Anda di halaman 1dari 13

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 131

MAKALAH

KEPERAWATAN HIV AIDS

Di Susun Oleh:

NAMA: KELFIN YONAS TUAEAW


NPM: 12114201180111
KELAS: C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2019

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 132

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “trend dan isu HIV AIDS” dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun
berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman. Sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan.
Saya mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena
keterbatasan saya yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari ibu yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh saya dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

penulis

Ambon 19 September 2019

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 133

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..
a. Tujuan Umum…………………………………………………………….
b. Tujuan Khusus……………………………………………………………

1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Trend dan Isu Keperawatan HIV AIDS……………………………………
a. Trend Dalam Keperawatan HIV AIDS di Indonesia…………………...
b. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV AIDS di Indonesia………………….
c. Komunitas HIV AIDS di Indonesia………………………………………

BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………..

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 134

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987 sampai
Desember 2016, kasus HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di
seluruh provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah
Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat
pada Tahun 2012.Prevelensi HIV/AIDS pada tahun 2016 cenderung meningkat dari
tahun sebelumnya. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan perempuan
31,5%. Sementara itu 0,6% tidak melaporkan jenis kelamin. Jumlah AIDS terbanyak
dilaporkan dari Jawa Timur (16.911), Papua (13.398), DKI Jakarta (8.648), Bali
(6.803), Jawa Tengah (6.444), Jawa Barat (5.251), Sumatera Utara (3.897), Sulawesi
Selatan (2.812), Kalimantan Barat (2.567), dan NTT (1.954). Faktor risiko penularan
terbanyak melalui heteroseksual (67,8%), penasun (10,5%), diikuti homoseksual
(4,1%), dan penularan melalui peninatal (3%)(Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2016
trend penyebaran kasus HIV/AIDS yang paling banyak yaitu LSL (lelaki suka lelaki).

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah HIV/AIDS
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui trend dan isu keperawatan HIV/AIDS

1.3 Rumusan Masalah


1. Trend dan isu keperawatan HIV/AIDS?

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 135

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trend dan Isu Keperawatan HIV/AIDS


a. Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi.
1) Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja dengan Peer Group
Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini
akan berdampak pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang
rentan akan memberikan dampak terjadinya HIV/AIDS yaitu seks bebas. Saat ini
sedang dikembangkan model ”peer group” sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan
reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi
kelompok remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada lembaga
pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat. Adapun
angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah sebesar 429
orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat
mengancam masa depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan metode Peer
Group dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa kelompok
remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
2) One Day Care
Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan
perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan
perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya dilakukan pada kasus minimal.
Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia didapatkan bahwa
metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak
menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat
mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien
dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.
b. Isu Etik Dalam Keperawatan HIV/AIDS Di Indonesia
1) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini,

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 136

menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-


fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference
(bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis.
Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan
tepat waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online).
Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak
yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-
keluarga merek.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait
dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak
kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di
daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum
merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya
jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh,
menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah
hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
2) Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi
luka sebelum diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran
yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas
dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi
dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan
beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat
dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
3) Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat bahwa
perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam kenyataannya yang
melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila
ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai
dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kerusakan integritas kulit.
c. Komunitas HIV/AIDS Di Indonesia

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 137

KOMUNITAS BERBAGI HIDUP (KBH) adalah komunitas yang terdiri atas


orang dewasa dengan status ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV serta orang-
orang yang peduli terhadap HIV-AIDS. Upaya keseharian yang dilakukan adalah
mempersiapkan mental para ODHA dan anak-anak yang terpapar HIV untuk
menyongsong hari depan mereka..
Pada awal nya organisasi ini didirikan oleh para pemuda gereja yang aktif
dalam kegiatan di Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta. Di bawah payung
Komisi Pemuda PGI Wilayah DKI Jakarta, KBH mampu merangkul kaum muda
gereja untuk peduli terhadap kesulitan hidup yang dihadapi para ODHA. Alhasil,
kepedulian tersebut membawa dampak positif di mana para ODHA merasakan
sentuhan kasih dari KBH karena KBH menerima mereka dengan tidak memberi
stigma dan tidak melakukan diskriminasi. Para ODHA merasa dihargai
keberadaannya sebagai manusia yang memiliki dejarat yang sama di mata Tuhan.
Syukur lah, hal itu tidak hanya dirasakan oleh para ODHA yang beragama Kristen,
tetapi juga mereka yang beragama lain. Di situlah KBH menjadi organisasi yang
bersifat lintas agama.
KBH tidak hanya melakukan kegiatan sosialiasi, penyampaian informasi, dan
edukasi tentang HIV/AIDS, tetapi juga telah menjangkau kegiatannya dengan
melakukan pendidikan dan pendampingan kepada anak-anak yang terpapar HIV dan
ODHA melalui kegiatan sekolah ceria. Melalui dukungan dan kerjasama dengan
RPK dan Lentera Anak Pelangi dari Unika Atmajaya, Sekolah Ceria dapat
dijalankan satu kali sebulandi gedung RPK lantai 3. Sekolah Ceria sudah berjalan 2
tahun lebih sejak 2009 hingga 2012, tetapi pada 2011 mengalami kevakuman selama
1 tahun karena ada renovasi gedung RPK di lantai 3.
BANDA ACEH - Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga Oktober
2014, HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari jumlah tersebut, 94
penderitanya meninggal dunia. Sedangkan kabupaten/kota tertinggi terjangkitnya
virus itu adalah Aceh Utara dengan 33 kasus, disusul Aceh Tamiang 32 kasus,
Bireuen dan Banda Aceh masing-masing 27 kasus, dan Lhokseumawe 23 kasus.
Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Aceh, dr Ormaia Nja’
Oemar MKes mengatakan, HIV/AIDS banyak terjadi akibat penyimpangan seksual
yang dilakukan lelaki saat bertugas di luar daerah dan kemudian ditularkan ke
istrinya melalui hubungan seksual. Sehingga, virus itu tidak hanya berdampak pada
istri tapi juga anak yang sedang dikandung atau disusui.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 138

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Human Immunodefisiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan kerusakan
sistem imun dan mneghancurkannya. HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi
yang panjang sehingga menyebabkan timbulnya tanda & gejala AIDS (Nursalam, 2011).
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome ) dapat diartikan sebagai
kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefisiency Virus) yang termasuk famili
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV

3.2 Saran
. Setelah mengetahui pengetahuan tentang Trend dan Isu Keperawatan HIV/AIDS yang
telah diuraikan dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahaminya, karena
sangat penting dalam bidang
Semoga dengan adanya makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman, baik bagi
tenaga kesehatan dan khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan secara professional.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 139

JURNAL PENDUKUNG

Human Immunodeficiency Virus – Acquired


Immunodeficiency Syndrome dengan Sarkoma Kaposi

Riry Febrina Ersha1, Armen Ahmad2

Abstrak
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Sebuah temuan baru
yang mengarah pada pertumbuhan, isolasi dan karakterisasi dari sebuah virus herpes baru yang dikenal dengan kaposi’s sarcoma-
associated herpes virus (KSHV) atau human herpes virus type 8 (HHV-8) dari lesi sarkoma kaposi (SK). Sarkoma kaposi adalah
kanker yang berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Seseorang yang terinfeksi HIV
mempunyai risiko 100 hingga 300 kali lebih sering terkena SK. Lesi awal SK-AIDS tampak sebagai makula keunguan berbentuk
oval kecil yang berkembang dengan cepat menjadi plak dan nodul kecil, yang seringkali timbul di seluruh bagian tubuh dan
memiliki kecenderungan mengalami progresivitas yang cepat. Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki imunokompromais berusia
27 tahun datang dengan keluhan lemah letih lesu dan bentol-bentol berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung dan
belakang telinga sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan adanya HIV-AIDS
dengan TB paru, candidiasis oral dan sarkoma kaposi. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan keluhan dan data klinis
yaitu anti HIV positif dengan CD4 49 u/L dan biopsi kulit dengan hasil sesuai dengan gambaran sarkoma kaposi. Penatalaksanaan
pada pasien ini yaitu dengan pemberian OAT kategori I, ARV dan anti jamur. Pemberian ARV yang adekuat untuk HIV-AIDS
merupakan kunci dalam tatalaksana SK-AIDS.
Kata kunci: sarkoma kaposi, HIV-AIDS

Abstract
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) is an infection caused by Human Immunodeficiency Virus (HIV) that
causes a diseases that attack immune cells. A new finding leads to the growth, isolation and characterization of a new herpes
virus known as kaposi’s sarcoma associated herpes virus (KSHV) or human herpes virus type 8 (HHV-8) from Kaposi’s sarcoma
lesions. Kaposi’s sarcoma (KS) is a cancer develops from cells lining lymph vessels or blood vessels. People infected with HIV
have risk 100 to 300 times affected kaposi’s sarcoma. Initial lesion appear as small oval purple macules and growing rapidly
into small plaque and nodules, and occur in many places of the body and tend to progress rapidly. Reported a case, a 27 years
old immunocompromise man presenting with fatique and reddish purple macules on chest, stomach, Optimal control of HIV
infection with anti retroviral therapy (ARV) is a key of treatment for HIV related KS. Therapy of unextensive lesion of KS, without
proximal edema and without mucosal involvement is more recommended by back of ear since 3 months before admitted to
hospital. Futher examination showed HIV-AIDS with lung TB, oral candidiasis and kaposi’s sarcoma, based on complain and
clinical facts; positif anti HIV with CD4 49 u/L and apropriate skin biopsy. Therapy of this patient are TB drug, ARV and
antifungal. Adequat ARV administration for HIV-AIDS is the key on SK-AIDS management.
Keywords: kaposi’s sarcoma, HIV-AIDS

Affiliasi penulis : 1. Program Studi Pendidikan Profesi 1.3 juta dewasa dan 190.000 anak usia < 15 tahun. Di
Dokter Spesialis-1 Ilmu Penyakit Dalam FK Unand/RSUP
M Djamil Padang 2. Subbagian Penyakit Tropik dan
Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand/RSUP M
Djamil Padang
Korespondensi :pibipd@yahoo.comTelp: 0751-37771

PENDAHULUAN
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
adalah infeksi yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan suatu
penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Diseluruh
dunia pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan
HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta
anak berusia < 15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada
tahun 2013 sebesar 2.1 juta yang terdiri dari 1.9 juta
dewasa dan 240.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 1.5 juta yang terdiri dari

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 140

Indonesia HIV sudah menyebar di 386


kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. 1,2,3
Virus HIV masuk ke dalam tubuh
manusia melalui perantara darah, semen dan
sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus
tergolong retrovirus yang mempunyai materi
genetik RNA yang mampu menginfeksi
limfosit CD4 (Cluster Differential Four),
dengan melakukan perubahan sesuai dengan
DNA inangnya. Virus HIV cenderung
menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4
yang memegang peranan penting dalam
mengatur dan mempertahankan sistem
kekebalan tubuh. Virus juga dapat menginfeksi
sel monosit makrofag, sel Langerhans pada
kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar
limfe, makrofag pada alveoli paru, sel
retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia
otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4
selanjutnya mengadakan replikasi sehingga
menjadi

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 141

banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu SK epidemik atau SK-AIDS merupakan keganasan
sendiri.4 terkait AIDS terbanyak yang ditemukan. Lesi awal SK-AIDS
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV tampak sebagai makula keunguan berbentuk oval kecil yang
disebut sindrom retroviral akut atau Acute Retroviral berkembang cepat menjadi plak dan nodul kecil, yang
Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 seringkali timbul di banyak tempat dan memiliki
dan peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara kecenderungan mengalami progresi yang cepat. Lesi awal
perlahan akan menurun dalam beberapa tahun dengan laju SK-AIDS seringkali muncul di bagian wajah, terutama
penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun pada hidung, kelopak mata, telinga, dan punggung, dan
sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load lesinya mengikuti arah garis kulit dan lesi pada palatum yang
(jumlah virus HIV dalam darah) akan cepat meningkat pada merupakan tanda khas SK terkait AIDS.8
awal infeksi dan pada fase akhir penyakit akan ditemukan Gambaran histopatologis SK tergantung pada
jumlah CD4 stadium perkembangan SK, yaitu dimulai dengan stadium
< 200/mm3 kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, makula, plak, dan terakhir adalah stadium nodular. Sarkoma
berat badan turun secara cepat dan muncul komplikasi kaposi stadium makula, merupakan fase awal dari
neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata perkembangan SK kutaneus. Kesan pertama yang tampak
kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah adalah “busy dermis” atau mungkin bentukan inflamasi
3,7 tahun.4 dermatosis ringan. Sarkoma kaposi nodular menunjukkan
Penularan HIV/AIDS akibat melalui cairan ekspansi dermal yang relatif terbatas, berbagai
tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan proliferasi selular dari sel spindle neoplastik berbentuk
seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum lembaran Stadium plak ditandai dengan infiltrat vaskular
suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dermal yang lebih difus. Banyak saluran vaskular yang
terpotong berisi eritrosit mengisi dermis yang terlibat, dan
dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya.2
didapatkan tanda sel inflamasi kronis dengan kelompok yang
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda vital,
banyak mengandung sel plasma bercampur dengan
berat badan dan tanda-tanda yang mengarah kepada infeksi
oportunistik sesuai dengan stadium klinis HIV. Pada awal siderophage dan pigmen hemosiderin bebas.8
tahun 1980-an, prevalensi SK mulai meningkat drastis dan Kontrol optimal terhadap infeksi HIV dengan
menjadi keganasan paling banyak pada pasien dengan terapi anti-retroviral (ARV) merupakan komponen
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), terutama kunci terapi SK yang berkaitan dengan HIV. Terapi SK
dengan kondisi lesi tidak luas (lesi <25), tanpa edema di
pada laki-laki homoseksual. 2,6
proksimal dan tanpa keterlibatan mukosa lebih dianjurkan
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
dengan pemberian HAART saja. Menurut Guidelines for the
penularan seksual menjadi faktor yang bertanggung
Use of Antiretroviral Agents in HIV-
jawab terhadap SK. Kejadian terakhir menunjukkan bahwa
1-Infected Adults and Adolescents ART (Antiretroviral
SK berhubungan dengan infeksi virus herpes yang dapat
Therapy), terapi ART dimulai pada kondisi CD4 <200
menyebar secara vertikal dan seksual. Sebuah temuan baru
mengarah pada pertumbuhan, isolasi, dan karakterisasi dari cell/uL.8
sebuah virus herpes manusia baru yang sekarang dikenal LAPORAN KASUS
dengan Kaposi’s sarcoma-associated herpes virus (KSHV)
atau Human herpes virus type 8 (HHV-8) dari lesi SK. DNA Seorang pasien laki-laki 27 tahun dirawat di
dari HHV-8 ini ditemukan pada hampir semua spesimen bangsal Ilmu Penyakit Dalam RSUP M Djamil Padang
SK tipe klasik, SK endemik, dan SK iatrogenik, seperti dengan keluhan utama lemah letih lesu meningkat sejak 1
halnya pada SK epidemik. Saat ini dipercaya bahwa HHV-8 minggu sebelum masuk rumah sakit. Bentol- bentol
diperlukan, namun tidak cukup untuk menyebabkan SK dan berwarna merah keunguan di dada, perut, punggung dan
bahwa faktor-faktor lain seperti imunosupresi juga ikut belakang telinga sejak 3 bulan yang lalu, demam sejak
3 bulan yang lalu, sering berkeringat pada malam
berperan. 6,7
hari, batuk sejak 3 bulan yang lalu, penurunan nafsu
Sarkoma kaposi adalah kanker yang
makan, penurunan berat badan drastis, bercak keputihan
berkembang dari sel-sel yang melapisi kelenjar getah bening
pada lidah dan mulut, dan pucat. Pasien belum menikah
atau pembuluh darah. Sarkoma kaposi seringkali muncul
dan bekerja sebagai pelayan rumah makan di Jakarta
sebagai tumor pada kulit atau pada permukaan mukosa,
selama 5 tahun. Riwayat seks bebas dengan wanita tuna
seperti di dalam mulut. Pada populasi dengan HIV negatif,
susila mulai umur 22 tahun, sering berganti pasangan dan
SK jarang didapatkan. Seseorang yang terinfeksi HIV
terakhir seks bebas 6 bulan yang lalu. Vital sign pasien
mempunyai risiko 100 hingga 300 kali lebih sering terkena
saat dirawat dalam batas normal kecuali suhu
SK dibandingkan populasi dengan HIV negatif. Seseorang
37,8o C. Pada pemeriksaan mata didapatkan
dengan HIV positif tanpa adanya HHV-8 tidak akan
konjungtiva anemis, dan pada mata kanan terdapat massa
berkembang menjadi SK. Sebaliknya, pada orang dengan
batas tegas berwarna merah kecoklatan di forniks posterior.
HIV negatif yang terinfeksi HHV-8, bisa berkembang
Pada pemeriksaan kulit terdapat plak
menjadi SK, seperti pada pada SK tipe klasik.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 142

dan nodul berwarna merah keunguan di perut, dada,


punggung dan belakang telinga dengan ukuran rata- rata
2x1x0,5 cm. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara nafas
bronkovesikuler dan ronki basah halus nyaring di kedua
lapangan paru.
Dari hasil laboratorium didapatkan Hb 8,6 gr/dl,
leukosit 3920/mm3, hematokrit 30% dan trombosit
189.000/mm3, LED 115 mm. Pasien ditegakkan dengan
diagnosa kerja primer HIV-AIDS dengan TB paru,
sarkoma kaposi dan candidiasis oral dan diagnosa sekunder
anemia ringan mikrositik hipokrom ec penyakit kronis.
Paien direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan rontgen
thorax, rapid test HIV, HbsAg, anti HCV, CD4, BTA I, II,
III, gene xpert dan biopsi kulit.
Pada pemeriksaan rontgen thorax didapatkan
kesan TB paru. Hasil pemeriksaan rapid test HIV didapatkan
positif, HbsAg negatif dan anti HCV negatif, BTA I, Gambar 3. Sarkoma Kaposi pada Punggung
II dan III negatif dan gene xpert negatif. Hasil CD4 49 sel
u/L. Hasil biopsi kulit didapatkan kesan sarkoma kaposi.
Pasien ditatalaksana dengan pemberian OAT kategori I yaitu
isoniazid 1x300 mg, rifampisin 1x450 mg, pirazinamid
1x1000 mg. etambutol 1x750 mg dan B6 1x1 tablet, ARV 2
minggu setelah OAT, anti jamur yaitu fluconazole 1x150
mg, kotrimoksazol 1x960 mg dan kloramfenikol eye drop
3x1 tetes.

Gambar 4. Sarkoma Kaposi pada Mata

Gambar 1. Rontgen Thorax

Gambar 5. Sarkoma Kaposi di Belakang Telinga

PEMBAHASAN
Telah dirawat seorang pasien laki-laki usia 27
tahun di bangsal penyakit dalam RSUP DR. M. Djamil
dengan diagnosis akhir HIV AIDS dengan TB Paru, sarkoma
kaposi, candidiasis oral dan anemia. Diagnosis HIV/AIDS
pada pasien ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Gejala
Gambar 2. Sarkoma Kaposi pada Perut klinis yang ditemui pada pasien ini adalah lemah letih lesu
yang sudah dirasakan sejak 3 bulan ini, kehilangan BB
+10 kg.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 143

Penurunan berat badan yang dialami oleh pasien ini adalah lebih dianjurkan dengan pemberian HAART (Highly
hal yang umum pada pasien dengan HIV. Beberapa Active Antiretroviral Therapy) saja.
penelitian menyatakan bahwa 20% pasien HIV mengalami
DAFTAR PUSTAKA
penurunan berat badan. Penurunan berat badan pada
pasien ini dapat disebabkan oleh malnutrisi (tidak 1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia.
mengkonsumsi makanan yang cukup), malabsorpsi Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid I.
(kerusakan pada usus yang disebabkan HIV yang Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2015.
mengganggu absorpsi. 2. Alwi I, Simon S, Rudy H, Juferdi K, Dicky L.
Diagnosis TB paru pada pasien ditegakan Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam
berdasarkan klinis dan secara radiologis. Diagnosis TB Panduan Praktek Klinis. Jakarta: Interna Publishing
Paru pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
adanya batuk kronik, keringat malam dan demam. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemeriksaan fisik ditemukannya ronkhi basah halus nyaring Situasi dan Analisis HIV AIDS di Indonesia
pada lapangan basal paru, pemeriksaan penunjang yaitu (internet). Jakarta: Kementrian Kesehatan
LED yang meningkat dan hasil ekspertise rontgen toraks Republik Indonesia; 2016. Available from:
PA yaitu suspek
TB Paru. Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/17
Gene Xpert tetapi hasilnya negatif. Pemberian OAT 020100001/situasi-penyakit-hiv-aids-di-
baik pada pasien HIV (+) maupun HIV (-) adalah indonesia.html.
sama. Pasien diberikan terapi OAT kategori I yaitu 4. Pinsky L, Douglas PH. The Columbia University
Isoniazid 1x3000 mg po, Rifampisin 1x450 mg po, Handbook on HIV and AIDS. Columbia:
Etambutol 1x750 mg po dan Pirazinamid 1x1000 mg Columbia University; 2009.
po dan vitamin B6 1x1 tab po. 5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Pada pasien ini juga ditemukan plak dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
nodul yang berwarna merah keunguan di daerah Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Tata
dada, perut, punggung, belakang telinga, dan mata. Laksana Klinis Ko-Infeksi TB-HIV. Jakarta:
Pada pasien dilakukan biopsi kulit dan didapatkan Kementerian Kesehatan RI; 2012
hasil jaringan permukaan kulit dengan permukaan 6. Geraminejad P, Memar O, Aronson I, Rady PI,
dilapisi epitel berlapis gepeng. Dibawahnya tampak Hengge U, Tyring SK. Kaposi’s sarcoma and
stroma jaringan ikat yang terdiri dari rongga yang Other Manifestations of Human Herpesvirus 8. J
dilapisi sel sel berbentuk spindle yang mencurigakan Am Acad Dermatol 2002; 47:641-55.
sebagai sel endotel. Mitosis sukar ditemukan. 7. Thomas S, Java A. HIV-associated Kaposi’s
Gambaran ini dapat ditemukan pada suatu sarkoma sarcoma. Hospital Physician. 2000; 36: 22-32.
Kaposi. 8. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Pasien ditatalaksana dengan minum OAT Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s dermatology in
kategori I selama 2 minggu kemudian dilanjutkan
dengan pemberian obat ARV. Pemeriksaan fungsi hati pada general medicine. 8th edition.
pasien dengan koinfeksi tuberkulosis dan harus dilakukan New York: McGraw-Hill Companies;
pada bulan pertama dan kedua pemberian OAT untuk 2012. p.1481-8.
mengurangi resiko hepatotoksik imbas obat khususnya
pada pasien yang awalnya sudah mengalami peningkatan
fungsi hati, usia tua dan BMI rendah.

SIMPULAN
Sarkoma kaposi (SK) adalah kanker yang
berkembang dari sel-sel yang melapisi pembuluh kelenjar
getah bening atau pembuluh darah. Sarkoma kaposi
seringkali muncul sebagai tumor pada kulit atau pada
permukaan mukosa. Sarkoma kaposi berhubungan dengan
infeksi virus herpes yang dapat menyebar secara vertikal
dan seksual. Seseorang yang terinfeksi HIV mempunyai
risiko 100 hingga 300 kali lebih sering terkena SK
dibandingkan populasi dengan HIV negatif. Kontrol optimal
terhadap infeksi HIV dengan terapi anti-retroviral (ARV)
merupakan komponen kunci terapi SK yang berkaitan
dengan HIV. Terapi SK dengan kondisi lesi tidak luas, tanpa
edema di proksimal dan tanpa keterlibatan mukosa

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement 3)

Anda mungkin juga menyukai