Anda di halaman 1dari 16

36

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Materi Penelitian

Materi yang digunakan pada peneltian ini adalah data informasi dari

Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi tentang fasilitas-fasilitas (dasar, fungsional,

dan penunjang) yang sudah ada dan berfungsi di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Prigi. Data dan informasi perkembangan jumlah kapal, jumlah kunjungan kapal,

jumlah nelayan, jumlah produksi dan nilai produksi yang ada di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Prigi. Data informasi suplai kebutuhan melaut dari Perum

dan pabrik-pabrik es disekitar PPN Prigi.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif yang mendeskripsikan fasilitas fungional yang

ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi. Pemecahan masalah dilakukan

berdasarkan data-data yang disajikan dan dianalisi secara sistematis. Metode yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus.

Menurut Arikunto (2003), metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu fenomena,

suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang

bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki.
37

Menurut Nazir 2003, pendekatan studi kasus adalah penelitian tentang

suatu subjek penelitian yang berhubungan dengan suatu fase spesifik atau khas

dari keseluruhan personalitas. Dalam metode studi kasus tujuannya yaitu untuk

memperdalam pegetahuan mengenai gejala tertentu yang bertujuan untuk

memberikan gambaran secara mendetail sebagai latar belakang.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan

nelayan terhadap pelayanan kebutuhan melaut dan tingkat kepentingan pelayanan

kebutuhan melaut. Sumber data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner dan

wawancara kepada responden yang terdiri dari nelayan pancing tonda dan nelayan

pancing ulur, dimana nelayan tersebut yang menggunakan seluruh kebutuhan

melaut diantaranya solar, air tawar, dan es. Data sekunder adalah data untuk

memperkuat informasi data primer yang diperoleh dari instansi terkait seperti

pelabuhan, kantor kecamatan, Perum, pabrik es dan instansi lainnya yang terkait.

Data primer dan data sekunder yang diambil pada penelitian tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data Responden


No. Jenis Data Metode Sumber
Observasi Wawancara
Data Primer

1. Nama √ Responden

2. Umur √ Responden

3. Kebutuhan melaut √ Responden


nelayan
4. Tingkat kepuasan nelayan √ Responden
38

Lanjutan Tabel 2. Jenis dan Sumber Data Responden


No. Jenis Data Metode Sumber
Observasi Wawancara
Data Primer
5. Tingkat kepentingan Responden
terhadap pelayanan
Data Sekunder
6. Alat tangkap yang √ Pelabuhan
digunakan
7. Jumlah nelayan √ Pelabuhan

8. Jumlah produksi √ Pelabuhan


kebutuhan melaut
Sumber : Hasil Penelitian, 2015

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data pada penelitian ini diperoleh data sekunder dan data

primer. Data primer adalah data yang diperoleh dan di kumpulkan langsung di

lapangan, dalam hal ini metode yang dipergunakan adalah metode observasi atau

pengamatan langsung dan metode wawancara yang menggunakan bantuan

kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

dari sumber-sumber yang telah ada.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Metode Observasi langsung

Metode Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.

Metode observasi pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

informasi atau data primer seperti mengukur panjang fasilitas fungsional

pelabuhan.
39

2. Metode Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah proses tanya jawab

kepada petugas pelabuhan, nelayan, bakul, dinas perikanan dan kelautan,

sebagai pemakai layanan.

3. Metode Dokumentasi

Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan atau bentuk

gambar menggunakan metode dokumentasi. Metode ini bersifat primer

dengan cara memotret gambar ketika kerja lapangan.

4. Metode studi pustaka

Metode studi pustaka adalah membendingkan apa yang antara teori dan

lapangan.

3.5. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik non probability

sampling yaitu metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012), metode

purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan 30 sampel atau responden yang

terdiri dari 15 nelayan dengan alat tangkap pancing tonda, dan 15 nelayan kapal

pancing ulur yang menggunakan kebutuhan melaut yang terdiri dari solar, air

bersih dan es, dimana nelayan tersebut yang menurut saya layak sebagi responden

saya, dengan pertimbangan umur dari responden masih usia produktif. .

Data primer yang diambil dari wawancara 30 responden ini akan digunakan

untuk menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap pelayanan penyediaan

kebutuhan melaut. Kuisioner yang disebarkan memuat pertanyaan mengenai


40

dimensi kualitas jasa. Informasi yang dibutuhkan tersebar dalam variabel-variabel

seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Dimensi Kualitas Jasa dan Atribut yang Dianalisis


Atribut yang
No Dimensi Keterangan
Disediakan
I. Keandalan Ketersediaan jumlah Jenis dan jumlah produk memenuhi
(realiability) Produk permintaan.
Frekuensi kelangkaaan produk
Kesesuaian jumlah Produk yang dikirim sesuai dengan
produk yang dikirim permintaan kemungkinan terjadinya
kerusakan dan kekurangan jumlah
yang dikirim.
II. Ketanggapan Ketepatan waktu Pengiriman tepat waktu sesuai
(responsiveness) pengiriman dengan pemesanan
Kecepatan proses Pengiriman tidak membutuhkan
pengiriman waktu yang lama
Sistem penerimaan Kesiapan petugas untuk menerima
keluhan keluhan
Ketanggapan petugas menangani
keluahan
Perbaikan fasilitas yang Ketangkan untuk memperbaiki
rusak fasilitas apabila terjadi kerusakan
III Jaminan Pengecekan dan Proses pengecekan produk sampai
(assurance) pengawasan produk ketangan konsumen
yang dikirim Sistem pengawasan produk sampai
ke tangan konsumen
Pengetahuan petugas Keahlian da kecekatan petugas
dalam menanganai dalam menangani pembayaran
pembayaran
Kelancaran sistem Pendistribusian tidak mengalami
distribusi kendala
41

Lanjutan Tabel 3. Dimensi Kualitas Jasa dan Atribut yang Dianalisis


Atribut yang
No Dimensi Keterangan
Disediakan
III Jaminan Pendistribusian lancar tanpa ada
(assurance) kekurangan
IV Empati (empathy) Kemudahan dalam Proses pemesanan tidak berbelit-
pemesanan produk belit
Pengaturan waktu Kesesuaian waktu pembayaran
pembayaran dan dengan waktu yang telah disepakati
penagihan
Kegiatan promosi Sarana promosi yang digunakan
produk kalangan/nelayan target dari
promosi
V Nyata (tangibles) Alasan terhadap Adanya alasan apabila terjadi
keterlambatan keterlambatan dalam pengiriman
pengiriman
Kondisi fasilitas Ketersediaan fasilitas yang
transportasi memadai
Kondisi fasilitas Jumlah fasilitas yang ada
produksi
Kapasitas fasilitas Jumlah produk yang mampu
produksi diproduksi
Pengaruh keberadaan Peranan agen dalam pendistribusian
agen dan penyediaan produk
Ketrampilan petugas Kecekatan dan kesopanan
mengirim produk mengirimkan produk
Letak lokasi pemesanan Jarak pabrik terhadap dermaga
produk muat
Harga produk yang Keterjangkauan harga produk yang
ditawarkan dijual
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
42

3.6. Pengelolaan dan Analisis Data

Data primer yang telah diperoleh dengan melakukan wawancara 30

responden dan pengisian kuesioner akan dikumpulkan dan diolah dengan rumus

statistika menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS. Adapun tahap

pengolahan data yang ada adalah pertama melalui proses uji validitas dan

reliabilitas terlebih dahulu. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan realiebel,

selanjutnya dilakukan pengukuran dengan alat pengukuran kepuasan pelanggan

yaitu Customer Satisfaction Index, Importance Performance Analysis, dan

Analisis Tingkat Kesenjangan (GAP) digunakan untuk mengukur kesenjangan

antara kinerja pelayanan yang diberikan penyedia jasa dan kepentingan pengguna

jasa atau nelayan.

3.6.1.Uji Validitas dan Reliabilitas

 Uji validitas

Uji validitas menunjukan suatu ukuran tingkat kevalitan atau ketepatan

suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi,

sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memliki validitas yang rendah.

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor

tiap butir dengan skor total, yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam hal ini

teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan

teknik yang paling banyak digunakan. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi

terhadap koefisien korelasi, dimana item yang mempunyai korelasi positif dengan

kriteria (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang tinggi pula.


43

Jumlah anggota sampel digunakan 30 responden/nelayan. Berdasarkan r

tabel jika jumlah n=30 maka r = 0,30. Jadi, jika korelasi antara butir dengan skor

total kurang dari 0,30, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak

valid. Pengujian menggunakan SPSS (Statistical Program for Sosial Sciences)

versi 20.

 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur ketepatan data yang diambil

dalam menggambarkan keadaan kepuasan nelayan, angket kepuasan nelayan

dinyatakan reliable (handal) jika setelah digunakan beberapa kali dapat

memberikan hasil pengukuran yang (reliable) sama. Alfa Cronbach berada

diantara 0 – 1, semakin dekat angka 1 maka semakin baik instrumen yang diujikan

Dalam penelitian ini dalam menguji reliabilitas diolah dengan menggunakan

software SPSS Versi 20. Penilaian Alfa Cronbach berdasarkan aturan berikut :

0,00 – < 0,20 : Kurang reliable

0,20 – < 0,40 : Agak reliable

0,40 – < 0,60 : Cukup reliable

0,60 – < 0,80 : Reliable

0,80 – < 1,00 : Sangat reliable

3.6.2. Analisis Kepuasan Pelanggan

Setelah atribut pelayanan nyatakan valid atau sahih dan reliabel maka dapat

dilakukan pengolahan atau analisis tingkat kepuasan pelanggan. Analisis yang

digunakan dalam menentukan tingkat kepuasan nelayan antara lain dengan

analisis Customer Satisfaction Indeks (CSI), importance dan performance (IPA),

dan analisis kesenjangan (Gap).


44

3.6.2.1.Customer Satisfaction Indeks (CSI)

Menurut Sratfort dalam Amalia (2005), Pengukuran terhadap indeks

kepuasan konsumen atau Customer Satisfaction Index (CSI) diperlukan karena

hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-

sasaran di tahun-tahun mendatang karena indeks ini berbanding lurus dengan

kualitas pelayanan. Metode pengukuran indeks kepuasan konsumen meliputi

tahap-tahap sebagai berikut:

Metode pengukuran CSI meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata

kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan

seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total weighting factors sebesar

100%.

Tabel 4. Perhitungan Weighting Factors (WF)


Atribut Rata-rata skor kepentingan Weighting factor
(RSP) [WF = (RSP/∑RSP)*100%
1
2
..
I
∑RSP

2. Menghitung Weighted Scored (WS), yaitu nilai perkalian antar nilai rata-

rata tingkat kinerja /kepuasan masing-masing atribut dengan WF masing-

masing atribut.
45

Tabel 5. Perhitungan Weighting Scored (WS)


Atribut Rata-rata skor Weighting factor Weighting Scored
kinerja (RSK) (WF) [WS = (RSK*WF)]
1
2
..
I
∑WS=WT

3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua

atribut kualitas jasa (pelayanan).

4. Menghitung Satisfaction Indeks (SI), yaitu WT dibagi (L) skala maksimal

yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimum yang digunakan

adalah 5), kemudian dikali 100%.

𝑊𝑇
𝑆𝐼 = × 100%..........................................(1)
𝐿

Berdasarkan buku panduan survei kepuasan konsumen PT Sucofindo dalam

Atharis (2008), tingkat kepuasan pelanggan (nelayan) secara keseluruhan dapat

dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan atau konsumen, dengan kriteria

sebagai berikut :

0,00 - 0,34 : Tidak puas (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut tidak

memenuhi kebutuhan nelayan)

0,35 - 0,50 : Kurang puas (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut kurang

memenuhi kebutuhan nelayan)

0,51 - 0,65 : Cukup puas (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut cukup

memenuhi kebutuhan nelayan)


46

0,66 - 0,80 : Puas (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut sudah memenuhi

kebutuhan nelayan)

0,81 - 1,00 : Sangat puas (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut sangat

memenuhi kebutuhan nelayan)

3.6.2.2. Importance dan Performance (IPA)

Menurut Supranto (2001), metode Importance Performance Analysis

dilakukan melalui penentuan posisi tingkat kinerja dan tingkat kepentingan suatu

variabel. Terdapat dua peubah x dan y. Peubah x merupakan tingkat kinerja

pelabuhan sedangkan peubah y merupakan tingkat kepentingan pelabuhan yang

dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Menurut Supranto dalam Atharis (2008), dalam penelitian ini terdapat dua

peubah X dan Y

yang diwakili dengan :

1. Peubah X merupakan tingkat kinerja pelabuhan yang dapat memberikan

kepuasan kepada nelayan. Penilaian terhadap variabel X berdasarkan

jawaban dari nelayan terhadap atribut pelayanan yang diberikan oleh pihak

pelabuhan. Penilaian tersebut dengan menggunakan 5 tingkat (likert).

Kelima penilaian tersebut diberikan bobot.

Tabel 6. Penilaian Tingkat Kinerja Pelayanan Penyediaan Kebutuhan


Melaut
No. Jawaban Nilai
1. Sangat Puas 5
2. Puas 4
3. Cukup Puas 3
4. Kurang Puas 2
5. Tidak Puas 1
47

2. Peubah Y merupakan tingkat kepentingan pelayanan penyediaan air, es dan

solar. Penilaian terhadap peubah Y berdasarkan tingkat kepentingan nelayan

terhadapt atribut pelayanan yang diberikan pihak pelabuhan. Penilaian

tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian Tingkat Kepentingan Pelayanan Penyediaan Kebutuhan


Melaut
No. Jawaban Nilai
1. Sangat Penting 5
2. Penting 4
3. Cukup Penting 3
4. Kurang Penting 2
5. Tidak Penting 1

Untuk menjabarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut-atribut

pada mutu pelayanan, maka digunakan diagram kartesius. Diagram kartesius

merupakan suatu bangunan yang terbagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua

garis yang berpotongan tegak lurus pada titik ( 𝑋 , 𝑌 ). Adapun tahap-tahap yang

dilakukan adalah :

1. Penentuan nilai kepentingan dan kinerja atribut pelayanan seperti Tabel 8.

Tabel 8. Penentuan Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pelayanan


No. Atribut Nilai Tingkat Kinerja (X) Nilai Tingkat Kepentingan (Y)
1
2
..
I

2. Mengisi sumbu X (mendatar) pada diagaram kartesius dengan skor tingkat

pelaksanaan atau kinerja dan sumbu Y (tegak) diisi dengan skor tingkat
48

kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, setiap faktor akan

mempengaruhi kepuasan nelayan dengan rumus :

𝑋𝑖 𝑌𝑖
𝑋= ,𝑌 = .............................................(2)
𝑛 𝑛

Keterangan : 𝑋= jumlah rata-rata tingkat kinerja

𝑌 = jumlah rata-rata tingkat kepentingan

n = jumlah responden

Tabel 9. Penilaian Responden terhadap Atribut Tingkat Kinerja


Responden Atribut tingkat kinerja (X) Total

1 2 3 4 5 .. I ∑

..

∑Xi N n n N n .. N

Tabel 10. Penilaian Responden terhadap Atribut Tingkat Kepentingan


Responden Atribut tingkat kepentingan (Y) Total

1 2 3 4 5 .. i ∑

..

∑Yi N n n N n .. n
49

3. Menghitung letak batas dua garis berpotongan tegak lurus pada ( 𝑋 , 𝑌 )

dengan rumus :
n n
i =1 xi i=1 Yi
X= ,Y = ...........................................(3)
i i

Keterangan : 𝑋 = rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja

𝑌 = rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan

i = banyak atribut yang mempengaruhi kepuasan nelayan

4. Membuat diagram kartesius


Kepentingan

Prioitas Utama Pertahankan Prestasi


Y
A B

𝐘
Prioritas Rendah Berlebihan

C D

𝐗 X Kepentingan
Gambar 2. Diagram Importance and Performance Matriks

Keterangan :

A. Menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting mempengaruhi


kepuasan, termasuk komponen mutu pelayanan dan mutu produk, namun
manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan nelayan.
B. Menunjukkan kinerja dari mutu pelayanan dan mutu produk yang telah
berhasil dilaksanakan oleh pemberi pelayanan, maka wajib
mempertahankannya. Atribut ini dianggap sangat penting dan sangat
memuaskan nelayan.
C. Menunjukkan beberapa atribu yang kurang penting pengaruhnya bagi
nelayan. Pelaksanaanya dilakukan biasa-biasa saja, pengaruhnya terhadap
manfaat yang dirasakan sangat kecil.
D. Menunjukkan atribut yang mempengaruhi nelayan kurang penting, akan
tetapi dalam pelaksanaanya berlebihan, dianggap kurang penting tapi sangat
memuaskan.
50

3.6.2.3. Analisis Tingkat Kesenjangan (GAP)

Menurut Rangkuti (2008), gap atau kesenjangan merupakan

ketidaksesuaian antara pelayanan yang dipersepsikan (perceived service) dan

pelayanan yang diharapkan (expected service). Kesenjangan terjadi apabila

konsumen mempersepsikan pelayanan yang diterimanya lebih tinggi daripada

desired service atau lebih rendah daripada adequate service kepentingan

konsumen tersebut. Perhitungan nilai gap merupakan selisih antara skor tingkat

kinerja dan tingkat kepentingan setiap variabel yang menggunakan rumus sebagai

berikut:

Kesenjangan yang terjadi antara nilai tingkat kinerja yang diberikan oleh

penyedia produk melalui atributnya (pelayanan penyediaan kebutuhan melaut

secara menyeluruh) dengan harapan yang diinginkan oleh konsumen perlu diukur

guna melakukan evaluasi kepuasan konsumen (nelayan) terhadap suatu produk

atau jasa. Nilai kesenjangan ini akan memberikan informasi mengenai seberapa

besar suatu atribut produk atau jasa telah memenuhi harapan konsumen. Informasi

ini dapat dimanfaatkan oleh produsen sebagai bahan masukan untuk memperbaiki

kinerja atau produk atau jasa yang telah diberikan.

Nilai kinerja dari suatu atribut lebih besar dari nilai kepentingan atau

harapan konsumen, maka dikatakan konsumen puas terhadap atribut tersebut,

serta semakin besar nilai GAP suatu atribut maka tingkat kepuasan konsumen

akan semakin tinggi. Sebaliknya jika harapan atau kepentingan lebih besar dari

nilai kinerjanya maka dikatakan konsumen tidak puas terhadap atribut tersebut.

Perhitungan nilai kesenjangan dilakukan pada masing-masing atribut dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Gap = Tingkat Kinerja – Tingkat Kepentingan


51

Nilai kesenjangan tersebut disesuaikan dengan selang kelas penilaian.

Menurut Walpole (1997), untuk membuat selang kelas bagi segugusan data dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penentuan banyaknya selang kelas yang diperlukan. Digunakan lima selang

kelas yang terdiri atas kelas sangat puas, puas, cukup puas, kurang puas dan

tidak puas terhadap dimensi dan variabel pelayanan pada penelitian ini.

2. Penentuan besar wilayah dengan mengurangi data terbesar dengan data

terkecil,

3. Penentuan lebar atau panjang kelas dengan membagi besar wilayah tersebut

dengan banyaknya kelas,

4. Penentuan limit bawah kelas bagi selang pertama dan kemudian batas

bawah kelasnya. Tambahkan panjang kelas pada batas bawah untuk

mendapatkan batas atas pada kelas yang sama.

5. Daftarkan penentuan kelas berikutnya hingga data terbesar.

Anda mungkin juga menyukai