Anda di halaman 1dari 2

Phenytoin

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi


(epileptic seizure). Obat antiepilepsi terdiri atas beberapa golongan antara lain: (1) golongan
hidantoin, (2) golongan barbiturat, (3) golongan oksazolidindion, (4) golongan suksinimid, (5)
karbamazepin, (6) golongan benzodiazepin, (7) asam valproat, (8) antiepilepsi lain seperti:
fenasemid dan penghambat karbonik anhidrase. Obat antiepilepsi golongan hidantoin dikenal
tiga senyawa antikonvulsi yaitu: fenitoin (difenilhidantion), mefenitoin dan etotoin.
MEKANISME KERJA ANTIEPILEPSI
Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu: (1) dengan mencegah timbulnya
letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi, (2) dengan mencegah
terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi. Bagian
terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.
Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik. Berbagai obat
antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang
mempengaruhi sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai
antiepilepsi.

FENITOIN
Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsi, kecuali bangkitan lena.
Adanya gugus fenil atau aromatik lainnya pada atom C5 penting untuk efek pengendalian
bangkitan tonik-klonik; sedangkan gugus alkil bertalian dengan efek sedasi, sifat yang terdapat
pada mefenition dan barbiturat, tetapi tidak pada fenitoin. Adanya gugus metil pada atom N3
akan mengubah spektrum aktivitas misalnya mefenitoin, dan hasil N demetilasi oleh enzim
mikrosom hati menghasilkan metabolit tidak aktif.
Fenitoin berefek antikonvulsan tanpa menyebabkan depresi umum susunan saraf pusat.
Dosis toksik menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigiditas deserebrasi. Sifat
antikonvulsan fenitoin didasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian
lain di otak. Efek stabilisasi membran sel oleh fenitoin juga terlihat pada saraf tepi dan membran
sel lainnya yang juga mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi di jantung. Fenitoin juga
mempengaruhi perpindahan ion melintasi membran sel; dalam hal ini, khususnya dengan
menggiatkan pompa Na+ neuron. Bangkitan tonik-klonik dan beberapa bangkitan parsial dapat
pulih secara sempurna. Gejala aura sensorik dan gejala prodromal lainnya tidak dapat
dihilangkan secara sempurna oleh fenitoin.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi fenitoin yang diberikan per oral berlangsung lambat, sesekali tidak lengkap;
10% dari dosis oral diekskresikan bersama tinja dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma
dicapai dalam 3 – 12 jam. Bila dosis muatan (loading dose) perlu diberikan, 600 – 800 mg,
dalam dosis terbagi 8 – 12 jam, kadar efektif plasma akan tercapai dalam waktu 24 jam.
Pemberian fenitoin secara IM, menyebabkan fenitoin mengendap di tempat suntikan kira-kira 5
hari, dan absorpsi berlangsung lambat. Fenitoin didistribusi ke berbagai jaringan tubuh dalam
kadar yang berbeda-beda. Setelah suntikan IV, kadar yang terdapat dalam otak, otot skelet dan
jaringan lemak lebih rendah daripada kadar di dalam hati, ginjal dan kelenjar ludah. Waktu paruh
plasma pada manusia setelah pemberian oral fenitoin sekitar 22 jam dengan rentang 7-42 jam.
Tingkat therapeutic dicapai setidaknya 7-10 hari (5-7 kali waktu paruh).

Anda mungkin juga menyukai