Anda di halaman 1dari 27

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Dosen : M. HARTONO, S.T., M.T.


Disusun Oleh: Kelompok 2
1. Yasir Riyanto (3332160048)
2. Adika Surya (3332160014)
3. Aan Maulana (3332160067)
4. M. Maulana Zensih (3332170028)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas yang telah diberikan oleh bapak M. HARTONO, S.T., M.T. .

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan tugas makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghantarkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami dari kelompok 2 menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah


karakteristik alat ukur masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat tugas kelompok ini dengan baik dan
oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul dari bapak M. HARTONO, S.T., M.T..

Akhirnya kami berharap semoga nilai yang di berikan oleh bapak M. HARTONO,
S.T., M.T. dalam mata kuliah Pengukuran Listrik yang kami tempuh dalam
semester antara kali ini mendapatkan nilai yang terbaik, kami sangat berharap
mendapatkan nilai A dalam matakulah Pengukuran Listrik. Aamiin.

Cilegon,04 Juli 2018

Penulis
A. PENGUKURAN ARUS LISTRIK
Alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada suatu rangkaian adalah
ampere-meter (disebut juga am-meter). Alat ukur ini harus dilalui oleh arus listrik
yang hendak di ukur. Oleh karena itu alat ukur harus disambung secara seri pada
rangkaian, baik di depan ataupun di belakang alat pemakai listrik.

Arus listrik berbeda dengan tegangan dan resistansi. Arus listrik tidak bisa ada
sendiri. Sumber tekanan listrik (tegangan ) diperlukan agar arus listrik mengalir.
Sumber tegangan sendiri tidak dapat menciptakan arus Sumber tegangan dan
rangkaian tertutup diperlukan untuk arus mengalir.

Arus pada rangkaian listrik dapat dibandingkan dengan aliran air dalam pipa . Jika
kita akan mengukur jumlah air yang mengalir per detiknya kita memasukkan
flowmeter ke pipa sehingga air melewati flowmeter, sehingga dapat mengukur
jumlah aliran air. Dalam pengukuran arus juga sama. Ketika arus adalah pergerakan
dari aliran listrik maka rangkaian harus diputuskan dan am-meter disisipkan secara
seri ditengah rangkaian . Seluruh aliran arus listrik akan bergerak melalui ammeter
yang menunjukkan besarnya pergerakan elektron.

Karena alat am-meter ini harus dihubung seri terhadap rangkaian, maka alat ini
harus mempunyai tahanan dalam (tahanan meter atau Rm) yang sangat kecil. Jika
tidak, maka alat ukur ini akan menambah jumlah tahanan di dalam rangkaian,
akibatnya arus listrik dalam rangkaian akan turun. Dengan demikian, am-meter
tidak dapat mengukur besar kuat yang sebenarnya, tetapi lebih rendah dari yang di
harapkan. Semakin kecil tahanan dalam am-meter, semakin cermat pula lah sistem
penunjukannya.

1. Batas Ukur Am-meter

Pada umumnya setiap alat ukur mempunyai batas ukur tertentu. Jarum penunjuk
alat ukur yang batas tertinggi dari skala akan menyimpang penuh sampai batas
paling kanan skala. Untuk memper tinggi batas dari am-meter dapat dilakukan
dengan memasangkan tahanan shunt (tahanan paralel).
Penambahan batas ukur pada alat-alat presisi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

a. Pada jepitan ampere-meter dipasangkan sebuah tahanan shunt.


b. Tahanan shunt telah dimasukkan ke dalam alat ukur biasa dapat
disambungkan atau dilepaskan secara mudah.

Gambar 1 Pengukuran arus sebelum dihubungkan dengan shunt[1]

A
C D
R1

I1
I I2
A R2 B

Gambar 2 Pengukuran arus setelah dihubungkan dengan shunt[1]

Untuk menentukan besarnya nilai tahanan shunt dari am-mater, perhatikan gambar
1.2 di atas. Dalam rangkaian ABCD dapat dilihat bahwa tegangan antara titik AB
dan CD adalah sama (sifat hukum paralel rangkaian).

𝑉𝐶𝐷 = 𝑉𝐴𝐵
Atau : 𝐼1 𝑅1 = 𝐼1 𝑅1
𝐼2 = 𝐼 – 𝐼1
Maka : 𝐼1 𝑅1 = (𝐼 – 𝐼1 ) 𝑅2

I adalah kuat arus listrik yang hendak diukur yang mempunyai harga sebesar n kali
harga kuat arus yang melalui am-meter (I = n.I1). Sehingga :

𝐼1 𝑅1 = (𝑛𝐼1 – 𝐼1 ) 𝑅2
𝐼1 𝑅1 = (𝑛 – 𝐼)𝐼1 𝑅2

𝐼1 𝑅2
𝑅2 =
(𝑛 − 1)𝐼1

𝐼1
𝑅2 =
(𝑛 − 1)𝐼1

Dimana :

I= kuat arus listrik yang akan di ukur

R1= tahanan dalam alat ukur (Rd)

I1= kuat arus yang melalui alat ukur

R2= tahanan shunt (Rsh)

I2= kuat arus yang melalui tahanan shunt=kelipatan perluasan batas ukur

Contoh soal :

Sebuah am-meter mempunyai tahanan dalam 0,5 Ω dengan penunjukan maksimum


2A. Am-meter tersebut digunakan untuk mengukur arus sebesar 20A. Berapakah
besar tahanan shunt yang harus dipasang pada alat ini ?

Diketahui:

R1= 0,5 Ω( tahanan dalam alat ukur )

R1= 2 A( batas arus maksimum yang melalui alat ukur )

I= 20 A( kuat arus yang akan diukur )

Ditanyakan :

R2= …?( tahanan shunt yang harus ditambahkan)

Penyelesaian:

I = nIa

n = I/Ia = 20/2
R1 0,5 0,5
R2 = (𝑛−1) = =
10−1 9
R2 = 0,0056Ω
B. PENGUKURAN TEGANGAN LISTRIK
Volt-meter digunakan untuk besar tegangan yang terdapat pada dua titik terminal.
Jika kita hendak mengukur tegangan pada suatu komponen rangkaian misalnya
sebuah akumulator yang merupakan sumber tegangan, maka volt-meter dipasang
secara paralel (sejajar) terhadap komponen tadi.

Berdasarkan gambar 11, dapat dilihat bahwa volt-meter harus mempunyai tahanan
dalam yang sangat besar. Jika tidak demikian, maka hal ini akan menyebabkan
turunnya tegangan pada kutub positif dan kutub negatif dari sumber. Semakin besar
kuat arus, semakin besar pula tegangan yang hilang (voltase drop).

Akan lebih sempurna jika volt-meter mempunyai harga tahanan dalam yang
besarnya tak terhingga. Hal ini akan menyebabkan tidak ada arus yang mengalir
dalam volt-meter, sehingga kecermatannya menjadi maksimum.

Seperti pada am-meter, alat ukur volt-meter juga pada umumnya menggunakan asas
moving coil (kumparan putar). Pada umumnya kumparan putar tidak memiliki
tahanan dalam yang besar. Supaya dapat digunakan pada volt-meter, maka perlu
dipasang seri terhadap kumparan putar. Pada gambar 11.b, tahanan dalam Rm
adalah tahanan yang diserikan dengan kumparan putar.

1. Batas Ukur Volt-meter

Untuk menaikkan batas ukur dari sebuah volt-meter, dilakukan dengan


menambahkan tahanan yang dipasang secara seri dengan alat ukur. Misalnya,
sebuah volt-meter dengan batas ukur 10V,dengan tahanan dalam 1000 Ω hendak
digunakan untuk mengukur tegangan sebesar 100V, maka kelebihan tegangan
sebesar 90V ini harus dihilangkan di dalam tahanan yang dipasang seri dengan alat
ukur.

V
E
Gambar 3 Pengukuran terhadap tegangan antara saluran listrik[1]

V
R2 R1

E2 E1

Gambar 4 Pengukuran terhadap tegangan listrik yang melebihi batas ukur dari
volt-meter. R[1]

Untuk menghitung berapa besar tahanan yang harus dipasang seri untuk perluasan
batas ukur dari volt-meter, perhatikan gambar1.3 di atas.

E1= I.R1(tegangan pada alat ukur)

E2= I.R2(tegangan pada tahanan seri)

E = E1+E2=I (R1+R2)(tegangan yang akan diukur)

E adalah tegangan listrik yang hendak diukur yang mempunyai harga sebesar n kali
harga tegangan alat ukur (E = n E1). Sehingga :

n.I.R1= I(R1+R2)

n.I.R1 - I.R1 = IR2 atau I.R1 (n – 1) = I.R2

R2 = (n – 1) R1 atau Rse = (n – 1) Rd

dimana :

E = tegangan yang akan diukur R1 = tahanan dalam alat ukur (Rd)

E1 = tegangan pada alat ukur R2 = tahanan seri (Rse)

E2 = tegangan pada tahanan shunt n = kelipatan perluasan batas ukur


Contoh :

Sebuah volt-meter dengan tahanan dalam 50 Ω mempunyai batas ukur 0,5 V. Untuk
menaikkan batas ukur alat tersebut menjadi 5 V, maka tahanan seri yang diperlukan
sebesar ?

Penyelesaian

Rse= (n – 1)Rd; Rd= 50 Ω

n = E/E1= 5/0,5 = 10

Rse= (10 – 1)50 = 450 Ω


C. PENGUKURAN TAHANAN LISTRIK
Gerakan pembawa muatan dengan arah tertentu di bagian dalam suatu penghantar
terhambat oleh terjadinya tumbukan dengan atom-atom (ion-ion atom) dari bahan
penghantar tersebut. "Perlawanan" penghantar terhadap pelepasan arus inilah
disebut sebagai tahanan (gambar 1.25).

Gambar 5 Gerakan elektron di dalam penghantar logam [3]

Satuan SI yang ditetapkan untuk tahanan listrik adalah Ohm. Simbol formula untuk
tahanan listrik adalah R dengan simbol satuan untuk Ohm yaitu Ω (baca: Ohm). Ω
adalah huruf Yunani Omega. Satuan SI yang ditetapkan 1 Ω didefinisikan dengan
aturan sebagai berikut. :

1 Ohm adalah sama dengan tahanan yang dengan perantaraan tegangan 1 V


mengalir kuat arus sebesar 1 A.

Pembagian dan kelipatan satuan :

1 MΩ = 1 Megaohm = 1000000 Ω = 106 Ω

1 kΩ = 1 Kiloohm = 1000 Ω = 103 Ω

1 m Ω = 1 Milliohm = 1/1000 Ω = 10-3 Ω

1. Daya Hantar dan Hantar Jenis

Suatu beban dengan tahanan yang kecil menghantarkan arus listrik dengan baik.
Dikatakan : “dia memiliki daya hantar yang besar”.
Daya hantar yang besar sepadan dengan tahanan yang kecil dan sebaliknya daya
hantar kecil sepadan dengan tahanan besar.

Daya hantar adalah kebalikan tahanan. Satuan SI yang ditetapkan untuk daya hantar
adalah Siemens dengan simbol formula untuk daya hantar adalah G. Simbol satuan
untuk Siemens adalah S.

Satuan untuk hantar jenis adalah Suatu bahan penghantar dengan tahanan jenis kecil
menghantarkan arus listrik dengan baik, dia sanggup menghantarkan dengan sangat
baik. Hal ini disebut sebagai besaran hantar jenis atau besaran spesifikasi daya
hantar dari bahan.

Analog dengan daya hantar dapat ditetapkan disini :


𝑚
Ω × 𝑚𝑚2
D. PENGUKURAN DAYA LISTRIK
Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah
jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber
Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban
yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut.

Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit
atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.
Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

𝐸
𝑃 =
𝑡

Dimana :

P = Daya Listrik

E = Energi dengan satuan Joule

t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P”
yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya
Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule
per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai di antaranya adalah seperti di bawah ini:

1 miliWatt = 0,001 Watt

1 kiloWatt = 1.000 Watt

1 MegaWatt = 1.000.000 Watt


Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah
Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut :

𝑃 = 𝑉 × 𝐼

Atau

𝑃 = 𝐼×𝑅

𝑉
𝑃 =
𝑅

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)

V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)

I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)

R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

Contoh :

Sebuah Televisi LCD memerlukan Tegangan 220V dan Arus Listrik sebesar 1,2A
untuk mengaktifkannya. Berapakah Daya Listrik yang dikonsumsinya ?

Penyelesaiannya

Diketahui :

V = 220V

I = 1,2A

P=?

Jawaban :

P=VxI

P = 220V x 1,2A

P = 264 Watt

Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt.
Persamaan Rumus Daya Listrik

Dalam contoh kasus II, variabel yang diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan
(R), jadi kita tidak dapat menggunakan Rumus dasar daya listrik yaitu P=VI, namun
kita dapat menggunakan persamaan berdasarkan konsep Hukum Ohm untuk
mempermudah perhitungannya.

Hukum Ohm :

𝑉 = 𝐼 × 𝑅

Jadi, jika yang diketahui hanya Arus Listrik (I) dan Hambatan (R) saja.

P=VxI

P = (I x R) x I

P = I2R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik

Sedangkan penjabaran rumus jika diketahui hanya Tegangan (V) dan Hambatan (R)
saja.

P=VxI

P = V x (V / R)

P = V2 / R –> dapat menggunakan rumus ini untuk mencari daya listrik


E. PENGUKURAN KAPASITANSI
Kapasitor merupakan suatu sistem dua elektroda yang memiliki muatan berbeda
dan dipisahkan oleh material dielektrik. Pengertian lainnya yaitu suatu alat yang
dapat menyimpan energi di dalam medan listrik dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik

Kapasitor yang digunakan pada rangkaian elektronik dapat diklasifikasikan


menjadi tiga yaitu, low-loss, medium-loss dan high-tolerance kapasitor

1. Low-loss kapasitor. Contohnya adalah mica, glass, low loss keramik dan low-
loss plastic film kapasitor yang memiliki kestabilan kapasitansi yang bagus.
Kapasitor tersebut harganya mahal dan sering kali dipilih untuk aplikasi yang
presisi seperti filter telekomunikasi

2. Medium-loss kapasitor mempunyai kestabilan yang bagus pada aplikasi AC


dan DC. Contoh aplikasinya yaitu coupling, decoupling, bypass, penyimpanan
energi dan aplikasi elektronik lainnya.

3. High-tolerance kapasitor. Contohnya kapasitor aluminum dan tantalum


elektrolit yang mempunyai kapasitansi tinggi. Meskipun kapasitor tersebut
mempunyai dimensi yang besar namun sangat bagus dan tidak mudah rusak.
Biasanya kapasitor jenis ini digunakan pada aplikasi radio, televisi, persenjataan
militer dan industri

Sesuai dengan jenis material dan teknik konstruksinya, kapasitor dapat dibagi
sesuai dengan jenis materialnya yaitu,

1. Paper kapasitor: biasanya kapasitor ini dibuat dari bubur kayu yang
ketebalannya 5 sampai dengan 50 µm. Aplikasinya biasanya pada alat
elektronika yang memiliki frekuensi rendah dan tegangan tinggi.
Gambar 6 Paper Kapasitor

2. Electrolytic kapasitor: kapasitor yang dielektriknya dibentuk menggunakan


metode elektrolit. Kapasitor ini dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu Tantalum dan
Aluminum elektrolit

Gambar 7 Electrolytic kapasitor

3. Polymer kapasitor: Jenis polimer seperti polikarbonat, polistron, polistron dsb


digunakan sebagai dielektrik pada jenis kapasitor ini. Pembuatannya mirip
dengan paper kapasitor. Polimer kapasitor pada umumnya sangat stabil dan
tidak tergantung pada perubahan frekuensi.
4. Mica kapasitor: Jenis ini menggunakan mika sebagai bahan dielektriknya.
Kapasitor mika mempunyai tingkat kestabilan yang bagus, karena temperatur
koefisiennya rendah. Karena frekuensi karakteristiknya sangat bagus, biasanya
kapasitor ini digunakan pada rangkaian resonansi, filter untuk frekuensi tinggi
dan rangkaian yang menggunakan tegangan tinggi misalnya: radio pemancar
yang menggunakan tabung transistor. Kapasitor mika tidak mempunyai nilai
kapasitansi yang tinggi, dan harganya relatif mahal.

Karakteristik Kapasitor

Karakteristik dari suatu kapasitor dipengaruh oleh beberapa faktor, diantaranya:


Sifat dielektrik: Dielektrik kapasitor terbuat dari material polar dan nonpolar.
Material polar mempunyai karakteristik dipolar yaitu molekul – molekulnya
mempunyai muatan yang berseberangan. Polarisasi ini disebabkan karena osilasi
dipole pada frekuensi konstan sehingga terjadi high losses. Loss dielektrik terjadi
selama proses pengisian dan pengosongan muatan pada kapasitor. Lalu nilai
kapasitansinya berkurang seiring dengan dinaikannya frekuensi.

Voltase Breakdown: Jika kapasitor dioperasikan pada tegangan yang tinggi, nilai
medan lisrik pada dielektriknya akan melebihi nilai breakdown sehingga
menyebabkan dielektriknya rusak permanen. Kekuatan dielektrik yaitu kemampuan
dimana dia dapat bertahan pada tegangan tinggi tanpa adanya perubahan pada
frekuensi dan temperatur.

Koefisien temperatur: Karakteristik temperatur dari suatu kapasitor sangat


bergantung pada sifat material dielektrik yang digunakan. Koefisien temperatur
kaca, Teflon, mica, polikarbonat dsb sangatlah kecil. Akan tetapi pada kapasitor
keramik nilainya bisa menjadi sangat besar.

Frekuensi dan impedansi: Pada umunya kapasitor akan meningkat nilai loss nya
pada saat frekuensinya rendah dan tinggi. Pada frekuensi rendah ,seluruh
rangkaiannya akan resistif sehinga arus DC yang lewat menjadi lebih efektif. Pada
frekuensi tinggi, arusnya akan menuju kapasitor dan terjadi loss dielektrik.

Pengukuran Kapasitansi

1. Metode Series-Resistance-Capacitance Bridge

Series-Resistance-Capacitance Bridge digunakan untuk membandingkan


kapasitansi yang diketahui dengan kapasitansi tidak diketahui. Kapasitansi tidak
diketahui direpresentasikan sebagai Cx. Sedangkan Rx merupakan resistansi yang
tidak diketahui. Resistansi R1 di hubungkan ke kapasitor C1. Voltase akan drop
ketika R1 setimbang dan voltase resistifnya akan drop juga saat bridge nya
setimbang.

Pada saat setimbang:


Gambar 8 Rangkaian Series-Resistance-Capacitance Bridge [4]

𝑍1 𝑍3 = 𝑍2 𝑍𝑥

𝑗 𝑗
(𝑅1 − ) 𝑅3 = (𝑅𝑥 − )𝑅
𝜔𝐶1 𝜔𝐶2 2

𝑅1 𝑅3
𝑅𝑥 =
𝑅2

𝐶1 𝑅2
𝐶𝑥 =
𝑅3

2. The Wien Bridge

Jembatan ini merupakan rasio resistansi dengan dua kapasitansi yang


membandingkan semua resistansi yang diketahui. Pada saat setimbang nilai
resistansi dan kapasitansi yang tidak diketahui, yaitu:

𝑅3 (1 + 𝜔2 𝑅12 𝐶12 )
𝑅𝑥 =
𝜔 2 𝑅1 𝑅2 𝐶12

𝐶1 𝑅2
𝑅𝑥 =
𝑅3 (1 + 𝜔 2 𝑅12 𝐶12 )

1
𝜔2 =
𝑅1 𝐶1 𝑅𝑥 𝐶𝑥
Gambar 9 Rangkaian The Wien Bridge [4]

3. The Schering Bridge

Jembatan ini digunakan untuk mengukur kapasitansi, faktor disipasi dan sudut loss.
Kapasitansi yang tidak diketahui nilainya sebanding dengan kapasitansi C3.
Persamaan jembatan ini yaitu:

𝐶3 𝑅2 𝐶2 𝑅1
𝐶𝑥 = dan 𝑅𝑥 =
𝑅1 𝐶3

Biasanya, R2 dan R3 nilainya tetap sedangkan C2 dan C3 nilainya diketahui.


Jembatan Schering digunakan pada aplikasi yang bertegangan tinggi dengan
kapasitor C3 yang tinggi. Mereka juga digunakan pada frekuensi tinggi karena
pengaturan C2 dan C3 mudah untuk disetimbangkan.

Gambar 10 Rangkaian The Schering Bridge [4]


F. PENGUKURAN INDUKTANSI
Pengukuran induktansi sangat penting dalam rangkaian listrik. Pengukuran dapat
dilakukan untuk induktansi sendiri (L) dan induktansi bersama (M). Umumnya
digunakan jembatan arus bolak-balik.

Untuk memilih rangkaian jembatan yang lebih cocok digunakan indikator faktor
kualitas / faktor penyimpanan/ Q. Faktor penyimpanan sama dengan perbandingan
harga reaktansi terhadap resistansi dari suatu induktor.

1. Jembatan Induktansi Maxwell

Prinsipnya sama dengan jembatan Wheatstone, tapi sumbernya tegangan bolak-


balik.

Gambar 11 Rangkaian Jembatan Arus Bolak-Balik [5]

Keadaan saat setimbang

𝐸1 = 𝐸2

𝐼1 𝑍1 = 𝐼2 𝑍2

𝐸 𝐸
𝑍1 = 𝑍
𝑍1 + 𝑍3 𝑍3 + 𝑍4 2

𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3
2. Jembatan Induktansi Maxwell

Gambar 12 Rangkaian Jembatan Induktansi Maxwell [5]

Pengukuran jenis ini merupakan perbandingan thd induktansi standar.

𝐿1 = Induktansi yang diukur dengan tahanan dalam R1

𝐿2 = Induktansi variabel dengan tahanan dalam R2

𝑅2 = Tahanan variabel yang tersambung seri L2

𝑅3 & 𝑅4 = Tahanan murni

Keadaan saat setimbang

𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3

(𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 )𝑅4 = 𝑅3 {(𝑅2 + 𝑟2 ) + 𝑗𝜔𝐿2 }

𝑅3
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = {(𝑅2 + 𝑟2 ) + 𝑗𝜔𝐿2 }
𝑅4
3. Jembatan Owen

Gambar 13 Rangkaian Jembatan Owen [5]

L1 = induktansi yang diukur

R1 = Tahanan pd induktor L1

R2, R3 = tahanan murni

C2 = Kapasitor variabel

C4 = kapasitor standar

Keadaan saat setimbang

𝑍1 𝑍4 = 𝑍2 𝑍3

1 1
(𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 ) = (𝑅2 + )𝑅
𝑗𝜔𝐶4 𝑗𝜔𝐶2 3

1
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = 𝑗𝜔𝐶4 𝑅3 (𝑅2 + )
𝑗𝜔𝐶2

𝐶4 𝑅3
𝑅1 + 𝑗𝜔𝐿1 = 𝑗𝜔𝐶4 𝑅3 𝑅2
𝐶2

Keuntungan jembatan Owen :

a. Untuk mencapai keseimbangan mudah sekali krn variabel C2 dan R2 secara


terpisah menentukan R1 & L1
b. Tidak tergantung frekuensi
c. Dpt dipakai untuk mengukur daerah induktansi yang lebar.
Kerugian : Memakai kapasitor variabel yang harganya mahal.
G. PENGUKURAN MAGNET
Daerah di sekitar magnet di mana gaya magnet diberikan, disebut medan magnet.
Ini dihasilkan dengan cara memindahkan muatan listrik. Kehadiran dan kekuatan
medan magnet dilambangkan dengan “garis fluks magnetik”. Arah medan magnet
juga ditunjukkan oleh garis-garis ini. Semakin dekat garis, semakin kuat medan
magnetnya dan sebaliknya. Ketika partikel besi ditempatkan di atas magnet, garis
fluks dapat terlihat dengan jelas. Medan magnet juga menghasilkan tenaga pada
partikel yang bersentuhan dengannya. Medan listrik dihasilkan di sekitar partikel
yang membawa muatan listrik. Muatan positif ditarik ke arah itu, sementara muatan
negatif ditolak.

Medan magnet adalah salah satu besaran fisis yang sangat penting dan digunakan
dalam banyak bidang, misalnya: geofisika, geologi, kedokteran, oseanografi,
ekspedisi luar angkasa dan banyak kegunaan lainnya. Pemetaan medan magnet
merupakan hasil dari penggambaran medan magnet dalam ruang. Peta medan
magnet diperlukan dalam mendisain akselerator partikel, spektrometer (massa,
nuclear magnetic resonance, electron spin resonance), dan sistem pencitraan
resonansi magnetik. Peta medan magnet juga digunakan dalam eksplorasi geologi
karena variasi dalam besar dan arah medan magnet bumi memberikan gambaran
dari permukaan bumi bagian dalam. Peta medan magnet dibuat dengan mengukur
pola medan magnet di sekitar permukaan bumi menggunakan sensor magnetik
medan lemah.

Ada beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengukur kuat medan magnet.
Pemilihan metode ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain: resolusi, kuat
medan, homogenitas, variasi dalam waktu, sensitivitas dan keakuratan.

1. Fluxgate Magnetometer

Bila ada medan magnet luar maka salah satu kumparan akan mengalami flux
magnet yang lebih besar dari yang lainnya, tetapi dalam setengah
gelombang berikutnya kumparan yang mengalami flux magnet tambahan berganti
dengan kumparan kedua. Sehingga pada saat yang sama kedua kumparan
mempunyai pulsa yang berbeda, dan keluaran dari kumparan sekunder merupakan
pulsa tegangan yang berasal dari selisih flux yang ditimbulkan kumparan primer.
Tinggi pulsa sebanding dengan medan magnet luar yang mempengaruhinya.

Gambar 14 Fluxgate magnetometer [12]

Ketika arus sinusoidal diterapkan pada salah satu kumparan, akan


memagnetisasi kumparan. Selanjutnya menyebabkan saturasi magnetisasi
pada masing-masing setengah siklus. Karena mengalami hysterisis, fluk magnetik
yang melewati inti akan menelusuri loop melawan intensitas medan magnet.
Perubahan kerapatan flux akan dirasakan oleh kumparan kedua. Saat inti akan
saturasi, reluktansi inti ke medan magnetekternal diukur naik, membuat medan
magnet kurang aktraktif untuk melewati inti. Sensitivitas dari sensor ini
tergantung pada kurva hysterisisnya.

2. Magnetometer Kumparan

Induksi Sensor kumparan induksi (search coil sensor, pickup coil sensor, magnetic
antenna) adalah salah satu sensor magnetik tertua dan terkenal. Kumparan
induksi , yang merupakan salah satu perangkat paling sederhana
penginderaan medan magnet. Merupakan fungsi transfer hasil dari hukum
Faraday tentang induksi. Dimana bila ada suatu flux magnet yang melewati
suatu koil akan menghasilkan tegangan yang proposional (berbanding lurus)
dengan perubahan flux.

3. Magnetometer Optically Pumped


Prinsip Kerja Magnetometer optik dipompa didasarkan pada efek Zeeman.
Zeeman menemukan bahwa perlakuan medan kepada atom, yang memancarkan
atau menyerap cahaya, akan menyebabkan garis spektrum dari atom terpecah
menjadi satu set garis spektrum baru yang jauh lebih dekat dari garis normal. Energi
yang berhubungan dengan frekuensi interval antara garis-garis hyperfine ini
sebanding dengan besarnya medan diterapkan. Tingkat energi mewakili keadaan
energi dapat atom lakukan. Magnetometer optik dipompa memanfaatkan
karakteristik ini dengan optik merangsang atom untuk menghasilkan
kedudukan energi besar di salah satu garis spektral hyperfine dan
kemudian mengosongkannya dengan menggunakan medan magnetik RF. Frekuensi
RF yang diperlukan untuk mengosongkan kedudukan energi sama dengan
perbedaan spektral garis hyperfine dihasilkan oleh medan magnet, karenanya,
frekuensi RF sebanding dengan kekuatan medan magnet.
Daftar Pustaka

[1] https://id.scribd.com/doc/61262820/Bahan-Ajar-Alat-Ukur-amp-
Pengukuran-Besaran-Listrik

[2] https:///U1ZW7eSvCH28qvL58bmxX8skcyy59M8nqIjneRss.pdf

[3] http://elektronika-dasar.web.id/pengukuran-daya-rangkaian-dc

[4] https://luthfimahar.blogspot.com/2018/03/pengukuran-kapasitansi.html

[5] http://andhikarp-elektroundip.blogspot.com/2015/08/pengukuran-
induktansi.html

[6] https://dokumen.tips/documents/bab-12-pengukuran-medan-magnet.html

Anda mungkin juga menyukai