Anda di halaman 1dari 2

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam kesempatan ini marilah kita bersama –sama meningkatkan takwa kita kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar takwa, yakni dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kaum muslimin ‘azzakumullah

Di zaman yang semakin dekat dengan hari akhir ini, kita menyaksikan suatu fenomena
memprihatinkan yang menimpa kaum muslimin, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang
mengaku beragama Islam namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya,
bahkan tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.

Di antaranya adalah banyaknya kaum muslimin di masa sekarang yang mulai meremehkan
dan menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya
dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Agama Islam, salat memiliki kedudukan
yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya. Keistimewaan tersebut tergambar dengan
peristiwa isra’ dan mi’raj dimana Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu
perintah salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berbicara langsung kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Yang demikian itu
menunjukkan bahwa betapa agung kedudukan ibadah salat dalam Islam, karena ia adalah
tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam suatu hadis sahih
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah
jihad di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi no. 26160).

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di Hari Kiamat kelak, seperti
tersebut dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat
adalah salat. Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila
salatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi, no. 413)

Di samping itu, salat adalah wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada
umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata,

“Wasiat terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah ‘Kerjakanlah salat,


Kerjakanlah salat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian
miliki.” (HR. Ahmad, no. 25944)
Hadirin yang Dirahmati Allah

Inilah gambaran agungnya kedudukan ibadah salat dalam agama Islam yang kita anut.
Alquran dan Sunah yang sahih memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan
salat. Dalam surat Al-Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami
dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.”

Perhatikanlah orang-orang yang tidak salat! Hidupnya tidak mengalami ketenangan,


meskipun secara lahiriyah hidupnya kaya raya dan mempunyai harta yang berlimpah, namun
mereka sama sekali tidak mengalami ketenangan dan tidak juga kenyamanan. Berbeda
dengan orang yang salat, ia merasa tenang dan bahagia. Melaksanakan salat dapat
menenangkan hati, karena di dalam salat mengandung dzikrullah (mengingat Allah) dan itu
mebawa kepada ketenangan batin, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Jiwa orang yang melakukan salat akan mengalami ketenangan dan akan mendapatkan
thuma’ninah dalam hidup. Berbeda dengan orang yang enggan salat. Hidupnya mengalami
was-was, tidak tentang, ketakutan, dan selalu diganggu oleh setan.

Mudah-mudahan Allah memberikan kita petunjuk untuk melaksanakan salat yang lima waktu
dan melaksanakan kebaikan sesuai dengan syariat. Mudah-mudahan Allah menjadikan hari-
hari kita penuh dengan amal saleh yang akan membawa kita kepada kebahagiaan dan
ketenangan di dunia dan di akhirat amin amin ya robbal ‘alamin

Anda mungkin juga menyukai