PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan
tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk rumah sakit.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) merupakan masalah penting di
seluruh dunia yang terus meningkat merupakan masalah utama bagi
semua rumah sakit. Dampak yang ditimbulkan meningkatkan lama
masa rawat, angka kematian, biaya perawatan dan pengobatan
membebani rumah sakit maupun pasien. Pencegahan dan
pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) merupakan suatu upaya
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Hal ini
dapat dicapai dengan keterlibatan secara aktif semua personil rumah
sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter dan mulai
dari pekarya sampai dengan jajaran direksi. Kegiatan tersebut
dilakukan secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit :
peralatan medis dan non medis, ruang perawatan dan prosedur serta
lingkungan.
Terjadinya infeksi rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain :
Banyaknya pasien yang dirawat yang menjadi sumber infeksi
bagi lingkungan dan pasien lainnya.
Interaksi antara petugas, pasien dan pengunjung yang menjadi
sumber infeksi.
1
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar
bakteri atau cairan dari tubuh pasien.
Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh bakteri
Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang dideritanya
Mengingat kegiatan yang penting ini melibatkan berbagai
disiplin dan tingkatan yang berkaitan dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit. Prosedur baku yang dituangkan
dalam Buku Petunjuk Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
rumah sakit ini merupakan prosedur yang harus dilaksanakan secara
maksimal sesuai indikasi.
Diharapkan dengan adanya Buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang merupakan pelengkap dari Buku Pedoman
Manajerial Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, dapat menjadi rujukan
bagi seluruh petugas kesehatan di RSU Kota Tangerang Selatan yang
memiliki sikap dan perilaku yang sama dalam mencegah dan
mengendalikan infeksi di rumah sakit. Hasil akhir yang diharapkan
adalah peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang dapat menjamin
terlaksananya Patient Safety secara menyeluruh di RSU Kota
Tangerang Selatan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431)
2. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437)
2
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5063)
4. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 5072)
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata kerja Departemen Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan
Departemen Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 270/Menkes/2007
tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 382/Menkes/2007
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
3
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/SK/VIII/2004
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini
Kejadian Luar Biasa (KLB).
C. Tujuan
Diperolehnya buku pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit sehingga rumah sakit dapat melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan buku yang telah
diterbitkan oleh RSU Kota Tangerang Selatan.
4
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB II
A. Perkembangan Kewaspadaan
Kewaspadaan Standar atau Standard Precaution disusun oleh
CDC tahun 1996 dengan menyatukan Universal Precaution (UP) atau
Kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang telah dibuat tahun
1985 untuk mengurangi resiko infeksi patogen yang berbahaya melalui darah
dan cairan tubuh lainnya dan Body Substance Isolations (BSI) atau isolasi
terhadap cairan tubuh yang dibuat 1987 untuk mengurangi resiko penularan
patogen yang berada dalam bahan yang berasal dari tubuh pasien terinfeksi.
Pedoman Kewaspadaan Isolasi dan pencegahan dengan penambahan istilah
HAIs (Healthcare Associated Infection) menggantikan istilah infeksi
nosokomial, hyiegene repirasi/ etika batuk, praktek menyuntik yang
aman dan pencegahan infeksi pada prosedur lumbal pungsi.
Kewaspadaan Isolasi dirancang untuk mengurangi resiko terinfeksi penyakit
menular pada petugas kesehatan baik dair sumber infeksi yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
Kewaspadaan Isolasi terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan Standar dilakukan kepada semua pasien tanpa memandang
5
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
pasien tersebut infeksius atau tidak.
Kewaspadaan Transmisi adalah kewaspadaan berdasarkan sumber infeksi
: kontak, droplet, airborne.
B. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan Standar untuk pelayanan semua pasien.
Kategori I meliputi :
1. Kebersihan tangan/hand hygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle
(kacamata pelindung), face shield (pelindung wajah) dan gaun.
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi/etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek untuk lumbal pungsi
6
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.4 Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :
Sebelum kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan invasif
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
7
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan
2.2 Masker/goggle
Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus membran
mata, hidung, mulut selama melaksanakan prosedur dan
aktivitas perawatan pasien yang beresiko terjadi
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh, sekresi, dan
ekskresi
Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Masker bedah dan dapat dipakai secara umum untuk
petugas rumah sakit untuk mencegah trnasmisi melalui
partikel besar dari droplet saat kontak erat (< 3m) dari
pasien saat batuk/bersin
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol
walaupun pada pasien tidak diduga infeksi
Jangan mengalungkan masker di leher segera lepas
setelah melakukan tindakan selesai.
2.3 Gaun/apron
Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit,
mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi
selama prosedur/merawat pasien yang memungkinkan
terjadinya percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan
yang akan dikerjakan dan perkirakan jumlah cairan yang
mungkin akan dihadapi. Bila gaun tidak tembus cairan,
perlu dilapisi apron tahan cairan mengantisipasi
semprotan/cipratan cairan infeksius.
8
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Lepaskan gaun segera dan cuci tangan untuk mencegah
transmisi mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan
Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara
epidemiologik penting, lepaskan saat akan keluar ruang
pasien
Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk
pasien yang sama
Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang resiko
tinggi seperti ICU, NICU.
9
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Buat aturan dan prosedur untuk menampung
transportasi, peralatan yang mungkin terkontaminasi
darah atau cairan tubuh
Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal, semi
kritikal dengan bahan pembersih sesuai dengan
sebelum di DTT atau sterilisasi
Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan
tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar sehingga kulit
dan mukus membran terlindungi, cegah baju
terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain
dan lingkungan
Pastikan perlatan yang telah di pakai untuk pasien
infeksius telah dibersihkan dan tidak dipakai untuk
pasien lain
Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan
dihancurkan melalui cara yang benar dan peralatan
pakai ulang diproses dengan benar
Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfeksi setelah
dipakai. Peralatan semikritikal didisinfeski atau
disteriilisasi. Peralatan kritikal harus didisinfeksi
kemudian disterilkan
Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas
dan detergen
Bila tidak nampak kotor, lap permukaan peralatan yang
besar (USG,X-Ray) setelah keluar ruangan isolasi
Bersihkan dan disinfeksi yan benar peralatan terapi
pernapasan terutama setelah dipakai pasien infeksi
saluran napas
10
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik atau
manual dengan detergen tiap setelah makan. Benda
disposible di buang ke tempat sampah
3. Pengendalian Lingkungan
Pastikan bahwa departemen/unit/ruangan membuat dan
melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan, disinfeksi
permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan disamping tempat
tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan
pastikan kegiatan ini di monitor.
Untuk memutuskan rantai penularan infeksi, rumah sakit harus
mempunyai disinfektan standar untuk membunuh patogen atau
menurunkan jumlahnya secara fisikal maupun kimiawi, tetapi tidak
termasuk spora.
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan
tidak dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik
(sekresi, ekskresi pasien, kotoran). Pembersihan ditujukan untuk
mencegah aerosolisasi, menurunkan pencemaran lingkungan. ikuti
aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya.
11
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
aerosolisasi patogen yang berasal dari infeksi saluran napas,
hindari sapu, lakukan pembersihan dengan cara basah (kain
basah)
b. Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop stelah
dipakai/terkontaminasi
c. Peralatan pembersihan harus dibersihkan, dikeringkan tiap kali
setelah dipakai
d. Mop dicuci dan dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan
dipakai kembali
e. Untuk mempermudah pembersihan, bebaskan area pasien dari
benda-benda/peralatan yang tidak perlu
f. Jangan melakukan fogging dengan disinfektan karena tidak
terbukti mengendalikan infeksi dan berbahaya untuk lingkungan
g. Pembersihan dapat dibantu dengan vacum cleaner (pakai filter,
HEPA)
h. Jangan memakai karpet
12
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4.5 Cuci dan keringkan linen sesuai SPO, dengan air panas
70°C, minimal 25 menit
4.6 Bila suhu dipakai < 70°C plih zat kimia yang sesuai
4.7 Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi. Kantong tidak perlu double
4.8 Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD
13
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
6. Penempatan Pasien (isolasi pasien)
6.1 Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi
lingkungan atau yang tidak dapat diharapkan menjaga
kebersihan atau kontrol lingkungan ke dalam ruang rawat
yang terpisah
6.2 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan
petugas PPI
6.3 Cara penempatan pasien sesuai jenis kewaspadaan
terhadap transmisi infeksi
14
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
pendampingnya. Anjurkan untuk duduk berjarak > 1 m dari
yang lain
7.7 Lakukan sebagai standar praktek
15
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
8. Praktek menyuntik yang aman
8.1 Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk
mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi
8.2 Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose.
Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk menagmbil obat
dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi
mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain
16
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Transmisi lewat udara (Airborne)
17
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Transmisi Lewat Udara
Sebagai tambahan dari Standard precaution, Airborne Precaution
digunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga menderita
panyakit serius dengan penularan melalui percikan halus di udara.
Contoh penyakit :
Campak
Varicella (termasuk Herpes zoster diseminata)
Tuberkulosis
Penempatan pasien :
Tempatkan pasien pada tempat dengan :
Tekanan negatif yang termonitor
Minimal pergantian udara 6 kali setiap jam
Pembuangan (exhaust) udara keluar yang memadai atau
penggunaan filter yang termonitor sebelum udara beredar
ke seluruh rumah sakit
Jagalah agar pintu selalu tertutup dan pasien tetap dalam
ruangan
Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam
ruangan dengan pasien lain yang terinfeksi oleh
mikroorganisme yang sama dan tidak ada infeksi lain
Proteksi repirasi :
Gunakan pelindung pernapasan masker N95 pada saat masuk ke
dalam ruangan pasien yang diketahui atau diduga mengidap
tuberkulosis, H1N1, H5N1
Pengangkutan pasien :
Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal
18
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
yang penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien
memang diperlukan, hindari penyebaran droplet dengan memberikan
masker bedah kepada pasien.
19
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Masker harus dipakai, bila seseorang berada dalam jarak 3 kaki dari
pasien. Akan lebih praktis apabila kewajiban memakai masker
diberlakukan sejak seseorang memasuki ruangan pasien. Pasien
hanya diperbolehkan meninggalkan ruangan hanya jika sangat perlu,
dan harus memakai masker.
Contoh penyakit :
Influenza tipe B invasive H, termasuk meningitis, pneumonia
dan sepsis
Meningitis invasive N, termasuk meningitis, pneumonia dan
sepsis
Pneumoniae multidrug resiten invasive S, termasuk meningitis,
pneumonia, sinusitis, dan otitis media
20
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
a. Adenovirus
b. Influenza
c. Mumps
d. Parvovirus B19
e. Rubella
Penempatan pasien :
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan
infeksi yang aktif dari organisme yang sama, tetapi tidak ada infeksi
lain. Bila ada kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara
kohort, dan bila ruang untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah
jarak pemisah minimal 3 kaki antara pasien dengan pasien lain dan
pengunjung
Pemakaian masker :
Pemakaian masker bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 3
kaki dari pasien
Transport Pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan
mendesak bila terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker pada
pasien.
21
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
yang terjadi selama perawatan rutin, atau kontak tak langsung
(persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien.
22
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Kebijaksanaan mengenai isolasi khusus terhadap mikroorganisme
seperti Vancomycin Resistant Enterococci (VRE) dan Clostridium
difficile mencakup kewaspadaan terhadap semua bentuk kontak
dengan pasien, peralatan sekitar tempat tidur pasien dan lingkungan
dekat pasien. Penekanan khusus pada pemakaian peralatan tersendiri
untuk masing-masing pasien dan menghindari pemakaian alat secara
bersama. Menjaga kebersihan sekitar pasien juga merupakan hal yang
perlu diperhatikan.
Contohnya :
MRSA
Infeksi gastrointestinal, repirasi, kulit atau luka atau kolonisasi
bakteri MDR sesuai keputusan program pemberantasan.
Infeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau
berkepanjangan termasuk :
a. Clostridium difficile
b. Enterohaemorrhage E. Coli (EHEC), Shigella, Hepatitis A
atau Rotavirus pada pasien incontinensia
RSV, para influenza virus, atau infeksi enteroviral pada bayi
dan anak-anak
Infeksi kulit yang sangat menular atau yang bisa timbul pada
kulit kering, termasuk :
23
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
a. Diphteria (kulit)
b. Herpes Simplex (neonatus atau mucocutaneus)
c. Impetigo
d. Abses besar, selulitis atau dekubitus
e. Pediculosis
f. Scabies
g. Furunkulosis yang disebabkan oleh staphylococcus pada
bayi dan anak-anak
h. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
i. Herpes zoster (diseminata atau pasien
immunokompromisse)
Konjungtivitis hemoragik akibat virus
Lassa fever atau virus marburg
Penempatan pasien :
Tempatkan pada kamar sendiri atau bersama pasien lain dengan
infeksi yang aktif dari mikroorganisme yang sama tetapi tanpa infeksi
lain. Bila ada kamar tersendiri tidak tersedia tempatkan dalam
ruangan secara kohort
Pemakaian gaun :
24
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Gaun digunakan saat melakukan tindakan : seperti merawat luka,
memandikan pasien dengan MRSA kolonisasi di ketiak (+), peawatan
kolostomi dll.
Transport pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang
penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar kamar, usahakan
tetap melaksanakan kewaspadaan standar
Perawatan lingkungan :
Lakukan perawatan terhadap peralatan disekitar tempat tidur pasien
(tempat tidur, meja, dinding, tiang infus, lemari pasien) dan
permukaan lain yang sering tersentuh dibersihkan setiap hari dengan
disinfektan
25
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
TABEL 1 JENIS DAN LAMA ISOLASI UNTUK PATOGEN
TERTENTU
26
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
setelah awal terapi
VRE Kontak Selama masa perawatan
CATATAN :
Disetiap pintu masuk kamar pasien harus tersedia Alat
Pelindung Diri (APD) yaitu : masker, sarung tangan , abju
pelindung (apron), topi
Harus tersedia wastafel dengan air mengalir, sabun antiseptik,
tissue, handrub berbasis alkohol, tempat sampah infeksius dan
non infeksius
Tersedia poster isolasi (kontak, droplet, dan airborne), poster
menggunanakan dan melaepas APD, sesuai kebutuhan di
deoan
27
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
TABEL 2 SINDROM KONDISI KLINIK YANG SECARA
EMPIRIK MEMERLUKAN KEWASPADAAN
TAMBAHAN
28
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Batuk//demam/infiltrat paru
di lokasi manapun pada
pasien HIV positif atau Bordetella Droplet
pasien dengan resiko tinggi pertusis
terinfeksi HIV Droplet
3. Batuk paroksismal atau RSV atau
yang menetap selama parainfluenza
periode pertusis virus
4. Infeksi respirasi terutama
bronkhitis dan croup pada
bayi dan anak-anak
Resiko mikroorganisme yang
multidrug resisten :
1. Riwayat infeksi atau Bakteri MDR Kontak
kolonisasi dengan bakteri
MDR Bakteri MDR Kontak
2. Infeksi kulit luka atau infeksi
saluran kemih pada
penderita yang baru masuk
rumah sakit atau tempat
perawatan lain dengan Staphyilococcus Kontak
khusus MDR tinggi aureus Group A, Kontak
Infeksi pada kulit atau luka : Streptococcus
Abses atau luka yang tidak bisa
ditutup
29
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
30
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
31
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
32
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
KEBERSIHAN TANGAN
33
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tujuan Kebersihan Tangan :
1. Meminimalkan dan menghilangkan mikroorganisme
2. Mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien ke pasien lain, dari
petugas ke pasien, alat-alat kesehatan, dan lingkungan.
34
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
CATATAN PENTING :
Kapan kita pakai handrubs?
Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit di jangkau
Fasilitas cuci tangan tidak adekuat
Saat ronde di ruangan yang memerlukan disinfektan
Di antara tindakan keperawatan
Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda/cairan tubuh pasien, tangan
harus di cuci dengan sabun antiseptik segera setelah melepaskan sarung
tangan, karena pada saat tersebut mungkin sarung tangan adda lubang kecil
atau robek, sehingga bakteri dengan cepat berkembang biak pada tangan
35
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
akibat lingkungan yang lembab dan hangat di sarung tangan (CDC, 1989,
korniewicz. et al. 1990)
36
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
E. Perawatan Pasien Dalam Isolasi
Perawatan pasien diruang isolasi menjadi sulit, jika sumber daya tidak
mencukupi, pasien tidak memiliki kebiasaan menjaga kebersihan,
sengaja mencemari lingkungan atau tidak dapat diharapkan
bekerjasama dalam menerapkan tindakan pencegahan infeksi dan
transmisi mikroorganisme. Hal ini dapat ditemukan misalnya pada anak-
anak, pasien dengan keadaan mental yang berubah-ubah atau orang
lanjut usia
37
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.1 Lakukan tindakan pencegahan tambahan dengan meletakkan
tanda peringatan pada pintu.
1.2 Sediakan lembar catatan pada pintu masuk ruang isolasi. Semua
petugas kesehatan atau pengunjung yang masuk area isolasi
harus mengisi lembar catatan tersebut, agar bila dibutuhkan tindak
lanjut, tersedia data yang dibutuhkan.
1.3 Pastikan semua perabotan yang tidak penting. Perabotan di ruang
isolasi harus mudah dibersihkan dan tidak menahan kotoran
tersembunyi atau kondisi basah, baik di dalam maupun
sekelilingnya.
1.4 Kumpulkan linen seperlunya.
1.5 Lengkapi tempat cuci tangan dengan kebutuhan untuk cuci tangan
yang cukup.
1.6 Sediakan kantong sampah yang sesuai dalam tempat sampah
yang dioperasikan oleh kaki dalam ruangan.
1.7 Upayakan agar pasien tidak menggunakan barang pribadi.
Letakkan tempat air minum dan cangkir, tissue dan semua barang
untuk kebersihan pribadi berada dalam jangkauaan pasien.
1.8 Sediakan peralatan yang diperlukan tersendiri untuk masing-
masing pasien seperi stetoskop, termometer dan tensimeter. Bila
karena keterbatasan ketersediaan, peralatan digunakan untuk
pasien lain maka semua peralatan hendaknya dibersihkan dan
didisinfeksi sebelum digunakan. untuk menyimpan
1.9 Di luar pintu masuk isolasi (diruang ganti) sediakan tempat
(rak,troli, lemari) untuk menyimpan APD. Sediakan daftar tilik untuk
meyakinkan semua peralatan yang dibutuhkan tersedia.
1.10 Di luar pintu keluar ruang isolasi, letakkan wadah tertutup sesuai
untuk setiap peralatan bekas pakai yang akan diproses ulang.
38
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Sesuai kebijakan masing-masing rumah sakit, langsung kirim
peralatan bekas pakai tersebut ke instalasi sterilisasi pusat atau
dekontaminasi terlebih dahulu diruangan khusus sebelum dikirim.
1.11 Sediakan peralatan kebersihan (mop/pel basah, lap) dan disinfeski
yang dibutuhkan di dalam ruangan pasien
1.12 Bersihkan ruangan pasien secara menyeluruh setiap hari meliputi
semua permukaan. Yakinkan bahwa barang-barang seperti meja
pasien, kaki tempat tidur dan lantai telah dibersihkan dan
didisinfeksi. Sodium hipoklorit 0.5 % dan atau alkohol 70% dapat
digunakan sebagai disinfektan
1.13 Masukan linen bekas pakai ke dalam kantong linen ketika di dalam
ruangan dan kemudian ke dalam kantong lain ketika sudah diluar
ruangan. Kirim segera ke unit pencucian (laundry) dan tangani
sebagai linen yang kotor atau terkontaminasi.
1.14 Buang semua sampah ke dalam kantong sampah infeksius ketika
di dalam ruangan. Ketika sampah akan dibuang, diluar ruangan
masukkan kantong tersebut ke dalam kantong lain dan kemudian
tangani sebagai sampah infeksius.
1.15 Bersihkan dan disinfeksi urinal dan bedpan sebelum digunakan
untuk pasien lain.
1.16 Hindari penggunaan disinfektan semprotan
1.17 Bersihkan semua peralatan kebersihan (mop/lap) setelah setiap
dipergunakan. Kirim semua peralatan kebersihan tersebut ke
laundry untuk dicuci dengan air panas
1.18 Jika mungkin, yakinlah arah aliran udara pendingin (AC) berasal
dari luar ruangan (koridor) ke dalam ruangan (tekanan negatif).
1.19 Bersihkan peralatan makan dalm air sabun panas.
39
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Memasuki Ruangan
2.1 Di ruang anteroom harus tersedia APD yang berisi : topi, masker,
apron, sarung tangan, dan sepatu pelindung, wastafel dengan air
mengalir, sabun antiseptik, handrub, paper towel (tissue), poster
APD dan kebersihan tangan.
2.2 Siapkan semua peralatan yag dibutuhkan
2.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis
alkohol.
2.4 Memakai APD, dengan urutan sebagai berikut : pelindung kaki,
gaun pelindung dan topi, masker, kaca mata atau pelindung wajah
dan sarung tangan.
2.5 Masuk ruangan dan tutup pintu.
3. Meninggalkan Ruangan
3.1 Kecuali masker, lepaskan APD di pintu ruang anteroom, masker
dilepaskan setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup
pintunya
3.2 Urutan melepas APD :
1) Sarung tangan : lepas dan buang ke dalam tempat sampah
infeksius, lakukan kebersihan tangan.
2) Kaca mata atau pelindung wajah : letakkan ke dalam wadah
peralatan bekas pakai, lakukan kebersihan tangan.
3) Gaun : dengan tidak memegang bagian luar gaun, masukan
ke dalam tempat cucian, lakukan kebersihan tangan
4) Masker: dengan tidak memegang bagian luar, lakukan
kebersihan tangan.
5) Pelindung kaki setelah itu lakukan kebersihan tangan.
40
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
CATATAN : di tulis di pintu keluar ruangan.
3.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau digunakan handrub berbasis
alkohol.
3.4 Tinggalkan ruangan.
3.5 Lepaskan masker atau respirator dengan memegang elastis di
belakang telinga, jangan memegang bagian depan masker
3.6 Setelah ke luar ruangan, gunakan kembali handrubs berbasis
alkohol atau cuci tangan dengan air mengalir
3.7 Sebelum meninggalkan ruangan petugas mandi di kamar mandi
dengan menggunakan shower yang disediakan di ruang ganti dan
menggunankan pakaian dari rumah.
41
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam
lubang pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi
bedpan, urinal dan kontainer pasien lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah
dibersihkan dan di disinfeksi dengan benar antar pasien.
PERHATIAN :
1. Formaldehid alkohol tidak dianjurkan sebagai sterilan kimia atau
DTT karena bersifat iritasi dan toksik.
2. Fenol 3% dan oidofor tidak boleh untuk DTT karena tidak dapat
mematikan spora bacteria, M. Tuberculosis (MTB) dan jamur.
3. Isopropil alkohol tidak boleh untuk DTT karena tidak bisa
mematikan spora bakteria dan virus hidrofilik.
4. Waktu paparan untuk DTT berubah dari 10-30 menit menjadi >
12 menit.
5. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan di area
perawatan dan kamar operasi.
6. Petugas yang melakukan dekontaminasi alat harus selalu
42
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, apron
lengan panjang, sarung tangan panjang, jika diperlukan dapat
memakai kacamata (goggle)
G. DEKONTAMINASI
Pengertian
1. Prabilas (precleaning)
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan, misal : mengurangi jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi, menginaktivasi virus HBV,
HCV, dan HIV
2. Pembersihan :
Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang
43
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
menyentuh kulit atau menangani obyek tersebut. Proses ini terdiri
dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air atau
secara enzimatik, membilas dengan air bersih dan mengeringkan.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT):
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
jamur dan parasit) termasuk endospora bakteri dari benda mati
dengan mesin sterilisator suhu tinggi yaitu uap tekanan tinggi
(otoklaf) dan panas kering (oven) atau dengan mesin sterilisator
suhu rendah (plasma dan etilen oksida), sterilan kimiawi atau radiasi.
Persyaratan :
1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan
sanitasi 80°C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan
memasak 80°C dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang, disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan
efektif dalam waktu yang relatif singkat, tidak terpengaruh oleh
kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin
ada.
44
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang
operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan bakteri pada lantai dan
dinding 0-5 CFU/cm², bebas mikroorganisme patogen dan gas
gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang
ICU/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar
dan laundry) sebesar 5-10 CFU/m²
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien
secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121°C selama 30 menit
atau pada suhu 134° selama 13 menit dan harus mengacu pada
petunjuk penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterlisasi yang ada
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup.
45
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
sterilisasi di mulai dari proses pencucian, dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, labeling, proses sterilisasi, penyimpanan dan
pendistribusian barang steril serta pengawasan mutu.
Pelayanan sterilisasi dilaksanakan secara sentralisasi oleh Instalasi
Sterilisasi Pusat/CSSD namun dapat juga dilaksanakan oleh unit kerja
dalam bentuk Satelit CSSD yang penyelenggaraannya dibawah
Koordinasi dan Pengawasan Instalasi Sterilisasi Pusat dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Tersedia ruangan satelit CSSD yang memenuhi standar :
a. Area unclean : tekanan negatif AC dan HEPA filter
b. Area clean : tekanan positif AC dan HEPA filter
c. Area steril : tekanan positif AC dan HEPA filter
d. Area umum : gudang penyimpanan BMHP
2. Tersedia sarana dan prasarana standar minimal untuk pelayanan
sterilisasi :
a. Mesin sterilisator suhu tinggi dan suhu rendah kapasitas kecil
b. Peralatan penunjang dekontaminasi
c. Peralatan penunjang untuk pengemasan dan labeling
d. Peralatan penunjang untuk penyimpanan barang steril
e. Peralatan penunjang lainnya
3. SDM dengan kompetensi khusus di bidang pelayanan sterilisasi
4. Aktivitas sentralisasi di CSSD :
a. Menyediakan/produk barang medis habis pakai steril (single-use)
b. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai (re-use)
46
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Barang / alat yang dibutuhkan segera
c. Barang / alat dengan persediaan terbatas
2. Melakukan proses penyimpanan barang steril sebelum digunakan ke
pasien
47
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Contoh : spuit disposible steril, sarung tangan steril, barang/alat
kesehatan disposible lainnya.
2. Barang medis habis pakai steril produksi CSSD
Adalah barang medis/alat kesehatan steril disediakan untuk sekali
pakai oleh CSSD, tidak di proses ulang
Kebijakan :
1. Barang medis/alat kesehatan steril sekali pakai (single-use)
Adalah barang medis/alat kesehatan steril disposible produksi oleh
pabrik tertentu, disediakan untuk sekali pakai dan tidak boleh
diproses ulang kecuali :
a. Ada rekomendasi dari pabrik yang memproduksi alat kesehatan
tersebut untuk difungsikan sebagai barang ulang pakai
b. Barang yang terbuat dari bahan yang tahan untuk di pakai ulang,
perlu dilakukan pencatatan agar bisa mendeteksi sudah
berapakali di pakai-ulang.
2. Barang medis habis pakai steril
Adalah barang medis habis pakai yang di produksi steril oleh
Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) digunakan hanya satu kali pakai
dalam kemasan tertentu.
3. Barang medis steril yang dapat digunakan kembali atau ulang pakai
48
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Adalah barang steril yang bilamana sudah di pakai oleh pasien dapat
digunakan kembali setelah dilakukn proses pembersihan,
dekontaminasi, pengemasan, dan proses steril
4. Barang medis/alat kesehatan steril, tidak boleh dipakai apabila:
a. Kemasan sudah dibuka atau terbuka
b. Barang steril yang masih tersisa dalam kemasan yang sudah
terbuka
c. Tanggal kadaluarsa sudah lewat
5. Proses ulang untuk barang medis/alat kesehatan yang dapat di
pakai ulang, penggunaan kembali tergantung dari jenis bahan dari
barang medis/alat dan kondisinya tidak rusak
6. Pengawasan terhadap pemakaian kembali barang/alat kesehatan
yang dapat diproses ulang harus dilakukan secara rutin :
a. Seleksi kelayakan untuk dilakukan ulang pakai (uji visual)
b. Pencatatan agar dapat mendeteksi berapa kali barang tersebut
dilakukan ulang pakai
7. Pengumpulan data, analisis data dan penggunaan data mengenai
penggunaan barang medis/alat kesehatan yang dapat digunakan
kembali atau ulang pakai yang terkait dengan pencegahan dan
pengendalian infeksi merupakan tanggung jawab semua Unit Kerja
yang terkait dengan pelayanan.
Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan Menggunakan Panas :
1.1 Sterilisasi Uap Panas (Otoklaf)
Cara ini biasanya digunakan di rumah sakit karena terbukti uap
panas dengan tekanan tinggi dapat menghilangkan spora
bakteri yang paling resisten sekalipun secara efektif dalam
49
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
waktu singkat. Mekanisme secara umum adalah mengeluarkan
seluruh udara dari bahan/alat yang disterilkan dengan otoklaf
sehingga terjadi campuran uap yang seragam dan mengurangi
kemungkinan adanya daerah dingin dalam otoklaf. Mekanisme
ini mencakup gravity displacement, mass flow dilution, pressure
pulsing, high vaccum, dan pressure pulsing dengan gravity
displacement. Faktor lain yang penting adalah udara kedap,
tekanan atmosfir, kualitas udara.
1.2 Sterilisasi Panas (Oven/dry Heat)
Pemanasan dengan oven biasa digunakan untuk sterilisasi
gelas, instrumen, benda tajam dan instrumen bedah mata.
Keunggulan penggunaan panas dibandingkan sterilisasi uap
adalah kemungkinan korosi yang rendah dan penetrasi yang
dalam. Tetapi, proses pemanasan ini lambat, diperlukan waktu
satu atau dua jam pada suhu 160°C. Bahan dan alat dapat
menjadi rusak akibat pemanasan yang lama dengan suhu tinggi.
50
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Suhu rendah, teknik dan prosedur baru seperti bedah mikro,
bedah laser, bedah ultrasonik dan bedah endoskopi atau
laparoskopi yang menggunakan peka dan mahal, biasanya
sensitif terhadap panas. Untuk itu diperlukan cara sterilisasi
yang mencakup hal-hal berikut ini :
a. Kurang dari 60°C
b. Efisiensi tinggi, dapat membunuh virus, bakteri TB, jamur
dan spora
c. Aktivitas cepat, mampu menembus bahan peralatan medis
biasa dan masuk ke bagian dalam instrumen alat
d. Kompatibilitas bahan
Tidak merubah bentuk maupun fungsi alat-alat bahkan
setelah digunakan ulang
e. Non toksik
f. Tahan bahan organik tanpa kehilangan efektifitas
g. Adaptasi
Cocok digunakan pada instalasi kecil maupun besar
h. Kemampuan monitor
Mudah dimonitor dengan akurat secara fisik, kimia maupun
biologi
i. Murah
Harga yang pantas untuk instalasi dan prosedur rutin
j. Sterilisasi plasma hidrogen peroksida dan vapour-phase
hidrogenperoksida (VHP), siklus sterlisasi lebih pendek
daripada dengan menggunakan ETO, yaitu angka 30-45
menit untuk VHP dan 75 menit sampai 4 jam untuk plasma.
Bahan–bahan ini juga ideal untuk alat-alat yang sensitif
51
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
terhadap panas dan kelembaban, selain itu ramah
lingkungan dan tidak meninggalkan residu.
Tatalaksana :
52
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/di disinfeksi harus
terlebih dahulu dibersihkan secara bersama untuk menghilangkan
semua bahan organik ( darah dan jaringan tubuh ) dan sisa bahan
linennya.
5. Sterlisasi (132°C) selama 3 menit pada gravity displacement steam
sterilizer, tidak dianjurkan untuk peralatan implant
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya akibat dibersihkan,
disterilisasi atau di disinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh
karena itu hindari proses ulang yang dapat mengakibatkan
terganggunya keamanan dan efektifitas peralatan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang tidak
tahan terhadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan
seperti kemasannya rusak atau berlubang, bahan yang mudah robek
dan sebagainya.
8. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat
(lemari) khusus setelah dikemas steril dan diletakkan pada :
8.1. Ruangan dengan suhu 18°C sampai 22°C dan kelembapan
35%-75%. Ventilisasi menggunakan sistem tekanan positif
dengan efisiensi partikuler antara 90%-95% (untuk partikuler
0,5 µm)
8.2. Dinding ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat dan
mudah dibersihkan.
8.3. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari
lantai dan tinggi barang minimum 45 cm dari langit-langit dan
berjarak 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk
menghindari terjadinya penempelan debu kemasan.
53
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus
memperhatikan petunjuk pabrik dan harus dikalibrasi minimal satu
kali satu tahun.
10. Jalur masuk ke ruangan untuk peralatan operasi yang telah disteril
harus terpisah dengan peralatan yang telah dipakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan
peralatan medis dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja
pelayanan medis dan penunjang medis.
H. PENATALAKSANAAN LINEN
Prinsip Umum :
1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan ke dalam
kantong atau wadah yang tidak rusak saat di angkut.
2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan
3. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan
dibilas dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung
dimasukan ke dalam kantong linen di kamar pasien
4. Bersihkan kontaminasi bahan padat (misal : feses) dari linen yang
sangat kotor (menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah
padat tersebut ke dalam toilet sebelum linen dimasukan ke kantong
cucian.
5. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang
disekitarnya.
6. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien, masukan linen
yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian.
54
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
7. Minimal memanipulasi atau mengibas-ibaskan linen untuk
menghindari terbentuknya aerosol, kontaminasi udara dan orang.
8. Tidak diperbolehkan meletakkan linen kotor pasien di lantai.
PERHATIAN :
A. Angkut linen kotor dengan hati-hati
B. Angkut linen kotor dan bersih di dalam troli yang tertutup
C. Pisahkan troli pengangkutan linen bersih dan linen kotor,
gunakan warna troli yang berbeda
D. Lakukan dekontaminasi atau pembersihan troli setiap hari
E. Tidak perlu menggunakan APD pada saat mengantar linen ke
unit laundry
F. Gunakan APD (masker, sarung tangan, dan apron) saat
pemilahan dan penghitungan linen kotor
G. Harus selalu melakukan kebersihan tangan setelah dan sesudah
menyentuh linen juga setelah melepaskan sarung tangan
I. PENGELOLAAN LIMBAH
1. Pengertian
1.1 Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
1.2 Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
1.3 Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah : infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksik,
kimiawi, radioaktif, kontainer bertekanan dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
55
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.4 Limbah padat non medis adalha limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.
1.5 Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
1.6 Limbah gas adalah limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator,
dapur, perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat
sitotoksik
1.7 Limbah infeksius adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang
dapat menularkan kepada orang lain.
1.8 Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.
1.9 Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (re-
use) dan daur ulang limbah (recycle).
2. Definisi
2.1 Bahan berbahaya adalah setiap unsur, peralatan, bahan yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik
56
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan.
2.2 Benda-benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong,
melukai atau menusuk kulit, seperti jarum suntik, jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, vial, ampul, ujung infus
set, pipet, pecahan gelas, pecahan kaca, pecahan/patahan
ampul, pecahan botol, pisau bedah, kawat dan benda lain yang
dapat menusuk atau melukai.
2.3 Enkapsulasi adalah proses pemadatan sampah benda tajam
atau obat-obatan dalam wadah yang berupa tong atau drum,
dengan cara tong mengisi wadah hingga ¾ bagian wadah
kemudian sisa ruang dipenuhi dengan menuangkan bahan-
bahan seperti semen atau campuran semen dengan kapur,
atau tanah liat
2.4 Insinerasi adalah proses pengurangan volume dan berat
sampah medis dan mengubah bentuk asal sampah medis
dengan teknologi pembakaran suhu tinggi.
2.5 Pemilahan adalah pemisahan limbah medis dan non medis atau
limbah benda tajam dengan non benda tajam.
2.6 Pembuangan adalah penanganan akhir dari limbah dengan
cara membuang dan atau mengolah limbah agar aman bagi
lingkungan
2.7 Saluran kotoran adalah sistem pembuangan air limbah yang
terpisah dari saluran air hujan, berupa sistem perpipaan yang
dilengkapi dengan bak kontrol atau clean out (lubang kontrol).
2.8 Kontainer adalah wadah tempat penyimpanan, pengangkutan,
penimbunan atau pembuangan limbah.
57
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Tujuan Pengelolaan Limbah
3.1. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
3.2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas
kesehatan
3.3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya.
3.4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan
radioaktif) dengan aman
4. Pengelolaan Limbah
Identifikasi Limbah
1. Padat
2. Cair
3. Tajam
4. Infeksius
5. Non Infeksius
Pemisahan
58
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4. Limbah cair segera dibuang ke wastafel atau spoelhok
Labeling
Penyimpanan
59
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pengangkutan
60
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Penanganan limbah benda tajam
PERHATIAN :
A. Seluruh petugas yang menangani limbah wajib menggunakan
APD (masker, sarung tangan, apron dan sepatu)
B. Selalu melakukan kebersihan tangan setelah menangani
limbah
C. Lepaskan APD segera setelah menangani limbah, dan setelah
mengantar limbah
D. Tidak direkomendasikan petugas berhenti di jalan dan
membeli makanan saat mengantar limbah
E. Tidak direkomendasikan petugas pengangkut sampah
membawa barang/benda selain troli sampah
F. Tidak direkomendasikan membawa limbah melebihi batas
kapasitas (luber), troli sampah harus dalam keadaan tertutup
pada saat pengangkutan
Persyaratan
61
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.1.1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber
1.1.2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan
beracun
1.1.3. Setiap rumah sakit melakukan pengelolaan stok
bahan kimia dan farmasi
1.1.4. Pengolahan sampah medis dengan incenerator
milik rumah sakit harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang
1.1.5. Pengolahan sampah medis ke luar rumah sakit
(kerjasama dengan jasa pemusnahan sampah
medis) mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak
yang berwenang
1.2. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur
ulang
1.2.1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari
sumber yang menghasilkan limbah
1.2.2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus
dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan
kembali
1.2.3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu
wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. wadah tersebut harus anti bocor, anti
tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
62
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.2.4. Limbah jarum dan syiringe tidak boleh dipisahkan,
harus langsung dibuang ke wadah khusus limbah
benda tajam
1.2.5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan
kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai tabel
5 untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus subtilis
1.2.6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali.
1.2.7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan penggunaan wadah dan label
seperti pada tabel 4 dibawah
1.2.8. Limbah padat yang sudah terkontaminasi cairan
tubuh tidak boleh didaur ualng, harus dibuang ke
tempat sampah medis.
1.2.9. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang
kuat, anti bocor dan diberi label bertuliskan
“Limbah Sitotoksik”
1.3. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah
medis padat di lingkungan Rumah Sakit
1.3.1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap
ruangan penghasil limbah menggunakan troli
khusus yang tertutup dan label/simbol biohazard
1.3.2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai
iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48
jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
1.4. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar
rumah sakit.
63
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.4.1. Pengelola harus mengumpulkan dan melakukan
kemasan pada tempat yang kuat.
1.4.2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit
menggunakan kendaraan khusus
1.4.3. Seluruh proses pengumpulan, pengemasan,
pengangkutan limbah ke luar rumah sakit harus
mengikuti peraturan dan prosedur yang berlaku.
1.5. Pengolahan dan pemusnahan
1.5.1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah
domestik sebelum aman bagi kesehatan.
1.5.2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan
limbah medis padat disesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis
padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan
otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
incenerator.
TABEL 3 METODE STERILISASI UNTUK LIMBAH YANG
DIMANFAATKAN KEMBALI
Metode Sterlisasi Suhu Waktu kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dengan 160°C 120 menit
oven “Pounpinel”
- Sterilisasi basah dengan 170°C 60 menit
otoklaf 121°C 3 menit
Sterilisasi dengan bahan kimia 50°C - 60°C 3-8 jam
Ethylene oxide (gas) 30 menit
Glutaraldehyde (cair)
64
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
TABEL 4 JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS PADAT
SESUAI DENGAN KATEGORINYA
Kantong boks
timbal dengan
RADIOAKTIF MERAH
simbol radiokatif
Kantong plastik
kuning, kuat
tahan bocor,
SANGAT
KUNING atau container
INFEKSIUS
yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
LIMBAH
Plastik kuat dan
INFEKSIUS
KUNING anti bocor atau
PAOTOLOGI
kontainer
DAN ANATOMI
Kantong plastik
SITOTOKSIK UNGU kuat dan anti
bocor
65
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
LIMBAH KIMIA Kantong plastik
COKLAT
DAN FARMASI atau kontainer
66
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis
harus dilakukan sesuai dengan persyaratan kesehatan
3. Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu
efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58
Tahun1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau
peraturan daerah setempat bila aturannya lebih ketat
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari sarana pengolahan limbah medis
padat dengan insenerator mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak atau peraturan daerah
setempat bila aturannya lebih ketat.
Tatalaksana limbah
1. Limbah Medis Padat
a. Minimalisasi Limbah
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah
sebelum membelinya
Mengupayakan pencegahan timbulnya limbah atau
diupayakan menghasilkan limbah seminimal mungkin pada
setiap kegiatan.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada
secara kimiawi
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti
dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
67
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku
sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
Memesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
Menggunakan bahan-bahan yg diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar
oleh distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari
sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Tempat pewadahan limbah medis padat terbuat dari bahan
yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non
medis.
Kantong plastik diangkat minimal dua kali sehari atau apabila
2/3 bagian telah terisi limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada
tempat khusus (safety box atau sharp container) yang
disediakan oleh rumah sakit.
Tempat pewadahan limbah medis padat sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan disinfektan apabila akan dipergunakan lagi,
68
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
sedangkan untuk kontak langsung dengan limbah tersebut
tidak boleh digunakan lagi dan harus langsung dimusnahkan.
Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpe), botol gelas
dan kontainer.
Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan
ethylene oxide, maka tangki reactor harus dikeringkan
sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas
tersebut sangat berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan
oleh petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan
glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi
kurang efektif secara mikrobiologi
Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus
pencemaran spongiform encephalopaties
c. Tempat Penampungan Sementara
Tempat penampungan/penyimpanan sementara (TPS)
sampah medis harus diberi simbol biohazard dan harus
dipisahkan dengan TPS sampah non medis.
Limbah padat medis harus segera dimusnahkan di
insenerator selambat-lambatnya 24 jam
Bila insenerator rusak, maka limbah medis harus
dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insenerator yang berizin untuk
dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila
disimpan pada suhu ruangan dan paling lambat 4 hari apabila
disimpan pada suhu dibawah 0°C
69
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
d. Transportasi
Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke
kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang
kuat dan tertutup.
Kantong limbah medis padat disimpan pada tempat yang
aman dari jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari :
a. Topi/helm
b. Masker
c. Pelindung mata
d. Pakaian panjang (cover-all)
e. Apron untuk industri
f. Pelindung kaki/sepatu boot
g. Sarung tangan khusus (disposible gloves atau heavy duty
gloves)
70
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Setelah insenerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke
tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya
sudah aman.
2. Limbah farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah di insenerator
pirolitik (phyrolitic incenerator), rotary klin, dikubur secara aman,
sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi.
Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas
pengolahan yang khusus seperti rotary klin, kapsulisasi dalam
drum logam dan inersisasi.
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan
kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan
melalui insenerator pada suhu di atas 1000°C.
Limbah sitotoksik
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke
perusahaan penghasil atau distributornya, insenerasi pada
suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai
dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa diberi
keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau
tidak lg dipakai dan harus dikembalikan ke distributor,
apabila tidak memungkinkan maka dimusnahkan di
insenerator.
c. Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insenerasi pada
71
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
suhu rendah dapat menghasilakn uap sitotoksik yang
berbahaya ke udara.
d. Insenerator pirolitik dengan dua tungku pembakaran pada
suhu 1200C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau
suhu 1000C dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua
sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan
penyaring debu.
e. Insenerator juga harus dilengkapi peralatan pembersih gas.
Insenerasi juga memungkinkan dengan roatory klin yang
didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi yang
beroperasi dengan baik pada suhu di atas 850C
f. Insenerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka
tidak tepat untuk pembuangan sitotoksik
g. Metode degradasi kimiawi yang mnengubah senyawa
sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan
tidak hanya residu obat tapi juga untuk pencucian tempat
urin, tumpahan dan pakaian pelindung.
h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh
kalium permanganat (KmnO4 ) atau asam sulfat (H2 SO4),
penghilangan nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi
dengan nikel dan alumunium.
i. Insenerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi
yang sempurna untuk pengolahan limbah, tumpahan atau
cairan biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik.
Oleh karen itu, rumah sakit harus berhati-hati dalam
menangani obat sitotoksik
3. Limbah bahan kimawi
a. Pembuangan limbah kimia biasa.
72
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur ulang seperti gula,
asam amino dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air
kotor. Namun demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi
memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada
seperti bahan melayang, suhu dan pH
b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang
terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insenerasi
pirolitik, kapsulisasi atau timbun (landfill).
c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil.
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah
untuk limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan
kepada sifat bahaya yang dikandung oleh limbah tersebut.
Limbah tertentu yang bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut
dapat di insenerasi. Namun bahan pelarut dalam jumlah besar
seperti pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin
tidak boleh diinsenerasi kecuali inseneratornya dilengkapi
dengan alat pembersih gas.
d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya
tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan
aman, atau dikirim ke negara lain yang mempunyai peralatan
yang cocok untuk mengolahnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah
kimia berbahaya :
Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus
dipisahkan untuk menghindari reaksi kimia yang tidak
diinginkan.
73
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh
ditimbun karena dapat mencemari air tanah.
Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh
dikapsulisasi karena sifatnya yang korosif dan mudah
terbakar.
Limbah padat bahan kimia berbahaya cara
pembuangannya harus dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada instansi yang berwenang.
4. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
a. Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh
dibakar atau diinsenerasi karena beresiko mencemari udara
dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena
dapat mencemari air tanah.
b. Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai
fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi.
Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat
penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk
limbah industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana
adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill.
Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah
biasa.
5. Kontainer bertekanan
a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan
adalah dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila
masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk
pengisian ulang gas. Agen hlaogenida dalam bentuk cair dan
dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah bahan
kimia berbahaya untuk pembuangannya.
74
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran
atau insenerasi karena dapat meledak.
Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke
penjualnya adalah :
- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan anestesi.
- Tabung atau silinder etillin oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan sterilisasi.
- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen,
nitrogen, karbon dioksida, udara bertekanan,
siklopropana, hidrogen, gas elpiji dan asetilin.
Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat di isi ulang harus
dihancurkan setelah dikosongkan kemudian baru dibuang
ke landfill.
Kaleng aerosol
kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang
bersama dengan limbah biasa dalam kantong plastik hitam
dan tidak untuk dibakar atau diinsenerasi. Limbah ini tidak
boleh dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan
dikirim ke insenerator. kaleng aerosol dalam jumlah
banyak sebaiknya dikembalikan ke penjualnya atau
instalasi daur ulang bila ada.
6. Limbah radiokatif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam
kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,
infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.
75
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang
terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus
menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang
radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan
radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring
dosis dan kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan
menjamin pelacakan limbah radioaktif dalam pengiriman maupun
pembuangannya dan selalu diperbaharui datanya setiap waktu.
e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan
ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian,
penyimpanan dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan
adalah :
Waktu paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived),
misalnya waktu paruh < 100 hr, cocok untuk penyimpanan
pelapukan.
Aktifitas dan kandungan radionuklida
Bentuk fisika dan kimia
Cair : berair dan organik
Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan
yang melayang)
76
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas
kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat
dicegah.
77
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Hal-hal Penting Mengenai Pembersihan dan Disinfeksi
1. Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan dengan
teratur.
2. Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk
menghindari aerosolisasi debu
3. Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa pasien
dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang
memerlukan disinfeksi setelah pembersihan.
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan disinfeksi peralatan pernafasan dan harus
membersihkan tangan setelah APD dilepas.
5. Ventilasi ruangan yang baik diperlukan selama dan segera setelah
proses disinfeksi, apapun jenis disinfeksi yang digunakan.
78
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak
licin, warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang sehingga
mudah dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau bila perlu. Lantai
yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai
dengan dinding disarankan berbentuk lengkung agar mudah
dibersihkan terutama untuk ruang isolasi, penyakit menular dan
ruang operasi.
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lainnya
harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman dan
nyaman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu. Pemasangan pipa
air minum tidak boleh bersilang dengan pipa air limbah dan tidak
boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus tempat tidur pasien
gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan yang dapat
menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan dari
debu maupun darah atau cairan tubuh lainnya.
h. Fixture dan Fitting
79
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di desain sedemikian
rupa sehingga mudah dibersihkan
i. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak bergelombang,
warna terang, di cuci secara periodik 1-3 bulan sekali dan tidak
menyentuh lantai
K. LINGKUNGAN
A. Ventilasi ruangan
Ventilasi ruangan adalah proses memasukan dan menyebarkan
udara luar dan atau udara daur ulang yang telah diolah dengan tepat
dimasukan ke dalam gedung atau ruangan. Ventilasi adalah hal
yang berbeda pengkondisian udara. Pengkondisian udara adalah
mempertahankan lingkungan dalam ruang agar bertemperatur
nyaman. Ventilasi untuk mempertahankan udara dalam ruangan
yang baik aman untuk keperluan pernapasan. Ventilasi yang
memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol harus
diupayakan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi
penularan patogen yang ditularkan melalui airborne udara (misalnya
TB paru, campak, cacar air)
80
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Pasien yang perlu di isolasi ditularkan melalui udara (misalnya
TB paru, campak, cacar air) dan ISPA yang disebabkan oleh
agen baru yang dapat menimbulkan kekhawatiran dimana cara
penularannya belum diketahui.
3. Pemeliharaan exhaust fan harus dilakukan secara rutin untuk
mempertahankan kualitas dan sirkulasi udara yang optimal
4. Pintu kamar pasien selalu tertutup, jika memungkinkan jendela
kamar pasien selalu terbuka
5. Poster di pintu kamar pasien harus selalu di pasang
81
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
C. Permukaan Lingkungan
1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawatan
2. Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai petunjuk
pabrik
4. Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat tinggi untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
5. Ikuti petunjuk pabrik untuk untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal
6. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur
tertentu
7. Jangan melakukan disinfektan fogging di area perawatan
8. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan aerosol
9. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
10. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja
11. Gunakan detergen, jangan menggunakan disinfektan/cairan
kimia tingkat tinggi untuk peralatan non kritikal dan permukaan
lingkungan
12. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal, jika tidak ada petunjuk/disinfektan yang
terdaftar untuk pembersihan dan disinfeksi
82
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non
perawatan seperti perkantoran administrasi, bersihkan dan disinfeksi
permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu, bed rails.
83
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta dorong lemari baju,
tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV,
remote kontrol, Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan
klorin 0,5%. Dianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan
lingkungan dengan dtergen yang netral dilanjutkan dengan larutan
disinfektan
84
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
8. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu, sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari
9. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan.
85
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
d. Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan
Catatan :
Sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi, dengan
konsentrasi yang dianjurkan berkisar dari 0,05% sampai 0,5%
e. Lepaskan segera APD
f. Lakukan kebersihan tangan
K. Pembuangan Sampah
Semua sampah yang dihasilan dalam ruangan atau area isolasi
harus dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :
1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila
tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna lain
yang tebal atau dilapis dua (kantong ganda). Kemudian diikat
dengan tali warna kuning atau diberi tanda “infeksius”. Semua
sampah dari suatu ruangan/area yang merawat pasien dengan
penyakit menular melalui udara (airborne) harus ditangani
sebagai sampah infeksius.
2. Untuk sampah non infeksius/ tidak menular gunakan kantong
plastik hitam
3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam wadah
tahan tusukan
86
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Satu lapis kantong kuning sampah biasanya memadai, bila sampah
dapat dibuang ke ddalam kantong tanpa mengotori bagian luar
kantong. Jika hal tersebut tidak mungkin, dibutuhkan dua lapis
kantong (kantong ganda).
Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang ke dalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan
disiram dengan air yang banyak.
Tujuannya :
1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
87
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3. Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,
kemungkinan medikolegal dan KLB.
88
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
1. Mata
Segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit
2. Kulit
Segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit
3. Mulut
Segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk melakukan perawatan
pasca pajanan
5. Lapor ke Komite PPIRS atau Tim IPCN, Panitia K3RS atau sesuai
alur RS
6. Dengan membawa formulir kejadian yang sudah di isi di bawa ke
Poli Penyakit Dalam atau IGD untuk mendapatkan pemeriksaan atau
terapi
89
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Strategi pencegahan resiko infeksi/kecelakaan kerja
90
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
22. Buang jarum pada kontainer yang tahan tusukan dan tahan bocor
23. Gunakan sistem vacutainer
24. Jangan tingglakan jarum sembarangan
M. PENEMPATAN PASIEN
1. Penanganan Pasien dengan Penyakit Menular/Suspek
Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan
Standar. Untuk kasus/dugaan penyakit menular melalui udara :
1.1. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri. Bila
ditempatkan dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus
lebih dari 2 meter dan di antara tempat tidur harus ditempatkan
penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
1.2. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara
bertekanan negatif yang di monitor (ruangan bertekanan
negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem
pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara
partikulasi efisiensi tinggi (HEPA filter) yang termonitor sebelum
masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit
1.3. Jika tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem
penyaringan udara pertikulasi efisiensi tinggi, buat tekanan
negatif di dalam ruangan pasien dengan memasang pendingin
ruangan atau kipas angin di jendela sedemikian rupa agar aliran
udara keluar gedung melalui jendela. Yang harus terbuka keluar
dan tidak mengarah ke daerah publik. Uji untuk tekanan negatif
dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur di
bawah pintu dan amati apakah terhisap ke dalam ruangan. Jika
diperlukan kipas angin tambahan di dalam ruangan dapat
meningkatkan aliran udara.
91
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1.4. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien
mengenai perlunya tindakan pencegahan ini
1.5. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD
yang sesuai : masker (bila memungkinkan masker efisiensi
tinggi harus digunakan, bila tidak, gunakan masker bedah
sebagai alternatif), gaun, pelindung wajah atau pelindung mata
dan sarung tangan.
1.6. Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan
1.7. Pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan
permukaan atau barang-barang di dalam ruangan
1.8. Pertimbangan pada saat penempatan pasien :
a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas
terhadap lingkungan, misal : luka lebar dengan cairan
keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi
melalui udara ke kontak, misal : luka dengan infeksi
bakteri gram positif
c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang
keluar dengan exhaust ke area yidak ada orang lalu
lalang, misalnya TB
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai
transmisi airborne luas, misal : varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga
kebersihan (anak, gangguan mental)
92
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan :
Pasien diberi APD (masker, gaun)
Petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatangan
pasien tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
Pasien di beri informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya
agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain
93
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Keluarga pendamping pasien
Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan
menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran
infeksi
4. Pemulangan Pasien
a. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas
waktu masa penularan
b. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang
dicurigai terkena penyakit menular melalui udara/airborne harus
diisolasi di dalam rumah selama pasien tersebut mengalami
gejala sampai batas waktu penularan atau sampai diagnosis
alternatif dibuat atau hasil uji diagnostik menunjukkan bahwa
pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut
c. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus
diajarkan tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
sesuai dengan cara penularan penyakit menular yang diderita
pasien
d. Pembersihan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan
setelah pemulangan pasien
N. PEMULASARAN JENAZAH
1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika
menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular
2. Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti : apron, masker, sarung
tangan, goggle, dan sepatu pelindung harus digunakan petugas
94
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
yang menangani jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam
masa penularan, memandikan pasien
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang
tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar
kantong jenazah
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal
dunia
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk
melakukannya sebelum jenazah dimasukan ke dalam kantong
jenazah dengan menggunakan APD
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal denga penyakit
menular. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus
diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit menular
meninggal dunia
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
9. Jika akan di autopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika
diijinkan oleh keluarga dan direktur rumah sakit
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
12. Jenazah sebaiknya tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan di
pemulasaran jenazah
95
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
3. Hindari penggunaan semprotan air bertekanan tinggi
4. Buka isi perut sambil disiram air panas
96
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
10. Sebaiknya kamar mandi dengan fasilitas shower
97
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Jika keluarga atau teman perlu mengunjungi pasien yang masih
suspek atau telah dikonfirmasi menderita penyakit menular melalui
udara, pengujung tersebut harus memakai APD lengkap (masker,
gaun, sarung tangan dan kaca mata) bila kontak langsung dengan
pasien atau lingkungan pasien
3. Petugas kesehatan perlu mengawasi pemakaian APD secara benar
bagi pengunjung
4. Ketika pengunjung meninggalkan ruangan, ia harus melepas APD
dan mencuci tangan
5. Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular melalui
udara, petugas kesehatan harus mewawancarai orang tersebut untuk
menentukan apakah ia memiliki gejala demam atau infeksi saluran
pernapasan. Karena berhubungan dekat dengan pasien penyakit
menular melalui udara beresiko atau terinfeksi. Jika ada demam atau
gejala gangguan pernapasan, pengunjung tersebut harus dikaji untuk
penyakit menular melalui udara dan ditangani dengan tepat
98
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
1. Tempat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau dapat
dioperasikan dengan kaki di semua area
2. Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir di ruang tunggu
3. Pengumuman/informasi tertulis untuk menggunakan masker bagi
setiap pengunjung yang batuk
4. Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk
pada jarak 1 meter dari pengunjung lainnya di ruang tunggu
5. Pada pintu masuk dan ruang fasilitas rawat jalan seperti ruang gawat
darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan, perlu dipasang instruksi
etika batuk atau bersin
Tujuan :
1. Untuk mengurangi kejadian infeksi rumah sakit pada pasien-pasien,
yang dapat ditimbulkan akibat paparan bakteri yang ke lingkungan
selama kegiatan konstruksi dan renovasi
2. Pengendalian penyebaran agen-agen infeksi airborne dan atau
waterborne yang tersembunyi di dalam komponen-komponen
99
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
bangunan adalah penting pada semua fasilitas yang ada di RSU
Kota Tangerang Selatan
1. Bagian Tehnik
a. Memberitahukan kepada Komite PPIRS rencana kerja untuk
memperoleh persetujuan sebelum kerja dimulai (untuk semua
konstruksi baru atau kegiatan renovasi atau konstruksi untuk
departemen-departemen yang terdaftar pada Group Resiko 3
dan 4)
b. Peninjauan program asuransi keselamatan jiwa terkoordinasi
lengkap
100
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Bagian Hukum
Menyertakan kalimat berikut pada semua perawatan konstruksi dan
atau kontrak renovasi : “ SEDANG DIRENOVASI “ dan
Departemen/Unit/Ruangan , Penanggung Jawaban Proyek harus
menyetujui proyek-proyek yang melibatkan manipulasi terhadap
langit-langit, kegiatan yang menghasilkan debu, manipulasi terhadap
sistem HVAC
5. Unit / Ruangan
a. Membantu mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
b. Merelokasi pasien-pasien beresiko tinggi pada area yang aman
sebelum kegiatan konstruksi/renovasi dimulai
c. Optimal, hindari melakukan perawatan, pemeriksaan dan
pengobatan yang tidak emergensi pada pasien
immunokompromise selama masa pembangunan/renovasi
101
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
6. Pencegahan dan pengendali infeksi rumah sakit (Komite PPIRS)
a. Meninjau ulang prosedur yang dibuat oleh departemen
penanggung jawab proyek dan diserahkan ke Komite PPIRS
untuk disetujui
b. Manajer, staff medis, bagian pelayanan dan staff lainnya harus
mengetahui tentang resiko pasien immunokompromise yang
terekspose dengan debu pembangunan
c. Menentukan posisi pembangunan yang meningkatkan resiko
sehingga pasien harus dipindahkan ke rumah sakit/fasilitas yang
tidak dalam pembangunan
d. Meninjau ulang indikasi untuk pelaksanaan di lingkungan
tersebut dengan departemen terkait (kesehatan, keamanan,
lingkungan dan mikrobiologi)
e. Memeriksa area pembangunan yang akan ditempati setelah
tahap akhir pembersihan dan merencanakan untuk pembukaan
area tersebut
f. Melakukan investigasi lingkungan dengan hati-hati termasuk
konfirmasi biakan dilingkungan tersebut jika memungkinkan,
karena sekelompok pasien yang berpotensi mengalami infeksi
yang berhubungan dengan pembangunan/renovasi
Group 0 Terendah :
1. Bangunan terpisah
Group 1 Rendah
1. Area kantor
2. Area yang tidak berhubungan dengan aktivitas pelayanan pasien
102
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Group 2 Menengah
1. Area pelayanan pasien dan area lain yang tidak termasuk dalam
group 3 dan 4
2. Binatu/Laundry
3. Kafetaria
4. Dapur
5. Manajemen peralatan
6. PT/OT/Speech
7. Pelayanan pasien masuk dan pulang
8. Laboratorium, yang tidak termasuk dalam group 3
9. Koridor umum (jalan yang dilalui pasien)
103
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
16. Endoskopi
17. Bronkoskopi
104
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tabel 6 PANDUAN PENGENDALIAN INFEKSI PEMBANGUNAN YANG
SESUAI BERDASARKAN KLASIFIKASI PROYEK YANG
DIPILIH DARI TABEL DI ATAS
105
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
11. Membersihkan semua genangan air
106
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
10. Menutup semua pintu dan menempatkan tanda
“sedang ada pekerjaan”
11. Membuat alur keluar masuk orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
12. Membersihkan semua genangan air
Kelas 4 1. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
menggunakan pembatas
2. Menutup semua pintu dan menempatkan tanda “
sedang ada pekerjaan”
3. Membuat alur keluar masuk orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
4. Membersihkan semua genangan air
5. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan
meminta pengawalan bagian keamanan sebelum
pekerjaan dimulai
6. Mempertahankan tekanan udara negatif didaerah
kerja menggunakan HEPA filter atau metode lain.
Keamanan publik akan memonitor tekanan udara
7. Menyegel semua debu dan pipa untuk mencegah
penyebaran debu
8. Membuat ruang antara yang dibersihkan setiap
hari dengan lap basah atau vakum HEPA dan
mewajibkan semua personel untuk melewati
daerah ini sebelum meninggalkan tempat kerja
9. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja
sampai pekerjaan selesai dibersihkan dan
meminta pemeriksaan petugas keamanan
10. Selama pemugaran, limbah konstruksi, baju dab
107
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
sepatu kotor dibuka di ruang antara sebelum
meninggalkan area kerja
11. Memindahkan pembatas material secara hati-hati
untuk meminimalkan penyebaran debu
12. Membersihkan dengan lap basah atau vakum
sebelum dipindahkan
13. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat
sebelum dibuang
14. Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk dan
keluar area kerja dan mengganti bila sudah tidak
dapat digunakan
15. Membersihkan tempat kerja setiap hari
16. Setelah proyek selesai, daerah kerja dibersihkan
dengan lap basah yang mengandung disinfektan
serta membersikan karpet dengan vakum HEPA
17.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek
selesai
Isolasi
108
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Konstruksi, pemusnahan atau rekonstruksi yang tidak
memungkinkan pencemaran alat-alat, dinding dan pintu bangunan
lain, dapat menggunakan salah satu metode isolasi :
a. barier plastik kedap udara yang menutup lantai hingga langit-
langit. Penutup plastik disegel dengan lakban untuk mencegah
debu dab debris keluar.
b. Unit pelindung debu portable (portable dust containment units)
yang terbuat dari polietilen ditarik melapisi seluruh lantai dan
langit-langit
c. Penutup partisi. Bagian sambungan partisi harus ditutup dan
disegel untuk mencegah debu dan debris
109
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
7. Jalur pejalan kaki dari area konstruksi sebaiknya jauh dari area
perawatan pasien, untuk membatasi buka-tutup pintu/barier lain
yang dapat menyebabkan penyebaran debu, masuknya udara yang
terkontaminasi atau timbulnya jejak debu pada area perawatan
8. Cegah burung ataupun serangga lain masuk ke dalam rumah sakit
dan saluran udara, saluran air harus selalu tertutup bila sedang tidak
digunakan
Ventilasi
Perawatan
1. Keset kaki digunakan pada jalur keluar ke/dari area kerja. Keset
dengan perekat debu (adhesive walk-off mats) ditempatkan pada
semua jalur keluar area kerja, sedangkan keset karpet ditempatkan
pada semua jalur masuk menuju area koknstruksi
2. Keset karpet harus di vakum debu 2 kali per 8 jam kerja dan pada
akhir hari. Setiap jejak yang teridentifikasi di luar area konstruksi
110
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
harus segera di vakum atau di pel. Vacum cleaner harus disesuaikan
dengan filter HEPA
3. Keset kaki dengan perekat debu harus diganti setiap hari atau
bahkan lebih sering, untuk tetap mempertahankan perekatnya
4. Bila konstruksi dilakukan pada area yang ditinggali, maka area
konstruksi harus di vakum atau di pel setidaknya setiap akhir shift
jaga. Vacum cleaner harus disesuaikan dengan filter HEPA
1. APD seperti helm, sepatu dan baju pelindung wajib dipakai jika
petugas sedang bekerja
2. Bagi pengunjung harus menggunakan helm dan sepatu bots ketika
memasuki area
3. Pelindung sepatu dan penutup seluruh tubuh sekali pakai harus
selalu digunakan saat pemusnahan
4. Baju pelindung diri harus ditanggalkan setiap pekerja meninggalkan
area kerja
Setelah konstruksi
111
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
konstruksi (barier harus dibuang ebagai debris konstruksi). Material
barier harus di lap dengan lap basah, divakum HEPA sebelum
dibuang
3. Kontraktor bertanggung jawab menyeimbangkan sistem ventilasi
untuk membuat spesifikasi (seperti yang telah dijelaskan dalam
manual proyek/perjanjian)
4. Kontraktor bertanggung jawab membuang semua penghalang dari
sistem udara
5. Rumah sakit harus memastikan apakah penyaring penghalang
dan/atau kebocorannya
6. Bagian sanitasi dan lingkungan akan membersihkan terakhir kali
area yang baru dikonstruksi atau renovasi sebelum pasien boleh
memasuki area tersebut
112
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB III
A. TUJUAN SURVEILANS
113
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara
berkala untuk menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang
telah berubah. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi tersebut
meliputi :
Adanya infeksi baru
Perubahan kelompok populasi pasien seperti misalnya perlu
penerapan cara intervensi medis lain yang beresiko tinggi
Perubahan pola bakteri penyakit
Perubahan pola resistensi bakteri terhadap antibiotika
114
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
dirawat di rumah sakit. Sebagian besar (90% - 95%) dari IRS adalah
endemik dan ini diluar dari KLB yang telah dikenal. Oleh karena itu
kegiatan surveilans IRS harus dimaksudkan untuk menurunkan laju
angka endemik tersebut.
A.3. Identifikasi dindi kejadian luar biasa (KLB) infeksi rumah sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera mengenali bila
terjadi suatu penyimpangan dari laju angka dasar tersebut yang
mencerminkan suatu peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (outbreak)
dari IRS.
115
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Deteksi dini merupakan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi
peningkatan kasus infeksi RS dengan cara melakukan pemantauan secara
terus menerus dan sistematis surveilans terhadap factor resiko terjadinya
infeksi RS.
Data surveilans yang dioalh dengan baik dan disajikan secara rutin dapat
meyakinkan tenaga kesehatan untuk menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI). Data ini dapat melengkapi pengetahuan yang
didapat dari teori karena lebih spesifik, nyata dan terpercaya. Umpan balik
mengenai informasi seperti itu biasanya sangat efektif dalam menggiring
tenaga kesehatan untuk melakukan upaya PPIRS
116
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
untuk mencegah IRS saluran kemih yang nampak rasional namun data
surveilans menunjukan bahwa tidak ada manfaatnya.
Penatalaksanakan pasien yang baik dan tepat dalam hal mengatasi dan
mencegah penularan infeksi serta menurunkan angka resistensi terhadap
antimikroba akan menurunkan angka IRS. Surveilans yang baik dapat
menyediakan data dasar sebagai data pendukung rumah sakit dalam upaya
memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit
B. PENGERTIAN
Endemik
Keadaan dimana suatu penyakit atau penyebab penyakit secara terus
menerus tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area geografis
tertentu (misal : rumah sakit)
117
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Rate, Ratio, Proporsi
Merupakan ukuran relative yang digunakan untuk mengukur besarnya
kemungkinan kejadian (morbiditas atau mortalitas) suatu masalah
kesehatan termasuk infeksi rumah sakit :
Rate mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian pada
populasi tertentu misalnya infeksi rumah sakit di ruang bedah.
Rate ada 2 macam :
- Insidence Rate : ukuran frekuensi kasu baru pada
populasi dan pada kurun waktu tertentu
- Prevalence Rate : Ukuran frekuensi kasus baru dan lama
pada populasi dan kurun waktu tertentu.
Surveilans hasil adalah surveilans yang meninjau laju angka IRS ( misalnya
IDO, ISK, VAP, HAP, IAD )
1. Berdasarkan cakupannya
a. Surveilans komprehensif adalah surveilans yang dilakukan di
semua area perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang
terinfeksi selama di rumah sakit
b. Surveilans target adalah surveilans yang berfokus pada ruangan,
kelompok pasien atau tindakan yang beresiko atau jenis surveilans
yang memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber
daya yang lebih sedikit.
118
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Berdasarkan waktu
a. Surveilans periodik adalah surveilans yang di lakukan secara
periodik dengan selang waktu tertentu misalnya satu bulan dalam
per semester
b. Surveilans prevalensi adalah surveilans yang menghitung jumlah
semua IRS baik yang lama maupun yang baru.
3. Berdasarkan jenis rawat
a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang dilakukan
selama pasien dirawat inap saja
b. Surveilans pasca rawat adalah surveilans yang dilakukan sesudah
pasien keluar dari rumah sakit.
119
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
- atau nyeri supra pubik
- atau biakan urin porsi tengah (midstream) > 105
bakteri per ml urin dengan jenis bakteri tidak
lebih dari spesies.
120
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
dengan jumlah >105 per ml pada penderita yang
telah mendapat pengobatan anti mikroba yang
sesuai.
6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang menangani
7. Telah mendapat pengobatan antimikroba yang
sesuai oleh dokter yang menangani
Kriteria 3 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan paling
sedikit satu dari tanda-tanda dan gejala berikut
tanpa ada penyebab lainnya :
- Demam (> 38°C)
- Hipotermia (< 37°C)
- Apnea
- Bradikardia <100/ menit
- Letargia
- Muntah-muntah
Dan
Hasil biakan urin105 bakteri/ml dengan tidak lebih
dari dua jenis bakteri.
Kriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan paling
sedikit satu dari tanda-tanda dan gejala-gejala
berikut tanpa ada penyebab lainnya :
- Demam (> 38°C)
- Hipotermia (< 37°C)
- Apnea
- Bradikardia <100/ menit
- Letargia
- Muntah-muntah
121
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Dan
1. Test carik celup (dipstick) positif untuk leukosit
esterase dan atau nitrit
2. Piuria (terdapat > 10 leukosit per ml atau
terdapat > 3 leukosit per LPB dari urin yang
tidak di)
3. Ditemukan bakteri dengan pewarnaan gram dari
urin yang tidak di pusing (di centrifuge)
4. Biakan urin paling sedikit dua kali berturut-turut
menunjukan jenis bakteri yang sama ( bakteri
gram negative atau S.saphrophyticus) dengan
jumlah > 100 koloni bakteri per ml urin yang di
ambil dengan kateter
5. Biakan urin menunjukkan satu jenis uropatogen
(bakteri gram negative atau S.saphrophyticus)
dengan jumlah >105 per ml pada penderita yang
telah mendapat pengobatan anti mikroba yang
sesuai.
6. Di diagnosis ISK oleh dokter yang menangani
7. Telah mendapat pengobatan antimikroba yang
sesuai oleh dokter yang menangani.
122
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
koleksi clean cath atau kateterisasi
Pada anak kecil biakan urin harus diambil dengan kateterisasi
buli-buli atau aspirasi suprapubik, biakan positif dari specimen
dari kantung urin tidak dapat diandalkan dan harus dipastikan
dengan specimen yang diambil secara aseptic dengan
kateterisasi atau aspirasi suprapubik.
123
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
CATATAN PENTING :
Biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test
laboratorium yang bisa diterima untuk bakteriuria
Biakan urin harus dambil dengan tehnik yang sesuai, seperti
koleksi clean cath atau kateterisasi
124
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
technetium) abnormal, memperlihatkan
gambaran infeksi.
4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
5. Dokter yang menangani memberikan
pengobatan antimikroba yang sesuai
Kriteria 4 : Pada pasien berumur < 1 tahun ditemukan paling
sedikit satu dari tanda-tanda dan gejala-gejala
berikut tanpa ada penyebab lainnya :
Demam (> 38°C)
Hipotermia (> 37°C)
Apnea
Bradikardi < 100 kali/menit
Letargia
Muntah-muntah
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Keluar pus atau aspirasi purulen dari tempat
yang dicurigai terinfeksi.
2. Ditemukan bakteri pada biakan darah yang
sesuai dengan tempat yang dicurigai
3. Pemeriksaan radiologi, misal : ultrasound, CT-
Scan, MRI, radiolabel scan, (gallioum,
technetium) abnormal, memperlihatkan
gambaran infeksi.
4. Didiagnosa infeksi oleh dokter yang menangani
5. Dokter yang menangani memberikan
pengobatan antimikroba yang sesuai
125
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Angka insiden dipakai apabila surveilans yang dilakukan berfokus
pada kasus untuk infeksi
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
1000
Petunjuk Pelaporan :
Laporkan infeksi setelah sircumcisi pada neonatus sebagai SST-CIRC
(Skin and Soft Tissue Infection Sirkulasi neonatus)
126
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tenaga yang diberikan asuhan keperawatan pasien dengan kateter
urin sudah mendapatkan pelatihan secara berkala dengan tehnik
yang benar mengenai prosedur pemasangan kateter urin dan
kompilkasi potensi yang mungkin terjadi pada kateter urin
Penggunaan kateter
Pemasangan kateter urin dilakukan hanya kalau diperlukan saja dan
segera dilepas bila tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan kateter
bukan karena untuk mempermudah personil dalam memberikan
asuhan kepada pasien
Segera lepaskan kateter jika tidak diperlukan lagi
Untuk pasien-pasien tertentu dapat digunakan alternatif dari kateter
menetap, seperti : drainase dengan kondom, kateter, kateter
suprapubik, kateter selang seling.
Kebersihan tangan
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah memasang
kateter, merawat perineal dan saat pengosongan urine.
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter harus menggunakan tehnik aseptik dan
peralatan steril
Untuk membersihkan daerah sekitar uretra harus menggunakan
sarung tangan, kapas dan larutan aseptik yang sesuai dan pakai jelly
pelumas sekali pakai
Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase yang
konsisten untuk meminimalkan trauma uretra
127
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel pada
badan untuk mencegah pergerakan dan tegangan pada uretra
Perawatan meatus
Bersihkan 2-3 kali/hari dengan cairan aseptik.
128
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Monitoring bakteriologi
Bersihkan bakteriologi secara rutin pada pasien dengan kateter urin
tidak dianjurkan.
Pemisahan pasien
Untuk mengurangi infeksi silang pada pasien yang terinfeksi
sebaiknya satu kamar mandi sendiri atau dipisahkan dari pasien yang
lainnya.
129
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
infeksi berikut ini : nyeri, bengkak lokal,
kemerahan dan hangat lokal)
4. Dokter yang menangani menyatakan terjadi
infeksi
Petunjuk pelaporan :
Jangan laporkan abses jahitan (inflamasi dan discharge minimal
terbatas pada titik-titik jahitan) sebagai infeksi
Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat tususkan (stab
wound) sebagai SSI, tetapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft
tissue tergantung kedalamannya
Laporkan infeksi pada sirkumsisi bayi sebagai SST-CIRT (Skin
and Soft Tissue Infection Sirkulasi Neonatus). Sirkumsisi bukan
merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai REPR-EPIS. Episiotomi
bukan merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan luka bakar yang terinfeksi sebagai SST-BURN
Bila infeksi incisional mengenai atau meluas sampai ke lapisan
fascia dan otot, laporkan sebagai infeksi luka operasi profunda
Laporkan spesimen biakan dari incisi superficial ssebagi ID (
incisionla drainase)
b. Operasi Profunda
Definisi : Infeksi luka operasi profunda harus memenuhi
paling sedikit satu kriteria berikut ini :
Kriteria : Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu
30 hari pasca bedah atau sampai satu tahun
pasca bedah (bila ada implant berupa non human
130
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
derived implant yang dipasang permanen)
Dan
Meliputi jaringan lunak yang dalam ( misal : lapisan
fascia dan otot) dari insisi.
Dan
Terdapat paling sedikit satu keadaan berikut ini :
1. Pus keluar dari luka incisi dalam tetapi bukan
berasal dari komponen organ/rongga dari
daerah pembedahan
2. Insisi dalam secara spontan mengalami
dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh
ahli pasien mempunyai paling sedikit satu
dari tanda-tanda atau gejala-gejala berikut ini
: demam (>38°C), atau nyeri lokal, terkecuali
bukan insisi negatif.
3. Diketemukan abses atau bukti lain adanya
yang mengenal infeksi dalam pemeriksaan
langsung, waktu pembedahan ulang, atau
dengan pemeriksaan histopatologis atau
radiiologis
4. Dokter yang menangani menyatakan terjadi
infeksi
Petunjuk pelaporan :
Masukan infeksi yang mengenai baik superficial atau profunda
sebagai infeksi luka operasi profunda.
Laporkan biaya spesimen dari insisi superficial sebagai ID
(Incisional drainase)
131
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
c. Organ / Rongga
Definisi : IDO organ/rongga mengenai bagian badan
manapun, kecuali insisi kulit fascia atau lapisan-
lapisan otot yang dibuka atau dimanipulasi selama
pembedahan. Tempat-tempat spesifik dinyatakan
pada IDO organ/rongga untuk menentukan lokasi
infeksi lebih lanjut. Pada daftar dibawah ini terdapat
tempat-tempat spesifik yang harus digunakan untuk
membedakan IDO organ/rongga. Sebagai contoh :
appendictomi yang diikuti dengan abses
subdiagfragmatika, yang harus dilaporkan sebagai
IDO organ/rongga pada tempat spesifik
intraabdominal (SSI-IAB)
Suatu IDO organ/rongga harus memenuhi kriteria
berikut :
Kriteria : Infeksi timbul dalam waktu 30 hari prosedur
pembedahan, bila terpasang implant dan infeksi
tampaknya ada hubungannya dengan prosedur
pembedahan
Dan
Pasien paling sedikit mempunyai salah satu dari
berikut :
1. Drainase purulent dari drain yang dipasang
melalui luka tusuk ke dalam organ/rongga
2. Diisolasi bakteri dari biakan yang diambil
secara aseptik dari cairan atau jaringan dari
dalam organ atau ruangan
132
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Abses atau bukti lain adanya infeksi yang
mengenai organ/rongga yang diketemukan
pada pemeriksaan langsung waktu
pembedahan ulang atau dengan pemeriksaan
histopatologis atau radiologis
4. Dokter menyatakan sebagai IDO organ/rongga
Petunjuk pelaporan :
Kadang-kadang infeksi organ/rongga mengalir melalui insisi.
Infeksi semacam itu umumnya tidak berhubungan dengan
pembedahan ulang dan di anggap sebagai penyakit dari insisi.
Karena itu diklasifikasikan sebagai IDO profunda
Laporkan biakan spesimen dari insisi superficial sebagai ID
(incisional drainage)
a. Persiapan pre-operasi
Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang
mengandung antiseptik : chlorhexidine 4% satu hari sebelum
operasi
133
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Jangan mencukur daerah operasi jika tidak mengganggu
jalanya operasi, jika terpaksa harus di cukur lakukan satu jam
sebelum operasi, sebaiknya di cukur di kamar operasi dengan
menggunakan pencukur eletrik, bukan dengan pisau silet ( di
ruang pemulihan/RR)
Luka yang terinfeksi dan tidak ada indikasi cito operasi harus
di tunda operasinya, infeksi harus diatasi terlebih dahulu baru
dilaksanakan operasi
Pasien merokok harus dianjurkan untuk berhenti merokok 30
hari sebelum operasi
Pasien dengan hipoglikemia, hipoalbumin, hipokalemia,
hiponatremia dan Hb < 7 g/dl harus di koreksi sebelum operasi
Rawat inap pre operasi harus sesingkat mungkin (1-2 hari
dirawat pasien harus di operasi)
b. Intra operasi
Kepatuhan petugas dalam melakukan kebersihan tangan
dengan tehnik cuci tangan bedah dan penggunaan handrubs
(chlorhexidine 2% dalam alkohol 70% harus dilakukan dengan
optimal
Tehnik skin preparation dengan cara memutar dari dalam ke
luar dengan menggunakan antiseptik chlorhexidine 2% dalam
alkohol 70%
Kontrol kolonisasi pada petugas (skrining MRSA)
Sirkulasi udara dan sistem ventilasi di ruang operasi harus
dipertahankan dengan cara mempertahankan tekanan positif,
pertukaran udara 20-25 kali/jam, gunakan HEPA filter
(efficiency >90%), suplai udara dari ceilling dan exhaust dekat
134
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
dengan lantai, pintu kamar operasi harus selalu tertutup, batasi
petugas yang masuk ke kamar operasi
Kultur udara dilakukan setelah dilakukan kalibrasi atau service
HEPAA filter dan AC. Kultur udara tidak direkomendasikan
dilakukan rutin hanya jika ada outbreak (Standard of
Bioburden udara level 0-5 CFU/ M³, pasien level < 30 CFU/M³)
jika ditemukan patogen, misal Staphylococcus aureus dan
terjadi peningkatan CFU stop sementara operasi)
Pemberian antibiotik profilaksis prinsipnya diberikan satu jam
sebelum operasi, tidak untuk jenis operasi bersih
Pemasangan infus (central dan perifer), kateter urin,
pemberian obat dan intubasi pasien harus dengan tehnik
septik dan aseptik
Pembersihan kamar operasi setelah selesai operasi setiap hari
dan dilakukan pembersihan besar setiap akhir minggu (hari
sabtu)
Lantai, dinding dan surface daerah lainnya tidak langsung
penyebab utama infeksi luka operasi (IDO)
Bersihkan lantai ,dinding, alat-alat monitor, meja dan brankar
pasien setiap hari dengan menggunakan sabun atau
disinfektan dan lakukan dengan tehnik yang tepat
Tidak direkomendasikan melakukan pengasapan atau fogging
di kamar operasi untuk membersihkan ruangan
c. Post operasi
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan sebelum dan sesudah merawat luka
Tidak direkomendasikan membuka (mengintip) luka saat ronde
135
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Lakukan perawatan luka setelah 3 hari post operasi atau
segera jika ada indikasi (luka rembes atau kotor) balut luka
dengan menggunakan transparan film
Jika mengganti balutan pasien harus menggunakan meja
balutan, set luka dan pakai Alat Pelindung Diri (APD) misal :
masker, sarung tangan steril dan apron
Rawat luka dengan cairan fisiologis seperti NaCl 0,9%
Pelatihan perawatan luka untuk perawat dan dokter
136
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pneumonia terkait ventilator (ventilator associated penumonia atau
VAP)
137
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Diagram Alur Diagnosis Pneumonia karena Infeksi Rumah Sakit
(dewasa)
Pasien dalam perawatan setelah dua hari atau lebih sejak MRS, dengan
atau tanpa penyakit yang mendasari, terjadi TANDA dan GEJALA :
Sebagai alat ukur biasanya dipakai angka insidensi dan angka prevalensi
139
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Airway manajemen :
Lepaskan ETT pasien sesegera mungkin
Hindari re-intubasi
Jika memungkinkan gunakan non invasive positif pressure
ventilation secara kontinius melalui face/nose mask sebagai
pengganti intubasi
Lakukan scution bila diperlukan dan mempertahankan tehnik
septik dan aseptik saat melakukan prosedur
Gunakan cairan steril untuk memebersihkan kateter suction jika
dimasukan kembali ke ETT tube
Gunakan ororthracheal
Lakukan oral hygiene dengan chlorhexidine 0,2% setiap 3-4
kali/hari
4. Maintenace peralatan:
Ganti segera sirkuit ventilator bila kotor
Segera buang “condensate” yang terkumpul di tubing ventilator
Bersihkan dan disinfeksi atau sterilkan semua peralatan dan
ventilasi mekanik secara tepat
Setelah didisinfeksi, cuci keringkan, bungkus, jaga jangan sampai
terkontaminasi pada saat diproses
Pengadaan alat ventilator untuk cadangan sehingga ada waktu
pembersihan untuk alat bekas pasien sebelumnya.
5. Pemberian obat-obatan:
Hindari penggunaan antimikroba yang tidak perlu
Gunakan antimikroba yang sesuai pada pasien beresiko tinggi
140
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Membatasi pemberian profilaksis tukak lambung pada pasien
beresiko tinggi
Gunakan antimikroba untuk dekontaminasi saluran cerna secara
selektif
Lakukan oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine 0,2%
Gunakan profilaksis untuk mencegah DVT
141
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
D. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ALIRAN DARAH
PRIMER (IADP)
Definisi : Infeksi aliran darah primer adalah infeksi aliran
darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi
Kriteria 1 : terdapat bakteri patogen yang dikenal dari satu kali
atau lebih biakan darah dan biakan dari darah
tersebut tidak berhubungan dengan infeksi di tempat
lain
Kriteria 2 : Ditemukan salah satu di antara gejala berikut tanpa
penyebab lain
Demam (>38°C)
Menggigil
Hipotensi
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase
negative staphylococci atau micrococci)
ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah
yang di ambil dari waktu yang berbeda
2. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase
negative staphylococci atau micrococci)
ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah
dari pasien dengan saluran intravaskuler dan
dokter memberikan terapi antimikroba yang
sesuai
142
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Test antigen positif pada darah ( misal H.
Influenza, S Pneumoniae, N meningitidis atau
group B Streptococcus)
Dan
Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil laboratorium
yang positif tidak berhubungan dengan suatu infeksi
di tempat lain.
Kriteria 3 : Pasien berumur > 1 tahun dengan paling sedikit
satu tanda-tanda dan gejala-gejala berikut :
Demam (> 38C)
Hipotermia (< 37C)
Apnea
atau bradikardia
Dan
1. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase
negative staphylococci atau micrococci)
ditemukan dari dua kali atau lebih biakan darah
yang di ambil dari waktu yang berbeda
2. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids,
Bascillus sp, Porionibacterium sp, coagulase
negative staphylococci atau micrococci)
ditemukan dari paling sedikit satu biakan darah
dari pasien dengan saluran intravaskuler dan
dokter memberikan terapi antimikroba yang
sesuai
3. Test antigen positif pada darah ( misal H.
Influenza, S Pneumoniae, N meningitidis atau
143
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
group B Streptococcus)
Dan
Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil laboratorium
yang positif tidak berhubungan dengan suatu infeksi
di tempat lain.
E. SEPSIS
CATATAN :
Untuk neonatus digolongkan infeksi rumah sakit apabila :
Pada partus normal di rumah sakit infeksi terjadi setelah lebih dari 3
ahri
Terjadi 3 hari setelah partus patologik tanpa didapatkan pintu masuk
bakteri
Pintu masuk bakteri jelas, misalnya luka infus
144
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi di tempat lain
3. Telah diberikan antimikroba sesuai dengan
sepsis
Kriteria 2 : Ditemukan pada pasien berumur 1 tahun paling
sedikit satu gejala/tanda berikut tanpa diketahui ada
penyebab lain :
Demam (>38°C)
Hipotermia (< 37C)
Apnea
Atau bradikardi <100x/menit
Dan
145
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Atau nyeri tekan
Dan
Paling sedikit satu dari berikut ini :
1. Terdapat bakteri pada biakan drainase atau
jaringan yang di ambil pada waktu pembedahan
atau endoskopi, atau dari yang dipasang secara
bedah
2. Bakteri terlihat pada pemeriksaan mikroskopik
pada pengecatan gram atau KOH atau terlihat
multinucleated giant cells dari drainase atau
jaringan yang di ambil pada waktu pembedahan
atau endoskopi atau drain yang dipasang
secara bedah
3. Terdapat bakteri dari biakan darah
4. Bukti kelainan patologis pada pemeriksaan
radiologis
5. Bukti kelainan patologis pada pemeriksaan
endoskopi (misal Candida esofagitis atau
Proctitis)
x1000
146
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Kebijakan Pencegahan Infeksi Aliran Darah (IAD) sebagai berikut :
1. Pendidikan dan pelatihan petugas medis (perawat dan dokter)
Laksanakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan (kursus dasar)
bagi petugas medis ( dokter, perawat)
2. Kebersihan Tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, pemasangan alat
intravaskuler, penggantian alat intravaskuler atau memasang
verban
Gunakan sarung tangan steril pada saat pemasangan dan
perawatan kateter intrvaskuler
3. Frekuensi penggantian krateter, dressing, administrasi set dan cairan
Penggantian dan pemindahan perangkat
Pasien dewasa :
- Ganti kateter dan pindah lokasi infus perifer (IVL) > 72-96
jam(3-5 hari) dan 14 hari untuk CVL (Central Line)
- Infus perifer yang dipasang di unit IGD diganti setelah 48 jam
(2 hari)
147
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Penggantian dressing
- Ganti dressing sesegera mungkin jika lembab, kotor dan
berkeringat
- Lepas dressing bila dressing besar dan tebal yang
menyulitkan palpasi atau visualisasi langsung pada site
insersi dan lakukan observasi pada daerah pemasangan
infus setiap kali pergantian shift (3x/hari)
- Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yan
dapat dilihat dengan jelas
148
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
- Selesai pemberian infus produk darah dalam 4 jam
F. LUKA BAKAR
Definisi : Infeksi luka bakar harus memenuhi paling sedikit
satu kriteria berikut :
Kriteria 1 : Terdapat perubahan pada penampakan atau
karakter luka bakar, seperti pemisahan eschar yang
cepat, atau eschar menjadi coklat gelap atau hitam
atau perubahan warna (discolcoration) yang hebat
atau edema pada perbatasan luka
149
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Dan
Pemeriksaan histopatologis dai biopsi luka bakar
menunjukan invasi bakteri ke dalam jaringan
berdekatan yang sehat
Kriteria 2 : Terdapat perubahan pada penampakan atau
karakter luka bakar seperti pemisahan eschar yang
cepat atau eschar menjadi coklat gelap atau hitam
atau prubahan warna (discoloration) yang hebat
atau edema pada perbatasan luka
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
1. Terdapat bakteri dari biakan darah dan tidak
terdapat infeksi lain
2. Dapat diisolasi virus herpes simplex, identifikasi
histopatologis dari inclusions dengan cara
mikroskopik cahaya (light microskop) atau tempat
partikel-partikel virus dengan mikroskop elektron
dan biopsi keroka lesi
150
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
mental confusion
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
Terdapat bakteri dari biakan darah dan
tidak terdapat infeksi lain
Dapat diisolasi virus herpes simplex,
identifikasi histopatologis dari inclusions
dengan cara mikroskopik cahaya (light
microskop) atau tempat partikel-partikel
virus dengan mikroskop elektron dan biopsi
keroka lesi.
CATATAN :
Purulen saja pada tempat luka bakar tidak cukup kuat untuk
diagnosis infeksi luka bakar, purulen seperti itu mungkin menunjukan
perawatan luka yang kurang baik
Demam saja pada luka bakar tidak cukup kuat untuk diagnosis infeksi
luka bakar karena demam mungkin merupakan akibat trauma
jaringan atau mungkin pasien mendapat infeksi di tempat lain
Ahli bedah pada Regional Burn Center yang eksklusif merawat
pasien luka bakar, mungkin kriteria 1 untuk diagnosis infeksi luka
bakar
Rumah sakit ddengan Regional Burn center mungkin membedakan
infeksi luka bakar lebih lanjut sebagai berikut :
- Burn wound site
- Burn graft site
- Burn donor site
- Burn bonor site-cadaver
151
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tetapi sistem NNIS hanya memberi kode semuanya sebagai
BURN
Petunjuk pelaporan
Newborn circumcisi bukan merupakan prosedur pembedahan NNIS,
jangan melaporkan sebagai SSI.
152
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB IV
Bakteri ini masuk jika tubuh kita ada luka yang terbuka misalnya
teriris pisau, tergores. Yang menyebabkan bakteri ini akan masuk ke dalam
tubuh kita melalui luka tersebut. Bakteri ini tahan terhadap antibiotik. Jika
pemberian antibiotik yang salah maka akan membunuh bakteri yang baik
yang ada di dalam tubuh kita, dan sebaliknya bakteri ini akan meregenerasi
dan menulari bakteri yang lainnya.
Jika sudah fatal bakteri ini akan memakan daging, otot kita, bahkan
jika sudah menjalar lebih parah maka akan menyerang organ vital seperti
menggrogoti jantung, paru-paru, hati dll.
153
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Bengkak
3. Kulit menjadi lembek
4. Panas tinggi
5. Merasakan sakit hebat pada titik tertentu
1. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (orang yang hidup dengan
HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi, penderita asma
yang parah, dll)
2. Penderita diabetes
3. Pengguna narkoba intravena
4. Pengguna antibiotik kuinolon
5. Anak-anak
6. Orang tua
7. Mahasiswa yang tinggal di asrama
8. Petugas yang tinggal atau bekerja di fasilitas kesehatan untuk jangka
waktu lama
Pencegahan :
154
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
sesudah kontak dengan pasien, tindakan invasive/aseptik, setelah
kontak dengan cairan tubuh dan kontak dengan lingkungan pasien.
d. Penggunaan masker surgical
e. Isolasi dengan isolasi pasien yang tepat dapat mencegah dan
menurunkan kejadian MRSA
f. Penggunaan Alat Pleindung Diri (APD)
Dengan penggunaan alat pelindung diri yang tepat menurunkan dan
benar dapat mencegah penyebaran kejadian MRSA.
g. Pembatasan pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotika golongan Glycopeptides, sefalosporin dan
kuinolon beresiko dalam kolonisasi MRSA, terutama fluoroquinolones,
direkomendasikan dalam pedoman saat ini
h. Menjaga kebersihan diri
Mandi bersih setiap hari, penggunaan handuk, baju dan penggantian
linen harus satu pasien satu
155
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Petugas dan pasien mandi dengan chlorhexidine 2-4% selama satu
minggu
Jika kolonisasi di hidung berikan bactroban cream
Lakukan kultur ulang pada hari ke 7
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah kontak dengan urine, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung
kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi
apakah dari pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Menggunakan sarung tangan apabila kontak dengan urine
Segera lepaskan sarung tangan apabila kontak dengan urine dan buang
ke tempat sampah infeksius (kuning) yang ada di ruangan pasien
Gunakan apron hanya bila pencemaran pakaian mungkin terjadi
Segera bersihkan lantai dengan chlorine/baycline jika terjadi
kontaminasi urine
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intravena
Antibiotik pilihan lain diantaranya Teicoplanin dan Linezolid selama 3-5
hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
156
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah kontak dengan luka, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung
kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi
apakah dari pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Buka luka dengan sarung tangan bersih, buang kassa ke tempat
sampah infeksius (kantong kuning)
Segera lepaskan sarung tangan jika sudah selesai membuka luka,
buang sarung tangan ke tempat sampah infeksius (kantong kuning)
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker, sarung tangan steril,dan
kaca mata pelindung (tidak mutlak) dan pakai sarung tangan steril
Cuci luka dengan menggunakan chlorhexidine 2% dalam larutan normal
salin (NaCl 0,9%) 1 : 10, kemudian luka segera dibersihkan dengan
NaCl 0,9%
Jika luka sudah mengalami granulasi tidak boleh di swab/gosok cukup
hanya dengan irigasi
Jika pus/ nanah masih banyak lakukan perawatan luka dengan
menggunakan kassa penyerap (dressing) dan gunakan bahan yang
berfungsi meminimalkan kolonisasi (misal cutisorb sorbact)
Semua sampah yang kontak dengan pasien di masukan dalam plastik,
di ikat dan langsung di buang di tempat sampah infeksius (kantong
plastik kuning) yang ada di kamar pasien.
Setelah pus minimal (basah) rawat luka dengan mupirosin topikal
cream, pada luka kering berikan mupirosi salep
Anjurkan pasien mandi dengan menggunakan chlorhexidine 2% selama
5 hari
157
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intranvena,
hanya apabila ada gejala sistemik antibiotik pilihan lain diantaranya
teicoplanin dan linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah kontak dengan sputum, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung
kontak dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi
apakah dari pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Jika melakukan suction gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker,
sarung tangan steril dan kaca mata pelindung (tidak mutlak)
Menggunakan jubah pelindung/apron hanya bila pencemaran pakaian
mungkin terjadi
Segera masukkan selang kateter suction bekas pasien ke ember
tertutup yang sudah mengandung chlorin 1 : 10 air matang selama 10
menit
Segera buang ke dalam kantong plastik kuning infeksius dan tidak
dibenarkan untuk di pakai ulang
Segera lepaskan sarung tangan, masker buang ke tempat sampah
infeksius (kantong plastik kuning), kaca mata rendam dalam klorin 1 :
100 cc air matang
158
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intranvena,
hanya apabila ada gejala sistemik antibiotik pilihan lain diantaranya
teicoplanin dan linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Tujuan :
Kriteria skrining
159
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
- Pasien dari rumah sakit lain
- Pasien rawat di RIM / immunokompromise
3. Skrining/swab dilakukan pada hidung dan ketiak
4. Pembiayaan skrining dari RBA patologi klinik
5. Pengendalian skrining oleh Sub Komite PPIRS
160
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB V
161
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
dasar untuk penanganan yang efektif. KLB infeksi rumah sakit merupakan
dasar untuk terbentuknya tim untuk memenuhi tuntutan tersebut. Tim kontrol
KLB memerlukan ekspansi untuk mencakup fasilitas yang representatif
misalnya farmasi, suplai, petugas kebersihan, tehnik. Sistem yang
berkelanjutan pelatihan kontrol infeksi yang berkelanjutan dan audit
diperlukan untuk menyebarluaskan langkah-langkah pengendalian penyakit
infeksi tertentu. Komunikasi rutin harian dengan data situasi terbaru bersama
staff rumah sakit dan pasien perlu dilakukan untuk tetap memberikan motivasi
dan kerjasama yang baik dari setiap aspek yang terlibat.
Personil
Tanggung jawab :
Daftar kegiatan
162
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Investigasi
Tatalaksana
163
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tingkatkan jumlah staff pendukung pelayanan – petugas kebersihan,
laundry, departemen pelayanan penyeterilan sentral
Tingkatkan daya dukung laboratorium
Tingkatkan staff adminitratif, telepon dan staff IT
Simpan catatan wawancara dan laporan kemajuan
Plot kurva epidemik dan area geografik yang terlibat
Evaluasi grafik individu yang terinfeksi dan buat daftar faktor resiko yang
mungkin ada
Formulasikan hipotesis mengenai reservoir dan modus transmisi yang
mungkin terlibat
Lakukan penelitian case-control dan typing studies
Evaluasi dan perbaharui tolak ukur pengendali (control measures)
Lanjutkan surveilans mengenai kasus-kasus sekunder yang terjadi dan
efektifitas tolak ukur pengendali yang dipilih
Kontrol
Umumkan telah berakhirnya kejadian luar biasa pada badan terkait lebih
awal
Menggabungkan laporan dari setiap Tim
Ubah peraturan dan penerapan jika perlu
164
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Bagaimana melakukan case control study
1. Pertanyaan pendahuluan
a. Dapatkah saya memperoleh informasi yang dibutuhkan
b. Dapatkah saya memperoleh kontrol yang baik
2. Meninjau ulang daftar pasien yang terlibat dalam kejadian luar biasa
3. Membuat hipotesis. Buatlah faktor risiko yang akan dibuktikan dengan
jelas
4. Case definitif yang jelas dan mengeksekusi pasien perawatan lama, jika
mungkin
5. Mempunyai 2-4 kontrol per kasus jika terdapat paling kurang 10 kasus.
Pilih dari pasien yang terinfeksi, dicocokkan dengan umur, jenis kelamin
dan pelayanan. Kontrol yang dirawat lama di eksklusi
6. Dalam pengumpulan data, hati-hati bias saat wawancara. Jika data
dikumpulkan dari rekam medis gunakan data yang rutin dicatat untuk
menghindari bias pencatatan
7. Proses penyelesaian masalah sesuai dengan Root Case Analysis
berkoordinasi dengan Unit Pelayanan Jaminan Mutu
165
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB VI
PERKIRAAN
166
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Rawat Inap 633.600 7,26 juta
(1,92% x Rawat jalan) (22% x Rawat Jalan)
1. Koordinasi
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam koordinasi
Menetapkan tim koordinasi dan individu yang bertanggung
jawab untuk memfasilitasi respon yang cepat dan memadai
selama kondisi krisis. Semua pihak yang berkepentingan harus
mengetahui tanggung jawab mereka, apa yang perlu dilakukan
dan bagaimana alurnya. INI harus tercermin dalam rencana
operasional untuk setiap organisasi ( siapa mengerjakan apa,
dimana, bagaimana, kapan, mengapa )
Advokasi mengenai pentingnya perencanaan pandemi kepada
para pembuat keputusan untuk memastikan dukungan dan dana
yang diperlukan
Dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan pemerintah
daerah menetapkan kriteria penutupan sekolah berdasarkan
informasi dan surveilans kesehatan (cluster penyakit seperti
influenza atau kematian akibat kesulitan pernapasan pada anak
usia sekolah)
Meningkatkan kemampuan petugas medis dan perawat dalam
penanganan kasus
Meningkatkan kemampuan petugas yang terlibat ( seperti
perawat, petugas kesehatan, petugas laboratorium ) untuk
167
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Pastikan bahwa
semua petugas yang terlibat telah mengikuti pelatihan dan trampil
menerapkannya.
Jika perlu, sediakan panduan-panduan pelayanan yang
mutakhir dengan merujuk ke panduan terbaru
Sediakan obat-obatan dan perawatan medis gratis sesuai
dengan ketentuan pemerintah atau asuransi kesehatan yang
berlaku dan lengkapi dengan sistem pelaporan kasus baru secara
cepat
Bekerjasama dengan sektor terkait antara lain pelayanan
transportasi dan pasokan pangan. Pertimbangan untuk meyiapkan
alternatif lain untuk pasokan listrik dan air minum bagi fasilitas
pelayanan kesehatan dan jaringan komunikasi
168
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Bagaimana sistem standar pengumpulan data dan analisa data?
c. Siapa yang akan mengumpulkan data dan menganalisa serta
mendesiminasikan hasil analisa tersebut?
d. Bagaimana sistem surveilans fasilitas pelayanan kesehatan terkait
dengan sistem surveilans regional atau nasional?
3. Komunikasi
Dasar pemikiran
169
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Strategi komunikasi merupakan komponen penting dalam menangani
wabah penyakit menular dan pandemi. Informasi yang akurat dan tepat
waktu di setiap tingkatan sangat penting untuk meminimalkan
keresahan masyarakat dan dampak ekonomi yang tidak diinginkan.
Kemampuan untuk merespon secara cepat dan efektif sangat di
pengaruhi dengan jumlah tenaga yang tersedia.
170
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Perlu ditunjuk seorang juru bicara saat wabah ataupun pandemi
untuk mewakili fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi
masyarakat dan media, termasuk sistem penyampaian pesan
yang akurat dan tepat waktu sebelum dan selama pandemi.
Memastikan bahwa selama pandemi materi berita dan pesan
dikaji secara teratur dan diperbaharui dengan informasi terbaru
yang tersedia
Menetapkan suatu sistem untuk menjawab pertanyaan dan
permintaan dari keluarga pasien termasuk mengenai kebijakan
kunjungan pasien, jika telepon tersedia, siapkan hotline/saluran
khusus dengan petugas yang terlatih.
4. Identifikasi Kasus, Penatalaksanaa dan Perawatan
Dasar pemikiran
Perlu di sediakan panduan klinis untuk memastikan tersedianya
pengobatan dan perawatan yang efektif dan aman untuk kasus penyakit
menular yang dicurigai (contoh untuk flu burung sudah ada “Pedoman
Penatalaksanakan Flu Burung di sarana Pelayanan Kesehatan” Depkes
2006), panduan klinis harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan
mudah dipahami oleh petugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan
Memastikan bahwa definisi penyakit menular yang muncul
sudah sesuai dengan ketetapan pemerintah (lihat lampiran A :
untuk kasus flu burung)
Menerapkan prosedur rutin di seluruh rumah sakit/klinik
untuk identifikasi kasus baru
Panduan klinis harus mencakup askep-askep di bawah ini
Dimana pasien harus ditangani (di masyarakat atau rumah
sakit dan kriteria rawat inap
171
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Tindakan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengumpulan, pengiriman dan pemeriksaan pasien dan
pemeriksaan spesimen yang sesuai ke laboratorium yang di
tetapkan
Prosedur pengobatan, termasuk obat anti virus, antibitok dan
terapi pendukung lainnya (ventilator, penurunan demam)
172
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
- Unit Gawat Darurat (UGD)
Penyakit menular
173
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pilek
Sesak napas
dan
174
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, memegang
atau menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai
mengandung H5N1
7. Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah putih di
bawah nilai normal)
8. Ditemukan filter antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji
H1 menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza
A tanpa subtipe.
9. Foto Rongent dada/thoraks menggambarkan pneumonia yang
cepat memburuk pada serial foto
175
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probable.
dan disertai
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang
hasil pemeriksaan H5N1 nya diterima oleh WHO sebagai
konfirmasi :
- Isolasi virus H5N1
- Hasil PCR H5N1 positif
- Peningkatan ≥ 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1
dari spesimen
- Konvalesens dibandingkan dengan spesimen akut (diambil ≤
7 hari setelah awitan gejala penyakit) dan titer antibodi
netralisasi konvalesens harus pula ≥ 1⁄80
176
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB VII
DEMAM THYPOID
Etiologi :
Salmonella thypi
Penularan :
Periode inkubasi :
Uji diagnostik
Biakan feses, darah, urin, aspirasi sumsum tulang, tes widal dapat
menunjukan adanya infeksi namun hasil positif palsu atau negatif palsu
sering terjadi dan karenanya tes ini tidak reliable
Pakai APD (sarung tangan dan masker saat kontak dengan feses
pasien)
177
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pasien yang dirawat menggunakan popok dan / atau jika mengalami
inkontinensia selama sakit atau perawatan
Anak-anak yang terinfeksi harus dihindari dari kegiatan-kegiatan di
pusat layanan anak sampai didapatkan hasil negatif untuk S thypi pada
kultur feses yang dilakukan berturut-turut setelah penghentian terapi
antimikroba.
TUBERCULOSIS
Etiologi :
178
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Cara penularan :
Droplet nuclei
Masa inkubasi :
2-12 minggu (biasanya 10 minggu, rata-rata 3-4 minggu) dari infeksi sampai
terbentuknya reaksi positif terhadap tes tuberkulin, dapat terjadi relaps
bertahun-tahun kemudian.
Uji diagnostik
Pasien TB paru diberikan terapi OAT 2 minggu atau hasil BTA 3 kali berturut-
turut negatif
179
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Evaluasi dan follow up ketat pasien yang terinfeksi
Pelacakan dan terapi profilaksis kontak
Vaksinasi BCG untuk bayi untuk mencegah penyebaran diseminata dan
sakit TB berat
Sistem surveilans nasional yang baik untuk pemberitahuan dini,
identifikasi, dan manajemen wabah
HEPATITIS A
Etiologi :
Cara penularan :
Antar manusia secara fekal-oral yang terkontaminasi atau oral dari air yang
tercemar
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Anti HAV IgM dan IgG. IgM ditemukan saat awal penyakit dan menghilang
setelah 4 bulan dapat bertahan sampai 6 bulan atau lebih lama. Anti HAV IgG
dapat dideteksi sesaat setelah IgM.
Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika kontak dengan
sumber infeksi
180
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pasien sebaiknya beristirahat, dianjurkan sampai satu minggu setelah
gejala
Memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan
Memperhatikan personal hygiene
Pemberian Ig efektif sampai 80-90% jika diberikan dalam 2 minggu
setelah infeksi HAV
Vaksin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan dewasa
Pemberian vkasin hepatitis A dapat diberikan pada anak dan dewasa
HEPATITIS B
Etiologi :
Cara penularan :
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Tes serologis HbsAg, HbeAg, anti HBc IgM dan anti HBc IgG
181
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Vaksin hepatitis B sebelum dan sesudah kontak untuk profilaksis
Immunoglobulin efektif jika diberikan dalam 72 jam setelah kontak
SCABIES
Etiologi
Cara penularan :
Masa inkubasi
4-6 minggu
Uji diagnostik
VARCELLA ZOSTER
Etiologi
Cara penularan :
182
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, kadang melalui
penyebaran udara (airborne) dari sekret pernapasan dan sangat jarang
melalui lesi zoster
Masa inkubasi :
14-16 hari
Uji diagnostik :
Deteksi antigen dari lesi vesikel selama 3-4 hari pertama erupsi dengan
pewarnaan immunofluoresen atau kultur
Pasien yang terinfeksi minimal selama 5 hari setelah onset ruam dan
selama lesi masih berbentuk vesikel
Pasien yang rentan terinfeksi sejak 8-21 hari setelah onset ruam pada
pasien infeksi
Pertahankan kewaspadaan hingga 28 hari pasca paparan bagi mereka
yang telah mendapat immunoglobulin anti varisela zoster (VZIG)
Pasien yang immunokompromise selama penyakit berlangsung
Standard precautions harus tetap dijalankan selama 3-5 hari pasca paparan
yang terjadi pasca profilaksis
183
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
VZIG cocok digunakan bagi individu yang beresiko tinggi mengalami varicella
berat dan harus diberikan dalam 96 jam pertama untuk memberikan
perlindungan maksimal
INFUENZA
Etiologi :
Virus influenza
Transmisi :
Masa inkubasi
1-3 hari
Uji diagnostik ;
184
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
INFEKSI ENTEROVIRUS
Etiologi :
Enterovirus
Transmisi :
Fekal-oral dan kontak langsung melalui saluran napas. Virus dapat bertahan
hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga transmisi dapat
terjadi melalui alat atau bahan yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Rapid virus culture (shell vial) dan deteksi langsung dengan menggunakan
tehnik molekuler (Reverse transcriptio-PCR) dari apusan tenggorok, tinja dan
rectal atau cairan serebrospinal. Tes serologis kurang bermakna.
Etiologi :
185
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Cara penularan :
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung dan atau droplet. virus
dapat bertahan hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga
transmisi dapat terjadi melalui alat atau bahan yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
2-10 hari
Uji diagnostik
186
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Airborne Precaution (masker N 95) di anjurkan pada saat menggunakan
aerosol-generating procedur
187
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB VIII
PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN
BAHAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
A. PETUNJUK UMUM
Di dalam petunjuk umum pemeriksaan bakteriologi, yang dapat
diterapkan secara umum ialah tahap pengambilan bahan pemeriksaan.
Penyimpanan serta pengiriman diperinci dalam petunjuk khusus
Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologi untuk infeksi rumah sakit
hendaknya beberapa syarat yaitu :
1. Bahan di ambil sebelum pemberian antibiotik atau kemotherapika.
Dalam keadaan terlanjur diberi, maka sebaiknya dilampirkan jenis
dan takaran serta lama pemberian obat
188
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
2. Bahan pemeriksaan di ambil pada saat dan tempat yang tepat. Saat
dan tempat dipilih dengan mempertimbangkan kemungkinan
terbesar mendapatkan bakteri-bakteri
3. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat sedemikian rupa,
sehingga cemaran tidak terjadi (cara aseptik)
4. Bahan pemeriksaan di ambil dalam jumlah yang cukup untuk
pemeriksaan yang diminta
5. Formulir pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap
B. PETUNJUK KHUSUS
Petunjuk bahan pemeriksaan yang sering diminta untuk diperiksa, akan
dibahas sendiri. Untuk bahan pemeriksaan yang relatif agak jarang
diminta, hanya dicantumkan dalam tabel pada akhir petunjuk ini
1. Air Seni
Waktu penampungan air seni sebaiknya pagi hari (early morning
specimen) atau 4 jam setelah kencing terakhir. Tempat penampung
ialah tabung steril tertutup. Tempat pengambilan dapat dengan cara
penampungan porsi tengah yang bersih (clean voided mid stream),
pungsi suprapubik atau dengan kateter. Jumlah air seni yang
dibutuhkan antara 1-2 ml bila diambil dengan pungsi suprapubik atau
10 ml bila di ambil dengan porsi tengah yang bersih atau kateter.
Bahan yang diperoleh segera dikirim ke laboratorium. Bila tertunda
dapat disimpan dalam lemari es suhu 4°C selama 24 jam atau
ditambah pengawet asam borat.
2. Darah
Waktu pengambilan darah untuk biakan bakteri dipilih sesuai dengan
perjalanan penyakit. Tempat penampungan bahan disediakan
sepasang media yang berisi media cair, Thyptic Phoshate Broth
(TPB) atau Trypticase Soy Broth (TSB) atau Cooked Meat Medium
189
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
(CMM) untuk bakteri anaerob. Masing-masing media diisi dengan ±
5- 10 ml darah untuk ± 10% Volume media.
3. Nanah
Pengambilan nanah (pus) dapat dikelompokkan menjadi dua cara
yaitu :
a. Pengambilan nanah dari tempat yang tertutup misalnya dari
abses, rongga tubuh (kavum pelura, rongga sendi dan lain
sebagainya). Bahan di ambil dengan cara pungsi aspirasi,
dengan semprit steril.
b. Pengambilan nanah dari tempat yang terbuka atau yang
berhubungan dengan udara, misalnya dari luka terbuka. Bahan di
ambil dengan cara hapusan dengan lidi kapas steril.
4. Tinja
Pengambilan bahan di ambil pada pagi hari dan atau pada tinja yang
baru keluar (Freshly passed stool). Bila tinja sulit diperoleh maka
pengambilan dengan hapusan rektum dianjurkan. Tinja yang
diperoleh ditampung di dalam tabung atau botol gelas steril dan
segera dikirim ke laboratorium. Bila di ambil dengan hapusan
rektum, dikirim dalam media transport Carry Blair. Jumlah bahan
yang diperlukan sebanyak 10 gram atau sebesar ibu jari kaki orang
dewasa.
5. Dahak
Dahak (sputum) diperoleh dari penderita dengan cara batuk spontan,
dengan espektorans, aspirasi cairan lambung atau aspirasi
transtrakeal. Penderita diberi petunjuk agar yang ditampung adalah
benar-benar dahak dan bukan air liurnya. Pengambilan dilakukan
pada pagi hari (early morning sputum) dan ditampung dalam cawan
petri steril
190
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
6. Liquor cerebrospinal
Pengambilan dengan pungsi, dilakukan sewaktu-waktu sebanyak 2-
4 ml. Penampungan dapat berupa tabung/botol gelas steril bertutup
alur (screw capped) atau tabung berisi media pemupuk “Dextrose
Ascitic” (DAF). Pengiriman ke laboratorium segera mungkin (selagi
masih hangat) penyimpanan tidak di anjurkan.
191
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
anaerob Media
perbenih
an
192
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN
A. Pengertian
1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan, makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit
2. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah dan lain-lain
193
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
TABEL 7 SUHU PENYIMPANAN MENURUT JENIS BAHAN
MAKANAN
Jenis Bahan 3 hari atau 1 minggu 1 minggu atau
Makanan kurang atau kurang lebih
Daging, ikan, -5°C sampai -10°C sampai Kurang dari -
udang, dan 0°C -5°C 10°C
olahannya
Telur, susu dan -5°C sampai - -5°C sampai - Kurang dari -
olahannya 7°C 7°C 5°C
Sayur, buah dan 10°C 10°C 10°C
minuman
Tepung dan biji 25°C 25°C 25°C
194
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 751/Menkes/SK/V/2003
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi jasaboga
Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal
dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya
sebelum dihidangkan
Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label
dan merk serta dalam keadaan baik
195
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
b. Bahan makanan basah/mudah membusuk dan minuman
1. Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (cooling) 10°C -
15°C
2. Bahan makanan berprotein yang akan segera di olah
kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling)
4°C – 10°C
3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku
(frozen) dengan suh < 0°C
4. Pintu tidak boleh sering dibuka karean akan meningkatkan
suhu
5. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan dll) harus tertutup
6. Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO), yaitu
yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak
ada makanan yang busuk
c. Makanan jadi
1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan
logam berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi
ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang
berlaku
2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau
dikemas dan tertutup serta segera disajikan
196
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4. Pengolahan makanan
Unsur – unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat pengolahan makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)
sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan
ruangan dapur
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
diberikan dengan antiseptik
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sungkup asap
b. Peralatan masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan
dalam proses pengolahan makanan
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun
kepada makanan
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
3) Lapisan permukaan tidak larut dalam asam/basa atau
garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan,
selanjutnya didisinfeksi dan dikeringkan
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan
kering dan disimpan pada rak terlindung dari vektor
c. Penjamah makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa
kesehatannya oleh dokter yang berwenang
3) Pekerja pengolah makanan harus selalu melakukan
kebersihan tangan sebelum bekerja dan setelah ke toilet
197
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker, penutup
kepala/topi, apron dan sarung tangan plastik)
5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar
dari kamar kecil
d. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya yaitu :
1) Makanan di angkut dengan menggunakan kereta dorong
yang tertutup dan bersih
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih
tersedia udara untuk ruang gerak
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur
untuk mengangkut bahan/barang kotor
e. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran
dan peralatan yang dipakai harus bersih
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
tertutup
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat
ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan
suhu minimal 60°C dan 4°C untuk makanan dingin
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih
5) Makanan jadi harus segera disajikan
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan
kepada pasien
198
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas
penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.
Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan
sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan
minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur
penjamah. Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan
pengambilan sampel minuman berwarna, makanan yang
diawetkan, sayuran, daging, ikan laut. Pengawasan secara
berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun. Bila terjadi keracunan makanan dan minuman
dirumah sakit maka petugas sanitasi harus mengambil sampel
makanan dan minuman untuk diperiksa ke laboratorium.
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh petugas
sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara
insidentil atau mendadak untuk menilai kualitas.
199
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB IX
PENYEHATAN AIR
A. PENGERTIAN
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum
2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air
minum
B. PERSYARATAN
1. Kualitas air minum
Sesuai dengan Peraturan mneteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum
2. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
a. Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah
seperti PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk keperluan
operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dengan catridge
filter dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan ultraviolet
(UV)
b. Ruang farmasi dan hemodialisa
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan
pengenceran dalam hemodialisa
200
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
C. TATALAKSANA
1. Kegiatan pengawasan kualitas air denga pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputi :
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaa sampel air
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium
d. Dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kulaitas air
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah
sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis sanitasi
sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan
Direktorat Jenderal PPM dan PL, Departemen Kesehatan
3. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan
atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel 8
201
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
4. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal
2 (dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada
musim hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada
tempa penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi
terutama pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar
bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan
(reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi,
pada sumebr air dan titik-titik lain yang rawan penecemaran
6. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut di atas di kirim dan diperiksa
pada laboratorium yang berwenang atau ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat
7. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri
oleh pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan
oleh Dinas Kesehatan.
8. Sewaktu-waktu dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota dalam
rangka pengawasan (uji petik) penyelenggaraan penyehatan
lingkungan rumah sakit, dapat mengambil langsung sampel air pada
sarana penyediaan air minum dan atau air bersih rumah sakit untuk
diperiksakan pada laboratorium
9. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan
kualitas air untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan
disinfektan kaporit, pH dan kekeruhan air minum atau air bersih yang
berasal dari sistem perpipaan dan atau pengolahan air pada
titik/tempat yang dicurigai rawan pencemaran.
10. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan
lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemriksan
laboratorium.
202
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
11. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter
yang menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan
sesuai parameter yang menyimpang.
12. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukan tingkat resiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan
sarana.
203
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
BAB X
PENUTUP
204
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
Dengan demikian rumah sakit berkomitmen memberikan pelayanan
kesehatan dengan mutu sebaik-baiknya.
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN,
205
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
DAFTAR PUSTAKA
206
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
LAMPIRAN POSTER
207
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
CUCI TANGAN BERBASIS ALKOHOL
208
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
209
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
SAMPAH MEDIS
( INFEKSIUS )
210
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan
SAMPAH NON MEDIS
( DOMESTIK )
Kertas, Plastik, Plastik Bungkus Spuit / Infus, Kardus, Kayu, Kaleng, Daun,
Sisa Makanan
211
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun 2016
RSU Kota Tangerang Selatan