gangguan metabolisem kalsium dan mobilitas sendi.


Pada era globalisasi masalah gangguan mobilitas sangat sering dijumpai.

Gangguan mobilitas adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh sehingga sering

kali mengganggu aktivity daily living (ADL) pada manusia. Gangguan mobilitas fisik

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus ditangani. Jika gangguan

mobilitas fisik tidak ditangani akan menimbulkan masalah seperti gangguan untuk

melakukan pemenuhan ADL secara mandiri.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada

lansia dengan konfusi akut

2. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada lansia dari hasil pengkajian

c. Mampu melaksanakan intervensi pada lansia dari diagnosa keperawatan

d. Mampu melaksanakan implementasi pada lansia dari diagnosa keperawatan

e. Mampu menganalisa dan mengimplementasikan jurnal penelitian tentang lansia

yang memiliki risiko jatuh

f. Mampu melaksanakan evaluasi pada lansia

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai referensi untuk mahasiswa dengan melakukan asuhan keperawatan pada

lansia
2. Bagi Lansia

Mengoptimalkan latihan senam yang efektif dalam membantu proses pencegahan

risiko jatuh pada lansia.

3. Bagi Pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang risiko jatuh pada lansia dan

pencegahan risiko jatuh.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia

a. Definisi Lansia

Menurut World Health Organization (WHO), dikatakan lansia ketika

seseorang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya,

dimana akanditandai dengan penurunan kemampuan fungsi tubuh yang meliputi

perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan

berpengaruh terhadap fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan

b. Batasan Usia

Batasan lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia diatas 90 tahun

c. Tipe Lansia

Tipe lansia antara lain :

1) Tipe Arif Bijaksana

Lansia ini mempunyai banyak pengalaman, bias menyesuaikan diri dengan

perkembangan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan serta menjadi panutan


2) Tipe Mandiri

Lansia ini senang dalam hal mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan maupun teman, dan

memenuhi undangan

3) Tipe Tidak Puas

Lansia yang sering mengalami masalah baik lahir maupun batin, menolak

proses penuaan yang mengakibatkan kehilangan daya tarik, kehilangan

kekuasaan serta status

4) Tipe Pasrah

Lansia ini selalu mengikuti kegiatan peribadatan, gemar melakukan

pekerjaan apa saja serta selalu menerima dan menunggu nasib baik

5) Tipe Bingung

Lansia yang mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, dan acuh tak

acuh

d. Perubahan pada Lansia

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansiadiantaranya:

1) Perubahan Fisik

a) Sel, keadaan sel dalam tubuh akan berubah ketika seseorang memasuki

usia lanjut, seperti jumlahnya yang berkurang, ukuran menjadi lebih besar

sehingga mekanisme perbaikan sel juga akan terganggu serta proporsi

protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati menjadi berkurang

b) Sistem Persyarafan, perubahan akan terjadi pada sistem persyarafan lansia,

seperti mengecilnya syaraf panca indra. Lansia akan kehilangan

kemampuan pendengaran pada telinga, hal ini disebabkan karena terjadi

gangguan pada indra pendengaran. Pada indra penglihatan akan terjadi


kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya

lapang pandang. Respon terhadap nyeri akan menurun serta kelenjar

keringat berkurang karena terjadi gangguan pada indra peraba. Pada indra

pembau juga akan mengalami penurunan kemampuan membau karena

terjadi penurunan kekuatan otot pernafasan

c) Sistem Gastrointestinal, pada lansia akan terjadi penurunan aliran darah ke

ginjal sehingga ginjal juga akan mengalami pengecilan

d) Sistem Musculoskeletal, pada lansia akan terjadi kehilangan cairan

sehingga tulang semakin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek karena

terjadi pembungkukan serta persendian dan tendon mengerut

e) Sistem Kardiovaskuler, jantung pada lansia akan mengalami penurunan

pompa darah, denyut jantung menurun, karena terjadi akumulasi lipid

maka katup jantung akan lebih tebal dan kaku sehingga tekanan daraj

sistolik akan meningkat akan tetapi tekanan darah diastolik tetap sama atau

meningkat

f) Perubahan Sel

Penurunan tampilan dan fungsi fisik lansia diakibatkan oleh perubahan

sel dan ekstrasel. Pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan

perut serta diameter pelvis akan mengakibatkan lansia menjadi lebih

pendek. Berkurangnya sel dan jaringan mengakibatkan sistem organ tidak

efisien lagi

2) Perubahan Mental

Perubahan mental yang biasa ditemui pada orang dengan lansia diantaranya :

a) Perubahan mental pada lansia dapat berupa sikap yang semakin egosentrik,

mudah curiga, pelit atau tamak terhadap sesuatu.


b) Keinginan berumur panjang dan dapat menghemat tenaga.

c) Mengharapkan untuk tetap diberikan peran dalam bermasyarakat

d) Ingin tetap mempertahankan hak dan hartanya

e) Ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga

3) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial pada lansia meliputi :

a) Merasakan atau sadar akan datangnya kematian (sense of awareness of

mortality)

b) Perubahan dalam cara hidup

c) Perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan

d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan

e) Hilangnya kekuatan serta ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri dan perubahan pada konsep diri

e. Masalah-Masalah yang Muncul pada Lansia

Masalah-masalah yang muncul pada lansia adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas yang Berkurang

Masalah yang muncul pada lansia bias disebabkan oleh faktor internal

maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam tubuh lansia itu sendiri

sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan. Akibat dari hal tersebut

maka aktivitas tubuh juga tidak bias berjalan secara maksimal. Hal tersebut

biasanya dipengaruhi oleh gangguan tulang seperti osteoporosis, sendidan otot

tubh, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah.

2) Ketidakseimbangan Tubuh

Pada lansia akan banyak mengalami penurunan fungsi tubuh sehingga

pada lansia akan sering muncul keluhan-keluhan. Masalah pada lansia bisa
juga disebabkan karena faktor dari luar tubuh seperti lingkungan maupun

pengaruh konsumsi obat-obatan.Akan tetapi masalah yang muncul pada lansia

pada umumnya sering disebabkan oleh faktor dari luar tubuh seperti faktor

lingkungan, salah satu contohnya yaitu terjatuh atau terpeleset. Meskipun hal

tersebut tidak sampai menimbulkan kematian pada lansia akan tetapi lansia

akan kehilangan kepercayaan diri, selain menimbulkan trauma yang lama

sehingga lansia merasa takut ketika akan melakukan sesuatu

3) Incontinence uridan incontinence alvi

Incontinence uri merupakan masalah yang sering muncul pada usia lanjut

yaitu ketidakmampuan menahan air kencing. Meskipun hal tersebut dianggap

normal akan tetapi dapat menimbulkan masalah pada kesehatannya yaitu batu

ginjal. Selain masalah Incontinence uri yaitu masalah incontinence alvi,

keadaan dimana keluarnya feses tanpa disadari, hal tersebut disebabkan karena

ketidakmampuan mengendalikan fungsi ekskretoriknya.

4) Gangguan Saraf dan Otot

Proses penuaan didalam tubuh akan banyak menyebabkan gangguan dalam

organ-organ tubuh seperti gangguan pada saraf dan gangguan pada otot. Hal

tersebut dapat berdampak pada gangguan komuniksai verbal,

5) Penuaan Kulit

Kulit yang keriput dandan kering merupakan masalah yang lazim muncul

pada lansia.Hal itu bisa ditemukan pada bagian wajah, dagu dan leher. Hal

tersebut disebabkan karena semakin tipisnya tekstur kulit, semakin

meningkatnya umur serta semakin longgarnya lapisan lemak yang berada

dibawah kulit
f. Penyakit Degeneratif yang Sering Muncul pada Lansia

Beberapa penyakit degeneratif yang sering muncul pada lansia adalah :

1) Osteo Astritis (OA)

Suatu kondisi dimana sendi-sendi mengalami kekakuan, sakit dan

bengkak.Hal itu biasanya disebabkan oleh perkapuran atau ketidakstabilan

sendi. Kondisi tersebut bisa menyebabkan lansia bergantung pada orang lain.

2) Osteoporosis

Kondisi ketika kualitas kepadatan tulang mengalami penurunan sehingga

tulang akan menjadi keropos dan rentan retak. Osteoporosis sering menyerang

seseorang yang kekurangan vitamin D dan seseorang yang kurang beraktivitas.

Terdapat dua jenis osteoporosis yaitu tipe 1 osteoporosis yang terjadi dalam

dua tahun paca monopouse, tipe 11 yaitu osteoporosis yang terjadi karena

gangguan produksi vitamin D

3) Diabetes Militus

Suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang

disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin.

Pada lansia yang mengalami diabetes militus biasanya dikarenakan

berkurangnya aktivitas tubuh, obesitas, serta pola makan yang salah.Ciri dari

seseorang yang mengalami diabetes militus yaitu luka yang sulit sembuh,

berat badan turun secara drastic, sering merasa lapar dan haus, sering

berkemih, mati rasa serta gatal-gatal pada tubuh.

4) Demensia

Sering lupa merupakan keluhan yang sering dialami seseorang dengan

lansia. Demensia merupakan masalah yang harus ditangani, akan tetapi

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa hal tersebut merupakan hal


wajar sehingga demensia tidak memerlukan penanganan khusus. Demensia

adalah masalah yang berhubungan dengan susunan saraf pusat atau penyakit

vaskuler.Demensia juga merupakan salah satu penyakit degenerative primer.

Gejala-gejala dari demensia antara lain lansia akan mudah sensitif, mudah

marah, apatis, suka melawan, menjadi introvet dan tidak mau

bersosialisasi.oleh sebab itu demensia harus dideteksi sedini mungkin.

5) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Suatu kondisi dimana tekanan darah di dalam pembuluh darah meningkat

secara kronis, hal tersebut dapat terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi dan oksigen di dalam tubuh, jantung akan bekerja lebih keras dalam

memompa darah sehingga kekuatan aliran darah terhadap kekuatan dinding

arteri cukup tinggi yaitu untuk tekanan darah sistolik >= 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik >= 90 mmHg. Tekanan darah sistolik normal menurut

WHO adalah 120-140 mmHg, sedangkan tekanan darah diastolik normal

adalah 80-90 mmHg, sehingga jika melebihi batas tersebut maka seseorang

dikatakan hipertensi. Apabila penyakit tersebut tidak segera ditangani bisa

menyebabkan gangguan pada ginjal, jantung dan pembuluh darah

2. Risiko Jatuh

a. Definisi Pengertian

Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor

berperan di dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut

seperti gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,

kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai

yang licin dan tidak rata, tersandung benda – benda, penglihatan kurang

karena cahaya kurang terang, dan sebagainya. Jatuh adalah suatu kejadian
yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang melihat kejadian

mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau

tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau

luka.

b. Etiologi

1) Kecelakaan

Merupakan penyabab jatuh yang utama (30 - 50% kasus jatuh

lansia). Murni kecelakaan misalnya terpelesat, tersandung, gabungan

antara lingkungan yang jelek dengan kelaianan-kelainan akibat proses

menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada di

rumah tertabrak, lalu jatuh.

2) Nyeri kepala atau Vertigo

3) Hipotensi orthostatic

Hipovolemia atau curah jantung rendah, disfungsi

otonompenurunan kembalinya darah vena ke jantung, terlalu lama

berbaring, pengaruh obat-obatan hipotensi, hipotensi sesudah makan

4) Obat-obatan

Diuretik atau antihipertensi, antidepresan trisiklik, sedative,

antipsikotik, obat-obat hipoglikemik, alcohol.

5) Proses penyakit yang spesifik

6) Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba


c. Faktor Resiko

Untuk dapat mengetahui faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti

bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Sistem sensorik

Yang berperan di dalamnya adalah : visus (penglihatan),

pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan

atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan.

Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.

Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena

adanya perubahan fungsi vestibulerakibat proses menua. Neuropati

perifer dan penyakit degenaratif leher akan mengganggu fungsi

proprioseptif. Gangguan sensorik tersebut mebnyebabkan hampir

sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat

dilakukan uji klinik.

2) Sistem saraf pusat (SSP)

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input

sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, parkinson, sering diderita oleh

lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak

baik terhadap input sensorik

3) Kognitif

Pada beberapa penelitian, demensia diasosiasikan dengan

meningkatnya resiko jatuh. Dengan adanya penurunan kemampuan

kognitif,maka kewaspadaan, status mental, dan emosional akan

menurun, sehingga akan mempengaruhi kesadaran, penilaian, gaya


berjalan, keseimbangan, dan proses informasi yang diperlukan untuk

berpindah atau mobilisasi secara aman.

4) Muskuloskeletal

Faktor ini merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia

yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan

muskuloskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini

berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait

yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh :

a) Kekakuan jaringan penghubung

b) Berkurangnya massa otot

c) Perlambatan konduksi saraf

d) Penurunan visus atau lapang pandang

d. Manifestasi Klinis

1) Cedera dan kerusakan fisik

2) Fraktur

3) Ansietas

4) Hilangnya rasa percaya diri

5) Depresi

6) Hilangnya kemandirian

e. Komplikasi

Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti :

1) Perlukaan (injury)

a) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sngat sakit berupa robek atau

tertariknya jaringan otot, robeknya arteri atau vena


b) Patah tulang (fraktur)

2) Rawatan rumah sakit

3) Disabilitas

4) Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan

f. Pencegahan

Ada tiga usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain :

1) Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari

adnya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan

sensorik, neurologik, muskuloskeletal, dan penyakit sistemik yang

sering mendasari atau menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah

yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.

Penerangan rumah harus cukup tapi jangan menyilaukan. Lantai rumah

datar, tidak licin, dan bersih dari benda-benda kecil yang susah dilihat.

Peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman (lapuk, dapt bergeser

sendiri). Peralatan rumah tangga sebaiknya diletakkan sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu jalan atau tempat aktivitas lansia. Kamar

mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya,

pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan

diberi pegangan di dinding.Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi

postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan

sangat selektif. Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa

tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat

tetapi ringan aman tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran

tinggi badan lansia.


2) Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan

Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan

badannyadalam melakukan gerakan pindah tempat, pidah

posisi.penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah

terjadinya jatuh pada lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan

sangat beresiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan rehabilitasi

medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat,

apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah

goyah, apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat

berjalan, apakah kekuatan otot ekstermitas bawah penderita cukup

untuk berjalan tanpa batuan.

3) Mangatur atau mengatasi faktor situasional

Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lansia

dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia secara

periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor

situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan

kondisi kesehatan penderita. Perlu diberitahukan pada penderita

aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas

tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya

sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila lansia sehat dan tidak ada

batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakuakn

aktifitas fisik yang sangat melemahkan atau beresiko tinggi untuk

terjadinya jatuh.

Anda mungkin juga menyukai