Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh bapak M. HARTONO, S.T., M.T. .
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan tugas makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghantarkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga nilai yang di berikan oleh bapak M. HARTONO,
S.T., M.T. dalam mata kuliah Pengukuran Listrik yang kami tempuh dalam
semester antara kali ini mendapatkan nilai yang terbaik, kami sangat berharap
mendapatkan nilai A dalam matakulah Pengukuran Listrik. Aamiin.
Penulis
A. PENGUKURAN ARUS LISTRIK
Alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada suatu rangkaian adalah
ampere-meter (disebut juga am-meter). Alat ukur ini harus dilalui oleh arus listrik
yang hendak di ukur. Oleh karena itu alat ukur harus disambung secara seri pada
rangkaian, baik di depan ataupun di belakang alat pemakai listrik.
Arus listrik berbeda dengan tegangan dan resistansi. Arus listrik tidak bisa ada
sendiri. Sumber tekanan listrik (tegangan ) diperlukan agar arus listrik mengalir.
Sumber tegangan sendiri tidak dapat menciptakan arus Sumber tegangan dan
rangkaian tertutup diperlukan untuk arus mengalir.
Arus pada rangkaian listrik dapat dibandingkan dengan aliran air dalam pipa . Jika
kita akan mengukur jumlah air yang mengalir per detiknya kita memasukkan
flowmeter ke pipa sehingga air melewati flowmeter, sehingga dapat mengukur
jumlah aliran air. Dalam pengukuran arus juga sama. Ketika arus adalah pergerakan
dari aliran listrik maka rangkaian harus diputuskan dan am-meter disisipkan secara
seri ditengah rangkaian . Seluruh aliran arus listrik akan bergerak melalui ammeter
yang menunjukkan besarnya pergerakan elektron.
Karena alat am-meter ini harus dihubung seri terhadap rangkaian, maka alat ini
harus mempunyai tahanan dalam (tahanan meter atau Rm) yang sangat kecil. Jika
tidak, maka alat ukur ini akan menambah jumlah tahanan di dalam rangkaian,
akibatnya arus listrik dalam rangkaian akan turun. Dengan demikian, am-meter
tidak dapat mengukur besar kuat yang sebenarnya, tetapi lebih rendah dari yang di
harapkan. Semakin kecil tahanan dalam am-meter, semakin cermat pula lah sistem
penunjukannya.
Pada umumnya setiap alat ukur mempunyai batas ukur tertentu. Jarum penunjuk
alat ukur yang batas tertinggi dari skala akan menyimpang penuh sampai batas
paling kanan skala. Untuk memper tinggi batas dari am-meter dapat dilakukan
dengan memasangkan tahanan shunt (tahanan paralel).
Penambahan batas ukur pada alat-alat presisi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
A
C D
R1
I1
I I2
A R2 B
Untuk menentukan besarnya nilai tahanan shunt dari am-mater, perhatikan gambar
1.2 di atas. Dalam rangkaian ABCD dapat dilihat bahwa tegangan antara titik AB
dan CD adalah sama (sifat hukum paralel rangkaian).
𝑉𝐶𝐷 = 𝑉𝐴𝐵
Atau : 𝐼1 𝑅1 = 𝐼1 𝑅1
𝐼2 = 𝐼 – 𝐼1
Maka : 𝐼1 𝑅1 = (𝐼 – 𝐼1 ) 𝑅2
I adalah kuat arus listrik yang hendak diukur yang mempunyai harga sebesar n kali
harga kuat arus yang melalui am-meter (I = n.I1). Sehingga :
𝐼1 𝑅1 = (𝑛𝐼1 – 𝐼1 ) 𝑅2
𝐼1 𝑅1 = (𝑛 – 𝐼)𝐼1 𝑅2
𝐼1 𝑅2
𝑅2 =
(𝑛 − 1)𝐼1
𝐼1
𝑅2 =
(𝑛 − 1)𝐼1
Dimana :
I2= kuat arus yang melalui tahanan shunt=kelipatan perluasan batas ukur
Contoh soal :
Diketahui:
Ditanyakan :
Penyelesaian:
I = nIa
n = I/Ia = 20/2
R1 0,5 0,5
R2 = (𝑛−1) = =
10−1 9
R2 = 0,0056Ω
B. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK
Volt-meter digunakan untuk besar tegangan yang terdapat pada dua titik terminal.
Jika kita hendak mengukur tegangan pada suatu komponen rangkaian misalnya
sebuah akumulator yang merupakan sumber tegangan, maka volt-meter dipasang
secara paralel (sejajar) terhadap komponen tadi.
Berdasarkan gambar 11, dapat dilihat bahwa volt-meter harus mempunyai tahanan
dalam yang sangat besar. Jika tidak demikian, maka hal ini akan menyebabkan
turunnya tegangan pada kutub positif dan kutub negatif dari sumber. Semakin besar
kuat arus, semakin besar pula tegangan yang hilang (voltase drop).
Akan lebih sempurna jika volt-meter mempunyai harga tahanan dalam yang
besarnya tak terhingga. Hal ini akan menyebabkan tidak ada arus yang mengalir
dalam volt-meter, sehingga kecermatannya menjadi maksimum.
Seperti pada am-meter, alat ukur volt-meter juga pada umumnya menggunakan asas
moving coil (kumparan putar). Pada umumnya kumparan putar tidak memiliki
tahanan dalam yang besar. Supaya dapat digunakan pada volt-meter, maka perlu
dipasang seri terhadap kumparan putar. Pada gambar 11.b, tahanan dalam Rm
adalah tahanan yang diserikan dengan kumparan putar.
V
E
Gambar 3 Pengukuran terhadap tegangan antara saluran listrik[1]
V
R2 R1
E2 E1
Gambar 4 Pengukuran terhadap tegangan listrik yang melebihi batas ukur dari
volt-meter. R[1]
Untuk menghitung berapa besar tahanan yang harus dipasang seri untuk perluasan
batas ukur dari volt-meter, perhatikan gambar1.3 di atas.
E adalah tegangan listrik yang hendak diukur yang mempunyai harga sebesar n kali
harga tegangan alat ukur (E = n E1). Sehingga :
n.I.R1= I(R1+R2)
R2 = (n – 1) R1 atau Rse = (n – 1) Rd
dimana :
Sebuah volt-meter dengan tahanan dalam 50 Ω mempunyai batas ukur 0,5 V. Untuk
menaikkan batas ukur alat tersebut menjadi 5 V, maka tahanan seri yang diperlukan
sebesar ?
Penyelesaian
n = E/E1= 5/0,5 = 10
Satuan SI yang ditetapkan untuk tahanan listrik adalah Ohm. Simbol formula untuk
tahanan listrik adalah R dengan simbol satuan untuk Ohm yaitu Ω (baca: Ohm). Ω
adalah huruf Yunani Omega. Satuan SI yang ditetapkan 1 Ω didefinisikan dengan
aturan sebagai berikut. :
Suatu beban dengan tahanan yang kecil menghantarkan arus listrik dengan baik.
Dikatakan : “dia memiliki daya hantar yang besar”.
Daya hantar yang besar sepadan dengan tahanan yang kecil dan sebaliknya daya
hantar kecil sepadan dengan tahanan besar.
Daya hantar adalah kebalikan tahanan. Satuan SI yang ditetapkan untuk daya hantar
adalah Siemens dengan simbol formula untuk daya hantar adalah G. Simbol satuan
untuk Siemens adalah S.
Satuan untuk hantar jenis adalah Suatu bahan penghantar dengan tahanan jenis kecil
menghantarkan arus listrik dengan baik, dia sanggup menghantarkan dengan sangat
baik. Hal ini disebut sebagai besaran hantar jenis atau besaran spesifikasi daya
hantar dari bahan.
Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit
atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.
Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.
Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :
𝐸
𝑃 =
𝑡
Dimana :
P = Daya Listrik
Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)
Satuan turunan Watt yang sering dijumpai di antaranya adalah seperti di bawah ini:
𝑃 = 𝑉 × 𝐼
Atau
𝑃 = 𝐼×𝑅
𝑉
𝑃 =
𝑅
Dimana :
Contoh :
Sebuah Televisi LCD memerlukan Tegangan 220V dan Arus Listrik sebesar 1,2A
untuk mengaktifkannya. Berapakah Daya Listrik yang dikonsumsinya ?
Penyelesaiannya
Diketahui :
V = 220V
I = 1,2A
P=?
Jawaban :
P=VxI
P = 220V x 1,2A
P = 264 Watt
Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt.
Persamaan Rumus Daya Listrik
Dalam contoh kasus II, variabel yang diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan
(R), jadi kita tidak dapat menggunakan Rumus dasar daya listrik yaitu P=VI, namun
kita dapat menggunakan persamaan berdasarkan konsep Hukum Ohm untuk
mempermudah perhitungannya.
Hukum Ohm :
𝑉 = 𝐼 × 𝑅
Jadi, jika yang diketahui hanya Arus Listrik (I) dan Hambatan (R) saja.
P=VxI
P = (I x R) x I
P = I2R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik
Sedangkan penjabaran rumus jika diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan (R)
saja.
P=VxI
P = V x (V / R)
1. Low-loss kapasitor. Contohnya adalah mica, glass, low loss keramik dan low-
loss plastic film kapasitor yang memiliki kestabilan kapasitansi yang bagus.
Kapasitor tersebut harganya mahal dan sering kali dipilih untuk aplikasi yang
presisi seperti filter telekomunikasi
Sesuai dengan jenis material dan teknik konstruksinya, kapasitor dapat dibagi
sesuai dengan jenis materialnya yaitu,
1. Paper kapasitor: biasanya kapasitor ini dibuat dari bubur kayu yang
ketebalannya 5 sampai dengan 50 µm. Aplikasinya biasanya pada alat
elektronika yang memiliki frekuensi rendah dan tegangan tinggi.
Gambar 6 Paper Kapasitor
Karakteristik Kapasitor
Voltase Breakdown: Jika kapasitor dioperasikan pada tegangan yang tinggi, nilai
medan lisrik pada dielektriknya akan melebihi nilai breakdown sehingga
menyebabkan dielektriknya rusak permanen. Kekuatan dielektrik yaitu kemampuan
dimana dia dapat bertahan pada tegangan tinggi tanpa adanya perubahan pada
frekuensi dan temperatur.
Frekuensi dan impedansi: Pada umunya kapasitor akan meningkat nilai loss nya
pada saat frekuensinya rendah dan tinggi. Pada frekuensi rendah ,seluruh
rangkaiannya akan resistif sehinga arus DC yang lewat menjadi lebih efektif. Pada
frekuensi tinggi, arusnya akan menuju kapasitor dan terjadi loss dielektrik.
Pengukuran Kapasitansi
𝑍1 𝑍3 = 𝑍2 𝑍𝑥
𝑗 𝑗
(𝑅1 − ) 𝑅3 = (𝑅𝑥 − )𝑅
𝜔𝐶1 𝜔𝐶2 2
𝑅1 𝑅3
𝑅𝑥 =
𝑅2
𝐶1 𝑅2
𝐶𝑥 =
𝑅3
𝑅3 (1 + 𝜔2 𝑅12 𝐶12 )
𝑅𝑥 =
𝜔 2 𝑅1 𝑅2 𝐶12
𝐶1 𝑅2
𝑅𝑥 =
𝑅3 (1 + 𝜔 2 𝑅12 𝐶12 )
1
𝜔2 =
𝑅1 𝐶1 𝑅𝑥 𝐶𝑥
Gambar 9 Rangkaian The Wien Bridge [4]
Jembatan ini digunakan untuk mengukur kapasitansi, faktor disipasi dan sudut loss.
Kapasitansi yang tidak diketahui nilainya sebanding dengan kapasitansi C3.
Persamaan jembatan ini yaitu:
𝐶3 𝑅2 𝐶2 𝑅1
𝐶𝑥 = dan 𝑅𝑥 =
𝑅1 𝐶3
Untuk memilih rangkaian jembatan yang lebih cocok digunakan indikator faktor
kualitas / faktor penyimpanan/ Q. Faktor penyimpanan sama dengan perbandingan
harga reaktansi terhadap resistansi dari suatu induktor.
𝐸1 = 𝐸2
𝐼1 𝑍1 = 𝐼2 𝑍2
𝐸 𝐸
𝑍1 = 𝑍
𝑍1 + 𝑍3 𝑍3 + 𝑍4 2
𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3
2. Jembatan Induktansi Maxwell
𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3
𝑅3
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = {(𝑅2 + 𝑟2 ) + 𝑗𝜔𝐿2 }
𝑅4
3. Jembatan Owen
R1 = Tahanan pd induktor L1
C2 = Kapasitor variabel
C4 = kapasitor standar
𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3
1 1
(𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 ) = (𝑅2 + )𝑅
𝑗𝜔𝐶4 𝑗𝜔𝐶2 3
1
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = 𝑗𝜔𝐶4 𝑅3 (𝑅2 + )
𝑗𝜔𝐶2
𝐶4 𝑅3
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = 𝑗𝜔𝐶4 𝑅3 𝑅2
𝐶2
Medan magnet adalah salah satu besaran fisis yang sangat penting dan digunakan
dalam banyak bidang, misalnya: geofisika, geologi, kedokteran, oseanografi,
ekspedisi luar angkasa dan banyak kegunaan lainnya. Pemetaan medan magnet
merupakan hasil dari penggambaran medan magnet dalam ruang. Peta medan
magnet diperlukan dalam mendisain akselerator partikel, spektrometer (massa,
nuclear magnetic resonance, electron spin resonance), dan sistem pencitraan
resonansi magnetik. Peta medan magnet juga digunakan dalam eksplorasi geologi
karena variasi dalam besar dan arah medan magnet bumi memberikan gambaran
dari permukaan bumi bagian dalam. Peta medan magnet dibuat dengan mengukur
pola medan magnet di sekitar permukaan bumi menggunakan sensor magnetik
medan lemah.
Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengukur kuat medan magnet.
Pemilihan metode ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain: resolusi, kuat
medan, homogenitas, variasi dalam waktu, sensitivitas dan keakuratan.
1. Fluxgate Magnetometer
Bila ada medan magnet luar maka salah satu kumparan akan mengalami flux
magnet yang lebih besar dari yang lainnya, tetapi dalam setengah
gelombang berikutnya kumparan yang mengalami flux magnet tambahan berganti
dengan kumparan kedua. Sehingga pada saat yang sama kedua kumparan
mempunyai pulsa yang berbeda, dan keluaran dari kumparan sekunder merupakan
pulsa tegangan yang berasal dari selisih flux yang ditimbulkan kumparan primer.
Tinggi pulsa sebanding dengan medan magnet luar yang mempengaruhinya.
2. Magnetometer Kumparan
Induksi Sensor kumparan induksi (search coil sensor, pickup coil sensor, magnetic
antenna) adalah salah satu sensor magnetik tertua dan terkenal. Kumparan
induksi , yang merupakan salah satu perangkat paling sederhana
penginderaan medan magnet. Merupakan fungsi transfer hasil dari hukum
Faraday tentang induksi. Dimana bila ada suatu flux magnet yang melewati
suatu koil akan menghasilkan tegangan yang proposional (berbanding lurus)
dengan perubahan flux.
[1] https://id.scribd.com/doc/61262820/Bahan-Ajar-Alat-Ukur-amp-
Pengukuran-Besaran-Listrik
[2] https:///U1ZW7eSvCH28qvL58bmxX8skcyy59M8nqIjneRss.pdf
[3] http://elektronika-dasar.web.id/pengukuran-daya-rangkaian-dc
[4] https://luthfimahar.blogspot.com/2018/03/pengukuran-kapasitansi.html
[5] http://andhikarp-elektroundip.blogspot.com/2015/08/pengukuran-
induktansi.html
[6] https://dokumen.tips/documents/bab-12-pengukuran-medan-magnet.html