Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP MEDIS CEPHALGIA

A. Defenisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala.
Cephalgia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo
dan algos. Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri.
Menurut Soemarmo (2009) Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu
keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala merupakan gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit
lain), migren, respon stress, sakit kepala tegang atau kombinasi respon tersebut.

B. Etiologi
Menurut Papdi (2012) cephalgia sering berkembang dari sejumlah
faktor resiko yang umum yaitu:
1. Penggunaan obat yang berlebihan
Penggunaan obat yang berlebihan yaitu mengkonsumsi obat berlebihan
dapat memicu sakit kepala bertambah parah setiap diobati.
2. Stress
Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, stress bisa
menyebabkan pembuluh darah di bagian otak mengalami penegangan
sehingga menyebabkan sakit kepala.
3. Masalah tidur
Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karena
saat tidur seluruh anggota tubuh termasuk otak dapat beristirahat.
4. Kegiatan berlebihan
Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di
kepala dan leher mengalami pembengkakan, sehingga efek dari
pembengkakan akan terasa nyeri.

5. Rokok
Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan
pembuluh darah menyempit, sehingga menyebabkan sakit kepala.
C. Patofisiologi
Menurut Sidharta (2008), sakit kepala timbul sebagai hasil
perangsangan terhadap bagian-bagian di wilayah kepala dan leher yang peka
terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-
otot oksipital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan
periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan
intracranial yang peka nyeri terdidi dari meninges, terutama dura basalis dan
meninges sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak.

D. Manifestasi Klinik
Chepalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat,
nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi
secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi (Kusuma, 2012).

E. Komplikasi
Cephalgia dapat menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan,
menyebabkan depresi sampai kecemasan pada penderitanya. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Paiva dkk mengidentifikasi adanya gangguan tidur yang
spesifik pada 55% populasi penderita nyeri kepala dengan gangguan tidur pada
malam hari (Hidayati, 2016)

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tersebut antara lain:
1. CT-Scan atau resonansi magnetik (MRI) otak hanya dilakukan pada nyeri
kepala yang menunjukkan kemungkinan penyakit intrakranial, seperti
tumor, perdarahan subaraknoid, AVM, dll.

2. Elektroensefalogram dilakukan bila ada riwayat kejang, kesadaran


menurun, trauma kepala atau presinkop.

3. Foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk
menetukan adanya spondiloartrosis dan fraktur servikal.
G. Penatalaksanaan

1. Migren
a. Terapi Profilaksis
1) Menghindari pemicu
2) Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan proses
fisiologis yang mengontrol aliran darah dan aktivitas system syaraf
b. Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri dan/atau
vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
1) Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
2) NSAIDS :Menghambat sintesis prostaglandin,agragasi platelet,
dan pelepasan 5-HT.Naproksen terbukti lebih baik dari
ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen, ketorolac
3) Golongan triptan
a) Agonis reseptor 5-HT1D menyebabkan vasokonstriksi
menghambat pelepasan takikinin, memblok inflamasi
neurogenik Efikasinya setara dengan dihidroergotamin, tetapi
onsetnya lebih cepat
b) Sumatriptan oral lebih efektif dibandingkan ergotamin per
oral
c) Ergotamin : Memblokade inflamasi neurogenik dengan
menstimulasi reseptor 5-HT1 presinapti. Pemberian IV dpt
dilakukan untuk serangan yang berat
d) Metoklopramid : Digunakan untuk mencegah mual muntah.
Diberikan 15-30 min sebelum terapi antimigrain, dapat diulang
setelah 4-6 jam
e) Kortikosteroid : Dapat mengurangi inflamasi. Analgesik
opiate. Contoh : butorphanol
c. Obat untuk terapi profilaksis
1) Beta bloker. Merupakan drug of choice untuk prevensi migraine.
Contoh: atenolol, metoprolol, propanolol, nadolol. Antidepresan
trisiklik Pilihan: amitriptilin, bisa juga: imipramin, doksepin,
nortriptilin Punya efek antikolinergik, tidak boleh digunakan
untuk pasien glaukoma atau hiperplasia prostat
2) Metisergid. Merupakan senyawa ergot semisintetik, antagonis 5-
HT2. Asam/Na Valproat dapat menurunkan keparahan, frekuensi
dan durasi pada 80% penderita migraine.
3) NSAID. Aspirin dan naproksen terbukti cukup efektif. Tidak
disarankan penggunaan jangka panjang karena dapat
menyebabkan gangguan GI
4) Verapamil. Merupakan terapi lini kedua atau ketiga
5) Topiramat. Sudah diuji klinis, terbukti mengurangi kejadian
migraine
2. Sakit kepala tegang otot
a. Terapi Non-farmakologi
1) Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20
sampai 30 menit.
2) Perubahan posisi tidur.
3) Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
4) Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah
5) Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan
komputer, atau saat menonton televisi
6) Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
7) Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
b. Terapi farmakologi
Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat
nyeri Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen
atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat
meningkatkan efek analgesic. Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment
yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau
depresi. Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau
antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis memicu
rebound headache.

H. Pencegahan

1. Tidur cukup dan teratur, 7-8 jam per hari.

2. Makan teratur dengan gizi yang seimbang.

3. Kurangi konsumsi minuman berkafein.

4. Kenali dan hindari pemicu sakit kepala.

5. Batasi konsumsi obat sakit kepala yang dijual bebas.

6. Lakukan olahraga secara teratur

7. Lakukan teknik relaksasi, seperti yoga atau meditasi.

8. Kelola stres dengan baik.


BAB II

ASKEP CEPHALGIA

a. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa
a) Usia timbulnya, biasanya mulai sebelum usia
pertengahan.aneurisma, tumor otak lebih banyak pada usia sekitar 35
tahun.
b) Lamanya & frekwensi nyeri kepala. Lamanya keluhan nyeri kepala
pada pasien dapat mengarahkan kepada kelainan neurologi yang
progressive atau suatu keganasan.
c) Komplikasi,
d) Lokasi yang sakit
e) Kwalitas nyeri kepala. Kwalitas nyeri kepala sangat subyektif
tergantung pada keadaan psikologi pasien.
f) Saat timbulnya nyeri kepala. Cluster headache sering nyeri timbul
pada saat pasien tidur sehingga sering membangunkan pasien. Tumor
otak dalam ventrikel juga dapat menyebabkan nyeri kepala pada saat
tidur.
g) Fenomena lain yang menyertainya seperti photofobia,phonofobia,
gangguan penglihatan, dizziness, kelemahan otot, febris.
h) Hal hal lain yang memperburuk nyeri kepala misalnya batuk.
2. Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum pasien & mentalnya

b) Tanda tanda rangsangan meningeal (Tanda Kerniq, Tanda Laseque,


Kaku kuduk, brudzinsky I/II)

c) Adakah kelainan saraf cranial

d) Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya


3. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
b) Sistem persyarafan: kesadaran
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem gastrointestinal
f) Sistem integument
g) Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b) Pola nutrisi dan metabolisme
c) Pola eliminasi
d) Pola aktivitas dan latihan
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perseptual
g) Pola toleransi dan koping stress
h) Pola nilai dan keyakinan
i) Pola hubungan dan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
b) Foto rontgent
c) USG

b. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Gangguan pola tidur
4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

c. Rencana Intervensi Keperawatan


1. Nyeri
Setelah di lakkan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang dengan criteria hasil:

a. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang Skala


nyeri 0-1 (dari 0-10)
b. TTV dalam batas normal; suhu: 36-37 C, TD: 120/80mmHg, RR:
18-24x/mnt, Nadi: 80-100x/mnt
c. Wajah tidak tampak meringis
d. Klien tampak rileks, dapat beristirahat, dan beraktivitas sesuai
kemampuan.
Intevensi :

1. Lakukan pengkajian secara komprehensif terhdap nyeri meliputi,


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dan
faktor presitipasi
2. Observasi respon nonverbal dari ketidakyamanan (misalnya wajah
meringis) terutama ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
3. Ajarkan menggunakan tekhnik nonanalgetik (tekhnik relaksasi
nafas dalam).
4. Kolaborasi untuk penggunaan control analgesic

2. Ansietas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24jam Ansietas
berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
yang dapat diatasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan
koping yang telah dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
b. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan berikan
umpan balik
c. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
d. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan.
e. Kolaborasi pemberian obat sedatif

3. Gangguan pola tidur


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam kebutuhan
tidur terpenuhi dengan kriteria hasil:
a. Memahami faktor yang menyebabkan gangguan tidur
b. Dapat menangani penyebab tidur yang tidak adekuat
c. Tanda - tanda kurang tidur dan istirahat tidak ada
Intervensi :

a. Lakukan pengkajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik


dan penyebab kurang tidur
b. Anjurkan klien untuk relaksasi pada waktu akan tidur.
c. Ciptakan suasana dan lingkungan yang nyaman
d. Kolaborasi pemberian obat

4. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24jam tidak terjadi
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan kriteria hasil:

a. Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat


badan,
b. menunjukkan peningkatan selera makan,
c. klien menghabiskan porsi makanan yang diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan
b. Berikan kebersihan oral
c. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, H. B. (2016). Tinjauan Pustaka: Pendekatan Klinisi dalam Manajemen


Nyeri Kepala. Mnj, 2(2), 89–96.
https://sarafambarawa.wordpress.com/2015/05/09/laporan-kasus-cephalgia-intan-
diah-ningrum/
https://www.alodokter.com/sakit-kepala/pencegahan
Kusuma. R. P, Kristiyawati. S. P & Purnomo. S. E. Ch. (2013). Efektifitas Teknik
Relaksasi Imajinasi Terbimbing Dan Terapi Musik Terhadap Penurunan
Gangguan Tidur Pada Lansia Di Panti Werda Pelkris Pengayoman
Semarang.
Papdi, Eimed. (2012). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal
medicine). Jakarta : Interna Publishing.
Sidharta, Priguna. (2008). Neurogi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian
Rakyat.
Soemarmo, Markam. (2009). Penuntun Neurlogi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai