Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Perubahan–perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan


makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan penyakit misalnya
osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan penyakit gout arthritis.
Osteoartritis adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat
inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi.
Kadang-kadang timbul rasa kaku di sendi tersebut pada pagi hari
sesudah bangun tidur, berlangsung kurang dari 30 menit. Kaku ini akan membaik
setelah digerak-gerakkan beberapa saat. Bila digerakkan bisa terdengar
bunyi “krek” krepitus.
Rheumatoid Artritis merupakan salah satu penyakit auto imun,
Awalnya ditandai dengan sendi bengkak dan sakit pada sendi tangan dan/atau
kaki secara simetris. Rheumatoid arthritis awalnya berkembang secara perlahan
tetapi lama kelamaan menjadi peradangan kronis persisten yang dapat
mengakibatkan cacat sendi signifikan.
Gout artritis akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas
dan sesudah monopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak
ditemui pada usia 50-60 tahun.
Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout
adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg / 100 mI, lebih
sedikit jika dibandingkan dengan pria. Tetapi sesudah monopause perubahan
tersebut kurang nyata. Pada pria hiperurisemia biasanya tidak timbul sebelum
mereka mencapai usia remaja.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 1|


I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian osteoarthritis ?
2. Bagaimana penanganan osteoarthritis ?
3. Bagaimana terapi farmakologi osteoarthritis ?
4. Apa pengertian rheumatoid arthritis ?
5. Bagaimana terapi farmakologi rheumatoid arthritis ?
6. Apa pengertian gout arthritis ?
7. Bagaimana terapi farmakologi gout arthritis ?
8. Bagaimana cara diet gout arthritis ?
9. Bagaimana cara pengurangan kadar asam urat ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana terapi farmakologi pada osteoarthritis,


rheumatoid arthritis dan gout arthritis.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Agar mengetahui definisi dari osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
dan gout arthritis ?
2. Agar mengetahui bagaimana terapi farmakologi pada osteoarthritis,
rheumatoid arthritis, dan gout arthritis ?

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 2|


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 OSTEOARTRITIS

Osteoartritis adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat


inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun
sendi. Osteoartritis terdiri atas osteoartritis primer yang dikenal juga
sebagai artritis degeneratif atau penyakit degeneratif sendi, dan
Osteoartritis sekunder yang disebabkan oleh trauma tropisme atau cedera.
Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama
kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu
lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang
tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung
tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.

Pada kondisi kekurangan cairan sinoviallapisan kartilago yang


menutup ujung tulang akan bergesekan satu sama lain. Gesekan tersebut
akan membuat lapisan tersebut semakin tipis dan pada akhirnya akan
menimbulkan rasa nyeri. Keluhan yang dirasakan pasien OA adalah nyeri
pada sendi, terutama sendi yang menyangga berat tubuh (seperti sendi
lutut atau pinggang). Nyeri terutama dirasakan sesudah beraktivitas
menggunakan sendi tersebut, dan berkurang jika istirahat.

Kadang-kadang timbul rasa kaku di sendi tersebut pada pagi hari


sesudah bangun tidur, berlangsung kurang dari 30 menit. Kaku ini akan
membaik setelah digerak-gerakkan beberapa saat. Bila digerakkan bisa
terdengar bunyi “krek” krepitus. Setelah beberapa waktu kemudian
penyakit ini dapat memberat sehingga terasa nyeri juga pada saat sedang
istirahat. Penekanan pada beberapa bagian tertentu di sekitar sendi yang
nyeri akan terasa sakit. Gerak sendi juga menjadi terbatas karena nyeri.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dapat menegakkan diagnosis OA,

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 3|


namun pemeriksaan radiologi (rontgen) dapat membantu, walaupun
hasilnya seringkali tidak sesuai dengan gejala yang dirasakan pasien. Pada
rontgen dapat terlihat gambaran celah sendi yang menyempit, tumbuh
tulang kecil (osteofit) dan terjadi sklerosis (pengapuran) disekitar sendi
yang terkena tersebut.

2.1.1 Penanganan
a. Tujuan pengobatan osteoartritis meliputi pengentasan rasa sakit dan
peningkatan status fungsional. Secara optimal, pasien harus menerima
kombinasi pengobatan nonfarmakologis dan farmakologis. Intervensi
nonfarmakologis, yang merupakan dasar terapi osteoartritis, mencakup
hal-hal berikut: Pendidikan pasien, Panas dan dingin, Penurunan berat
badan, Olahraga, Terapi fisik, Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi,
Bongkar pada sendi tertentu (misalnya, lutut, pinggul)
b. Seorang ahli Rehabilitasi Medis dapat membantu dalam merumuskan
rencana pengelolaan nonfarmakologis untuk pasien dengan osteoarthritis,
dan ahli gizi dapat membantu pasien menurunkan berat badan. Rujukan ke
ahli bedah ortopedi mungkin diperlukan jika osteoartritis gagal
menanggapi rencana pengelolaan medis. Prosedur operasi untuk
osteoartritis meliputi artroskopi, osteotomi, dan (terutama dengan
osteoarthritis lutut atau pinggul) artroplasti.
c. Terapi sel induk Mesenchymal terus menjadi pendekatan investigasi yang
menjanjikan untuk osteoarthritis lutut. Sampai saat ini ada beberapa
penelitian yang mengevaluasi pengaruh sel punca mesenchymal pada
osteoartritis lutut dengan hasil yang baik. Namun, variabilitas dalam
interaksi antara suntikan sel induk mesenchymal, termasuk waktu,
frekuensi, mode kultur, dan risiko jangka panjang memerlukan penelitian
lebih lanjut, sel induk Mesenchymal {Pas, HI} juga menunjukkan manfaat
sederhana pada osteoarthritis lutut setelah meniscectomy parsial atau
lengkap. dalam penelitian hewan, dalam jangka pendek.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 4|


2.1.2 Terapi Farmakologi
a) Parasetamol: merupakan pilihan obat yang cukup aman untuk
mengobati OA, kecuali pada mereka yang alergi terhadap obat ini. Obat
yang dikenal sebagai tablet penurun panas ini mempunyai efek
mengurangi rasa nyeri sehingga dapat digunakan pada OA. Pasien OA
perlu mendapat anti nyeri selama waktu tertentu sehingga bisa kembali
beraktivitas, melakukan latihan terhadap otot-ototnya supaya otot-
ototnya menjadi kuat dan mengurangi beban terhadap sendinya.
b) Obat anti inflamasi non steroid: Penggunaan obat-obat ini harus melalui
konsultasi dengan dokter. Efek samping obat-obat golongan ini
terutama mengenai lambung, ginjal dan jantung, karena itu sebelum
digunakan harus berkonsultasi dengan dokter. Obat golongan ini dapat
mengurangi radang yang terjadi di sendi dan sekitarnya, sehingga rasa
nyeri akan jauh berkurang.
c) Obat-obat suplemen: glukosamin, kondrotin, diacerin dan kapsaisin dll,
merupakan suplemen untuk OA yang banyak ditemukan dalam
masyarakat. Meskipun relatif aman namun sebaiknya konsultasikan
juga dengan dokter, bagaimana manfaatnya, sampai kapan boleh
digunakan dan efek apa yang harus diperhatikan.
d) Suntikan hyaluronat: obat ini diberikan dalam bentuk suntikan langsung
ke dalam rongga sendi, berfungsi sebagai pelumas dan menambah
cairan sendi. Penggunaannya harus hati-hati dan hanya boleh dilakukan
oleh dokter yang ahli dalam menyuntikannya, karena jika tidak tepat
atau kurang steril maka akan berbahaya bagi pasiennya. Ada beberapa
macam obat dengan kekentalan yang berbeda-beda sehingga
penyuntikannya ada yang sekali, atau 2 sampai 5 kali suntik dengan
jarak 1x seminggu.
e) Suntikan kortikosteroid: Obat ini dapat digunakan pada keadaan sendi
yang meradang dan bengkak. Dokter akan menyuntikan obat ini setelah
mengeluarkan terlebih dahulu cairan berlebihan dari sendi yang
bengkak, fungsinya sebagai anti radang. Penggunaan obat ini juga harus

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 5|


hati-hati maksimal 3 kali dalam setahun, karena kalau terlalu sering
malah berakibat kerusakan pada sendi itu sendiri (steroid artropati).

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 6|


2.2 RHEUMATOID ARTHRITIS

Rheumatoid Artritis merupakan salah satu penyakit auto imun (contoh


penyakit lainnya adalah Systemic Lupus Erithomasus, Sjogern syndrome,
Thyroiditis. Penyakit auto imun menyerang kekebalan tubuh pasien,
Rheumatoid Artritis termasuk penyakit kronis yang juga melibatkan jaringan
lunak, otot, jantung, dan paru-paru. Awalnya ditandai dengan sendi bengkak
dan sakit pada sendi tangan dan/atau kaki secara simetris. Beberapa pasien
mungkin mengalami penyakit artikular ringan, sedangkan yang lain mungkin
hadir dengan penyakit agresif dan / atau manifestasi extraarticular.
Peradangan sistemik RA menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan, dan
kematian dini. Penyakit ini disertai dengan satu set gangguan imunitas yang
tercermin dalam hasil tes serologis yang positif seperti tes untuk faktor
rheumatoid.
Rheumatoid arthritis awalnya berkembang secara perlahan tetapi lama
kelamaan menjadi peradangan kronis persisten yang dapat mengakibatkan
cacat sendi signifikan. Peradangan synovium berupa pembengkakan yang
disusupi dengan limfosit dan plasma sel. Yang paling menonjol terjadi di sekitar
pembuluh darah, yang bertambah banyak dan sering yang menunjukkan tanda-
tanda proliferasi endotel dan nekrosis fibrinoid. Seiring berjalannya waktu
bentuk sinovium menutupi permukaan sendi yang kemudian biasa disebut
sebagai “pannus” (Phatology a Color Atlas).

2.2.1 Terapi Farmakologi


a) NSAID
 NSAID terutama bekerja dengan menginhibit sintesis prostaglandin,
yang hanya merupakan sebagian kecil dari rangkaian inflamasi.
NSAID mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi tapi tidak
memperlambat progres penyakit atau mencegah erosi tulang atau
deformitas sendi.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 7|


 NSAID umumnya diterima sebagai terapi pertama untuk perawatan
simtom dari RA ringan. Digunakan sebagai terapi primer, NSAID
seharusnya diberikan dalam dosis inflamasi dan tidak boleh
digunakan sebagai terapi tunggal selama lebih dari 3 bulan kecuali
pasien memberikan respon yang baik. Kebanyakan rheumatologis
menyarankan terapi kombinasi lebih awal dengan obat
memodifikasi-penyakit antirematik (disease-modifying
antirheumatic drugs, DMARD) kecuali pada penyakit ringan.
 NSAID COX-2 selektif memberikan profil keamanan saluran cerna
yang lebih baik dan mempunyai efek serupa dengan NSAID
konvensional.

b) DMARD
 DMARD sebaiknya digunakan pada semua pasien kecuali mereka
dengan penyakit terbatas atau mereka dengan penyakit kelas IV
yang reversibelitas terhadap penyakit sedikit diharapkan.
 Terapi kombinasi dengan dua atau lebih DMARD bisa efektif ketika
perawatan DMARD tunggal tidak berhasil, tapi berakibat pada
meningkatnya ongkos dan toksisitas.

c) Methotrexate
 Methotrexate (MTX) menginhibit produksi sitokin dan biosintesis
purine, yang mungkin bertanggung jawab untuk sifat anti
inflamsinya. Onsetnya relatif cepat (2-3minggu), 45-67% pasien
bertahan dalam studi dengan rentang 5-7 tahun.
 Toksisitas termasuk saluran cerna (stomatitis, diare, nausea,
muntah), hematologis (trombositopeni, leukopeni), pulmonal
(fibrosis, pneumotitis), dan hepatik (peningkatan enzim, sirosis).
Pemberian asam folat bersamaan bisa mengurangi beberapa efek
samping tampa mengurangi efeknya. Tes untuk cedera liver (AST
atau ALT) harus dimonitor secara periodik, tapi biopsi liver hanya
direkomendasikan untuk pasien dengan peningkatan enzim hepatik

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 8|


yang bertahan. MTX teratogenik, dan pasien harus menggunakan
kontrasepsi dan menghentikan obat jika kehamilan diinginkan.

d) Leflunomide
 Leflunomide (Arava) menginhibit sintesi piriin, yang mengurangi
proliferasi limfosit dan modulasi dari inflamasi. Efeknya untuk RA
serupa dengan MTX.
 Dosis awal 100 mg/hari untuk 3 hari pertama bisa memberikan
respon terapetik dalam bulan pertama. Dosis penjagaan umumnnya
10 mg/hari pada kasus intoleransi saluran cerna, kehilangan rambut
yang tidak diinginkan, atau toksisitas terkait dosis lainnya.
 Obat ini bisa menyebabkan toksisitas liver, dan ALT harus dimonitor
tiap bulan pada awal dan periode selanjutnya. Obat ini teratogenik
dan harus dihindari selama kehamilan. Leflunomide tidak
menghasilkan toksisitas sumsum tulang, sehingga monitoring
hematologis tidak dibutuhkan.

e) Preperat Emas
 Aurothioglucse (Solganol)(suspensi dalam minyak) dan natrium
thiomalate emas (Mychrysine, Aurolate) (larutan aqueous) adalah
preparat intramuskular dengan onset yang bisa tertunda selama 3-6
bulan. Dibutuhkan injeksi mingguan selama 22 minggu sebelum
pemberian dosis penjagaan dengan frekuensi lebih jarang diberikan.
 Auranofin (Rdaura) adalah preparat emas oral yang lebih sesuai tapi
kurang efektif daripada emas IM.
 Efek samping pada saluran cerna (nausea, muntah, diare),
dermatologis (kemerahan, stomatitis), ginjal (proteinuria,
hematuria), dan hematologis (anemia, leukopenia, trombositopeni).
Natrium thiomalate emas dihubungkan dengan reaksi nitritid (wajah
memerah, palpitasi, hipertensi, takikardi, sakit kepala, pandangan
kabur). Pasien yang menerima emas IM bisa mengalami rasa
terbakar setelah injeksi selama 1-2 hari setelah injeksi.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 9|


f) Hydroxychloroquine
 Hydroxychloroquine tidak mengakibatkan toksisitas
meyelosuppresive, hepatik, dan ginjal seperti DMARD lainnya,
sehingga mempermudah monitoring. Onsetnya bisa tertunda sampai
6 mnggu, tapi pengobatan bisa dianggap gagal jka sampai 6 bulan
tidak ada respon.
 Toksisitas jangka pendek termasuk saluran cerna (nausea, muntah,
diare), okular (defek akomodasi, deposit kornea ringan, pandangan
kabur, scotomas, rabun ayam, retinopati), dermatologis (kemerahan,
alopecia, pigmentasi kulit) dan neurologis (sakit kepala, vertigo,
insomnia). Pemeriksaan optalmologis periodis diperlukan untuk
deteksi awal toksisitas retina yang reversibel.

g) Sulfasalazine
 Penggunaan sulfasalazine terbatas karena efek sampingnya. Efek
antirematik seharusnya terlihat dalam 2 bulan.
 Efek samping termasuk saluran cerna (anoreksia, nausea, muntah,
diare), dermatologis (kemerahan, urtikaria), hematologis (leukopeni,
agranulositosis), dan hepatik (enzim yang meningkat). Simtom
saluran cerna bisa dikurangi dengan memulai pada dosis rendah dan
mengkonsumsi bat bersama makanan.

h) Azthiopirine
 Azathiopirine adalah analog purine yang dikonversi menjadi 6-
mercaptopurine dan diperkirakan berhubungan dengan sintesis
DNA dan RNA.
 Efek antirematik bisa terlihat dalam 3-4minggu. Pengobatan harus
dihentikan jika tidak ada respon dalam 12 minggu pada dosis
maksimal.
 Efek samping utamanya adalah supresi sumsum tulang (leukopeni,
anemia makrositik, trombositopeni, pamcytopeni), stomatitis,

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 10


|
intoleransi saluran cerna, infeksi, demam obat, hepat toksisitas, dan
potensi onkogenik.

i) Penicillamine
 Onset penicilamine bisa terlihat dalam 1-3 bulan, dan respon paling
banyak terlihat dalam 6 bulan.
 Efek samping awal termasuk kulit kemerahan, rasa logam,
hipogeusia, stomatitis, anoreksia, nausea, muntah, dan dispepsia.
Glomerulonefritis bisa terjadi, dengan manifestasi proteinuria dan
hematuria.
 Pencilamine biasanya untuk pasien yang resisten terhadap terapi
lain karena induksi yang jarang tapi serius dari penyakit auto imun.

j) Siklosporin
 Siklosporin mengurangi produksi sitokin yang terlibat pada aktivasi
sel T dan mempunyai efek langsung pada sel B, makrofag, tulang, dan
sel kartilago.
 Onsetnya terlihat pada 1-3 bulan. Toksisitas penting pada dosis 1-10
mg/kg per hari termasuk hipertensi, hiperglikemi, nefrotoksisitas,
tremor, intoleransi saluran cerna, hirsutisme, dan hiperplasis
gingival.
 Siklosporin diberikan pada pasien yang resisten atau intoleran
terhadap DMARD. Harus dihindari pada pasien dengan atau sudah
pernah mengalami keganasan, hipertensi tak terkontrol, disfungsi
renal, imunodefisiensi, hitung sel darah putih atau platelet yang
rendah, atau tes fungsi liver yang meningkat.
a. Agen Biologis
a) Etanercept
 Etanercept (Enbrel) adalah protein fusi terdiri dari dua reseptor
TNF larut-p75 terkait ke fragmen Fc IgG1 manusia. Obat ini
mengikat dan menginaktivasi TNF, mencegahnya berinteraksi

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 11


|
dengan reseptor TNF pada permukaan sel yang lalu mengaktifkan
sel.
 Kebanyakan uji klinik menggunakan etanercept pada psien yang
gagal dengan DMARD, dan responnya terlihat 60-75% pada pasien.
Etanercept terlihat memperlambat progress erosif penyakit lebih
hebat dari MTX.
 Efek samping termasuk reaksi tempat injeksi, dan telah dilaporkan
adanya pancytopeni dan sindrom demyelinasi neurologis. Tidak
diperlukan monitoring laboratorium.
 Obat ini sebaiknya dihindari pada pasien yang sedang mengalami
infeksi dan mereka yang beresiko tinggi mendapat infeksi.
Perawatan harus dihentikan temporer jika terbentuk infeksi selama
terapi.

b) Infliximab
 Infliximab (Remicade) adalah antibodi chimeric anti-TNF yang
difusikan dengan area-konstan IgG1. Obat ini terikat pada TNF dan
mencegahnya berinteraksi dengan reseptor TNF pada sel inflamasi.
 Untuk mencegah pembentukan antibodi untuk protein asing ini,
MTX harus diberikan dalam dosis oral untuk mengabati RA selama
pasien melanjutkan pengobatan dengan obat ini.
 Pada uji klinik, kombinasi infliximab dan MTX menghambat progres
kerusakan sendi dan superior terhadap terapi tunggal MTX.
 Infliximab bisa meningkatkan resiko infeksi, terutama infeksi
saluran pernafasan atas. Reaksi infusi akut yaitu demam, menggigil,
pruritis, dan kemerahan bisa muncul dalam 1-2 jam setelah
pemberian. Autoantibodi dan sindroma seperti lupus juga telah
dilaporkan.

b. Antagonis Reseptor Interleukin-1


a) Anakinra (Kineret)

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 12


|
 kineret adalah antagonis reseptor IL-1 (IL-1ra) yang terikat pada
reseptor IL-1 pada target sel, mencegah interaksi antara IL-1 dan
sel. IL-1 normalnya menstimulasi pelepasan faktor kemotaktik
dan molekul adhesi yang mendorng migrasi leukosit inflamasi
kejaringan
 Obat ini diterima untuk RA sedang sampai akut pada dewasa
yang gagal dengan satu atau lebih DMARD. Obat ini bisa
digunakan tunggal atau dalam kombinasi dengan DMARD kecuali
agen bloking TNF. Pada uji klinik 6 bulan, tingkat respon adalah
38% pada pasien yang mendapat anakinra dan 22% pada pasien
yang menerima plasebo. Reaksi tempat injeksi adalah efek
samping paling sering (kemerahan, sakit). Juga terjadi
peningkatan resiko infeksi serius (2% vs 1% untuk yang
mendapat plasebo). Karena resiko ini lebih tinggi (7%) ketika
digunakan dengan TNF bloker, terapi kombinasi dengan
etanercept atau infliximab sebaiknya dilakukan dengan hati-hati
dan hanya jika tidak ada alternatif lain.
b) Glukokortokoid
 Glukokortikoid mempunyai sifat anti-inflamasi dan imunosupresif,
tapi tidak merubah perjalanan penyakit.
 Pada dosis oral rendah (<10 mg/hari atau prednisone yang setara),
ini bisa menjadi terapi antara sebelum DMARD memberikan efek
penuh atau untuk terapi berkelanjutan pada pasien yang
penyakitnya sulit dikontrol dengan NSAID dan satu atau lebih
DMARD.
 Dosis oral tinggi atau jalur intravena bisa digunakan selama
beberapa hari untuk menekan flares penyakit. Setelah simtom
dikontrol, obat harus dikurangi sampai ke dosis efektif terendah.
 Rute intramuskular lebih disukai pada pasien yang tidak patuh.
Bentuk depot (triamcinolone acetonide, triamcinolone hexacetonde,
methylprednisolone acetate) memberikan kontrol simtom 2-8
minggu. Onset dari efek bisa tertunda selama beberapa hari. Efek

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 13


|
depo memberikan kesempatan untuk pengurangan fisiologis,
menghindari supresi axis hipotalamik-pituitari.
 Injeksi intra-artikular bentuk depot bisa berguna hanya ketika
sedikit persendian yang terlibat. Jika efektif, injeksi bisa diulangi tiap
3 bulan. Tidak boleh diijeksi pada sendi yang sama lebih dari 2-3kali
setahun.
 Efek samping glukokrtikid sistemik membatasi penggunaan jangka
panjangnya. Penurunan dosis dan penghentian harus
dipertimbangkan pada saat tertentu pada pasien yang menerima
terapi kronik.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 14


|
2.3 GOUT ARTHRITIS

Arthritis merupakan nyeri sendi yang disebabkan oleh adanya peradangan.


Gout sendiri merupakan penyakit metabolik dengan sifat dasar yang berbeda-
beda, sering merupakan faktor keturunan. Penyakit ini dikaitkan dengan adanya
abnormalitas kadar asam urat dalam serum darah dan ditandai dengan adanya
nyeri akut. Keterkaitan antara gout dengan hiperurisemia yaitu adanya produksi
asam urat yang berlebih, menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal, atau
mungkin karena keduanya. Konsumsi alkohol juga menyebabkan adanya
penumpukan asam urat dengan cara memproduksi asam urat secara berlebih dan
menurunkan ekskresinya.

Sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam
serum di bawah 6mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat.
Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi
yang ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal
tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subcutan, dan jaringan partikular,
tendon, tulang, ginjal, dan beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi gout juga
bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena
penumpukan kristal dalam medula ginjal akan menyebabkan Chronic Urate
Nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat
dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum
darah.

2.3.1 Terapi Farmakologi

1. Nonstreoid Anti-inflammatory Drugs- NSAIDs

Terdapat beberapa jenis NSAID, namun tidak semua memiliki efektivitas


dan keamanan yang baik untuk terapi gout akut. Beberapa NSAID yang
diindikasikan untuk mengatasi gout arthritis akut dengan kejadian efek
samping yang jarang terjadi yaitu:

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 15


|
A. Naproxen

Naproxen merupakan NSAID turunan asam propionat yang


berkhasiat antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Naproksen telah
menjadi salah satu pilihan pertama karena khasiatnya dan kejadian
efek sampingnya yang jarang.

Nama Nam Indikasi Kontraindi BSO, dosis, Efek samping Resiko


obat a kasi aturan khusus
daga pakai
ng
Naprox Synfl Mengura Asma, Sediaan rasa tidak kehamil
en ex ngi nyeri rinitis, kaplet dosis enak pada an
sedang urtikaria awal perut, nyeri kategor
sampai yang pemberian ulu hati, reaksi i B
berat diiduksi 3 tablet GI, tukak
pada OA, aspirin 275mg tiap peptik, sakit
RA, atau obat 8 jam, kepala, mual,
spondilit AINS, dilanjutkan dan edema
is hamil 1 tablet perifer
ankilosa, trimester 3 275mg tiap
gout dan laktasi 8 jam
akut
Sediaan
kaplet,
dosis awal
pemberian sakit kepala,

Xenif mengantuk,

ar pusing, edema,
palpitasi,
825mg tiap
takikardi,

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 16


|
8jam mual,
kemudian dispepsia,
275mg tiap muntah, diare,
8jam tinitus,
alopesia,
Diminum
angiodema,
setelah
pendarahan
makan
GI,
trobositopenia
, anemia
aplastik,
gangguan
penglihatan,
eritema
multiform,
sindroma
nefrotik

B. Natrium Diklofenak

Natrium Diklofenak

Merupakan golongan NSAID turunan asam propionat yang memiliki


cara kerja dan efek samping yang sama dengan naproksen. Beberapa
obat pilihannya yaitu:

Nama Nama Indikasi Kontraind BSO, Efek samping Resiko


obat dagan ikasi dosis, khusus
g aturan
pakai
Natriu Abdifl inflamasi ulkus Sediaan sakit kepala, kehami
m am dan bentuk peptic, kaplet mengantuk, lan

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 17


|
diklofe degeneratif hipersensi dosis pusing, katego
nak reumatik tif awal edema, ri B
seperti AR, diklofenak pemberia palpitasi,
termasuk , aspirin, n 100- takikardi,
juvenil, obat 150mg/h mual,
spondilitis penghamb ari dalam dispepsia,
ankilosa, at 2-3 dosis muntah, diare,
OA, prostaglan terbagi tinitus,
spondiloart din alopesia,
pemeliha
ritis, sintetase angiodema,
raan 75-
reumatik lain pendarahan
100mg/H
non GI,
r terbagi
sirkular, trobositopeni
dalam 2-3
sindrom a, anemia
dosis
nyeri aplastik,
kolumna gangguan
vertebralis, penglihatan,
serangan eritema
gout akut multiform,
sindroma
nefrotik

sakit kepala,
mengantuk,
pusing,
edema,
palpitasi,
takikardi,
mual,
Berife
dispepsia,

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 18


|
n muntah, diare,
tinitus,
alopesia,
angiodema,
pendarahan
GI,
trobositopeni
a, anemia
aplastik,
gangguan
penglihatan,er
itema

2. NSAID selektif COX-2

Merupakan golongan NSAID yang mempunyai tingkat keamanan saluran


cerna atas lebih baik dibanding NSAID non-selektif.

a. Colchicine

Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi jangka panjang gout akut.


Colchicine hanya digunakan selama saat kritis untuk mencegah serangan gout.

b. Kortikosteroid

Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut dan


akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat berguna bagi pasien yang
dikontraindikasikan terhadap golongan NSAID. Jika goutnya monarticular,
pemberian antra-articular yang paling efektif.

Terapi selama simptom hilang ditujukan untuk meminimalkan penumpukan


urat di jaringan, yang akan menyebabkan benjolan-benjolan arthritis semakin
kronis, dan untuk mengurangi frekuensi kekambuhan dan tingkat keparahan.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 19


|
2.3.2 Diet

Penyebab kelebihan asan urat / hiperurikemia adalah diet tinggi purin,


obesitas, konsumsi alkohol, dan penggunaan beberapa obat seperti tiazid dan
diuretik kuat akan menghambat ekskresi asam urat di ginjal, serta aspirin
dosos rendah < 3 g memperburuk hiperurikemia.

2.3.3 Pengurangan kadar asam urat

Indikasi diperlukannya penurunan kadar asam urat meliputi sering munculnya


artritis akut yang tidak terkontrol oleh pemberian colchicine untuk profilaksis,
penumpukan asam urat/benjolan, atau kerusakan ginjal. Hiperurisemia dengan
serangan nyeri yang jarang tidak membutuhkan pengobatan, demikian juga
yang tidak menunjukkan gejala. Tujuan terapi yang diharapkan yaitu
mempertahankan kadar asam urat di bawah 6mg/dL. Dua kelas obat yang
dapat digunakan untuk menurunkan asam urat serum yaitu uricosuric dan
allopurinol. Pemilihan salah satu atau keduanya bergantung pada hasil
pemisahan asam urat dalam urin selama 24 jam. Nilai di bawah 800 mg
mengindikasikan undersecretion asam urat, maka perlu uricosuric. Pasien
dengan kadar asam urat lebih dari 800 mg menunjukkan adanya produksi yang
berlebihan dan membutuhkan allopurinol.

a. Uricosuric

Obat ini memblok reabsorpsi tubular dimana urat disaring sehingga


mengurangi jumlah urat metabolik, mencegah pembentukan benjolan baru
dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada. Uricosuris seperti
probenesid dan sulfinpirazon dapat diberikan sebagai pengganti
allopurinol, namun probenesid tidak diindikasikan untuk gout yang akut.
Pembentukan kristal urat dalam urin bisa terjadi dengan urocisuric dan
penting untuk memastikan jumlah urin cukup yaitu 2000 ml atau lebih
untuk mencegah pengendapat kristal urat di saluran urin. Saat diberikan
secara kombinasi dengan colchicine, akan mengurangi frekuensi

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 20


|
kekambuhan gout akut. Uricosuric tidak efektif pada pasien dengan
gangguan renal dengan serum kreatinin lebih dari 2 mg/dL.

b. Allopurinol

Sebagai penghambat xantin oksidase, allopurinol segera menurunkan


plasma urat dan konsentrasi asam urat di saluran urin serta memfasilitasi
mobilisasi benjolan. Obat ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan gagal
ginjal atau batu urat yang tidak dapat diberi urocisuric. Biasanya obat ini
diberikan sekali sehai sebab metabolit aktif allopurinol waktu paruhnya
panjang. Dosis awalnya 100 mg diberikan selama 1 minggu; kemudian
dinaikkan jika kadar asam urat masih tinggi. Kadar asam urat serum akan
dicapai dengan dosis harian 200-300 mg. Seringkali kombinasi allopurinol
dengan uricosuric akan sangat membantu. Allopurinol tidak dianjurkan
untuk pengobatan hiperurisemia asimtomatik dan gout yang aktif.

BAB III

PENUTUP

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 21


|
3.I Kesimpulan

Osteoartritis terdiri atas osteoartritis primer yang dikenal juga sebagai


artritis degeneratif atau penyakit degeneratif sendi, dan Osteoartritis sekunder
yang disebabkan oleh trauma tropisme atau cedera. Pada sendi, suatu jaringan
tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-
ujung tulang penyusun sendi.

Rheumatoid arthritis awalnya berkembang secara perlahan tetapi lama


kelamaan menjadi peradangan kronis persisten yang dapat mengakibatkan cacat
sendi signifikan. Peradangan synovium berupa pembengkakan yang disusupi
dengan limfosit dan plasma sel. Yang paling menonjol terjadi di sekitar pembuluh
darah, yang bertambah banyak dan sering yang menunjukkan tanda-tanda
proliferasi endotel dan nekrosis fibrinoid. Seiring berjalannya waktu bentuk
sinovium menutupi permukaan sendi yang kemudian biasa disebut sebagai
“pannus”

Gout Artritis (asam urat) adalah suatu penyakit gangguan metabolik


dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan
asam urat.

3.2 saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu hendaknya para pembaca
lebih mencari beberapa literatur yang lain pada terapi farmakologi mengenai
penyakit osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan gout arthritis, sehingga
pengetahuan tentang penyakit osteoarthritis, rheumatoid arthritis dan gout
arthritis semakin luas. Disamping itu diharapkan makalah ini dapat menjadi
acuan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

FARMAKOLOGI OSTEOARTHRITIS, RHEUMATOID & GOUT ARTHRITIS 22


|

Anda mungkin juga menyukai