BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan akal adalah daya pikir
(untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari
pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri dalam hubungannya
dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan konsepsi-konsepsi mengenai watak dan
keadaan diri kita sendiri, serta melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian
yang esensial hidup ini.
Yaitu penetapan suatu perkara atas perkara yang lainnya atau penolakan suatu perkara kepada
perkara lainnya, dan dalam menetapkan atau menolak hukum(perkara) tersebut tidak membutuhkan uji
coba yang berulang-ulang dan tidak membutuhkan sandaran (wadla’).
Adapun hukum akal terbagi menjadi, yakni:
a. Wajib (diterima akal)
b. Mustahil (ditolak akal )
c. Harus (boleh diterima atau ditolak akal)
B. Saran
Demikian beberapa catatan dapat kami tulis tentang “Hukum Akal”, kami sebagai manusia biasa
yang tidak lepas dari salah dan lupa mohon maaf yang tiada batasnya, hingga kekurangan terdapat dimana-
mana. Kami mohon bimbingan demi pembenaran makalah ini serta dalam perbaikan makna.
DAFTAR PUSTAKA
- Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, cetakan kedua, 1986.
- www.google.com// pengertian akal dan wahyu.ic.id
- Nasution, Harun, Tentang Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid I,II.
- Atang, Metodologi Study Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
- Nasution, Harun Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI Press, Jakarta,cet.V,1986.