A. Pengkajian
Dalam mengkaji ststus nutrisi pasien, akan digunakan pendekatan ABCD menurut Potter &
Perry yaitu:
1. Anthropometric Meassuremen (Pengukuran Antropometri)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dari susunan tubuh dan bagian khusus
tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi mak antropometri berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis pengukuran antara lain:
a. Berat Badan (BB)
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir. Di samping itu, berat badan dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein,
lemak, air dan mineral pada tulang. Cara mengukur berat badan adalah:
BB = (TB - 100) – 10 % (TB - 100)
Sedangkan untuk berat badan ideal kriterianya adalah :
1. > 110 % dari berat badan standar = gemuk
2. 90 % – 110 % dari berat badan standar = ideal/gemuk
3. 70 % - 90 % dari berat badan standar = sedang
4. < 70 % = sangat kurus
b. Tinggi badan (TB)
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan sekarang. Jika tinggi badan
tidak dapat diukur dengan klien berdiri, rentang lengan, atau jarak dari ujung jari ke ujung
jari dengan diulurkan penuh pada tingkat bahu kurang lebih ketinggian untuk orang
dewasa.
c. Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein
(KEP) wanita usia subur. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau
perubahan status gizi dalam jangka pendek. Ambang batas wanita usia muda dengan risiko
kekurangan energi kronik di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari angka tersebut
maka wanita tersebut mempunyai risiko kekurangan energi kronis.
d. Lipatan trisep
Pengukuran lipatan trisep dimaksudkan untuk menentukan status lemak tubuh. Pengukuran
lipatan trisep dilakukan dengan mengggunakan caliper.
2. Biochemical Data
Pengkajian status nutrisi klien perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium antara
lain :
a. Hemoglobin (Hb)
Nilai ormal hemoglobin yaitu:
Bayi baru lahir 17 – 22 g/dl
Anak-anak 11 – 13 g/dl
Pria 13 – 16 g/dl
Wanita 12 – 14 g/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan anemia. Sedangkan kadar
hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan
perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru-paru, tumor dan gangguan sumsum tulang
juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin.
b. Hematokrit (Hct)
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya di
dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%) dengan cara perhitungan :
Hct = X 100 %. Hematokrit normal pria dan wanita yaitu 4 – 5,2 g/dl. Makanan dengan
tinggi protein pada pasien dengan hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan
mempertahankan kadar albumin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
3. Clinical Sign
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting di antara pengkajian nutrisi. Seperti pada
bentuk pengkajian keperawatan lain, perawat mengobservasi klien tanda-tanda perubahan
nutrisi. Karena nutrisi yang tidak tepat mempengaruhi semua sistem tubuh, petunjuk
malnutrisi dapat diobservasi selama pengkajian fisik. Ketika pengkajian fisik sistem tubuh
yang umum selesai, perawat dapat memeriksa kembali area yang berhubungan untuk
mengevaluasi status nutrisi klien. Tanda-tanda klinis status nitrisi memberikan pedoman
untuk observasi selama pengkajian fisik.
4. Dietary History
Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan perubahan status nutrisi antara lain:
a. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
b. Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan perilaku upaya peningkatan kesehatan
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen farmakologis
C. Intervensi
a. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Monitor asupan makanan
Lakukan oral hygiene sebelum makan
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Anjurkan duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal, pereda nyeri, anti emetik) jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.
b. Kesiapan peningkatan nutrisi berhubungan dengan perilaku upaya peningkatan kesehatan
Memberikan informasi untuk meningkatkan kemampuan pemenuhan kebetuhan nutrisi
Periksa status gizi, status alergi, program diet, kebuthan dan kemampuan pemenuhan
kebutuhan gizi
Jelaskan pada pasien dan keluarga alergi makan, makanan yang harus dihindari
kebutuhan jumlah kalori jenis makanan yang di butuhkan pasien.
Ajarkan pasien dan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi
Ajarkan mendemonstrasikan cara memberi makan, menghitung kalori menyiapkan
makanan sesuai program diet.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen farmakologis
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya spuntum
Atur posisi semifowler dan fowler
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik napas dalam
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.