Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH PEMBERIAN BUAH ALPUKAT (PERSEA

AMERICANA MILL) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA


PRA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI RW 08 WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIMAHI UTARA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S-1)

OLEH:
DIANA ARYMAYA
213115107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019

i
PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan

Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pada tanggal 29 Mei 2019

“Pengaruh Pemberian Buah Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Tekanan


Darah pada Pra Lansia Dengan Hipertensi Di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas
Cimahi Utara”

Nama Mahasiswa : Diana Arymaya

NPM : 213115107

Mengesahkan

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

Pembimbing I Pembimbing II

Musri, S.Kp.MN Evangeline H,S.Kp.,M.Kep

Penguji I Penguji II

Ismafiaty S.Kep.,Ners.M.Kep Argi Virgona Bangun S.Kp.,M.Kep

Mengetahui

Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

Ketua

Achmad Setya Roswendi, S.Kp.,MPH

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Buah


Alpukat (Persea Americana Mill) Terhadap Tekanan Darah pada Pra Lansia
dengan Hipertensi di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara” ini,
sepenuhnya adalah karya saya. Tidak ada bagian di dalamnya dari karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan.

Atas perhatian ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Cimahi, Mei 2019

Yang membuat pernyataan

Diana Arymaya

iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019

DIANA ARYMAYA

PENGARUH PEMBERIAN BUAH ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL)


TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI RW
08 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI UTARA

XIII + 90 halaman + 7 tabel + 15 lampiran

ABSTRAK
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas 2018 mencapai 34,11%.
Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat menurunkan tekanan darah adalah
terapi buah alpukat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh buah
alpukat terhadap tekanan darah pada pra lansia dengan hipertensi.

Metode yang digunakan adalah quasi eksperimental dengan rancangan non


equivalent control group design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 sampel
yang terdiri dari 16 responden kelompok intervensi dan 16 responden kelompok kontrol
yang diperoleh dengan teknik consecutive sampling. Kelompok intervensi diberi buah
alpukat sebanyak 200 gram 1 kali sehari selama 7 hari, sedangkan kelompok kontrol
diberikan obat captropil dan air putih. Pada penelitian ini menggunakan instrumen
Spigmomanometer Digital Omron. Analisa univariat menggunakan mean dan bivariat
menggunakan uji t-independent.

Hasil penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sesudah pemberian


pada kelompok intervensi dengan selisih 20,57 mmHg dan kelompok kontrol dengan
selisih 3,07 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sesudah pemberian
pada kelompok intervensi dengan selisih 11,5 mmHg dan kelompok kontrol dengan
selisih 4.12 mmHg. Hasil uji t-dependent didapatkan 𝜌 value sistolik dan diastolik pada
kedua kelompok sebesar 𝜌 value 0,000 dan 𝜌 value 0,000 (𝛼 ≤ 0,05), dan hasil uji t-
independent didapatkan 𝜌 value sistolik dan diastolik sesudah pada kedua kelompok
sebesar 0,000 dan 𝜌 value 0,000 (𝛼 ≤ 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan ada
perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian ini buah alpukat terbukti dapat menurunkan tekanan darah
pada pra lansia . Saran bagi penderita hipertensi untuk untuk mengkonsumsi buah
alpukat sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan
darahnya.

Kata kunci : Buah alpukat, Hipertensi, Pra Lansia


Kepustakaan : 38, 2009-2019

iv
STUDY PROGRAMME OF NURSING SCIENCE (S-1)
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019

DIANA ARYMAYA

THE EFFECT OF AVOCADO FRUIT (PERSEA AMERICANA MILL) ON BLOOD


PRESSURE ON PRE ELDERLY WITH HYPERTENSION IN WORKING AREA OF
COMMUNITY CENTER 08 NORTH CIMAHI

XIII + 90 pages + 7 tables + 15 attachments

ABSTRACT
The prevalence of hypertension in Indonesia according to Riskesdas 2018
reaches 34.11%. One of the non-pharmacological therapies that can lower blood
pressure is avocado fruit. The purpose of this study was to determine the effect of
avocado fruit on blood pressure in pre elderly with hipertension.

The method used was quasi experimental with a non equivalent control group
design. The sample in this study were 32 samples consisting of 16 respondents in the
intervention group and 16 respondents in the control group obtained by consecutive
sampling technique. The intervention group was given 200 grams of avocado once a
day for 7 days, while the control group was given captropil and water. In this study
using the Omron Digital Sphygmomanometer instrument. Univariate analysis uses the
mean and bivariate using the t-independent test.

The results showed an average systolic blood pressure after administration in


the intervention group with a difference of 20.57 mmHg and the control group with a
difference of 3.07 mmHg, while the average diastolic blood pressure after
administration in the intervention group with a difference of 11.5 mmHg and group
control with a difference of 4.12 mmHg. The t-dependent test results obtained ρ systolic
and diastolic values in both groups of ρ value 0,000 and ρ value 0,000 (α ≤ 0,05), and
the t-independent test results obtained ρ after systolic and diastolic values in both
groups of 0,000 and ρ value 0,000 (α≤ 0.05) thus it can be concluded that there are
differences in systolic and diastolic blood pressure in the intervention group and the
control group.

From the results of this study, avocados have been shown to reduce average
blood pressure. Suggestions for people with hypertension to consume avocados as
one of the non-pharmacological therapies to reduce blood pressure.

Keywords : Avocado fruit, Hypertension, Pre Elderly


Literature : 38 (2009-2018)

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah menciptakan langit dan bumi beserta ilmu pengetahuan di dalamnya, atas

berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikannya dengan judul “Pengaruh Pemberian Buah Alpukat terhadap

Tekanan Darah pada Pra Lansia Penderita Hipertensi di RW 08 Wilayah kerja

Puskesmas Cimahi Utara”. Peneliti dalam penelitian ini banyak mendapatkan

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung, maka dari itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sedalam-

dalamnya kepada :

1. Gunawan Irianto, dr.,M.Kes., (MARS) selaku Ketua Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi

2. Achmad Setya Roswendi, S.Kp., M.P.H selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

3. Dr. Irene Herdi selaku Kepala Puskesmas Cimahi Utara yang telah

bersedia menerima penulis melakukan pengumpulan data dan penelitian.

4. Lilis Rohayani, S.Kep.Ns., M.Kep selaku koordinator mata kuliah sripsi

program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani

Cimahi

5. Musri S.Kp.MN selaku pembimbing I yang telah memberikan masukan dan

arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Evangeline H, S.Kp.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan

masukan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

vi
7. Dosen pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Stikes Jenderal

Achmad Yani Cimahi.

8. Ibu, Bapak, dan Saudara-Saudara tercinta atas segala dukungan baik moril

maupun materiil yang diberikan beserta segala perhatiannya.

9. Teman – temanku atas dukungan dan motivasi disaat senang maupun

sulit.

10. Teman – teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Stikes

Jenderal Achmad Yani Cimahi dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu.

Semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah memberikan

kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini jauh dari sempurna, penulis

berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan bagi profesi

keperawatan.

Cimahi, Mei 2018

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ................................................................................................... ii

PERNYATAAN ................................................................................................... iii

ABSTRAK .......................................................................................................... iv

ABSTRACT ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum .................................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .................................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
1. Manfaat teoritis .................................................................................................. 9
2. Manfaat Praktis ................................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

A. Konsep Pra Lansia .............................................................................................. 10


1. Pengertian Pra Lansia.................................................................................... 10
2. Klasifikasi Usia ................................................................................................ 11
3. Adaptasi perubahan Fisiologis dalam proses penuaan ........................... 11
4. Ciri-ciri pra lansia ............................................................................................ 12
5. Fisiologi pada lansia ....................................................................................... 13
6. Perkembangan pada pra lansia.................................................................... 19

viii
7. Perubahan pada pra lansia ........................................................................... 19
B. HIPERTENSI ........................................................................................................ 20
1. Definisi .............................................................................................................. 20
2. Klasifikasi ......................................................................................................... 21
3. Etiologi .............................................................................................................. 21
4. Faktor Risiko .................................................................................................... 22
5. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 24
6. Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 25
7. Patofisiologi...................................................................................................... 26
8. Pathway ............................................................................................................ 29
9. Komplikasi ........................................................................................................ 30
10.Penatalaksanaan ............................................................................................ 31
C. Tekanan Darah .................................................................................................... 33
1. Definisi .............................................................................................................. 33
2. Faktor-Faktor yang MempengaruhiTekanan Darah .................................. 34
3. Cara Pengukuran Tekanan Darah ............................................................... 36
4. Teknik Pengukuran Tekanan Darah ............................................................ 36
D. ALPUKAT .............................................................................................................. 36
1. Definisi .............................................................................................................. 36
2. Morfologi........................................................................................................... 37
3. Manfaat Alpukat .............................................................................................. 37
4. Kandungan Alpukat yang dapat menurunkan tekanan darah ................. 39
5. Kandungan yang Terdapat Pada Alpukat ................................................... 41
6. Pengaruh Pemberian Alpukat terhadap Tekanan Darah.......................... 42
E. KERANGKA TEORI ............................................................................................ 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 48

A. Metodologi Penelitian .......................................................................................... 48


1. Paradigma Penelitian .................................................................................... 48
2. Rancangan Penelitian .................................................................................... 50
3. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 51
4. Variabel Penelitian .......................................................................................... 52

ix
5. Definisi Operasional ....................................................................................... 53
B. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 54
1. Populasi ............................................................................................................ 54
2. Sampel Penelitian ........................................................................................... 54
C. Pengumpulan Data .............................................................................................. 57
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 57
2. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 59
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian..................................... 60
D. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 60
1. Tahap Persiapan Penelitian .......................................................................... 61
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 61
3. Tahap akhir ...................................................................................................... 63
E. Pengolahan Data dan Analisi Data ................................................................... 63
1. Pengolahan Data ............................................................................................ 63
2. Analisis Data .................................................................................................... 64
F. Etika Penelitian .................................................................................................... 68
G. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................. 70
1. Lokasi ............................................................................................................... 70
2. Waktu ................................................................................................................ 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 71

A. Hasil Penelitian .................................................................................................... 71


B. Pembahasan ........................................................................................................ 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 85

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 85
B. Saran ..................................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC ................................................... 21

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Alpukat Tiap 100 gr .................................................. 41

Tabel 3.3 Definisi Operasional .......................................................................... 52

Tabel 4.1 Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi Sebelum
dan Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat (Persea Americana Mill)
pada Kelompok
Intervensi..............................................................................................70

Tabel 4.2 Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi Sebelum
dan Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat (Persea Americana Mill)
Pada Kelompok Kontrol.......................................................................71

Tabel 4.3 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sesudah Mengkonsumsi Buah


Alpukat (Persea Americana Mill) pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol.................................................................................72

Tabel 4.4 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sesudah Mengkonsumsi Buah


Alpukat (Persea Americana Mill) pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol.................................................................................74

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi ........................................................................... 29

Bagan 2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 47

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 49

Bagan 3.2 Rancangan Penelitian ....................................................................... 50

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Kantor Kesatuan Bangsa

Lampiran 2. Surat Persetujuan Revisi Proposal.

Lampiran 3. Surat Informed Consent

Lampiran 4. SOP Pengukuran Tekanan Darah

Lampiran 5. SOP Pemberian Buah Alpukat

Lampiran 6. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7. Lembar Observasi Tekanan Darah Kelompok Intervensi

Lampiran 8. Lembar Observasi Tekanan Darah Kelompok Kontrol

Lampiran 9. Surat perihal Rekomendasi Penelitian – Kantor Kesatuan Bangsa

Lampiran 10. Surat perihal Izin Penelitian – Kepala Badan Kesatuan Bangsa
Kota Cimahi

Lampiran 11. Surat perihal Izin Penelitian – Dinas Kesehatan Pemerintah Kota
Cimahi

Lampiran 12. Surat Balasan Penelitian Puskesmas Cimahi Utara

Lampiran 13. Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 14. Surat perihal Persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 15. Lembar Monitoring Bimbingan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri dengan tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi

yang disebut tekanan sistolik, tekanan terendah pada saat jantung

istirahat disebut dengan tekanan diastolik dengan nilai rata-rata tekanan

darah normal yaitu sistole 120 mmHg dan diastole 80 mmHg (Bare, 2010)

Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah dan jantung

yang menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen yang dibawa oleh darah

terhambat untuk mencapai ke jaringan tubuh yang membutuhkan

sehingga dapat terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal yang

ditunjukkan oleh angka sistole lebih dari 140 mmHg dan angka diastole

lebih dari 90 mmHg (Pudiastuti, 2011).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri yang terkadang berlangsung tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung, kerusakan ginjal, dan lain-lain. (Purwanto, 2012).

1
2

Hipertensi sering disebut “silent killer” atau penyakit diam-diam

karena seringkali penderita hipertensi dalam jangka waktu bertahun-tahun

tidak merasakan gejala. Jika adapun salah satu gejala yang ditimbulkan

akibat hipertensi seperti pusing, gangguan penglihatan, sakit kepala,

mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, dan sesak napas. Gejala

tersebut biasanya terjadi jika hipertensi sudah lanjut dalam waktu yang

lama sehingga tanpa disadari penderita hipertensi mengalami komplikasi

pada organ vital seperti jantung, otak maupun ginjal (Triyanto, 2014).

Hipertensi dapat menjadi salah satu penyebab utama dari stroke,

serangan jantung dan gagal ginjal. Faktor pemicu terjadinya hipertensi

meliputi beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol seperti faktor

keturunan, jenis kelamin dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol

seperti stres, obesitas, dan gaya hidup seperti kurang olahraga, merokok

serta konsumsi garam berlebihan dan konsumsi alkohol (Kholish, 2011)

World Health Organization (dalam Triyanto, 2014) memperkirakan

jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah

penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2025

mendatang diperkirakan sekitar 1,15 miliyar atau sekitar 29% dari total

penduduk dunia terkena hipertens. Sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi terjadi terutama di negara-negara berkembang termasuk

Indonesia.

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas 2018

mencapai 34,11% atau sebanyak 658.201 jiwa. Hipertensi jika tidak

ditangani akan mengakibatkan komplikasi seperti penyakit jantung


3

koroner, gagal ginjal kronis dan stroke (Kemenkes, 2018). Terdapat 5

provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi yaitu, Kalimantan selatan

sebanyak 44.13%, Jawa Barat 39.60%, Kalimantan Timur 39,30%, Jawa

Tengah 37.57% dan Kalimantan Barat 36.99%. Provinsi Jawa Barat

menempati urutan ke dua dengan kasus hipertensi terbanyak, hal itu

disebabkan antara lain faktor gaya hidup yang tidak sehat seperti

seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam,

kurangnya dukungan keluarga dalam melakukan diet rendah garam,

kurangnya aktivitas fisik, kurangnya pengetahuan mengenai gejala awal

dan kurangnya akses perawatan medis untuk melakukan pencegahan

secara teratur (Kemenkes, 2018).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2013) klasifikasi lansia terdiri

dari pra lansia yang berusia 40-59 tahun dan lansia berusia 60 tahun

keatas, Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan, Lansia Potensial yaitu lansia yang

masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang atau jasa, Lansia tidak potensial yaitu lansia yang

tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada

oranglain.

Menurut Depkes RI (2013) pra lansia yaitu seseorang yang

berusia antara 45-59 tahun di mana proses penuaan merupakan proses

yang terjadi secara alamiah setelah melewati tiga tahap kehidupan yaitu

masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak dapat dihindari dari

setiap individu. Dengan bertambahnya usia secara anatomi maupun

fisiologi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur


4

dan fisiologis dari berbagai sel atau jaringan dan sistem tubuh manusia.

Proses ini menyebabkan kemunduran fisik yang ditandai dengan rambut

memutih, kulit mengendur, penglihatan memburuk, gerakan melambat,

penurunan pendengaran dan adanya kelainan dalam berbagai fungsi

organ vital (Mubarak, dkk, 2009).

Masalah kesehatan yang terjadi pada pra lansia merupakan

gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat dari penyakit dan

proses-proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan

struktur dan fungsi tubuh, sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan

yang diderita. Seiring bertambahnya usia fungsi fisiologis mengalami

penurunan akibat dari proses degeneratif atau penuaan sehingga

mengakibatkan penyakit tidak menular akan sering muncul pada usia

lanjut (Kemenkes RI, 2018).

Penatalaksanaan yang ditujukan bagi penderita hipertensi dibagi

menjadi dua yaitu farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi

terdapat beberapa golongan obat anti hipertensi yaitu : diuretik, beta

blocker, ACE inhibitor, angiotensin II receptor blockers (ARBs), calcium

channel blockers (CCBs) alpha blokers, clonidine, dan vasodilator

(Martuti, 2009).

Terapi non farmakologi yang dapat mengontrol dan

mengendalikan tekanan darah yang digunakan sebagai antihipertensi

yaitu dengan tanaman obat atau herbal. Beberapa contoh tumbuhan

herbal yang berkhasiat menurunkan tekanan darah seperti bawang putih,


5

mentimun, tomat, seledri, daun salam, mengkudu, alpukat, semangka,

melon, dan lain-lain (Junaedi, Yulianti, & Rinata, 2013).

Terapi non farmakologi dapat juga dilakukan dengan

mengkonsumsi buah yang mengandung kalium, salah satunya adalah

adalah buah alpukat (Persea americana mill). Buah ini dapat membantu

mengendalikan tekanan darah tinggi dengan meningkatkan sekresi

natrium dan menekan sekresi renin yang menyebabkan dilatasi arteri dan

mengurangi respon terhadap vasokontriksi pembuluh darah. Selain zat

kalium di dalam buah alpukat juga mengandung MUFA (Monounsatured

Fatty Acid) yang berperan untuk menurunkan kadar trigliserida dan

kolesterol LDL dalam darah. Kandungan niasin yang terdapat dalam

buah alpukat juga berfungsi untuk meningkatkan kolesterol HDL dalam

darah (Andi, 2013)

Selain zat kalium yang dapat berfungsi sebagai pengendali

hipertensi, terdapat juga zat flavonoid yang terkandung di dalam buah

alpukat. Senyawa flavonoid bermanfaat untuk melancarkan peredaran

darah ke seluruh tubuh dengan menghambat pembentukan angiotensin II

dari angiotensin I. Berkurangnya angiotensin II akan terjadi efek

vasokontriksi dan sekresi aldosteron semakin berkurang untuk reabsorbsi

natrium dan air sehingga tekanan darah menurun. Selain itu flavonoid

dapat mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah,

mengurangi kandungan kolesterol dan mengurangi lemak pada dinding

pembuluh darah serta mengurangi risiko penyakit jantung koroner

(Apriyanti, 2012).
6

Berdasarkan penelitian (Dovan, Mohammad, & Susi, 2015 ) yang

dilakukan terhadap 30 responden yang menderita hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Wringinagung Jember didapatkan hasil tekanan darah

sebelum mengkonsumsi buah alpukat dengan rata-rata tekanan darah

sistolik 157,50 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik 86,00 mmHg.

Sementara itu setelah mengkonsumsi buah alpukat rata-rata tekanan

darah sistolik 152,66 dan tekanan darah diastolik 83,16 mmHg. Maka

dapat disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah selama diberikan

buah alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas Wringinagung Jember.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan 2 hari pada

tanggal 29 dan 30 Januari 2019 di Wilayah Puskesmas Cimahi Utara,

dari hasil observasi yang dilakukan melalui teknik door to door di RW 08

Cimahi Utara berdasarkan data dari Puskesmas didapatkan data dengan

jumlah populasi 124 orang, dan yang lebih banyak mengalami hipertensi

derajat 1 adalah pada kelompok usia 45-59 tahun. Dari hasil wawancara

yang dilakukan pada 10 responden yang menderita hipertensi, 9

responden mengatakan tidak mengetahui terapi buah alpukat dapat

menurunkan tekanan darah sebagai terapi komplementer, dan 1

responden mengetahui bahwa mengetahui terapi buah alpukat dapat

menurunkan tekanan darah. Selain menggunakan obat yang diberikan

oleh Puskesmas seperti amlodipine dan captropil responden juga

mengatakan sering mengkonsumsi tanaman herbal seperti seledri,

mengkudu, bawang putih, daun salam dan mentimun sebagai tanaman

herbal yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi ketika gejala seperti

sakit kepala muncul. Adapun hasil wawancara responden yang


7

mengkonsumsi tanaman herbal di atas responden mengatakan setelah

mengkonsumsi tanaman herbal, gejala yang ditimbulkan dari hipertensi

seperti sakit kepala, nyeri di daerah dada, denyut jantung tidak teratur

berkurang dengan mengkonsumsi tanaman herbal tersebut.

Keunggulan pemberian buah alpukat dibandingkan terapi herbal

lainnya yaitu buah alpukat buah alpukat yang enak rasanya, tidak

mengenal musim panen, dapat dikonsumsi langsung maupun dijus,

harganya terjangkau, mudah didapatkan dan mengandung beberapa

vitamin yang mempunyai banyak manfaat salah satunya dapat

menurunkan tekanan darah.

Peran perawat dalam hal ini adalah sebagai educator atau

memberikan informasi kepada pasien hipertensi untuk meningkatkan

pengetahuannya mengenai terapi non farmakologis salah satunya

pemberian buah alpukat yang dapat menurunkan tekanan darah.

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian “Pengaruh Pemberian Buah Alpukat terhadap

perubahan Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi” sebagai

salah satu pengobatan komplementer bagi penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut, “apakah ada pengaruh pemberian

alpukat terhadap tekanan darah pada pra lansia penderita hipertensi?”.


8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian

buah alpukat terhadap tekanan darah pada pra lansia penderita

hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang hendak dicapai melalui penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

a. Mengetahui rerata tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian buah alpukat pada kelompok intervensi.

b. Mengetahui rerata tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian air putih dan obat pada kelompok kontrol.

c. Menganalisa beda tekanan darah sebelum dan sesudah

pemberian buah alpukat pada kelompok intervensi dan rerata

tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian air putih dan

obat pada kelompok kontrol.

d. Menganalisa beda tekanan darah sesudah pemberian buah

alpukat pada kelompok intervensi dan tekanan darah sesudah

pemberian air putih pada kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian, adalah sebagai berikut :


9

1. Manfaat teoritis

a. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi referensi penelitian terdahulu yang dapat memperkuat

penelitian dan menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya

sehingga dapat dikembangkan khususnya dalam memberikan

asuhan keperawatan pada penderita hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lahan Penelitian

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang upaya

menangani hipertensi pada pra lansia dengan menggunakan

terapi pemberian buah alpukat.

b. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman secara

langsung untuk mengaplikasikan teori yang telah didapatkan

mengenai terapi pengaruh pemberian buah alpukat terhadap pra

lansia penderita hipertensi.

c. Bagi Perawat

Sebagai tambahan referensi terapi non farmakologi atau terapi

kommplementer pada penderita hipertensi dalam pemberian

asuhan keperawatan dan pendidikan kesehaatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pra Lansia

1. Pengertian Pra Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) (2015) pra lansia yaitu

seseorang yang akan memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya.

Ada empat tahapan usia yaitu usia pertengahan (middle age) usia

45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) usia diatas 90

tahun.

Menurut Depkes RI (2013) pra lansia yaitu seseorang yang

berusia antara 45-59 tahun di mana proses penuaan merupakan

proses yang terjadi secara alamiah setelah melewati tiga tahap

kehidupan yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua yang tidak

dapat dihindari dari setiap individu. Bertambahnya usia secara

anatomi maupun fisiologi maka akan menimbulkan perubahan-

perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel atau jaringan

dan sistem tubuh manusia.

Jadi dapat disimpulkan pra lansia yaitu seseorang yang berusia

antara 45-59 tahun di mana pada usia tersebut terjadi proses

penuaan dan dengan bertambahnya usia secara anatomi maupun

fisiologi maka akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur

fisiologis dari berbagai sel atau jaringan pada sistem tubuh manusia.

10
11

2. Klasifikasi Usia

Menurut Departemen Kesehatan RI (2013) klasifikasi pra lansia terdiri

dari :

a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau

jasa.

e. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada oranglain.

3. Adaptasi Fisiologis dalam proses penuaan (ageing process)

Proses penuaan adalah suatu proses hilangnya secara perlahan-

lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal ketahanan

terhadap cedera, dan adanya infeksi (Mubarak, 2009).

Proses menua adalah suatu proses secara progresif perubahan

fisiologis organ tubuh yang berlangsung seiring berlalunya waktu,

selain itu proses penuaan akan meningkatkan kemungkinan

terserangnya berbagai penyakit bahkan sampai kematian (Azizah,

2011)

Jadi dapat disimpulkan bahwa proses menua adalah suatu proses

dengan perubahan fisiologis tubuh secara progresif karena adanya

penurunan kemampuan jaringan dalam memperbaiki diri atau


12

mengganti yang dapat mengakibatkan kemungkinan terserang

penyakit bahkan sampai kematian.

4. Ciri-ciri pra lansia

Menurut Hurlock (2002) ciri-ciri lanjut usia yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lanjut usia sebagian datang dari faktor fisik dan

faktor psikologis pada lanjut usia. Motivasi memiliki peran yang

penting dalam kemunduran pada proses menua. Kemunduran

tersebut akan terjadi dengan cepat jika memiliki motivasi yang

rendah.

b. Usia lanjut memiliki status kelompok minoritas

Usia lanjut memiliki status kelompok minoritas karena sebagai

akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang

lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat yang buruk

terhadap lanjut usia. Pendapat-pendapat itu dalam fase pra lansia

lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada

mendengarkan pendapat orang lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lanjut usia mulai

mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran ini

sebaiknya dilakukan atas dasar tekanan dari lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia

Perlakuan yang buruk terhadap lanjut usia membuat lansia

cenderung mengembangkan kondisi diri yang buruk Karena


13

perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri menjadi

buruk.

5. Fisiologi pada lansia

a. Perubahan Fisiologis

1) Sistem Indera

a) Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap

normal dalam proses penuaaan termasuk penurunan

kemampuan dalam proses penuaan termasuk penurunan

kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi pupil

akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan

lensa mata yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia,

lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan

membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di

antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis,

biasanya ditemukan pada lansia.

b) Pada sistem pendengaran, penurunan pendengaran

merupakan kondisi yang secara dramatis dapat

mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran

pada lansia disebut presbikutis.

c) Pada sistem integumen, lansia neniliki epidermis yang tipis

dan rata terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan

tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan

dorsalistangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-

vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada

terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi


14

pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya

permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit

kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan

terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan

penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering

karena kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea.

Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai

penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan

turgor kulit. (Azizah, 2011)

2) Sistem Kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah mengalami

perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan

yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai

dengan penuaan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan

penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi.Jumlah

detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat

tidak ada perubahan, namun detak jantung maksimum

yang dicapai selama selama latihan berat berkurang. Pada

dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu

180-200x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun

menjadi 140-160x/menit. Katup jantung menebal dan kaku,

kemampuan memompa darah menurun, elastisitas

pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat

(Darmojo, 2009)
15

3) Sistem Respirasi

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku, menurunnya aktivitas dari silia, dan paru-paru

kehilangan elastisitas. Hal ini berakibat menurunnya rasio

ventilasi-perfusi dibagian paru yang tak bebas dan pelebaran

gradient alveolar arteri untuk oksigen. Oklusi sebagian atau

total saluran napas atas dapat menyebabkan Obstruktive

Sleep Apnea (OSA) (Darmojo, 2009)

4) Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal

disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab

lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

Indera penecap menurun, adanya iritasi yang kronis, dan

atropi indera pengecap (80%). Pada lambung, sensitivitas

lapar menurun, asam lambung menurun. Peristaltik lemah dan

biasanya timbul konstipasi , fungsi absorpsi melemah, liver

makin mengecil dan menurunnya fungsi sebagai tempat

penyimpanan vitamin vitamin dan mineral, serta berkurangnya

aliran darah (Azizah, 2011).

5) Sistem Perkemihan

Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada

ginjal, bladder, uretra dan sistem nervus yang berdampak

pada proses fisiologi terkait eliminasi urine. Hal ini dapat

mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih,

sehingga dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan


16

memiliki konsekuensi yang lebih jauh. Nefron mengecil dan

menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,

fungsi tubulus berkurang akibatnya berkurangnya kemampuan

mengonsentrasikan urine. Otot vesika urinaria menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan

frekuensi urine meningkat, vesika urianaria susah

dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan

meningkatnya retensi urine (Priyoto, 2015)

Pola berkemih tidak normal, seperti banyak berkemih di

malam hari, sehingga mengharuskan pergi ke toilet sepanjang

malam. Hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin

meningkat (Azizah, 2011)

6) Sistem Reproduksi

Pada wanita dengan lanjut usia terjadi atropi payudara,

selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, dan

sekresi menjadi berkurang. Sedangkan pada pria, testis masih

dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya

penurunan yang berangsur-angsur. Dorongan seksual

menetap sampai usia di atas 70 tahun (Priyoto, 2015)

7) Sistem Muskuloskeletal

Jaringan kartilago pada persendian lunak akan mengalami

granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata

sehingga sendi mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,

keterbatasan gerak, dan aktivitas terganggu. Trabekula

longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi


17

kembali terjadi karena berkuranggnya kepadatan tulang,

sehingga menyebabkan osteoporosis lebih lanjut yang akan

mengakibatkan nyeri, deformitas, dan fraktur. Penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot akan

mengakibatkan penurunan kekuatan dan fleksibilitas,

peningkatan waktu reaksi dan penurunan kemampuan

fungsional otot (Azizah, 2011).

8) Sistem Neurologis

Sistem susunan syaraf mengalami perubahan anatomi dan

atropi yang progresif pada serabut saraf. Lansia mengalami

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari. Penurunan persepsi sensori dan respon

motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan propriosepif

terjadi karena susunan saraf pusat mengalami perubahan

morfologis dan biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan

penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011).

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya Ingat)

Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan,

sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau

seketika 0-10 menit memburuk (Azizah, 2011).

2) Comprehension (Kemampuan Pemahaman)

Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada

lansia mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi oleh


18

konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia yang menurun

(Azizah, 2011).

3) Decission Making (Pengambilan Keputusan)

Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau

seolah-olah terjadi penundaan (Azizah, 2011)

c. Perubahan Psikososial

1) Pensiun

Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya

transisi dan perubahan peran yang menyebabkan stres

pskososial (Azizah, 2011).

2) Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya berbagai fungsi tubuh maka sering

menimbulkan keterasingan, bila hal ini terjadi maka lansia

akan sering menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain

dan kadang-kadang muncul perilaku regresi seperti mudah

menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak

berguna, serta menangis bila bertemu dengan orang lain,

sehingga perilakunya seperti anak kecil (Azizah, 2011).

3) Perubahan Minat

Lansia mengalami perubahan minat, antara lain minat

terhadap diri makin bertambah, terhadap penampilan semakin

berkurang, terhadap uang semakin meningkat, dan kebutuhan

terhadap kegiatan rekreasi cenderung menyempit (Azizah,

2011).
19

6. Perkembangan pada pra lansia

Tugas perkembangan lanjut usia menurut Hurlock (2006) terdiri dari :

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan.

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

d. Membentuk hubungan dengan sesama usia.

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial.

7. Perubahan pada pra lansia

Menurut Darmojo (2009) perubahan dalam proses menua terdiri dari :

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik dalam fase ini lebih banyak ditekankan pada

perubahan alat indera dan sistem saraf, sistem pendengaran, dan

sistem penglihatan yang mengalami perubahan fungsi organ-

organ dan alat reproduksi baik pria maupun wanita. Dari

perubahan-perubahan fisik tersebut menyebabkan kurang percaya

diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Perubahan psikis

Perubahan psikis yang terjadi pada pra lansia berhubungan

dengan kesulitan dalam menyesuaikan diri karena kurangnya

keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun

pemberian batasan untuk dapat berinteraksi.


20

c. Perubahan sosial

Dalam proses menua biasanya lanjut usia banyak yang

melepaskan partisipasi sosial dengan memutuskan hubungan

dengan dunia sosialnya dan merasa akan mengalami kepuasan.

Aktivitas sosial yang banyak pada lanjut usia juga mempengaruhi

baik buruknya kondisi fisik dan kondisi sosial lansia.

d. Perubahan intelektual

Pada proses penuaan ini terjadi kemunduran pada kemampuan

otak seperti perubahan intelegenita quotation (IQ) yaitu fungsi otak

kanan mengalami penurunan sehingga akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah,

konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan

yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seseorang yang telah lanjut usia akan

kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya

sehingga kemampuan untuk mengingat menurun.

B. HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler

arterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi

menimbulkan risiko mordibitas atau mortalitas, yang meningkat saat

tekanan sistolik dan diastolik meningkat. Hipertensi juga didefinisikan

sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90 mmHg berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih

(Brunner & Suddart, 2015).


21

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua

kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang (Kemenkes RI, 2013).

Jadi dapat disimpulkan hipertensi merupakan peningkatan

tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan elang

waktu 5 menit dalam keadaan cukup atau tenang yang dapat

menimbulkan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler

arterosklerosis, gagal janutung, stroke dan gagal ginjal. Hipertensi

menimbulkan risiko mordibitas (kesakitan) atau mortalitas (kematian).

2. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dikelompokkan

menjadi normal, prehipertensi, dan hipertensi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut (JNC-VII, 2004)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi Derajart 1 140-159 90-99

Hipertensi Derajat 2 >160 >100

Sumber : The seventhreport of the Joint National Commite on Detection Evaluation, and
Treatment of high Blood Pressure (JNC VII) 2004, dalam Nurahmani & Kurniadi, 2014)

3. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000 dalam Triyanto 2014) penyebab

hipertensi di bagi 2, yaitu :


22

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Hingga saat ini penyebab pasti hipertensi primer masih belum

diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong

hipertensi primer sedangkan 10% tergolong dalam hipertensi

sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun.

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah

dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,

gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme).

4. Faktor Risiko

Faktor risiko pada hipertensi ada dua macam faktor risiko yaitu faktor

risiko yang tidak dapat diubah dan dapat diubah. Berikut adalah faktor

risiko yang dapat tidak dapat diubah dan dapat diubah :

a. Faktor yang tidak dapat diubah :

1) Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi

individu yang memiliki orang tua dengan hipertensi memiliki

risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

(Nurahmani & Kurniadi, 2014).


23

2) Usia

Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya

usia. Individu yang berusia diatas 60 tahun, sebanyak 60-65%

mempunyai tekanan darah lebih besar. Hal itu merupakan

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah

usianya (Nurahmani & Kurniadi, 2014).

3) Jenis Kelamin

Jenis kelamin sangat erat kaitannya terhadap terjadinya

hipertensi, hipertensi pada laki-laki banyak terjadi di masa

muda dan paruh baya dan hipertensi pada perempuan banyak

terjadi setelah usia 55 tahun, ketika seseorang wanita

mengalami menopouse (Triyanto, 2014).

4) Ras

Insiden hipertensi pada ras Afrika Amerika lebih tinggi

dibandingkan pada keturunan Eropa. Ras Afrika Amerika

cenderung menderita hipertensi yang lebih berat pada usia

yang lebih muda dan memiliki risiko dua kali lebih besar untuk

menderita komplikasi seperti stroke dan serangan jantung.

Kematian yang berkaitan dengan hipertensi juga lebih tinggi

pada ras Afrika Amerika (Potter & Perry, 2009)

b. Faktor risiko yang dapat diubah :

1) Cemas

Cemas berat yang berlangsung dalam waktu yang lama dan

jangka panjang mampu mengubah tubuh menjadi reaksi


24

somatik yang dapat mempengaruhi sistem peredaran darah

dengan meningkatkan tekanan darah (Triyanto, 2014)

2) Obesitas

Pada individu yang obesitas mengalami peningkatan daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah sehingga dapat

menimbulkan tekanan darah tinggi (Triyanto, 2014).

3) Merokok

Merokok meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme

pelepasan noreprinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik

yang dipacu oleh nikotin. Seseorang yang merokok lebih dari

satu pak per hari memiliki risiko dua kali lebih besar terkena

hipertensi (Nurahmani & Kurniadi, 2014).

4) Asupan Garam Berlebihan

Asupan garam berlebihan dalam waktu yang pendek akan

didapatkan peningkatan tahanan perifer dan tekanan darah.

Asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui

peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah

tanpa diikuti peningkatan ekresi garam (Nurahmani & Kurniadi,

2014).

5. Manifestasi Klinis

Penderita hipertensi terkadang tidak memunculkan tanda serta

gejalanya. Tanda dan gejala yang muncul menunjukkan adanya

kerusakan vaskular dengan manifestasi khas sesuai dengan sistem

organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah. Perubahan yang

terjadi pada ginjal memunculkan tanda seperti azetomia (peningkatan


25

nitrogen urea darah dan kreatinin) dan nokturia (peningkatan urin

pada malam hari) (Aspiani,2014)

Adapun manifestasi yang muncul pada seseorang yang

mengalami hipertensi seperti penglihatan kabur, nyeri pada kepala,

mual, dan muntah yang disebabkan karena peningkatan tekanan

kapiler (Pudiastuti, 2011).

Manifestasi yang lainnya seperti leher bagian belakang terasa

pegal juga dirasakan oleh beberapa penderita hipertensi, hal tersebut

disebabkan karena peningkatan pada dinding pembuluh darah dileher

sehingga aliran darah tidak lancar. Daerah leher kekurangan oksigen

dan nutrisi mulai tertimbun dan mengakibatkan peradangan pada

bagian perlekatan otot dan tulang sehingga memunculkan rasa nyeri.

Nyeri yang dirasakan akan mengganggu aktivitas sehari-hari

penderita hipertensi (Rohimah dan Kurniasih, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Manurung (2016) pemeriksaan penunjang pada hipertensi

terdiri dari :

a. Pemeriksaan darah dan elektrolit

b. EKG (elektrokardiogram)

c. Foto thoraks

d. CT scan

e. Pemeriksaan urine

Menurut Murwani (2011) pemeriksaan penunjang pada hipertensi

terdiri dari :
26

a. Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien

terlentang dan tegak setiap satu sampai dua jam sekali.

b. Mengukur berat badan, tinggi badan, (Berat badan ideal, gemuk,

dan obesitas)

c. Pemeriksaan khusus

1) Jantung (pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,

sesak nafas)

2) ECG (electrocardiogram)

3) Foto thorax

d. Pemeriksaan darah

Gula darah, kreatinin, ureum, urine acid, trigliserida, kolesterol,

elektrolit.

e. Pemeriksaan IVP (intravenous pyelogram)

Pemeriksaan IVP adalah pencatatan grafik tekanan dalam

kandung kemih. IVP digunakan untuk mendiagnosis gangguan

atau kelainan yang terjadi pada sistem kemih khususnya bagian

ginjal, ureter, dan kandung kemih (vesika urinaria).

7. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah

kord spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron


27

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi (Smeltzer & Bare, 2013).

Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal mensekresi epinefrin yang dapat menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya

yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal

menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokontriktor kuat yang akan merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi

(Smeltzer & Bare, 2013).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,


28

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam reaksi otot

polos pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2013).


29

8. Pathway

Obesitas Usia Lanjut Stres Kelebihan garam

Mengaktifkan
Penurunan rangsangan saraf
Peningkatan lemak simpatis
pada pembuluh fungsi tubuh
darah

Vasokontriksi
Arterosklerosis

Terbentuk plak
Ketidakseimbangan
Penurunan aliran natrium
darah ke ginjal
Dinding arteri menebal
atau kaku
Pelepasan Renin

Kehilangan elastisitas pembuluh


darah
Terbentuk angiotensin I

Jantung memompa lebih


kuat Angiotensin I menjadi
angiotensin II

Norepi
Jantung tidak dapat
Merangsang sekresi aldosteron
mengembang saat
oleh korteks adrenal
memompa darah

Meningkatkan

Retensi natrium dan air natrium dan air


Peningkatan tekanan sistolik dan
diastolik

Meningkatkan volume
HIPERTENSI darah
Hormon epinefrin (adrenal) &
Norepinefrin (nonadrenalin)
meningkat

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi

Sumber : Triyanto (2014)


30

9. Komplikasi

Komplikasi pada penderita hipertensi dapat terjadi apabila tidak

dilakukan pengobatan dan tidak ditanggulangi, maka dalam jangka

panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai

organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Menurut

Hasdianah & Suprapto (2014) komplikasi hipertensi dapat terjadi pada

organ-organ sebagai berikut :

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan jantung koroner.

Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat,

otot jantung akan mengendor berkurang elastisitasnya atau biasa

disebut dengan dekompensasi yang mengakibatkan jantung tidak

mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru

maupun jaringan tubuh lainnya yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau edema. Kondisi ini biasa disebut dengan gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak dapat menimbulkan resiko

stroke apabila tidak diobati dan ditanggulangi maka resiko terkena

stroke lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan ginjal dan

kerusakan sistem penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lama

kelamaan ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan didalam tubuh.


31

d. Mata

Komplikasi pada organ mata penderita hipertensi dapat

mengakibatkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan.

10. Penatalaksanaan

a. Pengobatan Farmakologi

Beberapa macam obat antihipertensi antara lain sebagai

berikut :

1) Diuretik

Obat ini bekerja dengan cara menurunkan penyerapan

natrium dan air oleh ginjal, sehingga volume sirkulasi

menurun.

2) Beta Adrenergik Blocker

Obat ini bekerja dengan cara bergabung dengan reseptor

pada jantung, arteri dan arteriola untuk menghambat respon

terhadap impuls saraf simpatis sehiingga menurunkan

frekuensi denyut jantung dan curah jantung.

3) Vasodilator

Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos arteri dan menurunkan resistensi vaskuler

perifer.

4) Calcium Chanel Blockers

Cara kerja obat ini menurunkan resistensi vaskular perifer

melalui vasodilatasi sistemik.

5) Angiotensin-Convereting Enzyme (ACE)


32

Cara kerja obat ini menurunkan tekanan darah dengan

menghambat perubahan angiostensin I menjadi angiostensin

II, mencegah vasokontriksi, mengurangi produksi

aldosterondan retensi cairan, menurunkan volume sirkulasi.

6) Angiostensin-II Receptor Blocker (ARB)

Obat ini bekerja dengan cara menghambat peningkatan

angiostensin II yang mencegah vasokontriksi (Potter & Perry,

2009).

b. Pengobatan Non-Farmakologi

1) Pola makan yang baik

2) Olahraga teratur

3) Menghentikan kebiasaan merokok

4) Tidak mengonsumsi alkohol

5) Mengurangi kelebihan berat badan

c. Terapi komplementer

1) Terapi Relaksasi Progresif

Relaksasi merupakan salah satu teknik pengolahan diri

yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan

parasimpatis. Teknik relaksasi semakin sering dilakukan

karena terbukti efektif mengurangi ketegangan dan

kecemasan (Triyanto, 2014).

2) Terapi Musik

Musik yang digunakan untuk tujuan terapeutik dikenal

dengan terapi musik. Dalam terapi musik, kata musik selalu

digunakan untuk menggambarkan media tertentu yang


33

digunakan. Musik bisa digunakan sebagai media terapeutik ,

hanya kemanfaatan yang optimal dalam terapi musik ini,

terapi musik ini tergantung pada kesesuaian dan

pemanfaatannya (Triyanto, 2014).

3) Yoga

Senam yoga merupakan suatu olahraga yang berfungsi

untuk penyelarasan pikiran, jiwa dan fisik seseorang. Senam

yoga adalah sebuah aktivitas di mana seseorang memusatkan

seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan

tubuhnya secara keseluruhan (Triyanto, 2014).

4) Terapi herbal

Terapi herbal merupakan terapi yang memanfaatkan

tumbuhan obat, dapat menggunakan simplisia segar atau

yang sudah dikeringkan dan buah-buahan. Terapi herbal saat

ini makin populer di masyarakat yang banyak dimanfaatkan

untuk pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai peyakit

salah satunya yaitu buah alpukat (Persea Americana Mill)

merupakan buah yang sering dijumpai. Buah serbaguna ini

memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi manusia. Ada

banyak zat yang kaya manfaat yang terdapat di buah ini

(George Mateljan Foundation, 2010).

C. Tekanan Darah

1. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri dengan tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi


34

yang disebut tekanan sistolik, tekanan terendah pada saat jantung

istirahat disebut dengan tekanan diastolik dengan nilai rata-rata

tekanan darah normal yaitu sistole 120 mmHg dan diastole 80 mmHg

(Smeltzer & Bare, 2010).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Potter & Perry, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi

tekanan darah antara lain :

a. Usia

Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang

kehidupan. Tingkat tekanan darah pada anak-anak atau remaja

dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia. Tekanan

darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

usia. Memasuki usia lansia tekanan sistoliknya meningkat

sehubungan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah.

b. Stres

Hubungan stres dengan tekanan darah diakibatkan melalui

aktivitas saraf simpatis. Stres dapat meningkatkan tekanan darah

dalam jangka waktu pendek dengan cara mengaktifkan bagian

otak dan sistem saraf yang dapat mengendalikan tekanan darah

secara otomatis.

c. Ras

Frekuensi hipertensi pada orang Afrika Amerika lebih tinggi

daripada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan

dengan hipertensi juga lebih banyak orang Afrika Amerika.


35

Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini

berhubungan dengan genetik dan lingkungan.

d. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki faktor pendorong terjadinya

peningkatan tekanan darah seperti kelelahan, stres, dan makan

yang tidak terkontrol. Sedangkan perempuan beresiko terjadi

peningkatan tekanan darah terjadi setelah menopause.

e. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat merangsang peningkatan tekanan

darah karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang jika

dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat memicu kenaikan tekanan

darah.

f. Olahraga

Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobik yang

teratur dapat memperlancar peredaran darah. Olahraga juga

dapat mengurangi asupn garam pada tubuh yang akan

dikeluarkan melalui keringat.

g. Kebiasaan merokok

Nikotin yang terkandung dalam batang rokok dapat

merangsang kenaikan tekanan darah dan meningkatkan

penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin

juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh

darah.
36

3. Cara Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran dilakukan denga spygmomanometer dan stetoskop.

Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang

dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca

tekanan yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.

4. Teknik Pengukuran Tekanan Darah

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan

sphygmomanometer digital omron untuk mengukur tekanan darah.

a. Sphygmomanometer Digital

1) Posisikan klien berbaring atau duduk dengan nyaman.

2) Manset sphygmomanometer dikaitkan pada lengan atas pada

arteri brachialis pada permukaan ventral siku.

3) Tekanan sphygmomanometer dinaikan dengan cara menekan

tombol start pada sphygmomanometer digital.

4) Biarkan manset sphygmomanometer mengembang, dan

setelah mencapai tekanan maksimal manset akan perlahan-

lahan mengempis.

5) Catat angka tekanan sistolik dan diastolik yang muncul dalam

layar sphygmanometer digital.

D. ALPUKAT

1. Definisi

Alpukat merupakan salah satu jenis buah yang bergizi dengan

nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Tengah/Jawa Timur),

advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, buah pokat (Batak) dan


37

pookat (Lampung) dan berkhasiat menurunkan tekanan darah (Lianti,

2014)

2. Morfologi

Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m,

ranting tegak dan berambut halus, daun berdesakan diujung ranting,

bentuk bulat telur atau corong, awalnya berbulu pada kedua belah

permukaannya dan lama kelamaan menjadi licin. Buah alpukat

berbentuk bola lampu sampai bulat telur, berwarna hijau kekuningan

berbintik ungu , gandul/halus, dan harum. Biji berbentuk bola dan

hanya terdapat satu biji dalam 1 buah (Citra, 2009).

3. Manfaat Alpukat

Menurut Lianti (2014) manfaat alpukat antara lain dapat :

a. Menurunkan kolesterol

Mengonsumsi buah alpukat diketahui dapat menurunkan

kadar LDL (kolesterol jahat) dan dapat membantu menaikkan

jumlah kolesterol HDL (kolesterol baik). Alpukat juga mengandung

beta-sitosterol, sebuah zat yang terbukti dapat menurunkan

kolesterol hingga 17% setelah mengkonsumsi alpukat selama satu

minggu.

b. Menurunkan tekanan darah

Buah alpukat diketahui dapat membantu menurunkan atau

mengontrol tekanan darah. Hal ini karena adanya zat potasium

yang terdapat dalam alpukat.

c. Mengontrol gula darah


38

Alpukat mengandung lemak tak jenuh tunggal (mono-

saturated fat) yang membantu mengatasi resistensi insulin. Oleh

sebab itu, kandungan ini juga dapat membantu tubuh untuk

mengontrol kadar gula dalam darah.

d. Mencegah peradangan

Menurut para peneliti menunjukkan bahwa rasa buah

alpukat selain nikmat, alpukat juga memiliki nutrisi yang bisa

membantu mencegah peradangan. Hal ini bisa dimanfaatkan

untuk mencegah risiko penyakit yang berkaitan dengan

munculnya peradangan pada tubuh.

e. Menyehatkan kulit dan rambut

Minyak alpukat seringkali digunakan dalam kosmetik untuk

melembabkan kulit. Selain itu, alpukat juga mengandung bahan

yang dapat membuat rambut sehat dan indah karena

mengandung vitamin E yang mampu melindungi kulit dari radiasi

sinar matahari.

f. Kesehatan hati dan jantung

Kandungan folat dalam alpukat sangatlah penting untuk

penyakit jantung dan hati. Satu cangkir jus alpukat dapat menjaga

kestabilan tubuh anda 23% dari kebutuhan folat dalam sehari.

Selain itu, alpukat juga mengandung lemak tak jenuh tunggal dan

glutathione dan vitamin E yang sangat bermanfaat bagi kesehatan

hati.

g. Kesehatan mata
39

Alpukat memiliki lebih banyak kandungan karotenoid

daripada buah-buahan yang lainnya. Zat ini dapat melindungi

terhadap penurunan penglihatan seperti katarak.

h. Pencegahan kanker payudara

Alpukat seperti halnya minyak olive yang mengandung

banyak asam aleat yang dapat mencegah kanker payudara

i. Mengurangi dan mencegah kulit keriput

Antioksidan dalam buah alpukat mampu mendetoksifikasi

tubuh agar mengeluarkan racun atau toksin yang membuat kulit

menjadi keriput atau kering saat usia dini.

j. Menangkal radikal bebas

Manfaat buah alpukat untuk ibu hamil yaitu melawan

radikal bebas, selain kandungan asam folat yang melimpah,

ternyata buah alpukat juga mengandung vitamin E dan vitamin C

yang dapat melawan radikal bebas yang menjadi salah satu

penyebab penyakit degeneratif, atau dapat membantu

pembentukan sistem saraf pada janin serta melindungi bahaya

dari serangan radikal bebas yang dapat menyerang sel-sel tubuh.

4. Kandungan Alpukat yang dapat menurunkan tekanan darah

Berikut ini beberapa zat yang terkandung dalam alpukat yang dapat

menurunkan tekanan darah sebagai berikut :

a. Flavonoid

Flavonoid bekerja sebagai ACE inhibitor dengan menghambat

pembentukan angiotensin II. Dengan berkurangnya angiotensin II

efek vasokontriksi & sekresi aldosteron semakin berkurang untuk


40

reabsorbsi natrium dan air sehingga menyebabkan tekanan darah

menurun.

b. Kalium

Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan cara

meningkatkan sekresi natrium, menekan sekresi renin yang

menyebabkan dilatasi arteriol dan mengurangi respon terhadap

vasokonstriktor endogen.

c. Vitamin E dan Vitamin A

Vitamin E dikenal sebagai vitamin yang berguna untuk

menghaluskan kulit. Campuran vitamin E dan vitamin A sangat

berguna dalam perawatan kulit. Kombinasi vitamin E dan vitamin

A membuat kulit menjadi kenyal, menghilangkan kerut, membuat

kulit terlihat muda dan segar.

d. Lemak tak jenuh

Dalam alpukat terdapat lemak nabati tak jenuh yang tinggi. Lemak

ini dapat menurunkan kadar kolesterol darah (LDL), yang dapat

mencegah penyakit stroke, darah tinggi, kanker atau penyakit

jantung. Lemak tak jenuh pada alpukat juga mudah dicerna tubuh

sehingga dapat memberikan hasil maksimal pada tubuh serta

mengandung zat anti bakteri dan anti jamur.

e. Asam folat

Asam folat mampu membantu tubuh dalam memproduksi dan

menjaga kesempurnaan DNA (Deoxyribose Nuclec Acid) dan RNA

(Ribo Nuclec Acid) bahan genetik tubuh. Oleh karena itu, ibu hamil
41

perlu mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat

dalam jumlah yang cukup banyak tiap hari.

f. Karotenoid

Alpukat merupakan sumber terbaik dari karotenoid dan

phytonutrient. Alpukat juga dikenal sebagai buah yang

menawarkan beragam jenis karotenoid yang tidak hanya seperti

beta-karoten, alfa-karoten dan lutein, tetapi juga varietas yang

kurang dikenal dari jenis phytonutrient seperti neoxanthin,

zeaxanthin, neochrome, dan violaxanthin. Setiap kali

mengkonsumsi makanan yang kaya karotenoid, tubuh akan

menerima banyak asupan vitamin A yang baik untuk kesehatan

mata. Karotenoid juga dapat meningkatkan fungsi sistem

kekebalan tubuh dan meningkatkan kesehatan fungsi sistem

reproduksi. Karotenoid dapat larut dalam lemak sehingga mampu

mengoptimalkan penyerapan nutrisi.

g. Vitamin B6

Vitamin ini berkhasiat untuk meredakan sindrom pra haid atau pra

menstruasi (PMS) yang umumnya diderita wanita setiap bulan.

h. Mineral Mangan dan Seng

Unsur ini bermanfaat untuk meredakan tekanan darah tinggi,

memantau detak jantung dan menjaga fungsi saraf agar tetap

terjaga (Aris Taufik, 2009).

5. Kandungan yang Terdapat Pada Alpukat

Tabel 2.2 kandungan gizi alpukat (Persea americana mill) dalam

tiap 100 gram


42

Kandungan Jumlah

Kalium 604 mg

Kalsium 10 mg

Serat 1,6 g

Protein 0,27 - 1,7 g

Energi 85 - 233 kal

Air 67,49 g – 84,3 g

Karbohidrat 5,56 gr – 8 g

Lemak 6,50 – 25,18 g

Abu 0,70 g – 1,4 g

Vitamin A 0,13 – 0,51 mg

Vitamin B1 0,025 mg – 0,12 mg

Vitamin B2 0,13 – 0,23 mg

Vitamin B3 0,79 – 2,16 mg

Vitamin B6 0,45 mg

Vitamin C 2,3 – 37 mg

Vitamin D 0,01 mg

Vitamin E 3 mg

Vitamin K 0,008 mg

Fosfor 20 mg

Natrium 4 mg

Sumber : Andi (2013)

6. Pengaruh Pemberian Alpukat terhadap Tekanan Darah

a. Menurut Revina (2014) mengatakan bahwa alpukat memiliki

lebih banyak kalium yaitu 975 miligram yang dapat menurunkan


43

tekanan darah karena kalium berfungsi sebagai diuretik dan

menghambat pengeluaran renin. Salah satu sistem pengaturan

tekanan darah pada tubuh manusia yang mempunyai peranan

besar yaitu sistem renin angiotensin. Mekanisme dimulai dengan

adanya suatu stimulus seperti penurunan volume intravaskuler

dan penurunan tekanan darah yang merangsang sekresi renin

oleh sel jukstaglomeruler sel ginjal. Renin bekerja pada

angiotensinogen yang dihasilkan oleh hepar dengan

mengubahnya menjadi angiotensin I.

Angiotensinogen meningkat pada sirkulasi darah

disebabkan oleh adanya glukokortiroid, hormon tiroid, estrogen,

beberapa sitokin, dan angiotensin II. Angiotensin I kemudian

diubah menjadi ngiotensin II oleh Angiotensin Converting

Enzyme (ACE) yang dihasilkan oleh permukaan paru-paru dan

endotelium ginjal. Selanjutnya, angiotensin II sebagian ada yang

bekerja pada reseptornya dan sebagian lagi dimetabolisme

menjadi angiotensin III dan angiotensin IV yang akhirnya akan

diubah lagi menjadi metabolik inaktif.

Angiotensin II yang menempel pada reseptornya, yaitu

AT1 receptor dan AT2 receptor menyebabkan perangsangan

saraf simpatis yang berefek vasokontriktor yang paten sehingga

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, juga

berperan dalam meningkatkan pelepasan hormon aldosteron dari

zona glomerulosa, korteks ginjal dan merangsang hipotalamus

untuk mengeluarkan Anti Diuretik Hormone (ADH). Hormon


44

aldosteron mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air dan ion

natrium serta peningkatan sekresi ion kalium. Sedangkan ADH

berfungsi meningkatkan retensi air pada Collecting ducts di

ginjal. Efek dari kedua hormon ini menyebabkan peningkatan

volume darah dan tekanan darah.

Kalium dapat mengurangi sekresi renin yang

menyebabkan penurunan angiotensin II sehingga vasokontriksi

pembuluh darah berkurang dan menurunnya aldosteron

sehingga reabsorbsi natrium dan air ke dalam darah berkurang.

Kalium juga mempunyai efek dalam pompa Na-K yaitu kalium

dipompa dari cairan ekstraseluler ke dalam sel dan natrium

dipompa keluar sehingga kalium dapat menurunkan tekanan

darah (Guyton, 2008).

b. Berdasarkan penelitian (Dovan, Mohammad, & Susi, 2015 )

mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30

responden yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Wringinagung Jember didapatkan hasil penelitian

menunjukkan tekanan darah sebelum mengkonsumsi buah

alpukat dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 157,50

mmHg sedangkan tekanan darah diastolik adalah 86,00 mmHg.

Hasil penelitian didapatkan setelah mengkonsumsi buah alpukat

dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 152,66 dan

tekanan darah diastolik adalah 83,16 mmHg. Maka dapat

disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah selama diberikan


45

buah alpukat di Wilayah Kerja Puskesmas Wringinagung

Jember.

c. Berdasarkan penelitian (Mia Jiandita, 2010) mengatakan bahwa

hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden yang

menderita hipertensi di Wilayah Kerja Posyandu Edelweis Dusun

Serut Palbapang Bantul Yogyakarta didapatkan hasil penelitian

menunjukkan tekanan darah sebelum mengkonsumsi buah

alpukat dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 157,2

mmHg sedangkan tekanan darah diastolik adalah 93,64 mmHg.

Hasil penelitian didapatkan setelah mengkonsumsi buah alpukat

dengan rata-rata tekanan darah sistolik adalah 138,1 dan

tekanan darah diastolik adalah 86,71 mmHg. Maka dapat

disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah selama diberikan

buah alpukat di Wilayah Kerja Posyandu Edelweis Dusun Serut

Palbapang Bantul Yogyakarta.

d. Berdasarkan penelitian (Indah, Arifin, & Agus, 2010) mengatakan

bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden

yang menderita hipertensi di Wilayah Puskesmas Lueng Bata

Kota Banda Aceh didapatkan hasil penelitian menunjukkan

tekanan darah sebelum mengkonsumsi buah alpukat dengan

rata-rata tekanan darah diastolik adalah 95,75 mmHg. Hasil

penelitian didapatkan setelah mengkonsumsi buah alpukat

dengan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 83,25 mmHg.

Maka dapat disimpulkan terdapat penurunan tekanan darah


46

selama diberikan buah alpukat di Wilayah Kerja Posyandu

Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta.

Hal – hal yang membedakan penelitian yang akan

dilakukan dengan penelitian sebelumnya yang berjudul

“Pengaruh Pemberian Buah Alpukat (Persea Americana Mill)

Terhadap Tekanan Darah Pada Pra Lansia Dengan Hipertensi di

RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara” dengan

perbedaan penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan

dilakukan yaitu adanya kelompok kontrol pada penelitian yang

akan dilakukan, tempat penelitian yaitu di RW 08 wilayah kerja

Cimahi Utara, lama intervensi dengan waktu pemberian buah

alpukat selama 7 hari.


47

E. KERANGKA TEORI

Faktor risiko
Pra Lansia
1.Genetik 5. Stres
Penurunan fungsi tubuh
2.Usia 6. Obesitas
Dinding arteri menebal Hipertensi
dan kaku 3.Jenis kelamin 7. Merokok

Elastisitas menurun 4. Ras 8. Asupan


garam berlebihan
Arterosklerosis
Komplikasi
Kontraksi jantung lebih
kuat 1. Jantung (Infark miokard,
gagal jantung)
Penatalaksanaan 2. Otak (Stroke)
3. Ginjal )Gagal ginjal)
4. Mata (Ensefalopati)

Farmakologi Non Farmakologi Terapi Komplementer


1.Diuretik 1. Pola makan yang baik
1. Terapi relaksasi
2. Beta adrenergik proggresif
2. Olahraga teratur
Blocker 2. Terapi musik
3.Menghentikan 3. Yoga
3. Vasodilator 4. Terapi herbal
kebiasaan merokok
4.Calcium Chanel
Blockers 4. Tidak mengkonsumsi
alkohol
5. ACE Inhibitor
5. Mengurangi kelebihan
6. Angiotensin II berat badan
Receptor Blocker

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Nurahmani & Kurniadi (2014), Triyanto (2014), Potter & Perry, 2009)
48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding

arteri dengan tekanan puncak yang terjadi saat ventrikel berkontraksi

yang disebut tekanan sistolik, tekanan terendah pada saat jantung

istirahat disebut dengan tekanan diastolik dengan nilai rata-rata

tekanan darah normal yaitu sistole 120 mmHg dan diastole 80 mmHg

(Smeltzer & Bare, 2010).

Menurut Depkes RI (2013) pra lansia yaitu seseorang yang

berusia antara 45-59 tahun di mana proses penuaan merupakan

proses bertambahnya usia secara anatomi maupun fisiologi maka

akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis

dari berbagai sel atau jaringan dan sistem tubuh manusia.

Salah satu faktor terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah

yaitu semakin bertambahnya usia, hal itu merupakan pengaruh dari

proses degenerasi yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia,

proses degenerasi yang mengakibatkan penurunan fungsi tubuh

secara alami sehingga pembuluh darah menjadi mengeras serta kaku

dan mempengaruhi otot jantung dalam memompa darah. Hipertensi

tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan.

48
49

Terapi non farmakologi yang dapat mengontrol dan

mengendalikan tekanan darah yang digunakan sebagai antihipertensi

yaitu dengan tanaman obat atau herbal, salah satunya adalah adalah

buah alpukat (Persea americana mill). Buah ini mengandung kalium

yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah tinggi dengan

meningkatkan sekresi natrium dan menekan sekresi renin yang

menyebabkan dilatasi arteri dan mengurangi respon terhadap

vasokontriksi pembuluh darah. Selain zat kalium di dalam buah

alpukat juga mengandung MUFA (Monounsatured Fatty Acid) yang

berperan untuk menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL

dalam darah. Kandungan niasin yang terdapat dalam buah alpukat

juga berfungsi untuk meningkatkan kolesterol HDL dalam darah

(Andi, 2013)

Namun harus diperhatikan juga faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi tekanan darah diantaranya adalah usia, stress, jenis

kelamin, obesitas, obat-obatan, kebiasaan merokok (Potter & Perry,

2009).

Berdasarkan paradigma diatas maka dapat disusun kerangka

konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen


k
Terapi Pemberian Buah
Alpukat Tekanan Darah

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Sumber : (Kemenkes Ri, 2013), (George Mateljan Foundation, 2010),


(Potter & Perry, 2009), (Wijoyo, 2009).

49
50

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan melakukan

kegiatan percobaan (eksperimen), yang dilakukan dengan

memberikan intervensi atau perlakuan pada subjek penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang timbul. Dari intervensi

tersebut diharapkan terjadi pengaruh atau perubahan dari variabel

independen terhadap variabel dependen (Notoatmodjo, 2012).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan eksperimen semu (quasi eksperimen design) atau Quasy

Eksperimental Non-equivalent with Control Group karena eksperimen

ini belum memenuhi syarat-syarat sebagai rancangan eksperimen

sebenarnya. Desain dalam penelitian ini menggunakan kelompok

kontrol tetapi tidak dilakukan penelitian terhadap variabel-variabel

lainnya yang dapat mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Anggota

sampel dikelompokkan pada kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol dan tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2014).

Pre test kelompok intervensi post test

Y1
X1 X2

Z
Kelompok kontrol

X3 X4

Bagan 3.2 rancangan penelitian

50
51

Keterangan :

Y1 : Perlakuan pada kelompok intervensi yaitu pemberian

buah alpukat

X1 :Tekanan darah sebelum diberikan intervensi pada

kelompok intervensi

X2 : Tekanan darah sesudah diberikan intervensi pada

kelompok intervensi

X3 : Tekanan darah sebelum penelitian pada kelompok kontrol

X4 : Tekanan darah setelah penelitian pada kelompok kontrol

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan suatu jawaban sementara

terhadap pertanyaan penelitian berdasarkan dugaan peneliti,

hipotesis ini biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara

dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terkait. Sedangkan

hipotesis statistik adalah jawaban sementara terhadap uji statistik.

Hipotesis penelitian berbeda dengan hipotesis statistik. Dalam

penelitian ini menggunakan hipotesis positif dua arah yaitu hipotesis

yang menyatakan adanya hubungan antara variabel dengan

menyebutkan secara jelas sifat dari hubungan tersebut. Hipotesis

statistik yang telah dibuktikan dalam penelitian ini dalam Sugiono

(2014) adalah :

a. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak Ada Pengaruh pemberian Buah

Alpukat terhadap Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara.

51
52

b. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada Pengaruh pemberian Buah Alpukat

terhadap Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara.

4. Variabel Penelitian

a. Variabel independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terkait),

variabel ini dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas

dalam mempengaruhi variabel lain (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini, yang merupakan variabel independen yaitu

“Pemberian Buah Alpukat”.

b. Variabel Dependen (Variabel Terkait)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini dapat

tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan (Sugiyono,

2014) . Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen

yaitu “Tekanan darah”.

52
53

5. Definisi Operasional

Bagan 3.3 rancangan penelitian

Variabel Definisi Definisi Alat Ukur Hasil Skala


Konseptual Operasional Ukur
Buah Alpukat merupakan Konsumsi buah Timbangan
Alpukat salah satu jenis alpukat oleh makanan
buah yang bergizi kelompok intervensi
dengan nama secara rutin satu kali
alpuket (Jawa per hari pada pagi
Barat), alpokat hari sebelum makan
(Jawa sebanyak 200 gram
Tengah/Timur), per hari, pemberian
buah pokat (Batak) buah alpukat
dan pookat dilakukan selama 7
(Lampung) yang hari berturut-turut.
berkhasiat
menurunkan
tekanan darah
(Lianti, 2014)

Tekanan Tekanan darah Tekanan darah Sphygmomanometer (mmHg) Interval


Darah adalah tekanan penderita hipertensi digital omron
yang ditimbulkan diukur pada saat
pada dinding arteri posisi duduk dan
dengan tekanan beristirahat nyaman,
puncak yang terjadi dilakukan di tangan
saat ventrikel kanan dan diukur
berkontraksi yang menggunakan
disebut tekanan Sphygmomanometer
sistolik, tekanan digital.
terendah pada saat
jantung istirahat
disebut dengan
tekanan diastolik
dengan nilai rata-
rata tekanan darah
normal yaitu sistole
120 mmHg dan
diastole 80
mmHg(Smeltzer &
Bare, 2010).

53
54

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek yang ditetapkan oleh peneliti

yang akan diteliti dan mempunyai karakteristik yang ditentukan

(Sugiyono, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pra

lansia dengan hipertensi di RW 08 Kelurahan Utama Wilayah Kerja

Puskesmas Cimahi Utara yang berjumlah 124 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Oleh sebab itu sampel yang diambil

dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) untuk

menentukan sampel yang diambil dan digunakan teknik sampling

(Sugiyono, 2014). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan “consecutive sampling” merupakan salah satu jenis

non-probability sampling yang paling baik dan merupakan cara yang

termudah. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang

secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam

penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi

(Sastroasmoro & Ismael, 2011). Sampel ini diambil berdasarkan data

penderita hipertensi usia pra lansia yang memiliki kriteria inklusi dan

ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi :

1) Responden dengan hipertensi primer

2) Sedang menjalani pengobatan hipertensi captropil

54
55

3) Penderita hipertensi cemas ringan - sedang yang diukur

dengan instrumen STAI bagian state (mengukur

kecemasan saat ini / sesaat)

4) Penderita hipertensi yang tidak obesitas ditentukan dengan

menghitung IMT dengan menghitung BB/TB2, normal IMT

18-25

b. Kriteria eksklusi :

1) Penderita hipertensi yang memiliki komplikasi (diabetes

melitus, penyakit jantung, gagal ginjal)

Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan rumus komparatif numerik tidak berpasangan satu kali

pengukuran (Dahlan, 2016).

2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = 2 ( )
𝑋1 − 𝑋2

Keterangan :

Zα = defiat baku alfa

Zβ = defiat baku beta

S = standar deviasi gabungan

X1-X2 = selisih minimal yang dianggap bermaknaa

Untuk mengetahui jumlah sampel penelitian menggunakan standar

deviasi dengan hipotesis satu arah dan dua arah, dengan tingkat

kesalahan 5% yaitu Zα = 1,96 dan kesalahan 15% yaitu Zβ = 1,03

Dalam penelitian analitik, yang dimaksud dengan standar deviasi

adalah standar deviasi gabungan dari kelompok yang dibandingkan.

55
56

Standar deviasi gabungan diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

[𝑠₁2 𝑥(𝑛₁ − 1) + 𝑠₁2 𝑥(𝑛₂ − 1)]


(𝑆𝑔)2 =
𝑛2 + 𝑛2 − 2

Keterangan :

𝑠𝑔 = standar deviasi gabungan

𝑠1 = standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

𝑛1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

𝑠1 = standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

𝑛1 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Perhitungan sampel menggunakan rumus diatas, perhitungan

sebagai berikut :

[16,252 𝑥(17 − 1) + 22,032 𝑥(17 − 1)]


(𝑆𝑔)2 =
17 + 17 − 2

[264,06𝑥16 + 485,32𝑥16]
(𝑆𝑔)2 =
32

[4224,96 + 7765,6]
(𝑆𝑔)2 =
32

11990,56
(𝑆𝑔)2 =
32

𝑆𝑔 = √374, 705 = 19,35 dibulatkan menjadi 20

Mencari besar sampel menggunakan perhitungan sebagai berikut:


2
(1,96 + 1,03)19
𝑛1 = 𝑛2 = 2 ( )
20,59

(2,99)19 2
= 2( )
20,59

8,94𝑥361
=2
423,94

56
57

6454,68
= = 15,22 = 16
423,94

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 16

responden kelompok intervensi dan 16 responden kelompok, sehingga

jumlah sampel keseluruhan kelompok intervensi dan kelompok kontrol

yaitu 32 responden . Dalam penelitian ini tidak ada kelompok drop out

karena selama penelitian tidak ada responden yang mengundurkan diri

atau berhenti selama penelitian.

C. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilaksanakan selama

tiga hari berturut-turut dan dilakukan secara door to door dengan

prosedur sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah mengajukan

permohonan izin kepada institusi yang bersangkutan (Kepala

Puskesmas Cimahi Utara) dan berkoordinasi dengan Dokter

Puskesmas Cimahi Utara, Posbindu dan Kader.

b. Peneliti telah meminta bantuan pada teman sejawat, kader dan

untuk membantu dalam proses pengambilan data.

c. Pada hari selasa tanggal 29 dan rabu tanggal 30 Januari 2019,

peneliti telah mendatangi rumah kader RW 08 Kelurahan Utama

Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara. Peneliti memperkenalkan

diri dan menjelaskan maksud dan tujuan tentang penelitian yang

akan dilakukan .

57
58

d. Peneliti lalu bekerja sama dengan kader setempat untuk mencari

calon responden berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

e. Pemilihan calon responden dilakukan di RW 08 Kelurahan Utama

pada tanggal 13 dan 14 Mei 2019. Kemudian peneliti bersama

kader telah melakukan penapisan calon responden satu per satu

dan dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (Responden

dengan hipertensi primer, sedang menjalani pengobatan

menggunakan obat captropil, penderita hipertensi cemas ringan

sampai sedang yang diukur menggunakan instrumen STAI, dan

penderita hipertensi yang tidak obesitas dengan perhitungan

normal IMT 18-25).

f. Responden yang telah memenuhi kriteria dan bersedia menjadi

responden kemudian diberikan informed consent dan

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

g. Peneliti menetapkan responden kelompok intervensi pada saat

pengumpulan data hari pertama (13 Mei 2019) dan kelompok

kontrol pada hari kedua (14 Mei 2019).

h. Peneliti menetapkan sampel sebanyak 16 responden kelompok

intervensi dan 16 responden kelompok kontrol dan drop out untuk

antisipasi jika ada responden yang memutuskan berhenti sebelum

waktu penelitian selesai karena alasan tertentu berdasarkan

perhitungan yang telah ditetapkan.

i. Peneliti melakukan kontrak waktu pada setiap responden bahwa

intervensi telah dilakukan selama 7 hari berturut-turut dengan

pemberian buah alpukat 200 gram pada pagi hari, ½-1 jam

58
59

sebelum makan dan responden tetap mengkonsumsi obat

antihipertensi.

j. Pada hari pertama peneliti mengukur tekanan darah responden

pada kelompok intervensi dan kontrol sebagai data pre dan telah

dicatat dilembar observasi, dengan menentukan kelompok

intervensi dan kelompok kontrol sesuai kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi dengan cara pengundian nomor.

k. kemudian peneliti melakukan pengukuran tekanan darah kembali

pada kelompok intervensi dan kontrol di hari kedelapan sebagai

data post dan dicatat di lembar observasi, pada kelompok

intervensi pengambilan data post dilakukan setelah 1 hari

pemberian buah alpukat.

l. Setiap responden pada kelompok kontrol tidak mendapatkan

terapi buah alpukat, pada kelompok kontrol hanya diberikan air

putih dan tetap mengkonsumsi obat, kemudian dilakukan

pemeriksaan pengukuran tekanan darah untuk data pre dan post .

m. Setelah intervensi selama 7 hari diberikan, pengukuran telah

dilakukan pada hari ke 8 dan peneliti telah mengucapkan

terimakasih kepada masing-masing responden karena telah

membantu selama proses penelitian berjalan.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2014) instrumen penelitian merupakan alat-

alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Biasanya instrumen

penelitian dapat berupa lembar observasi, kuesioner, maupun

formulir-formuir lain yang berkaitan dengan pencatatan data.

59
60

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi, Sphygmomanometer digital omron untuk mengukur

tekanan darah, timbangan makanan digital untuk menimbang alpukat

yang akan diberikan, STAI untuk mengukur stres, timbangan berat

badan dan centimeter untuk mengukur IMT (Indeks masa tubuh).

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) Uji validitas instrumen adalah suatu uji

untuk mengetahui sejauh mana suatu alat (instrumen) dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur sehingga dapat mencapai

sasaran. Validitas dapat diartikan alat untuk mengukur suatu

ketetapan atau akurasi. Menurut Notoatmodjo (2014) reliabilitas

merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau

ajeg bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur yang akan

digunakan berupa spygmomanometer digital omron type HEM-8712

dan tanggal pembelian 4 April 2019 , timbangan untuk mengukur

berat badan, timbangan makanan dalam keadaan baru dan tidak

perlu dikalibrasi, centi meter untuk mengukur tinggi badan, dan

kuesioner cemas STIA.

60
61

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian tahap-tahap persiapan yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Mencari fenomena atau menentukan masalah untuk penelitian

pada bulan Maret 2019. Masalah yang telah ditentukan kemudian

diproses oleh LPPM. Kemudian, disetujui oleh pembimbing.

b. Mencari data awal dari masalah atau fenomena yang telah

ditentukan. Pemohonan izin untuk mengambil data awal di

Kawasan Puskesmas Cimahi Utara pada bulan Januari 2019

dengan nomor surat :

1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani –

Kepala Badan Kesatuan Bangsa Kota Cimahi Nomor : B / 026

/ IKP (S1) / STIKES / I / 2019, perihal permohonan Izin Studi

Pendahuluan.

2) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani – Dinas

Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Cimahi Nomor : B / 072 /

IKP (S1) / STIKES / I / 2019, perihal permohonan Izin Studi

Pendahuluan.

3) Kantor Kesatuan Bangsa Nomor : 070.2 / 35 / Kesbang,

perihal Rekomendasi Penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengurus perizinan melaksanakan penelitian

61
62

1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani –

Kepala Badan Kesatuan Bangsa Kota Cimahi Nomor : B / 087

/ IKP (S1) / STIKES/ III / 2019, perihal Izin Penelitian.

2) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani – Dinas

Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Cimahi Nomor : B / 086 /

IKP (S1) / STIKES / III / 2019, perihal Izin Penelitian.

3) Kantor Kesatuan Bangsa Nomor : 070.1 / 145 / Kesbang,

perihal Rekomendasi Penelitian

4) Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kota Cimahi Nomor :

070 / 1012 / Dinkes, perihal Izin Penelitian

5) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani –

Ketua Komisi Etik Penelitian kesehatan STIKES Jenderal

Achmad Yani Cimahi Nomor : B / 127 / IKP (S1) / STIKES / IV

/ 2019, perihal permohonan Persetujuan Kode Etik

6) Komisi Etik Penelitian Kesehatan Nomor : 05 / KEPK / IV /

2019

b. Pengambilan data awal di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas

Cimahi Utara pada tanggal 29 dan 30 Januari 2019.

c. Intervensi telah dilakukan door to door selama 7 hari dengan

asisten sebanyak 3 orang pada tanggal 15 April sampai 22 April

2019

d. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian yang

ditandatangani oleh kepala Puskesmas Cimahi Utara dengan No

Surat : 440/051/V/Pusk/2019

e. Pengolahan data dan analisa data

62
63

f. Menerima surat pernyataan telah melaksanakan pengolahan dan

analisa data : Pusat Studi Statistik Nomor : P2T – STIKES / PSS /

010 / IV / 2019, perihal Surat Rekomendasi

3. Tahap akhir

a. Penyusunan laporan penelitian pada bulan Mei 2019.

b. Konsultasi laporan penelitian pada bulan Mei 2019.

c. Penyajian atau presentasi hasil penelitian pada tanggal 24 Mei

2019.

d. Perbaikan laporan penelitian pada tanggal 28 Mei - 29 Mei 2019.

E. Pengolahan Data dan Analisi Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah salah satu rangkaian kegiatan setelah

pengumpulan data yang akan diolah, sehingga menjadi informasi dan

dapat menjawab tujuan penelitian (Riyanto, 2011). Adapun langkah-

langkah pengolahan data antara lain :

a. Editing

Editing adalah tahap pengumpulan data dimana data yang

telah didapatkan kemudian diedit atau disunting terlebih dahulu.

Data tekanan darah yang telah terkumpul sudah diisi dengan

jelas, lengkap dan tidak ada kolom yang kosong. Setelah

memasukkan data,

b. Pemrosesan (Processing)

Data yang dimasukkan berupa nilai dari hasil pengukuran

tekanan darah dalam bentuk numerik. Setelah semua data nilai

63
64

tekanan darah sistolik dan diastolik, langkah selanjutnya yaitu

memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan

dengan cara memasukkan data hasil pengukuran tekanan darah

ke dalam komputer menggunakan program pengolah data yaitu

program komputer.

c. Pembersihan data (cleaning)

Proses akhir dari pengolahan data yang dilakukan dalam

penelitian adalah cleaning yang bertujuan untuk membersihkan

data agar sesuai dengan keinginan peneliti. Dalam pengolahan

data peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah

dilakukan apakah terdapat kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang

dilakukan pada seluruh variabel pada penelitian dari setiap

penelitian dari tiap variabel (Notoatmojo, 2014). Dalam penelitian

ini menggunakan uji Shapiro Wilk karena sampel <50 orang untuk

menguji normalitas dengan sampel sebanyak 16 orang kelompok

intervensi dan 18 orang kelompok kontrol dengan p value >0,05

dengan makna data berdistribusi normal.

Nilai univariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

menggambarkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah mengkonsumsi buah alpukat. Hasil penelitian ini

disajikan dengan mencantumkan standar deviasi, dan rerata

64
65

tekanan darah. Menurut Hidayat (2014), rumus menghitung rata-

rata sampel adalah :

Ʃ𝑥ᵢ
(𝑋) =
𝑛

keterangan :

𝑋 = rata-rata hitung sampel

Ʃ𝒙ᵢ = nilai dalam suatu sampel

𝑛 = jumlah sampel

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis

terhadap dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel

terkait yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,

2014). Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan

ada atau tidaknya pengaruh pemberian buah alpukat terhadap

tekanan darah pada penderita hipertensi. Berdasarkan data hasil

pengolahan data, didapatkan bahwa nilai Paired Samples Test pre

sistole dan post sistole yaitu 0,000 atau <0,05, nilai pre diastole

dan post diastole yaitu 0,000 atau < 0,05 yang berarti adanya

pengaruh pemberian buah alpukat terhadap tekanan darah.

Sedangkan nilai Independent Samples Test post sistole yaitu

0,000 dan post diastole 0,000 atau <0,05 yang berarti adanya

pengaruh pemberian buah alpukat terhadap tekanan darah.

65
66

Tabel 3.4 Analisa variabel independen dan variabel dependen

Variabel Variabel Uji statistik

Tekanan Intervensi (pre dan post) Uji t dependen

darah

Tekanan Kontrol (pre dan post) Uji t dependen

darah

Tekanan Setelah perlakuan antara Uji t independen

darah kelompok intervensi

dengan kelompok kontrol

Sumber : Sastroasmoro & Ismael (2011)

Uji T merupakan satu jenis uji parametrik bivariat yang

digunakan untuk uji hipotesis komparatif baik pada 1 kelompok

sampel maupun pada 2 kelompok sampel. Dalam penelitian ini

menggunakan uji t dependen dan independen. Adapan syarat uji

t dependen yaitu untuk mengetahui dua mean dari satu kelompok

dengan syarat data harus berdistribusi normal.

Syarat uji t Independen yaitu data harus berdistribusi normal,

kedua kelompok berbeda (independen), variabel yang

dihubungkan adalah kategorik dengan numerik. Uji t Independen

dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung rerata kedua

kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

66
67

Berdasarkan data hasil pengolahan data, didapatkan

bahwa rerata sistolik sesudah pada kelompok intervensi 136,56

mmHg dan rerata sistolik sesudah pada kelompok kontrol 148,81

mmHg. Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000, p (𝛼 ≤ 0,05)

berarti Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan ada

perbedaan terhadap tekanan darah sistolik pada kedua kelompok .

Sedangkan rerata diastolik sesudah pada kelompok

intervensi 83,31 mmHg dan rerata diastolik sesudah pada

kelompok kontrol 89,69 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan 𝜌

value 0,000, 𝜌 (𝛼 ≤ 0,05 yang artinya HO ditolak dengan demikian

dapat disimpulkan ada perbedaan terhadap tekanan darah

diastolik pada kedua kelompok.

Menurut Riyanto (2011) pengujian hipotesis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik berupa

teknik analisa uji t-independen dengan bahas kemaknaan 5%

dengan ketentuan :

1) P< 0,05 maka dikatakan ada pengaruh bermakna apabila

Ho ditolak dan Ha diterima

2) P> 0,05 maka dikatakan tidak ada pengaruh bermakna bila

Ho diterima dan Ha ditolak

3) Uji yang telah digunakan adalah uji t menggunakan rumus

perhitungan sebagai berikut :


𝑋1− 𝑋2
thitung = 𝑆𝑃 1 1
√𝑛 +𝑛
1 2

Jika nilai p untuk variabel tekanan darah sebelum dan

sesudah intervensi pada kedua kelompok >0,05 maka hasil

67
68

tersebut dapat disimpulkan bahwa rerata untuk variabel tekanan

darah pada kedua kelompok berdistribusi normal sehingga uji

statistik yang digunakan uji statistik parametrik dengan

menggunakan uji t independen.

F. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan

dalam kegiatan penelitian. Berikut etika penelitian yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini :

1. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect For Human

Dignity)

Responden mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang

terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan untuk memutuskan apakah mereka bersedia atau

menolak menjadi responden dari penelitian ini tanpa adanya paksaan

atau sanksi apapun (autonomy). Peneliti mempersiapkan formulir

persetujuan (informed consent) yang diketahui oleh keluarga pasien,

lembar persetujuan diberikan kepada responden, lalu peneliti

menjelaskan maksud, tujuan dan proses dari penelitian. Setelah

memberikan penjelasan responden diberikan kesempatan untuk

bertanya, kemudian responden memutuskan apakah mereka bersedia

atau tidak bersedia untuk menjadi responden dari penelitian ini tanpa

adanya paksaan atau sanksi apapun. Setelah responden menyetujui

untuk menjadi responden, kemudian diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan yang telah disiapkan. Jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden. Dalam

68
69

pelaksanaan dalam penelitian ketika pengumpulan data didapatkan

bahwa tidak ada responden yang menolak untuk dijadikan responden

yang terlibat dalam penelitian.

2. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan (Respect For Privacy and

Confidentiality)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan

akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat

pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya

diketahui oleh orang lain. Maka dari itu, untuk menjamin kerahasiaan,

peneliti tidak mencantumkan nama dan identitas responden.

Pada penelitian ini peneliti hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian dengan inisial nama sebagai

pengganti identitas responden. Untuk menjaga kerahasiaan data yang

didapatkan tidak dipublikasikan dan akan disimpan selama 5 tahun.

3. Keadilan dan Inklusivitas (Respect For Justice and

Inclusiveness)

Untuk memenuhi prinsip keadilan peneliti tetap memberikan buah

alpukat pada kelompok intervensi dan tetap memantau tekanan

darah. Pada kelompok intervensi peneliti akan memberikan perlakuan

yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan ras.

Semua dewasa akhir yang memiliki kriteria penelitian berhak ikut

serta dalam penelitian.

Pada saat penelitian berlangsung peneliti tetap memantau

tekanan darah responden pada kelompok kontrol berdasarkan SOP

69
70

yang ditetapkan dan setelah penelitian berakhir peneliti memberikan

buah alpukat pada kelompok kontrol.

4. Memperhitungkan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan

(Balancing Harms and Benefits).

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak

yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian

harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,

cedera, stres, maupun kematian subjek penelitian.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian telah dilakukan di RW 08 Kelurahan Wilayah Kerja

Puskesmas Cimahi Utara.

2. Waktu

Penelitian telah dilakukan pada bulan tanggal 15 April – 22 April 2019

70
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi Sebelum

dan Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat Pada Kelompok

Intervensi

Tabel 4.1 Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan


Hipertensi Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi
Buah Alpukat pada Kelompok Intervensi.

Pengukuran Variabel N Mean SD 95% CI

Sebelum Sistolik 157,13 7,991 152,87-161,38


18
Diastolik 94,81 5,730 91,76-97,87

Sesudah Sistolik 136,56 5,403 133,68-139,44


18
Diastolik 83,31 3,260 81,58-85,05

Berdasarkan pada Tabel 4.1, didapatkan bahwa tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan intervensi buah alpukat

didapatkan nilai rerata sistolik 157,13 dengan standar deviasi 7,991

dan nilai rerata sistolik 94,81 mmHg dengan standar deviasi 5,730

pada tingkat kepercayan 95% diyakini bahwa rerata tekanan darah

sistolik berada pada rentang 152,87 mmHg sampai

71
72

dengan mmHg dan tekanan darah diastolik diantara 91,76 mmHg

sampai 97,87 mmHg.

Tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah diberikan

intervensi buah alpukat didapatkan nilai rerata sistolik 136,56 mmHg,

dengan standar deviasi 5,403 dan nilai rerata diastolik 83,31 mmHg,

dengan standar deviasi 3,260 pada tingkat kepercayaan 95% diyakini

bahwa rerata tekanan darah sistolik berada pada rentang 133,68

mmHg sampai dengan 139,44 mmHg dan tekanan darah diastolik

diantara 81,58 mmHg sampai 85,05 mmHg

2. Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi Sebelum

dan Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat Pada Kelompok Kontrol

Tabel 4.2 Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan


Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Air
Putih dan Obat Pada Kelompok Kontrol
Pengukuran Variabel N Mean SD 95% CI

Sebelum Sistolik 151,88 7,753 147,74-156,01


18
Diastolik 93,81 5,394 90,94-96,69

Sesudah Sistolik 148,81 7,765 144,67-152,95


18
Diastolik 89,69 5,275 86,88-92,50

Berdasarkan pada tabel 4.2 , didapatkan bahwa tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan intervensi buah alpukat

didapatkan nilai rerata sistolik 151,88 mmHg , dengan standar deviasi

7,753 dan nilai rerata diastolik 93,81 mmHg, dengan standar deviasi
5,394 pada tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa rerata tekanan

darah sistolik berada pada rentang 147,74 mmHg sampai dengan

156,01 mmHg dan tekanan darah diastolik diantara 90,94 mmHg

sampai dengan 96,69 mmHg.

Tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah diberikan

intervensi buah alpukat didapatkan nilai rerata sistolik 148,81 mmHg,

dengan standar deviasi 7,765 dan nilai rerata diastolik 89,69 mmHg,

dengan standar deviasi 5,275 pada tingkat kepercayaan 95% diyakini

bahwa rerata tekanan darah sistolik berada pada rentang 144,67

mmHg sampai dengan 152,95 mmHg dan tekanan darah diastolik

diantara 86,88 mmHg sampai 92,50 mmHg.

3. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sesudah Mengkonsumsi Buah

Alpukat pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Tabel 4.3 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sebelum dan


Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

a. Kelompok Intervensi

Kelompok Variabel N Mean P Value

(Post)

Intervensi Pre Sistolik 18 154,34 0,000

Pre Diastolik 18 94,31

Intervensi Post Sistolik 18 143,69 0,000

Post Diastolik 18 87,34

73
Berdasarkan pada Tabel 4.3, didapatkan bahwa rerata sistolik

sebelum pada kelompok intervensi 154,34 mmHg dan rerata sistolik

sesudah pada kelompok intervensi 143,69 mmHg. Hasil uji statistik

didapatkan p value 0,000, p (𝛼 ≤ 0,05) berarti Ho ditolak dengan

demikian dapat disimpulkan ada perbedaan terhadap tekanan darah

sistolik pada kedua kelompok .

Rerata diastolik sebelum pada kelompok intervensi 94,31

mmHg dan rerata diastolik sesudah pada kelompok intervensi 87,34

mmHg. Hasil uji statistik didapatkan 𝜌 value 0,000, 𝜌 (𝛼 ≤ 0,05 yang

artinya HO ditolak dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan

terhadap tekanan darah diastolik pada kedua kelompok.

e. Kelompok Kontrol

Kelompok Variabel N Mean P Value

(Post)

Pre Sistolik 18 151,88 0,000


Kontrol
Pre Diastolik 18 93,81

Post Sistolik 18 145,94 0,000


Kontrol
Post Diastolik 18 88,44

Berdasarkan tabel 4.3 kelompok kontrol didapatkan bahwa

rerata sistolik sebelum pada kelompok kontrol 151,88 mmHg dan

rerata sistolik sesudah pada kelompok kontrol 145,94 mmHg. Hasil

uji statistik didapatkan p value 0,000, p (𝛼 ≤ 0,05) berarti Ho ditolak

dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan terhadap

tekanan darah sistolik pada kedua kelompok .

74
Rerata diastolik sebelum pada kelompok kontrol 93,81

mmHg dan rerata diastolik sesudah pada kelompok kontrol 88,44

mmHg. Hasil uji statistik didapatkan 𝜌 value 0,000, 𝜌 (𝛼 ≤ 0,05 yang

artinya HO ditolak dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan

terhadap tekanan darah diastolik pada kedua kelompok

4. Menganalisa beda tekanan darah sesudah pemberian buah alpukat

pada kelompok intervensi dan tekanan darah sesudah pemberian air

putih pada kelompok kontrol

Tabel 4.4 Menganalisa Beda Tekanan Darah Sesudah Pemberian


Buah Alpukat pada Kelompok Intervensi dan Tekanan
Darah Sesudah Pemberian Air Putih pada Kelompok
Kontrol

Kelompok Variabel N Mean P Value

(Post)

Intervensi Sistolik 18 136,56 0,000

Kontrol Sistolik 18 148,81

Intervensi Diastolik 18 83,31 0,000

Kontrol Diastolik 18 89,69

Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas, didapatkan bahwa

rerata sistolik sesudah pada kelompok intervensi 136,56 mmHg

dan rerata sistolik sesudah pada kelompok kontrol 148,81 mmHg.

Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000, p (𝛼 ≤ 0,05) berarti Ho

ditolak dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan

terhadap tekanan darah sistolik pada kedua kelompok .

75
Sedangkan rerata diastolik sesudah pada kelompok

intervensi 83,31 mmHg dan rerata diastolik sesudah pada

kelompok kontrol 89,69 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan 𝜌

value 0,000, 𝜌 (𝛼 ≤ 0,05 yang artinya HO ditolak dengan demikian

dapat disimpulkan ada perbedaan terhadap tekanan darah

diastolik pada kedua kelompok.

B. Pembahasan

1. Rerata Tekanan Darah pada Pra Lansia dengan Hipertensi

Sebelum dan Sesudah Mengkonsumsi Buah Alpukat Pada

Kelompok Intervensi.

Hasil analisis yang didapatkan pada tabel 4.1 bahwa

tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan intervensi

buah alpukat didapatkan nilai rerata sistolik 157,13 mmHg dan

diastolik 94,81 mmHg, sedangkan tekanan darah sistolik dan

diastolik sesudah diberikan buah alpukat didapatkan nilai rerata

sistolik136,56 mmHg dan diastolik 83,31 mmHg. Berdasarkan hasil

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa rerata tekanan darah pada

kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi merupakan kategori

hipertensi derajat 1 karena hasil saat pemeriksaan di lapangan

menunjukkan kasus hipertensi yang dialami pra lansia terbanyak.

Berdasarkan hasil penelitian ini, tekanan darah responden

sebelum dan sesudah diberikan terapi buah alpukat pada kelompok

intervensi terjadi penurunan dengan selisih 20,57 mmHg.

Penurunan ini dilihat berdasarkan nilai statistik bukan berdasarkan

nilai klinis karena jika dilihat berdasarkan nilai klinis penurunan

76
tekanan darah responden belum mencapai batas normal atau pra

hipertensi yaitu kurang dari 139/89 mmHg.

Terapi non farmakologi dapat juga dilakukan dengan

mengkonsumsi buah yang mengandung kalium, salah satunya

adalah adalah buah alpukat (Persea americana mill). Buah ini

dapat membantu mengendalikan tekanan darah tinggi dengan

meningkatkan sekresi natrium dan menekan sekresi renin yang

menyebabkan dilatasi arteri dan mengurangi respon terhadap

vasokontriksi pembuluh darah. Selain zat kalium di dalam buah

alpukat juga mengandung MUFA (Monounsatured Fatty Acid) yang

berperan untuk menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL

dalam darah. Kandungan niasin yang terdapat dalam buah alpukat

juga berfungsi untuk meningkatkan kolesterol HDL dalam darah

(Andi, 2013)

Selain zat kalium yang dapat berfungsi sebagai pengendali

hipertensi, terdapat juga zat flavonoid yang terkandung di dalam

buah alpukat. Senyawa flavonoid bermanfaat untuk melancarkan

peredaran darah ke seluruh tubuh dengan menghambat

pembentukan angiotensin II dari angiotensin I. Berkurangnya

angiotensin II akan terjadi efek vasokontriksi dan sekresi aldosteron

semakin berkurang untuk reabsorbsi natrium dan air sehingga

tekanan darah menurun. Selain itu flavonoid dapat mencegah

terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi

kandungan kolesterol dan mengurangi lemak pada dinding

77
pembuluh darah serta mengurangi risiko penyakit jantung koroner

(Apriyanti, 2012).

Setelah terapi dilakukan pada kedua kelompok, rata-rata

tekanan darah post test pada kedua kelompok turun. Hal ini karena

kandungan kalium yang dapat menurunkan tekanan darah dengan

cara kerja mengurangi sekresi renin yang menyebabkan

penghambatan terbentuknya angiotensin II sehingga vasodilatasi

pembuluh darah dan menurunnya aldosteron sehingga reabsorbsi

natrium dan air ke dalam darah berkurang sehingga dapat

menurunkan tekanan darah (Guyton, 2008).

Berdasarkan hasil analisa tersebut, didapatkan bahwa ada

penurunan tekanan darah sesudah diberikan terapi buah alpukat

pada kelompok intervensi karena buah alpukat memiliki kandungan

kalium yang baik untuk penderita hipertensi. Selain itu, pemilihan

responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi seperti

penderita hipertensi primer, penderita yang mengkonsumsi obat

antihipertensi captropil, penderita yang sedang tidak cemas berat,

dan penderita yang tidak obesitas. Hal-hal tersebut merupakan

faktor yang diteliti pada saat penelitian dalam menentukan kriteria

responden untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian buah

alpukat terhadap tekanan darah.

78
2. Rerata Tekanan Darah Pada Pra Lansia Dengan Hipertensi

Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Putih dan Obat Pada

Kelompok Kontrol

Pada hasil analisa yang terdapat pada tabel 4.2

didapatkan bahwa rerata tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum didapatkan nilai rerata sistolik 151,88 mmHg dan diastolik

93,81 mmHg, sedangkan tekanan darah sistolik dan diastolik

sesudah didapatkan nilai rerata sistolik 148,81nmmHg dan diastolik

89,69 mmHg. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik responden

pada pengukuran sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol

tidak jauh berbeda.

Berdasarkan data yang didapatkan, responden dengan

rentang usia 45 sampai 59 tahun. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian (Apriyandi, 2010), peningkatan tekanan darah terjadi

terutama ketika usia 45 tahun, dimana pertambahan usia dapat

menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh seperti

penebalan dinding arteri yang dapat mengakibatkan pembuluh

darah mengalami penyempitan dan menjadi kaku. Setelah usia 45

tahun terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik

dan terjadi proses degeneratif pada semua organ yang ada dalam

tubuh manusia.

Berdasarkan analisa tabel 4.2, Kelompok pre test dan post

test hipertensi tetap dalam derajat 1 karena responden pada

kelompok kontrol tidak diberikan terapi herbal atau tidak

mengkonsumsi buah alpukat melainkan hanya mengkonsumsi obat

79
captopil untuk menurunkan tekanan darah dengan cara

menghambat enzim dalam tubuh yang menghasilkan zat yang

menyebabkan pembuluh darah vasodilatasi yang dapat

meningkatkan aliran darah ke jantung menjadi lancar. Sehingga

penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi

obat captropil pada kelompok kontrol hasilnya tidak jauh berbeda

dibandingkan selisih penurunan kelompok intervensi.

3. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah

Mengkonsumsi Buah Alpukat pada Pra Lansia dengan

Hipertensi di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara

Hasil analisis yang didapatkan pada tabel kelompok

intervensi 4.3, didapatkan bahwa didapatkan bahwa rerata sistolik

sebelum pada kelompok intervensi 154,34 mmHg dan rerata

sistolik sesudah pada kelompok intervensi 143,69 mmHg. Rerata

diastolik sebelum pada kelompok intervensi 94,31 mmHg dan

rerata diastolik sesudah pada kelompok intervensi 87,34 mmHg..

Terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik

pada kelompok intervensi setelah pemberian buah alpukat . Selisih

rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi sebelum

pemberian buah alpukat dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah

pemberian buah alpukat 10,65 mmHg. Selisih rata-rata tekanan

darah diastolik pada kelompok intervensi sebelum pemberian buah

alpukat dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah pemberian

buah alpukat 6.97 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan p value

0,000, p (𝛼 ≤ 0,05) berarti Ho ditolak dengan demikian dapat

80
disimpulkan ada perbedaan terhadap tekanan darah sistolik dan

diastolik pada kedua kelompok .

Hasil analisis yang didapatkan ada tabel kelompok kontrol

4.3, didapatkan bahwa rerata sistolik sebelum pada kelompok

kontrol 151,88 mmHg dan rerata sistolik sesudah pada kelompok

kontrol 145,94 mmHg. Rerata diastolik sebelum pada kelompok

kontrol 93,81 mmHg dan rerata diastolik sesudah pada kelompok

kontrol 88,44 mmHg.

Terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik

pada kelompok kontrol setelah mengkonsumsi obat captropil .

Selisih rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol

sebelum dan setelah mengkonsumsi obat captropil 5,94 mmHg.

Selisih rata-rata tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol

sebelum dan sesudah mengkonsumsi obat captopil 5,37 mmHg.

Hasil uji statistik didapatkan p value 0,000, p (𝛼 ≤ 0,05) berarti Ho

ditolak dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan

terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada kedua kelompok

Hasil analisa pada tabel kelompok intervensi dan kelompok

kontrol didapatkan bahwa hasil pre test dan post test tetap dalam

kategori hipertensi derajat 1 karena pada saat pelaksanaan

penelitian kelompok kontrol tidak diberikan buah alpukat melainkan

hanya mengkonsumsi obat captropil sehingga penurunan tekanan

darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi obat captropil pada

kelompok kontrol hasilnya tidak jauh berbeda.

81
4. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sesudah Pemberian Buah

Alpukat pada Kelompok Intervensi dan Tekanan Darah

Sesudah Pemberian Air Putih pada Kelompok Kontrol

Hasil analisis yang didapatkan pada tabel 4.4 didapatkan

rerata sistolik sesudah diberikan perlakuan pada kelompok

intervensi 136,56 mmHg dan pada kelompok kontrol 148,81 mmHg,

sedangkan rerata diastolik sesudah perlakuan pada kelompok

intervensi 83,31 mmHg dan pada kelompok kontrol 89,69 mmHg.

Terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah pemberian buah

alpukat . Rata-rata tekanan darah sistolik pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol setelah pemberian buah alpukat didapatkan

bahwa tekanan darah sistolik kelompok kontrol lebih tinggi

dibandingkan tekanan darah sistolik kelompok intervensi karena

kelompok kontrol tidak diberikan intervensi buah alpukat melainkan

hanya mengkonsumsi obat captropil. Rata-rata tekanan darah

diastolik setelah mengkonsumsi obat captropil didapatkan bahwa

kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi.

Hasil uji statistik didapatkan 𝜌 value tekanan darah sistolik

dan diastolik pada kedua kelompok 𝜌 value sistolik 0,000 dan 𝜌

value diastolik 0,000, 𝜌 (𝛼 ≤ 0,05) berarti HO ditolak dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan terhadap

tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Bermakna bahwa ada pengaruh dari intervensi

terapi buah alpukat terhadap tekanan darah.

82
Didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Jiandita

(2010), mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan terhadap

20 responden yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja Posyandu

Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul Yogyakarta didapatkan

hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sebelum

mengkonsumsi buah alpukat dengan rata-rata tekanan darah

sistolik 157,2 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik 93,64

mmHg. Hasil penelitian didapatkan setelah mengkonsumsi buah

alpukat dengan rata-rata tekanan darah sistolik 138,1 dan tekanan

darah diastolik 86,71 mmHg. Maka dapat disimpulkan terdapat

penurunan tekanan darah selama diberikan buah alpukat di Wilayah

Kerja Posyandu Edelweis Dusun Serut Palbapang Bantul

Yogyakarta.

Kelebihan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah dalam penelitian ini intervensi yang diberikan adalah 200

gram buah alpukat tidak ada tambahan bahan apapun yang akan

membuat penelitian ini menjadi bias dan untuk mencegah beberapa

faktor perancu selama penelitian, peneliti menggunakan kelompok

kontrol untuk membedakan hasil penurunan tekanan darah

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, penelitian ini

menggunakan kriteria inklusi yang mempertimbangkan nilai IMT

(<27kg/m2) dan cemas ringan sampai sedang dengan skor (<27).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan terapi

buah alpukat responden mengalami penurunan. Hal tersebut dapat

dinyatakan bahwa terapi buah alpukat dapat menurunkan tekanan

83
darah yang dapat digunakan sebaga terapi pendamping dalam

menurunkan tekanan darah pada pra lansia yang mengalami

hipertensi di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Utara.

84
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang

diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik responden kelompok

intervensi sebelum diberikan intervensi buah alpukat didapatkan nilai

rerata sistolik 157,13 mmHg dan diastolik 94,81, sedangkan tekanan

darah sistolik dan diastolik kelompok intervensi sesudah diberikan

intervensi buah alpukat didapatkan nilai rerata sistolik 136,56 mmHg dan

diastolik 83,31 mmHg.

2. Rerata tekanan darah sistolik dan diastolik responden kelompok kontrol

sebelum diberikan intervensi buah alpukat didapatkan nilai rerata sistolik

151,88 mmHg dan diastolik 93,81 mmHg, sedangkan tekanan darah

sistolik dan diastolik kelompok kontrol sesudah diberikan buah alpukat

didapatkan nilai rerata sistolik 148,81 mmHg dan diastolik 89,69 mmHg.

3. Ada perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan

sesudah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan 𝜌 value

sistolik 0,000 dan diastolik 0,000 (𝜌 value ≤ 0,05).

4. Ada perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan 𝜌 value sistolik 0,000

dan diastolik 0,000 (𝜌 value ≤ 0,05)

85
86

B. Saran

1. Bagi Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan motivasi

bagi penderita hipertensi untuk mengkonsumsi buah alpukat

sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan

tekanan darahnya, disertai pula dengan pengendalian faktor risiko

hipertensi.

2. Bagi Keluarga Penderita Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan keluarga penderita hipertensi mengenai manfaat buah

alpukat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat digunakan

sebagai terapi tambahan untuk memberikan dukungan keluarga

kepada penderita hipertensi dengan cara mendukung dalam

mengkonsumsi buah alpukat secara teratur serta melakukan

pengendalian faktor risiko diantaranya dengan menjaga pola makan

dan olahraga.

3. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan pada saat kunjungan

Posbindu petugas Puskesmas dapat memberikan informasi bahwa

dengan mengkonsumsi buah alpukat secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah.

4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya

semoga penelitian ini dapat menjadi dasar acuan atau data dasar

sebagai informasi untuk melakukan penelitian, peneliti selanjutnya


87

disarankan untuk meneliti alpukat dengan dosis yang berbeda dan

dilakukan dalam jangka waktu jangka panjang dan perlu diteliti juga

tentang pengaruh buah alpukat dengan mengolah alpukat dengan

di jus ataupun dengan pengolahan lainnya.


88

DAFTAR PUSTAKA

Andi, A. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat Terhadap


Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan (skripsi). Institut Pertanian Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan.

Apriyanti, M. (2012). Meracik Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Kanker.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Azizah,L.M.(2011).Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Brunner & Suddart, (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Dahlan S (2016). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta :


Salemba Medika.

Darmojo, Boedhi (2009). Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Depkes RI (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Dovan, Mohammad & Susi. Pengaruh Pemberian Buah Alpukat Terhadap


Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Desa
Wringinagung. Jember : Universitas Muhammadiyah Jember.

Guyton, A. C, dan Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II.
Jakarta : EGC.

Hasdianah & Suprapto, S.I (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Hidayat, A.A., (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth, B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Indah, Arifin, & Agus (2010). Pengaruh Pemberian Buah Alpukat Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Batoh Wilayah Kerja Puskesmas
Lueng Bata Kota Banda Aceh. Aceh Besar : Poltekkes Kemenkes RI
Aceh.

Junaedi, E., Yulianti, S., & Rinata, M.G. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal.
Jakarta Selatan : Fmedia.
89

Kemenkes RI. (2018). Panduan Peringatan Hari Kesehatan Sedunia 2018:


Waspadai Hipertensi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Kholis, N . (2011). Bebas Hipertensi Seumur Hidup dengan Terapi Herbal.


Yogyakarta : Penerbit Real Book.

Manurung, Nixson (2016). Terapi Reminiscence. Jakarta : CV Trans Info Media.

Martuti. (2009). Hipertensi Merawat & Menyembuhkan Penyakit Tekanan Darah


Tinggi. Kasihan Bantul : Penerbit Kreasi Kencana.

Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santosa, B.A. (2009). Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen


Publishing.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Nurahmani & Kurniadi. (2014). Stop Diabetes, Hipertensi, Kolesterol Tinggi,


Jantung Koroner. Yogyakarta : Istana Media.

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika.

Priyoto (2015). Nursing Intervention Classification Dalam Keperawatan Gerontik.


Jakarta : Salemba Medika.

Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika

Purwanto. (2012). Hipertensi (Patogenesis, Kerusakan Target, Organ, dan


Penatalaksanaan). Surakarta : UNS Press.

Puti Hika Citra. (2009). Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Biji
Alpukat (skripsi). Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Revina, Lianti (2014). Khasiat Dahsyat Alpukat Mengobati & Mencegah Semua
Penyakit. Jakarta : Healty Books.

Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.


Jakarta : Sagung Seto.

Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Sugiyono, A. (2014). Pengolahan dan Analisa Data Kesehatan. Yogyakarta :


Nuha Medika.
90

Taufik, Aris Moh (2010). Manfaat dan Kandungan Nutrisi Buah Alpukat. Diperoleh
tanggal 15 Januari 2019 dari http ://ariesclub17.com/2009/06/manfaat-
dan-kandungan-nutrisi-buah.html//

The George Mateljan Foundation. (2010). The World Healthiest Foods Spinach,
Diperoleh tanggal 20 Januari 2019 dari http : /// www.whfoods.com/
tname: foodspice & dbid=43

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.

WH0 (2018). A Global Brief On Hipertension Sillent Killer, Global Public Health
Crisis. World Health Organization.

Wijoyo, P.M. (2009). Ramuan Penyembuhan Maag. Jakarta : Bee Media


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai