Materi Farmako
Materi Farmako
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OSTEOARTRITIS
2.1.1 Penanganan
a. Tujuan pengobatan osteoartritis meliputi pengentasan rasa sakit dan
peningkatan status fungsional. Secara optimal, pasien harus menerima
kombinasi pengobatan nonfarmakologis dan farmakologis. Intervensi
nonfarmakologis, yang merupakan dasar terapi osteoartritis, mencakup
hal-hal berikut: Pendidikan pasien, Panas dan dingin, Penurunan berat
badan, Olahraga, Terapi fisik, Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi,
Bongkar pada sendi tertentu (misalnya, lutut, pinggul)
b. Seorang ahli Rehabilitasi Medis dapat membantu dalam merumuskan
rencana pengelolaan nonfarmakologis untuk pasien dengan osteoarthritis,
dan ahli gizi dapat membantu pasien menurunkan berat badan. Rujukan ke
ahli bedah ortopedi mungkin diperlukan jika osteoartritis gagal
menanggapi rencana pengelolaan medis. Prosedur operasi untuk
osteoartritis meliputi artroskopi, osteotomi, dan (terutama dengan
osteoarthritis lutut atau pinggul) artroplasti.
c. Terapi sel induk Mesenchymal terus menjadi pendekatan investigasi yang
menjanjikan untuk osteoarthritis lutut. Sampai saat ini ada beberapa
penelitian yang mengevaluasi pengaruh sel punca mesenchymal pada
osteoartritis lutut dengan hasil yang baik. Namun, variabilitas dalam
interaksi antara suntikan sel induk mesenchymal, termasuk waktu,
frekuensi, mode kultur, dan risiko jangka panjang memerlukan penelitian
lebih lanjut, sel induk Mesenchymal {Pas, HI} juga menunjukkan manfaat
sederhana pada osteoarthritis lutut setelah meniscectomy parsial atau
lengkap. dalam penelitian hewan, dalam jangka pendek.
b) DMARD
DMARD sebaiknya digunakan pada semua pasien kecuali mereka
dengan penyakit terbatas atau mereka dengan penyakit kelas IV
yang reversibelitas terhadap penyakit sedikit diharapkan.
Terapi kombinasi dengan dua atau lebih DMARD bisa efektif ketika
perawatan DMARD tunggal tidak berhasil, tapi berakibat pada
meningkatnya ongkos dan toksisitas.
c) Methotrexate
Methotrexate (MTX) menginhibit produksi sitokin dan biosintesis
purine, yang mungkin bertanggung jawab untuk sifat anti
inflamsinya. Onsetnya relatif cepat (2-3minggu), 45-67% pasien
bertahan dalam studi dengan rentang 5-7 tahun.
Toksisitas termasuk saluran cerna (stomatitis, diare, nausea,
muntah), hematologis (trombositopeni, leukopeni), pulmonal
(fibrosis, pneumotitis), dan hepatik (peningkatan enzim, sirosis).
Pemberian asam folat bersamaan bisa mengurangi beberapa efek
samping tampa mengurangi efeknya. Tes untuk cedera liver (AST
atau ALT) harus dimonitor secara periodik, tapi biopsi liver hanya
direkomendasikan untuk pasien dengan peningkatan enzim hepatik
d) Leflunomide
Leflunomide (Arava) menginhibit sintesi piriin, yang mengurangi
proliferasi limfosit dan modulasi dari inflamasi. Efeknya untuk RA
serupa dengan MTX.
Dosis awal 100 mg/hari untuk 3 hari pertama bisa memberikan
respon terapetik dalam bulan pertama. Dosis penjagaan umumnnya
10 mg/hari pada kasus intoleransi saluran cerna, kehilangan rambut
yang tidak diinginkan, atau toksisitas terkait dosis lainnya.
Obat ini bisa menyebabkan toksisitas liver, dan ALT harus dimonitor
tiap bulan pada awal dan periode selanjutnya. Obat ini teratogenik
dan harus dihindari selama kehamilan. Leflunomide tidak
menghasilkan toksisitas sumsum tulang, sehingga monitoring
hematologis tidak dibutuhkan.
e) Preperat Emas
Aurothioglucse (Solganol)(suspensi dalam minyak) dan natrium
thiomalate emas (Mychrysine, Aurolate) (larutan aqueous) adalah
preparat intramuskular dengan onset yang bisa tertunda selama 3-6
bulan. Dibutuhkan injeksi mingguan selama 22 minggu sebelum
pemberian dosis penjagaan dengan frekuensi lebih jarang diberikan.
Auranofin (Rdaura) adalah preparat emas oral yang lebih sesuai tapi
kurang efektif daripada emas IM.
Efek samping pada saluran cerna (nausea, muntah, diare),
dermatologis (kemerahan, stomatitis), ginjal (proteinuria,
hematuria), dan hematologis (anemia, leukopenia, trombositopeni).
Natrium thiomalate emas dihubungkan dengan reaksi nitritid (wajah
memerah, palpitasi, hipertensi, takikardi, sakit kepala, pandangan
kabur). Pasien yang menerima emas IM bisa mengalami rasa
terbakar setelah injeksi selama 1-2 hari setelah injeksi.
g) Sulfasalazine
Penggunaan sulfasalazine terbatas karena efek sampingnya. Efek
antirematik seharusnya terlihat dalam 2 bulan.
Efek samping termasuk saluran cerna (anoreksia, nausea, muntah,
diare), dermatologis (kemerahan, urtikaria), hematologis (leukopeni,
agranulositosis), dan hepatik (enzim yang meningkat). Simtom
saluran cerna bisa dikurangi dengan memulai pada dosis rendah dan
mengkonsumsi bat bersama makanan.
h) Azthiopirine
Azathiopirine adalah analog purine yang dikonversi menjadi 6-
mercaptopurine dan diperkirakan berhubungan dengan sintesis
DNA dan RNA.
Efek antirematik bisa terlihat dalam 3-4minggu. Pengobatan harus
dihentikan jika tidak ada respon dalam 12 minggu pada dosis
maksimal.
Efek samping utamanya adalah supresi sumsum tulang (leukopeni,
anemia makrositik, trombositopeni, pamcytopeni), stomatitis,
i) Penicillamine
Onset penicilamine bisa terlihat dalam 1-3 bulan, dan respon paling
banyak terlihat dalam 6 bulan.
Efek samping awal termasuk kulit kemerahan, rasa logam,
hipogeusia, stomatitis, anoreksia, nausea, muntah, dan dispepsia.
Glomerulonefritis bisa terjadi, dengan manifestasi proteinuria dan
hematuria.
Pencilamine biasanya untuk pasien yang resisten terhadap terapi
lain karena induksi yang jarang tapi serius dari penyakit auto imun.
j) Siklosporin
Siklosporin mengurangi produksi sitokin yang terlibat pada aktivasi
sel T dan mempunyai efek langsung pada sel B, makrofag, tulang, dan
sel kartilago.
Onsetnya terlihat pada 1-3 bulan. Toksisitas penting pada dosis 1-10
mg/kg per hari termasuk hipertensi, hiperglikemi, nefrotoksisitas,
tremor, intoleransi saluran cerna, hirsutisme, dan hiperplasis
gingival.
Siklosporin diberikan pada pasien yang resisten atau intoleran
terhadap DMARD. Harus dihindari pada pasien dengan atau sudah
pernah mengalami keganasan, hipertensi tak terkontrol, disfungsi
renal, imunodefisiensi, hitung sel darah putih atau platelet yang
rendah, atau tes fungsi liver yang meningkat.
a. Agen Biologis
a) Etanercept
Etanercept (Enbrel) adalah protein fusi terdiri dari dua reseptor
TNF larut-p75 terkait ke fragmen Fc IgG1 manusia. Obat ini
mengikat dan menginaktivasi TNF, mencegahnya berinteraksi
b) Infliximab
Infliximab (Remicade) adalah antibodi chimeric anti-TNF yang
difusikan dengan area-konstan IgG1. Obat ini terikat pada TNF dan
mencegahnya berinteraksi dengan reseptor TNF pada sel inflamasi.
Untuk mencegah pembentukan antibodi untuk protein asing ini,
MTX harus diberikan dalam dosis oral untuk mengabati RA selama
pasien melanjutkan pengobatan dengan obat ini.
Pada uji klinik, kombinasi infliximab dan MTX menghambat progres
kerusakan sendi dan superior terhadap terapi tunggal MTX.
Infliximab bisa meningkatkan resiko infeksi, terutama infeksi
saluran pernafasan atas. Reaksi infusi akut yaitu demam, menggigil,
pruritis, dan kemerahan bisa muncul dalam 1-2 jam setelah
pemberian. Autoantibodi dan sindroma seperti lupus juga telah
dilaporkan.
Sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam
serum di bawah 6mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat.
Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi
yang ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal
tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subcutan, dan jaringan partikular,
tendon, tulang, ginjal, dan beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi gout juga
bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena
penumpukan kristal dalam medula ginjal akan menyebabkan Chronic Urate
Nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat
dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum
darah.
Xenif mengantuk,
ar pusing, edema,
palpitasi,
825mg tiap
takikardi,
B. Natrium Diklofenak
Natrium Diklofenak
sakit kepala,
mengantuk,
pusing,
edema,
palpitasi,
takikardi,
mual,
Berife
dispepsia,
a. Colchicine
b. Kortikosteroid
a. Uricosuric
b. Allopurinol
BAB III
PENUTUP
3.2 saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu hendaknya para pembaca
lebih mencari beberapa literatur yang lain pada terapi farmakologi mengenai
penyakit osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan gout arthritis, sehingga
pengetahuan tentang penyakit osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan gout
arthritis semakin luas. Disamping itu diharapkan makalah ini dapat menjadi
acuan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.