PERSALINAN NORMAL
A. LATAR BELAKANG
Mortalitas dan morbiditas padaa wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Kematian pada saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak
produktivitasnya. Menurut Organisasi Dunia atau World Health Organization
(WHO) menjelaskan bahwa angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN
lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti
ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektip untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu
diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanaakan
konplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan
jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
kebersihan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada
menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting
pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah
proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan
serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan.
B. PENGERTIAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan
plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (
sulisyawati, 2010: hal 4).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu ( Mitayani, 2012).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2011).
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya
bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam. Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap ( Hafifah, 2011).
C. ANATOMI FISIOLOGI
Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan
organ reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak
terpisahkan. Organ reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen,
meliputi sepasang ovarium dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur
(oviduct/tuba falopii), rahim (uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar
meliputi mons veneris, klitoris, sepasang labium mayora dan sepasang labium
minora.
Gambar 1. Organ Interna Wanita
1. Organ reproduksi bagian dalam
a. Ovarium.
Jumlah sepasang, bentuk oval dengan panjang 3-4 cm, menggantung
bertaut melalui mesentrium ke uterus. Merupakan gonade perempuan
yang berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon
kelamin perempuan yaitu estrogen dan progesteron
b. Tuba falopii/oviduct (saluran telur)
Tuba falopii terdiri atas :
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai fimbrae.
c. Uterus (rahim)
Jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah pir,
bagian bawah mengecil disebut cervix. Uterus merupakan tempat
tumbuh dan berkembangnya embrio, dindingnya dapat mengembang
selama kehamilan dan kembali berkerut setelah melahirkan. Dinding
sebelah dalam disebut endometrium, banyak mengasilkan lendir dan
pembuluh darah. Endometrium akan menebal menjelang ovulasi dan
meluruh pada saat menstruasi.
d. Vagina
Merupakan akhir dari saluran reproduksi wanita. Suatu selaput
berpembuluh darah yang disebut hymen menutupi sebagian saluran
vagina. Membran ini dapat robek akibat aktivitas fisik yang berat atau
saat terjadi hubungan badan. Vagina berfungsi sebagai alat kopulasi
wanita dan juga sebagai saluran kelahiran. Dindingnya berlipat-lipat,
dapat mengembang saat melahirkan bayi.
2. Organ reproduksi bagian luar
a. Mons veneris
Merupakan bagian yang tebal dan banyak mengandung jaringan
lemak terletak pada bagian paling atas dari vulva.
b. Labium mayora
Jumlah sepasang, merupakan suatu lipatan tebal yang mengelilingi
vagina dan ditumbuhi rambut
c. Labium minora
Labium minora menyatu di bagian atas membentuk clitoris.
Labium minora mengelilingi vestibulum, suatu tempat dimana terdapat
lubang uretra di bagian atas dan lubang vagina di bagian bawah.
d. Clitoris
Berupa sebuah tonjolan kecil, merupakan bagian yang paling peka
terhadap rangsang karena banyak mengandung saraf (Bobak, 2010).
D. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain:
1. Teori oxytocin :Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh
karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
2. Keregangan otot-otot: Seperti halnya dengan kandung kencing dan
lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim,
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot
rahim makin rentan.
3. Pengaruh janin: Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa.
4. Teori Plasenta Menjadi Tua: Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan konstraksi rahim.
5. Teori Iritasi Mekanik: Di belakang servik terlihat ganglion servikale
(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya
oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
E. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin,
dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan
SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi
kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan
rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan
terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir
kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding
menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan
jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat
menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka
produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan, sehingga
hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
pathway
F. MANIFESTASI KLINIS
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut
kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa
bercamput darah (bloody show).
Tanda –Tanda inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, seringdan teratur
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar
G. KOMPLIKASI
1. Persalinan lama
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Malpresentasi dan malposisi
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
6. Persalinan dengan parut uterus
7. Gawat janin
8. Prolapsus tali pusat, Demam dalam persalinan
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ,
daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus
kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang
sama.
I. PENATALAKSANAAN
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan
presentasi terendah dan kemajuan persalinan, serta perineum.
2. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap pendarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan keadaan umum
b. Kontraksi rahim
c. Letakan bayi yang telah dibersihkan sebelah ibu
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosostro. (2011). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Kala I
a. Pengkajian
1) Anamnesa
- Nama, umur, dan alamat
- Gravida dan para
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Riwayat alergi obat
- Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah
gerakan bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah?
Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya?
Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan
ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?
- Riwayat kehamilan sebelumnya
- Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
- Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau
nyeri epigastrium)
2) Pemeriksaan fisik
- Minta mengosongkan kandung kemih
- Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
- Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
3) Pemeriksaan abdomen
- Menentukan tinggi fundus
- Kontraksi uterus
- Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
- Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
- Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
- Menentukan penurunan bagian terbawah janin
4) Pemeriksaan dalam
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk
rongga panggul
- Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam
kehamilan muda
2. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi
akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama
persalinan
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
Tujuan : diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya
Kriteria evaluasi : ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses
fisiologis persalinan
Intervensi:
a. Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi,
intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan
ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
b. Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialam
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda–beda tiap
individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya,
pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional termasuk orang
yang diinginkan
c. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri
Rasional: mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan
d. Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional: tidak menambah nyeri klien
e. Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola
pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan
Rasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh
ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa
nyerinya
3. Kala III
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama
melahirkan/pemindahan, kesulitan dengan plasenta.
Tujuan : diharapkan tidak terjadi cedera maternal
Kriteria evaluasi:
- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
- Kesadaran pasien bagus.
Intervensi :
1. Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.
2. Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.
R/ Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
3. Kaji irama pernapasan dan pengembangan.
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan
amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli
paru.
4. Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik,
berikan pembalut perineal steril.
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat
mengakibatkan infesi saluran asenden selama periode pasca
partum.
5. Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan
darah.
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima
imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca partum.
4. Kala IV
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …
diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang
Kriteria Evaluasi :
- Pasien melaporkan nyeri berkurang
- Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks
- Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)
Intervensi :
1. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat
kejadian intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau
analgesia
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang
memperberat ketidaknyamanan nyeri
2. Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama
periode pascapartum
Rasional : Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa
takut tentang ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi
nyeri
3. Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan
perbaikan luka, perhatikan adanya edema, hemoroid
Rasional : Trauma dan edema meningkatkan derajat
ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan stress pada garis jahitan
4. Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya
faktor-faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
Rasional : Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi
tidak seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan.
Multipara, distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan
menyusui meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan
kontraksi miometrium
5. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi
Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan
beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan afterpain (kontraksi)
dan masase fundus