Anda di halaman 1dari 148

LAPORAN TUGAS BESAR

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

TL-3105 TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM

Oleh:

Chakila (15317060)
Muhammad Ezar Adi Nugroho (15317061)
Rinaldy Jose Nathanael (15317063)
Fahrizal Nugraha (15317065)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN . Error! Bookmark not
defined.
I. 1 Latar Belakang.................................................................................. 1
I. 2 Maksud dan Tujuan .......................................................................... 3
I. 3 Dasar Hukum dan Regulasi Terkait ................................................. 3
I. 4 Ruang Lingkup ................................................................................. 4
I. 5 Sistematika Laporan ......................................................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM ............................. Error! Bookmark not defined.


II.1. Gambaran Umum Kota Semarang.................................................... 6
II.1.1 Kondisi Administratif .......................................................... 6
II.1.2 Kondisi Geografi.................................................................. 8
II.1.3 Kondisi Demografi .............................................................. 9
II.I.4 Kondisi Hidrologi ............................................................... 10
II.I.5 Kondisi Topografi .............................................................. 12
II.2. Gambaran Khusus Kecamatan Genuk ............................................ 15
II.2.1. Kependudukan .................................................................. 15
II.2.2. Fasilitas Umum ................................................................. 16
II.2.3. Fasilitias Sosial ................................................................. 16

BAB III KRITERIA PERENCANAAN DAN METODE PERHITUNGANError!


Bookmark not defined.
III.1 Standar Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik ................... 25
III.2 Standar Perancangan ...................................................................... 28
III.2.1 Pemilihan Sumber Air ...................................................... 28
III.2.2 Unit Transmisi .................................................................. 33
III.2.3 Unit Distribusi .................................................................. 35
III.3 Periode Perencanaan ...................................................................... 38
III.4 Perpipaan dan aksesoris yang dibutuhkan ..................................... 40

i
BAB IV PROYEKSI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR ....................... 48
IV.1 Rencana Daerah Layanan dan Proyeksi......................................... 48
IV.2 Proyeksi Penduduk dan Infrastruktur. ........................................... 49
IV.3 Proyeksi Kebutuhan Air................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 142

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Peta Pembagian Wilayah Administrasi Kota 1 ................................................... 7


Gambar II. 2 Letak Kota Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah ........................................ 8
Gambar IV. 1 Rencana Daerah Layananan............................................................................. 48

iii
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Luasan Daerah per Kecamatan Kota Semarang ...................................................... 6


Tabel II. 2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota
Semarang .................................................................................................................................. 9
Tabel II. 3 Topografi Kota Semarang ..................................................................................... 14
Tabel II. 4 Jumlah Penduduk Kecamatan Genuk tiap Tahunnya ............................................ 15
Tabel II. 5 Jumlah Fasilitas Umum Kecamatan Genuk tahun 2017 ....................................... 16
Tabel II. 6 Jumlah Fasilitas Sosial Kecamatan Genuk Tahun 2017 ...... Error! Bookmark not
defined.
Tabel III. 1 Standar Kebutuhan Air Minum Fasilitas Daerah Perkotaan ................................ 27
Tabel III. 2 Kualitas Air Sumber I (sungai) ............................................................................ 29
Tabel III. 3 Kualitas Air Sumber II (sumur dangkal) ............................................................. 31
Tabel III. 4 Kualitas Air Sumber III (Sumur Dalam) ............................................................. 32
Tabel III. 5 Kriteria Pipa Transmisi ........................................................................................ 34
Tabel III. 6 Kriteria Pipa Distribusi ........................................................................................ 37
Tabel III. 7 Jenis Pipa, Kelebihan dan Kekurangan ................................................................ 40
Tabel III. 8 Jenis Aksesoris dan Fungsinya ............................................................................ 42

iv
v
Bab I Pendahuluan

I. 1 Latar Belakang

Kebutuhan air di Indonesia semakin lama semakin meningkat seiring dengan


bertambahnya jumlah penduduk. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan manusia
yang membutuhkan air baik sebagai bahan baku, pelarut, maupun sebagai pembersih.
Tak hanya itu, air berperan penting dalam sistem pengaliran untuk lahan perkebunan
dan pertanian. Tanpa air, semua makhluk hidup bisa mati karena terbukti bahwa
komponen terbesar penyusun tubuh makhluk hidup adalah air.

Penyediaan air bagi masyarakat harus diusahakan merata di berbagai daerah dengan
memperhatikan aspek kualitas dan kuantitas air. Air yang akan didistribusikan harus
memiliki kualitas yang baik dimana harus diperhatikan aspek sanitasi dan
hubungannya dengan kesehatan masyarakat. Baik air bersih maupun air minum,
keduanya harus memenuhi baku mutu dan kriteria yang telah ditetapkan sesuai
dengan SNI 01-3553 2006 (Persyaratan mutu air minum dan kriteria kualitas air
bersih). Pembuangan limbah yang memenuhi baku mutu air menjadi hal yang sangat
penting mengingat semakin banyaknya limbah industri yang dibuang ke lingkungan.
Jika tidak memperhatikan baku mutu, tidak hanya badan air yang akan tercemar,
namun juga dampak tersebut akan dirasakan pada mahalnya proses pengolahan air
dikarenakan banyak unit pengolahan yang harus digunakan untuk menghilangkan
senyawa kimia berbahaya dalam air tersebut. Tidak hanya kualitas, kuantitas air pun
harus diusahakan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat di suatu
kawasan dengan target 100%.

Pemenuhan air dan sanitasi menjadi tujuan ke-enam dari SDG’s (Sustainable
Development Goals) yang disepakati oleh banyak negara. Pada tahun 2030, setiap
negara diharapkan telah mampu mewujudkan 100% akses terhadap air dan sanitasi

1
(Badan Pusat Statistik). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan capaian akses air
bersih di Indoneisa yang layak saat ini di Indonesia baru mencapai 72.55% dan dinilai
belum optimal. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara anggota PBB masih
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam keberjalanannya, masih
banyak kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kualitas dan kuantitas air di
Indonesia. Di Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih
adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi dengan
mengandalkan air baku dari air sungai. Namun dengan bertambahnya kegiatan
manusia dan industri, sungai secara terus menerus mengalami degradasi akibat
pencemaran, kerusakan DAS, masalah antropogenik, maupun tidak adanya
perlindungan terhadap sungai. Untuk masyarakat di pedesaan, air tanah seharusnya
dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Namun, sudah banyak pula air tanah yang
tercemar karena adanya aktifitas manusia di lahan pertanian seperti penggunaan
pestisida. Polutan yang ada di udara pun dapat dibawa oleh air hujan dan dapat
mencemari air tanah. Akibatnya, tidak ada lagi sumber air yang benar-benar aman
dan melalui proses pengolahan yang sederhana.

Pada daerah yang sedang ditinjau yaitu Kota Semarang, pelayanan air bersih belum
mencapai target 100%. Hal ini dikarenakan pasokan air yang didapat sering kali
kurang sehingga air yang dialirkan pun terbatas. Akibatnya di daerah tersebut
dilakukan sistem bergilir dengan distribusi air hanya pada waktu tertentu. Secara
garis besar, perlu dicari alternatif lain mengenai sumber air yang dapat digunakan
agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi di tahun berikutnya. Selain itu, harus
diperkirakan juga apakah sumber air yang akan digunakan dapat memenuhi semua
kebutuhan penduduk yang ada di Kota Semarang dengan melakukan proyeksi
penduduk. Setelah sumber air didapatkan, diperlukan perancangan unit transmisi dan
sistem distribusi yang akan dipakai untuk mengalirkan air ke sejumlah daerah di kota
tersebut. Sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan akan air bersih, diharapkan
kesejahteraan dan produktivitas masyarakat akan meningkat.

2
I. 2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari tugas perencanaan sistem penyediaan air minum adalah:

1. Menentukan kebutuhan air di daerah layanan.


2. Menentukan rencana pemilihan sumber air, unit transmisi, dan unit distribusi.
Menentukan rencana periode perencanaan.
3. Menentukan rencana dan rancangan jaringan perpipaan distribusi dan reservoir
sesuai dengan kebutuhan air yang di rancang.
4. Menentukan rencana dan rancangan sistem penyediaan air minum untuk daerah
layanan.

I. 3 Dasar Hukum dan Regulasi Terkait

Dasar hukum yang berkaitan dengan konsep perencanaan sistem penyediaan air
minum adalah :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air
2. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 122 tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum.

3
I.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari laporan ini adalah :


1. Peninjauan kondisi lingkungan daerah terencana dari aspek geografis,
administratif, dan demografis
2. Menghitung proyeksi kebutuhan air untuk berbagai kebutuhan pada kawasan
berdasarkan data kependudukan, data fasilitas umum dan data fasilitas sosial
3. Merancang sistem transmisi
4. Merancang jalur distribusi

I.5 Sistematika Laporan


Laporan ini terdiri dari 6 bab, antara lain :
1. Bab I Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, dasar hukum dan
regulasi, ruang lingkup dan sistematika penulisan laporan.
2. Bab II Gambaran Umum
Berisikan tentang penjelasan umum mengenai aspek administratif, geografi,
demografi, topografi Kota Semarang. Bab ini juga berisikan penjelasan khusus
mengenai aspek pertimbangan untuk perencanaan seperti kependudukan, fasilitas
umum, dan fasilitas sosial Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
3. Bab III Kriteria Perencanaan
Berisikan tentang standar kebutuhan air domestik dan non domestik, standar dan
periode perancangan, dan juga perpipaan dan aksesoris yang dibutuhkan.
4. Bab IV Proyeksi dan Pemenuhan Kebutuhan Air
Berisikan tentang rencana daerah layanan dan proyeksi pembangunan di masa depan,
proyeksi penduduk dan infrastruktur, proyeksi kebutuhan air, pemilihan sumber air,
dan tahapan perencanaan.
5. Bab V Perencanaan Sistem Transmisi
Berisikan tentang perancangan jalur dan aksesoris dan perhitungan serta evaluasi per
tahap perencanaan.

4
6. Bab VI Perencaaan Sistem Distribusi
Berisikan tentang perencanaan sistem distribusi, perancangan jalur dan aksesoris
yang dibutuhkan, perancangan reservoir dan pemompaan dan evaluasi desain
menggunakan EPA-Net per tahap perencanaan.
7. Bab VII Kesimpulan
Berisikan tentang rangkuman dari isi laporan yang menjawab maksud dan tujuan

5
Bab II Gambaran Umum

II.1. Gambaran Umum Kota Semarang

II.1.1 Kondisi Administratif

Kota Semarang memiliki luas wilayah total 373,7 km2. Secara administratif, Kota
Semarang terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Luas tersebut
terdiri Sekitar 11% tanah sawah dan sekitar 89% bukan lahan sawah. Menurut
penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah sawah tadah hujan
(53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat ditanami 2 (dua) kali.
Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan /tanah untuk
bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17 % dari total lahan bukan sawah.
Pembagian luas per kecamatan dapat terlihat lebih jelas dari Tabel II.1 dan Gambar
II.2 di bawah ini.

Tabel II. 1 Luasan Daerah per Kecamatan Kota Semarang

No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)


1 Mijen 57.55 15.40
2 Gunungpati 54.11 14.48
3 Banyumanik 25.69 6.87
4 Gajah Mungkur 9.07 2.43
5 Semarang Selatan 5.93 1.59
6 Candisari 6.54 1.75
7 Tembalang 44.20 11.83
8 Pedurungan 20.72 5.54
9 Genuk 27.39 7.33
10 Gayamsari 6.18 1.65
11 Semarang Timur 7.70 2.06

6
No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)
12 Semarang Utara 10.97 2.94
13 Semarang Tengah 6.14 1.64
14 Semarang Barat 21.74 5.82
15 Tugu 31.78 8.50
16 Ngaliyan 37.99 10.17
Kota Semarang 373.70 100.00
(Sumber : Kota Semarang dalam Angka, 2019)

Gambar II. 1 Peta Pembagian Wilayah Administrasi Kota 1

(Sumber : BPS Kota Semarang, 2010)

7
II.1.2 Kondisi Geografi

Kota Semarang terletak antara garis 6°50' - 7°10' Lintang Selatan dan garis 109°35
110°50' Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah
Timu dengan kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan kabupaten Semarang dan
sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km.
Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis
pantai. Didalam proses perkembangannya, Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh
keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas, yaitu Kota
Pegunungan dan Kota Pantai. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena
berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor
pembangunan Jawa Tengah. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah,
Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport
darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi
simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah.

Gambar II. 2 Letak Kota Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah


(Sumber: wisatalengkap.com)

8
II.1.3 Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk tahun 2018, jumlah penduduk Kota
Semarang tercatat sebesar 1.786.114 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sejak tahun
2015-2018 sebesar 4,99 %. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan
kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, masih perlu
usaha keras untuk memberikan hasil yang nyata. Sekitar 72,19 % penduduk Kota
Semarang berumur produktif (15-64) th, sehingga angka beban tanggungan, yaitu
perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif
(0-14 dan 65 th keatas) pada tahun 2018 sebesar 38,52 yang berarti 100 orang
penduduk usia produktif menanggung 39 orang penduduk usia tidak produktif. Dalam
kurun waktu 5 tahun kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan
jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan
belum merata. Di wilayah Kota Semarang, tercatat kecamatan Gayamsari sebagai
wilayah terpadat (13.235 penduduk per km2), sedangkan kecamatan Tugu merupakan
wilayah yang kepadatannya paling rendah (1.033 penduduk per km2).

Tabel II. 2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Semarang

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan


. Penduduk per Tahun

2010 2015 2018 2010-2018 2015-2018

1 Mijen 55949 67340 74864 33,81 11,17

2 Gunungpati 88814 105820 116928 31,65 10,50

3 Banyumanik 156795 1552789 162408 18,72 6,30

4 Gajah Mungkur 59987 60033 59743 -0,41 -0,48

9
No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
. Penduduk per Tahun

5 Semarang Selatan 69711 69768 69433 -0,40 -0,48

6 Candisari 75978 76038 75671 -0,40 -0,48

7 Tembalang 160475 188362 206271 28,54 9,51

8 Pedurungan 180997 200091 211376 16,78 5.64

9 Genuk 92650 107657 117174 26,46 8,84

10 Gayamsari 71957 78192 81755 13,62 4,56

11 Semarang Timur 74887 74950 74592 -0,39 -0,48

12 Semarang Utara 117993 118264 117801 -0,16 -0,39

13 Semarang Tengah 60396 60447 60158 -0,39 -0,48

14 Semarang Barat 155161 160238 162501 4,73 1,41

15 Tugu 29507 31640 52815 11,22 3,72

16 Ngaliyan 128897 149543 162622 25,16 8,75

Kota Semarang 1560167 1701172 1786114 14,48 4,99

(Sumber : Kota Semarang dalam Angka, 2019)

II.I.4 Kondisi Hidrologi


Sumber air di Kota Semarang berasa; dari air permukaan dan mata air berupa sungai-
sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali
Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem
dan lain sebagainya. Kali Garang merupakan sumber suplai air yang utama di Kota

10
Semarang. Kali Garang yang bermata air dari gunung Ungaran memiliki alur sungai
yang mengalir ke arah utara hingga mencapai Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran
Kali Kreo dan Kali Kripik. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang
mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali
Kripik 12,3 %.

Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air
(aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini
sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan
membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 – 18 m.
Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali
pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 – 40 m.

Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air
yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya
disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit
sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang
bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang.
Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 – 90 meter, terletak di ujung Timur
laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara
lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini
disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang
potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki
perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi
damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 – 90 m. Pada daerah
perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar
yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu
lempung.

11
Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang
tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 181,33 mm per bulan
dalam setahun terakhir dengan rata-rata 18 hari hujan per bulan di musim hujan dan
9 hari hujan per bulan di musim kemarau. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di
Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin monsun SENW yang
umum.

Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai dan
daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir
kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang (rob). Banjir pasang (rob) ini terjadi karena
pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu
kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah
disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan
lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan muda) ditambah pembebanan tinggi oleh
bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat
dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar.

Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota
Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang
mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian. Perubahan iklim
global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau
menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di
daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang
mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas.

II.I.5 Kondisi Topografi


Kota Semarang memiliki ketinggian dari 2 meter di bawah permukaan laut hingga
340 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng 0% - 45%. Kota
Semarang memiliki kondisi topografi yang unik karena berupa wilayah dataran

12
rendah yang sempit dan wilayah perbukitan yang memanjang dari sisi barat hingga
sisi timur Kota Semarang. Wilayah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit.
Daerah pesisir pantai merupakan wilayah terendah di Kota Semarang yang dibatasi
Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Luas daerah pantai di Kota
Semarang adalah 1% dari luas wilayah total dengan ketinggian 0-0,75 m dpl (diatas
permukaan laut). Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian tengah,
seperti daerah simpang lima dan pusat kota, dengan kemiringan antara 2 – 15 % dan
ketinggian antara 0,75 – 3,5 m dpl seluas 33% dari luas wilayah total. Sedangkan
wilayah dengan ketinggian antara 5-348 m dpl. Daerah ini memiliki ketinggian yang
bervariasi, seperti 136 m dpl di wilayah Jatingaleh, 253 m dpl di wilayah Mijen, serta
259 dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati.

Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I
(0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur,
Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang,
Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat,
Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III
(15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan
Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan
sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan
lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali
Garang dan Kali Kripik. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0
sampai dengan 348,00 meter di atas permukaan air laut (dpl).

Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 – 348 meter dpl yang diwakili
oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh, Gombel, Tugu, Mijen, dan Gunungpati.
Letak wilayah dataran tinggi berada di bagian selatan dengan kemiringan bervariasi
antara 5%-40%. Sedangkan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 meter dpl,
berupa pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%.

13
Topografi kota Semarang yang unik karena terdiri dari daerah pantai, dataran rendah
dan perbukitan, menjadi suatu potensi investasi bagi Kota Semarang. Dimana bagian
atas kota memiliki potensi investasi pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan
dan pariwisata. Sedangkan bagian bawah memiliki potensi investasi pada sektor
perdagangan, jasa, industri pengolahan, kelautan dan perikanan.

Tabel II. 3 Topografi Kota Semarang

Ketinggian di Atas
Bagian Wilayah
Permukaan Laut (m)
1. Daerah Pantai 0,75
2. Pusat Keramaian Kota 2,45
3. Simpang Lima 3,49
4. Candi Baru 90,56
Ketinggian di Atas
Bagian Wilayah
Permukaan Laut (m)
5. Jatingaleh 136,00
6. Gombel 270,00
7. Gunungpati (Sebelah Barat) 259,00
8. Gunungpati (Sebelah Timur
348,00
Laut)
9. Mijen ( Bagian Atas ) 253,00
Data sementra, dan dalam proses pengelolahan
(Sumber: BPS Kota Semarang 2016)

14
II.2. Gambaran Khusus Kecamatan Genuk
II.2.1. Kependudukan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Semarang Tahun 2018, jumlah penduduk
Kecamatan Genuk (WNI+WNA) selama 10 tahun dari Tahun 2008-2017 disajikan
pada tabel berikut :

Tabel II. 4 Jumlah Penduduk Kecamatan Genuk tiap Tahunnya

Tahun Jumlah penduduk


2017 110556
2016 99508
2015 97545
2014 95211
2013 93439
2012 91527
2011 88967
2010 85877
2009 83106
2008 80600
(sumber: BPS Kota Semarang, 2018)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk terbesar di


Kecamatan Genuk berada pada Tahun 2017 dengan jumlah penduduk sebesar 110556
jiwa. Jumlah penduduk terkecil berada pada tahun 2008 yaitu sebesar 80600 jiwa.
Dengan mengetahui jumlah penduduk di Kota Genuk, maka data tersebut dapat
dijadikan pedoman dalam merancang sistem penyediaan air minum untuk 15 sampai
20 tahun ke depan. Sehingga diharapkan pemenuhan kebutuhan air di Kabupaten
Genuk akan tercukupi untuk semua kalangan masyarakat.

15
II.2.2. Fasilitas Umum

Berdasarkan Kecamatan Genuk Dalam Angka 2017, didapatkan jumlah fasilitas


umum di Kecamatan Genuk sebagai berikut.

Tabel II. 5 Jumlah Fasilitas Umum Kecamatan Genuk tahun 2017

Fasilitas Umum Jumlah


Jalan Raya 163 km
Bak kontainer sampah 11 buah
Lahan parkir 2,03 km2
Trotoar 0
Ruang Terbuka Hijau 1368,36 Ha
Taman kota 7150 m2
(sumber: BPS Kota Semarang, 2017)

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 1553 fasilitas umum yang
berada di Kecamatan Genuk untuk Tahun 2017.

II.2.3. Fasilitias Sosial


Berdasarkan Kecamatan Genuk Dalam Angka 2018, didapatkan jumlah fasilitas
sosial di Kecamatan Genuk sebagai berikut.

Tabel II. 6 Fasilitas pendidikan TK dan SD

Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar


No Kelurahan
Unit Murid Guru Unit Murid Guru
1 Muktiharjo Lor 2 150 8 2 659 39
2 Gebangsari 6 323 17 4 1117 37
3 Genuksari 5 352 29 4 2068 79
4 Bangetayu Kulon 1 92 4 1 303 10
5 Bangetayu Wetan 6 194 13 3 1168 40
6 Sembungharjo 2 209 8 2 799 28
7 Penggaron Lor 2 108 7 0 0 0
8 Kudu 2 69 7 1 161 11
9 Karangroto 5 196 13 4 1176 40
10 Banjardowo 2 199 17 1 395 28

16
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar
No Kelurahan
Unit Murid Guru Unit Murid Guru
11 Trimulyo 1 67 10 1 348 25
12 Terboyo Wetan 2 97 8 1 249 14
13 Terboyo Kulon 0 0 0 0 0 0
Jumlah 33 2056 141 24 8443 350

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 7 Fasilitas pendidikan MI dan SMP

Madrasah Ibditiyah SMP


No Kelurahan
Unit Murid Guru Unit Murid Guru
1 Muktiharjo Lor 0 0 0 0 0 0
2 Gebangsari 1 85 10 1 855 40
3 Genuksari 2 348 20 0 0 0
4 Bangetayu Kulon 0 0 0 0 0 0
5 Bangetayu Wetan 0 0 0 2 236 30
6 Sembungharjo 2 195 21 1 302 25
7 Penggaron Lor 2 862 33 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 1 96 4
9 Karangroto 1 177 9 2 315 43
10 Banjardowo 1 57 5 1 87 19
11 Trimulyo 1 137 14 0 0 0
12 Terboyo Wetan 0 0 0 1 97 14
13 Terboyo Kulon 0 0 0 1 562 33
Jumlah 10 1861 9 2549 207

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 8 Fasilitas pendidikan MTs dan SMA

MTs SMA
No Kelurahan Murid Murid
Unit Guru Unit Guru
1 Muktiharjo Lor 0 0 0 0 0 0
2 Gebangsari 0 0 0 1 542 34
3 Genuksari 0 0 0 1 563 26
4 Bangetayu Kulon 0 0 0 2 375 48
5 Bangetayu Wetan 2.5 479 33 1 238 13
6 Sembungharjo 0 0 0 0 0 0
7 Penggaron Lor 1.25 198 37 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 0 0

17
MTs SMA
No Kelurahan Murid Murid
Unit Guru Unit Guru
9 Karangroto 1.25 399 25 2 64 15
10 Banjardowo 0 0 0 1 102 13
11 Trimulyo 0 0 0 0 0 0
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 3 0
13 Terboyo Kulon 0 0 0 1 342 40
Jumlah 5 1075 94 8 2229 189

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 9 Fasilitas pendidikan MA dan Perguruan Tinggi

MA Perguruan Tinggi
No Kelurahan Murid
Unit Guru Unit Murid Guru
1 Muktiharjo Lor 0 0 0 0 0 0
2 Gebangsari 0 0 0 0 0 0
3 Genuksari 0 0 0 0 0 0
4 Bangetayu Kulon 1 1111 50 0 0 0
5 Bangetayu Wetan 0 0 0 0 0 0
6 Sembungharjo 0 0 0 0 0 0
7 Penggaron Lor 1 98 25 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 0 0
9 Karangroto 1 196 24 0 0 0
10 Banjardowo 0 0 0 0 0 0
11 Trimulyo 0 0 0 0 0 0
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 0 0
13 Terboyo Kulon 0 0 0 3 17695 494
Jumlah 3 1405 99 3 17695 494

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 10 Daftar Pasar di Kecamatan Genuk, Kota Semarang

No. Kelurahan Unit Luas (Ha)


1 Muktiharjo Lor 1 0.08
2 Gebangsari 1 0,09
3 Genuksari 1 0,31
4 Bangetayu Kulon 1 1,1257
5 Bangetayu Wetan 0 -
6 Sembungharjo 0 -
7 Penggaron Lor 0 -

18
No. Kelurahan Unit Luas (Ha)
8 Kudu 0 -
9 Karangroto 0 -
10 Banjardowo 1 0,8
11 Trimulyo 0 -
12 Terboyo Wetan 0 -
13 Terboyo Kulon 0 -
Total 5 2,4057

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 11 Daftar warung di Kecamatan Genuk, Kota Semarang

No. Kelurahan Unit


1 Muktiharjo Lor 43
2 Gebangsari 45
3 Genuksari 116
4 Bangetayu Kulon 219
5 Bangetayu Wetan 113
6 Sembungharjo 91
7 Penggaron Lor 34
8 Kudu 39
9 Karangroto 85
10 Banjardowo 54
11 Trimulyo 16
12 Terboyo Wetan 17
13 Terboyo Kulon 20
Total 892

(Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang, 2019)

Tabel II. 12 Data Jumlah Unit Sarana Kesehatan di Kecamatan Genuk

Puskesmas
Rumah RS Dokter Bidan
No. Kecamatan Poliklinik /Puskesmas Apotik
Sakit Bersalin Praktek Praktek
pembantu
1 Muktiharjo Lor 0 0 2 1 0 2 1
2 Gebangsari 0 0 2 1 8 0 1
3 Genuksari 0 0 5 1 3 1 1
Bangetayu
4 0 0 0 0 4 1 1
Kulon
Bangetayu
5 0 0 0 1 4 1 0
Wetan
6 Sembungharjo 0 0 0 0 3 0 0

19
7 Panggaron Lor 0 0 0 0 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 1 0 0
9 Karangroto 0 0 0 2 0 1 0
10 Banjardowo 0 0 1 0 6 1 1
11 Trimulyo 0 0 1 0 4 1 1
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 1 0 0
13 Terboyo Kulon 1 0 1 0 0 0 1
Jumlah 1 0 12 6 34 8 7

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 13 Data Jumlah Sarana Ibadah di Kecamatan Genuk

Kuil,Pura/
Masjid Surau Gereja
No. Kecamatan Vihara
(unit) (unit) (unit)
(unit)
1 Muktiharjo Lor 2 5 0 0
2 Gebangsari 5 2 3 0
3 Genuksari 5 28 1 0
4 Bangetayu Kulon 11 28 0 0
5 Bangetayu Wetan 4 41 1 0
6 Sembungharjo 7 25 0 0
7 Panggaron Lor 1 22 0 0
8 Kudu 4 25 0 0
9 Karangroto 9 12 0 0
10 Banjardowo 1 30 1 0
11 Trimulyo 1 10 0 0
12 Terboyo Wetan 3 3 0 0
13 Terboyo Kulon 1 9 0 0
Jumlah 54 240 6 0

(BPS Kota Semarang, 2018)

Tabel II. 14 Daftar Perindustrian Kecamatan Genuk, Kota Semarang

No. Kelurahan Industri Jumlah


Pegawai
1 Terboyo Kulon

Semarang 136
Packaging
Industri, PT
Nafindo, UD 28

20
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
2. Terboyo Wetan Wimbomono 54
Tritama 62
Plastindo,
PT
Trimulya 73
Kencana
Mas, PT
Sido 4391
Muncul, PT
Semarang 72
Indah Era
Modern, PT
Sejati Laker, 38
PT
Pondok 22
Bandeng
Superior PD
Plastik 44
Maju, CV
Plastik Laris 53
Jaya, CV
Panca Usaha
80
Sakti, PT
Olyndo
Indonesia II, 30
PT
Olyndo
Indonesia I, 208
PT
Mercu 57
Utama, CV
Masscom 189
Graphy, PT
Lukas 27
Santoso
Kinonsentra 408
Industrindo,
PT

3. Trimulyo Kencana 27
Plastik
Kharisma 20

21
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
Jaya
Gemilang,
PT
Mebel 298
Handarbeni,
CV
Mebel 24
Larisa
Overseasco,
PT
Menamco, 26
PT
Murti 214
Plastindo,
PT
Port Rush,
398
PT
Porka, PT 116
Rena Jaya, 745
PT
Tanjung 161
Kreasi
Parquet
Industri
Widodex 42
Prosindo
Jaya, PT

4. Muktiharjo Lor Tri Tunggal


54
Abadi, PT
Tirto
23
Waluyo, CV
Tirta
Kencana, 20
CV
Suhartono 26
Shinta Photo
26
Album
Senita
24
Logam
Sapta Niaga 24
Plastik Obor 28

22
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
Plastik
20
Agusta
Plasco, CV 21
Pharco, PT 25
Perkasa
Fiberindo, 24
CV
Perc Infra
24
Jaya, PT
Pelkikindo
24
Sehati
Muncul
Putra Offset, 156
PT
Muliaprima
Replicatama, 90
PT
Mie Hadi
23
Santoso
Megah Jaya 116
Lestari
Prima, PT
Maryong
37
Mondo, PT
Makna
Karya 26
Bhakti, PT
Lilas
Cosmetic, 23
PT
Laju
65
Perkasa, CV
Kongo
Indonesia, 276
PT
Kingasri 104
Pratama, PT

5. Banjardowo Tensindo, PT 597


Stiker Koh 25
Yong
Rodeo, PT 2068

23
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai

6. Gebangsari Kecap 168


Sukasari
Mitra
Mandiri
Mebel 55
Enggal
Furnitama
Rokok 696
Gentong
Gotri, PT

7. Genuksari Putra 21
angkasa, UD
Mebel 60
Riverside
Indonesia,
PT
Mebel 425
Danwood
Nusantara,
PT
Kartika 220
Makmur
Indah, PT

8. Bangetayu Mustika, PD 31
(BPS Kota Semarang, 2018)

24
Bab III Kriteria Perencanaan dan Metode Perhitungan
III.1 Standar Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik

Menurut SNI 03-7065 tahun 2005, kebutuhan air minum berupa kebutuhan air minum
sehari diperkirakan dengan menggunakan nilai pemakaian orang yang sesuai dengan
penggunaan gedung yang direncanakan. Kebutuhan air minum juga dapat meliputi
kebutuhan air untuk peralatan dan mesin yang memerlukan penambahan air secara
teratur atau terus menerus. Dan juga dapat berupa kebutuhan air untuk menjaga muka
air kolam, baik untuk air mancur maupun untuk kolam renang harus diperhitungkan
dengan perkiraan kehilangan air karena penguapan dan pelimpahan.

Kebutuhan air dapat berupa kebutuhan air domestik maupun kebutuhan air non
domestik. Kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air di dalam rumah, kebutuhan
air di luar rumah dan kran umum (Twort dan Ratnayaka, 2003). Kebutuhan air di
dalam rumah meliputi kebutuhan untuk minum, memasak, sanitasi, membersihkan
rumah, mencuci pakaian dan mencuci kendaraan. Sementara kebutuhan di luar rumah
meliputi kebutuhan untuk menyiram kebun, air mancur dan kolam renang.

Besar kebutuhan air minum tergantung dari tingkat kesejahteraan/standar hidup,


kebiasaan/budaya dari suatu masyarakat, tingkat ketersediaan air minum di suatu
daerah, estimasi biaya yang diperlukan, kondisi iklim/cuaca suatu daerah, serta
sumber alternatif yang ada. Kemudian, untuk kebutuhan dasar sebesar ±80
liter/org/hari dimana 10-15 liter untuk minum dan masak; 20-40 liter untuk mandi;
15-20 liter untuk mencuci; dan 30 liter untuk kebersihan. Sehingga rentang kebutuhan
air adalah 80 – 250 liter/org/hari. Standar dari PU untuk perkotaan adalah 120
liter/org/hari.

Sedangkan untuk kebutuhan air minum non domestik adalah kebutuhan air minum
untuk fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan budaya yang terdapat pada suatu daerah
perencanaan. Kebutuhan air non domestik meliputi kebutuhan air untuk industri,

25
instansi/kantor, dan fasilitas umum. Penentuan kebutuhan air minum untuk non
domestik dilakukan dengan menggunakan standar kebutuhan air minum yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
1. Industri
Kebutuhan air untuk industri meliputi cakupan yang sangat luas dan beragam
mengingat industri terbagi dalam industri jasa dan industri yang memproduksi
barang.
a. Industri Jasa
Dalam industri jasa seperti industri kepariwisataan kebutuhan air diperhitungkan dari
fasilitas pendukung industri pariwisata tersebut, seperti kebutuhan air untuk restoran
atau rumah makan, kebutuhan air hotel, losmen atau penginapan, villa dan sarana
pariwisata lainnya. Mengacu pada standar Ditjen Cipta Karya (2000), kebutuhan air
untuk restoran atau rumah makan diperhitungkan terhadap jumlah tempat duduk yang
disediakan. Standar pemakaian air yang ditetapkan sebesar 100 lt/tempat duduk/hr.
Sementara kebutuhan air untuk hotel dihitung dari banyaknya kamar yang disediakan.
Kebutuhan air untuk hotel ditetapkan sebesar 150 lt/kamar/hr.
b.Industri Barang
Kebutuhan air untuk industri yang menghasilkan barang sangat tergantung dari jenis
barang yang dihasilkan. Seperti contoh industri minuman akan membutuhkan air
yang lebih besar dabandingkan dengan industri yang tidak berbasis pada air.

2.Instansi/Kantor
Kebutuhan air untuk instansi/kantor menurut Ditjen Cipta Karya (2000), ditentukan
dari banyaknya jumlah pegawai/karyawan. Penggunaan terbesar untuk kelompok ini
digunakan untuk kegiatan di kamar mandi. Kebutuhan air untuk instansi/kantor
ditetapkan sebesar 10 lt/pegawai/hari.

3. Fasilitas Umum
Kebutuhan air fasilitas umum diperhitungkan dari kebutuhan air untuk sekolah,
sarana kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.

26
a. Sekolah
Kebutuhan air untuk sekolah diperhitungkan dari banyaknya jumlah siswa dan
guru serta pegawai administrasi yang ada. Ditjen Cipta Karya (2000), menetapkan
kebutuhan air untuk sekolah sebesar 10 lt/murid/hr.
b. Sarana Kesehatan
Kebutuhan air untuk sarana kesehatan berupa rumah sakit dihitung dari
banyaknya tempat tidur/bed yang disediakan. Ditjen Cipta Karya (2000),
menetapkan bahwa kebutuhan air untuk rumah sakit sebesar 200 liter/bed/hari.
Sementara kebutuhan air untuk puskesmas ditetapkan sebesar 2 m3 /hari.

Tabel III. 1 Standar Kebutuhan Air Minum Fasilitas Daerah Perkotaan

No. Fasilitas Standar Kebutuhan


1 Sekolah 10 L/murid/hari
2 Rumah Sakit 200 L/tt/hari
3 Puskesmas 2 m³/hari
4 Masjid sampai 2 m³/hari
5 Kantor 10 L/pegawai/hari
6 Pasar 12 m³/ha/hari
7 Hotel 150 L/tt/hari
8 Rumah Makan 100 L/td/hari
9 Komplek Militer 60 L/o/hari
10 Kawasan Industri 0,2 - 0,8 L/ha/detik
11 Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 L/ha/detik
12 Rumah Tinggal 120 L/penghuni/hari
13 Rumah Susun 100 L/penghuni/hari
14 Asrama 120 L/penghuni/hari
15 Ruko/Rukan 100 L/pegawai/hari
16 Peribadatan 5 liter/orang
17 Gedung Serba Guna 25 liter/kursi

27
18 Restoran 15 liter/kursi
19 Toserba 5 liter/m2
20 Gedung Pertunjukan Bioskop 10 liter/kursi
(Sumber : SNI 03-7065 tahun 2005)

III.2 Standar Perancangan

III.2.1 Pemilihan Sumber Air

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan debit pengambilan. Debit pengambilan harus lebih besar daripada debit
yang diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum.
Tambahan 30% tersebut adalah untuk mengatasi keterbatasan sumber air pada saat
kekeringan, khususnya musim kemarau. Bilamana kapasitas pengambilan air baku
tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya akibat musim kemarau, maka
dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan menjadi debit cadangan pada
musim kemarau.

Perencanaan teknis bangunan pengambilan air baku harus memperhatikan keandalan


bangunan, pengamanan sumber air baku dari pencemar, keselamatan, biaya operasi
dan pemeliharaan yang optimal. Jika diperlukan, dapat dilakukan kajian lanjutan
tentang hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas air
baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air baku baik dari aspek
kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air minimum, peraturan yang
ditetapkan dalam pemanfaatan sumber air baku, informasi navigasi, geografi, dan
geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.

Pada perencanaan SPAM di Kecamatan Genuk, terdapat tiga sumber air yang
berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Sumber air pertama
adalah dari sungai, kedua adalah dari sumur dangkal, dan ketiga dari sumur dalam.

28
Ketiga sumber air tersebut memiliki karakteristik fisik dan kimiawi yang berbeda-
beda. Kualitas fisik dan kimia masing-masing ketiga sumber air dapat dilihat dengan
lebih jelas pada tabel-tabel di bawah.

Tabel III. 2 Kualitas Air Sumber I (sungai)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat Terlarut mg/l 250
DHL 480
Zat Padat Tersuspensi mg/l 800
Kekeruhan NTU 600
Temperatur oC 30

Debit sungai M3/s 1,0

Debit andalan (tahun 20) M3/s 0,8

KIMIA
Besi (Fe) mg/l 5
Kesadahan (CaCO3) mg/l 200
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 3
pH mg/l 6,5
DO mg/l 4
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 12
BOD mg/l 33
COD mg/l 60

29
Total coli mg/l 1100000
Fecal coli mg/l 1100000

30
Tabel III. 3 Kualitas Air Sumber II (sumur dangkal)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat Terlarut mg/l 240
Zat Padat Tersuspensi mg/l 40
Kekeruhan NTU 80
Temperatur oC 28
Debit Lp 30
s
KIMIA
DHL ms/cm 2000
Besi (Fe) mg/l 13
Kesadahan (CaCO3) mg/l 425
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 5
pH mg/l 6,0
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 20
BOD mg/l 20
COD mg/l 30
Total Coli JPT/100 ml 100000
Fecal Coli JPT/100 ml 100000

31
Tabel III. 4 Kualitas Air Sumber III (Sumur Dalam)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat Terlarut mg/l 50
Zat Padat Tersuspensi mg/l 10
Kekeruhan NTU 15
Temperatur oC 26
Debit Lps 90
KIMIA
DHL ms/cm 380
Besi (Fe) mg/l 10
Kesadahan (CaCO3) mg/l 550
Klorida (Cl-) mg/l 10
Mangan (Mn) mg/l 5
pH mg/l 8,0
Sulfat mg/l 40
Bikarbonat mg/l 80
BOD mg/l 15
COD mg/l 25
Total Coli JPT/100 ml 1000
Fecal Coli JPT/100 ml 1000

Berdasarkan kualitas air dari masing-masing sumber, air masih sangat jauh dari
standar baku mutu air minum sehingga membutuhkan unit pengolahan lebih lanjut
untuk dijadikan sumber air baku untuk minum. Sedangkan, berdasarkan kuantitas,
debit air sumber air I lebih memungkinkan untuk memenuhi evaluasi sumber air yaitu
kuantitas dan kontinuitas. Adapun dari segi aspek teknis dan ekonomi, sumber air I
yang merupakan air sungai dengan debit yang besar, lebih berpotensi untuk dijadikan

32
unit air baku. Dengan begitu, tidak dibutuhkan unit-unit tambahan untuk melakukan
transmisi air seperti pompa dan semacamnya sehingga biaya yang diperlukan menjadi
lebih ekonomis. Selain itu, mata air sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang
tinggi yang tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada
bahan pipa (korosi).

III.2.2 Unit Transmisi


Sistem transmisi yaitu rangkaian perpipaan yang mengalirkan air dari sumber air
baku ke unit pengolahan dan membawa air yang sudah diolah dari IPA ke reservoir
distribusi. Dalam perencanaan teknis unit transmisi, harus diperhatikan jarak antara
unit air baku menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju
reservoir/jaringan distribusi agar sependek mungkin, terutama untuk sistem transmisi
distribusi (pipa transmisi dari unit produksi menuju reservoir). Jarak antarunit
tersebut diperhatikan karena transmisi distribusi pada dasarnya harus dirancang untuk
dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa
transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan maksimum. Pipa transmisi
sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis hidrolis untuk
menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam perhitungan agar debit aliran yang
dapat dicapai masih sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pemasangan pipa
transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian belokan baik dalam
bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk menahan gaya
yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik dari aliran air
dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran air dalam
pipa tersebut secara berlebihan.

Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan


pukulan air (water hammer) yaitu saat sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi mengalami perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang
menyebabkan pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari
posisi semula.

33
Kriteria pipa transmisi yang digunakan mengikuti kriteria yang diatur dalam Permen
PU no. 18 tahun 2007, yaitu seperti yang tercantum pada tabel berikut :

Tabel III. 5 Kriteria Pipa Transmisi

No Uraian Notasi Kriteria


Kebutuhan air hari
maksimum
1 Debit perencanaan Qmax
Q max = F max x Q rata-
rata
2 Faktor hari maksimum Fmax 1,1 - 1,5
3 Jenis saluran - Pipa atau saluran terbuka*
Kecepatan aliran air
dalam pipa
a) Kecepatan minimum Min : 0,3-0,6 m/s
Vmin,
4 b) Kecepatan PVC : 3,0-4,5 m/s
Vmax
maksimum DCIP : 6,0 m/s
- Pipa PVC
- Pipa DCIP
Tekanan air dalam pipa
a) Tekanan minimum Min : 1 atm
b) Tekanan maksimum PVC : 6-8 atm
Hmin,
5 - Pipa PVC DCIP : 10 atm
Hmax
- Pipa DCIP PE 100 : 12.4 MPa
- Pipa PE 100 PE 80 : 9.0 MPa
- Pipa PE 80
Kecepatan saluran
terbuka Vmin, Min : 0,6 m/s
6
a) Kecepatan minimum Vmax Max : 1,5 m/s
b) Kecepatan

34
No Uraian Notasi Kriteria
maksimum

Kemiringan saluran
7 S (0,5 – 1 ) 0/00
terbuka
Tinggi bebas saluran
8 Hw 15 cm (minimum)
terbuka
Kemiringan tebing
45 ° ( untuk bentuk
9 terhadap -
trapesium)
dasar saluran
*Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku
(Sumber : Permen PU no. 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum)

III.2.3 Unit Distribusi

III.2.3.1 Faktor – faktor yang diperhatikan dalam unit distribusi

Agar terciptanya pelayanan yang baik, maka perlu diperhatikan faktor – faktor
berikut:
a. Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan masyarakat.
 Jumlah air mencukupi minimal untuk mandi, makan, dan minum, atau sesuai
yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
 Tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh) minimum 1 atm.
b. Ketersediaan air secara kontinu, dimana air harus mengalir di pelanggan selama
24 jam per hari.
c. Terjaganya kualitas air sepanjang pipa distribusi sampai diterima konsumen.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
 pH antara 6 – 7,5;

35
 Bakteriologis, yaitu bakteri E-coli = 0;
 Sisa chlor minimal 0,2 ppm
d. Antisipasi terjadinya kehilangan air yang tiba-tiba seperti kebocoran pipa dan
pencurian air.
e. Tekanan pengaliran air harus dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan,
termasuk daerah yang paling kritis sekalipun.

III.2.3.2 Ketentuan dalam perancangan layout sistem distribusi


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007, ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem distribusi
adalah sebagai berikut:
1. Denah (lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi
wilayah pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
2. Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan;
3. Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan
relatif datar, dapat digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan
menara air, atau penambahan pompa penguat (booster pump);
4. Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40
m, wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang
berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk
mengatasi kekurangan tekanan dapat digunakan pompa penguat.

III.2.3.3 Kriteria Pipa Distribusi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007, kriteria


pipa distribusi dapat dituliskan sebagai berikut:

36
Tabel III. 6 Kriteria Pipa Distribusi

No. Uraian Notasi Kriteria


1. Debit perencanaan Q Puncak Kebutuhan air jam
puncak
Q peak = F peak * Q
rata-rata
2. Faktor jam puncak F Puncak 1,15 – 3
3. Kecepatan aliran air dalam pipa
a. Kecepatan minimum V min 0,3 – 0,6 m/det
b. Kecepatan maksimum
 Pipa PVC atau V max 3,0 – 4,5 m/det
ACP V max 6,0 m/det
 Pipa baja atau
DCIP
4. Tekanan air dalam pipa
a. Tekanan minimum h min (0,5 – 1,0) atm, pada
titik jangkauan
b. Tekanan maksimum pelayanan terjauh.
 Pipa PVC atau h max 6 – 8 atm
ACP h max 10 atm
 Pipa baja atau h max 12,4 Mpa
DCIP h max 9,0 MPa
 Pipa PE 100
 Pipa PE 80

(Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007)

37
III.3 Periode Perencanaan

Periode perencanaan merupakan jangka waktu dimana instalasi pengolahan air harus
memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat di daerah layanan. Pada
umumnya, periode perencanaan yang biasa digunakan adalah selama 20-25 tahun.
Namun, pada periode yang digunakan pada perencaanaan kali ini adalah 20 tahun.
Dengan pertimbangan bahwa dalam kurun waktu tersebut rasio pertumbuhan
penduduk Kecamatan Genuk tidak terlalu besar sehingga perencanaan dapat
dilakukan dengan baik.

Untuk mengetahui berapa banyak masyarakat yang akan dilayani selama 20 tahun ke
depan, maka perlu diperkirakan jumlah penduduknya. Jumlah penduduk di masa
mendatang dapat dilakukan dengan proyeksi penduduk. Dengan mengetahui jumlah
penduduk, akan diketahui berapa banyak air yang dibutuhkan oleh masing-masing
orang/liter/har. Oleh karena itu, instalasi pengolahan air harus benar-benar
berkomitmen untuk menyediakan air selama 20 tahun penuh demi pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Adapun dalam pemenuhan kebutuhan air, wilayah Kecamatan
Genuk dibagi menjadi sepuluh bagian. Dimana nantinya akan ditentukan berapa
banyak kebutuhan air di tiap bagian tersebut sehingga semua bagian akan mendapat
penyaluran air secara penuh untuk setiap masyarakatnya.

Proyeksi penduduk merupakan perhitungan jumlah penduduk di masa yang akan


datang yang mempertimbangkan rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun.
Proyeksi penduduk dapat ditentukan melalui metode sebagai berikut :
1. Metode aritmatik
Dalam metode proyeksi ini, asumsinya adalah angka pertumbuhan penduduk dalam
durasi waktu tertentu tetap konstan. Dalam metode ini diasumsikan garis lurus
hubungan antara populasi dengan waktu.

Pn = P0 {1 + (r.n)}

r = P2 – P1

38
Keterangan :

Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan penduduk

n = jangka waktu dalam tahun

p1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

p2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

2. Metode Geometri
Dalam metode geometri, pertumbuhan penduduk diasumsikan mengikuti deret
geometri. Pertumbuhan diasumsikan konstan untuk jangka waktu tertentu.

Pn = Po (1 + r)n

P2−P1
r=
P1

Keterangan :

Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi

P0 = jumlah penduduk tahun awal

r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

n = jangka waktu

p1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

39
p2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

III.4 Perpipaan dan aksesoris yang dibutuhkan


Fungsi dari jaringan perpipaan adalah untuk mengalirkan air dari penyedia distribusi
menuju konsumen. Pada umumnya, jenis pipa yang digunakan pada sistem transmisi
dan distribusi adalah cast iron, baja (steel), beton (concrete) dan PVC.

Tabel III. 7 Jenis Pipa, Kelebihan dan Kekurangan

No Jenis pipa Kelebihan Kekurangan


1 Cast iron pipe  Harga murah  Bagian dalam
 Tahan lama menjadi kasar
 Kuat untuk
 Tahan korosi pemakaian lama
jika dilapisi sehingga

 Mudah mengurangi

dipasang efektivitas
(sumber : www.indiamart.com)
 Dapat menahan penyaluran

tekanan tanpa  Bisa patah

mengalami selama

kerusakan pengangkutan

2 Steel pipe (baja)  Kuat  Mudah rusak


 Ringan jika air yang
 Mudah disalurkan
dipasang dan memiliki sifat
disambung asam atau basa
 Dapat menahan  Daya tahan
(sumber : www.reliance- hingga 70 mka rendah, kecuali
foundry.com) (meter kolom jika dilapisi

40
air) bahan tertentu
3 Concrete (beton)  Bagian dalam  Relatif lebih
pipa halus, berat
sehingga dapat  Cenderung
meminimalkan patah saat
kehilangan pengangkutan
tekan akibat  Sulit diperbaiki
friksi jika mengalami
 Tahan lama kebocoran
(sumber : www.hynds.co.nz)  Tidak berkarat
 Tidak
terbentuk
lapisan di
bagian dalam
pipa
 Biaya
pemeliharaan
murah
4 PVC  Kuat  Tidak tahan
 Dapat menahan suhu yang
tekanan yang tinggi
tinggi  Mudah
 Sambungan mengalami
mudah dibuat deformasi
 Tahan korosi
 Ukuran
bermacam
(sumber : www.bunnings.com.au)
macam

41
Dalam pemilihan pipa terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
kekuatan pipa terhadap cairan yang akan ditransportasikan, daya tahan terhadap
korosi dan erosi, pengeluaran yang diperlukan untuk pipa dan penanganannya, serta
kondisi pipa, ketersediaan, bahan baku dan biaya pemeliharaan. Selain pipa, terdapat
juga beberapa perlengkapan pipa atau aksesoris yang mendukung sistem distribusi air
minum yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel III. 8 Jenis Aksesoris dan Fungsinya

No Jenis aksesoris Fungsi


1 Gate valve Valve ini berfungsi untuk mengontrol
aliran dalam pipa dan dapat menutup
suplai air jika diinginkan

(sumber : www.tameson.com)
2 Air release valve Valve ini berfungsi untuk
mengeluarkan udara yang
terakumulasi pada pipe. Valve ini
secara terus menerus mengeluarkan
udara dari sistem, sehingga dapat
mencegah turunnya kapasitas
pengaliran, menurnkan daya
konsumsi dan mencegah agar udara
yang ada tidak menghalangi
penyaluran.
(sumber : www.cla-val.com)
3 Blow off valve Valve ini berfungsi seperti gate valve

42
yang dipasang pada setiap dead end
atau titik terendah dari setiap jalur
pipa

(sumber : www.indiamart.com)
4 Check valve Valve ini dipasang bila pengaliran di
dalam pipa diinginkan satu arah. Alat
ini dipasang pada pipa tekan antara
pompa dan gate valve. Tujuannya,
bila pompa mati maka pukulan akibat
aliran balik tidak merusak pompa.

(sumber : www.leengatevalves.co.uk)
5 Valve chamber Sebagai tempat pemeriksaan atau
perbaikan bila terjadi gangguan pada
valve. Penempatannya pada tempat
aksesoris yang penting dan pada jalur
pipa setiap jarak 300-600 m, terutama
pada pipa berdiameter besar

(sumber : hyndz.co.nz)
6 Thrust block Diperlukan pada pipa yang
mengalami beban hidrolik yang tidak
seimbang, misalnya pada pergantian
diameter pipa, akhir pipa, dan

43
belokan. Gaya ini harus ditahan oleh
thrust block untuk menjaga agar
fitting tidak bergerak. Umumnya
lebih praktis memasang thrust block
ini setelah saluran ditimbun tanah dan
dipadatkan, sehingga menjamin
mampu menahan getaran/gaya
hidrolik atau beban lain

(sumber : www.traxco.com)
7 Alat pengukur tekanan Dipasang pada pompa agar dapat
diketahui besarnya tekanan kerja
pompa. kontrol perlu dilakukan untuk
menjaga keamanan distribusi dari
tekanan kerja pompa dan menjaga
kontinuitas aliran.

(sumber : www.grainger.com)
8 Alat pengukur air Berfungsi untuk mengetahui besarnya
jumlah pemakaian air dan juga
sebagai alat pendeteksi kebocoran

44
(sumber : www.rainbird.com)
9 Bell dan spigot Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke
dalam bell (socket) pipa lainnya.
Untuk menghindari kebocoran,
menahan pipa serta memungkinkan
defleksi (sudut sambungan berubah)
maka dilengkapi dengan gasket.

(sumber : www.waterhelp.org)
10 Flange joint Biasnaya dipakai untuk pipa
bertekanan tinggi dan untuk
sambungan yang letaknya dekat
dengan instalasi pompa. Sebelum
kedua flange disatukan dengan mur
dan baut, maka di antara flange
disisipkan packing untuk mencegah
kebocoran

(sumber : www.anekaadhilogam.com)
11 Ball joint Digunakan untuk sambungan dua

45
pipa dalam air

(sumber : www.wateronline.com)
12 Reducer-increaser aksesoris sambungan pipa yang
digunakan untuk menggabungkan
pipa-pipa yang berdiameter berbeda
(pipa berdiameter besar ke pipa
diameter kecil atau sebaliknya)

(sumber: www.anekaadhilogam.com)
13 Bend komponen sambungan pipa air yang
berbentuk lengkung/bengkok dan
berfungsi untuk membengkokkan
arah pipa atau membelokkan arah
aliran air dengan mengikuti elevasi
tanah/media pemasangan sesuai
kebutuhan

(sumber : www.anekaadhilogam.com)

46
14 Tee Aksesoris sambungan pipa air
khususnya yang berfungsi sebagai
pemecah saluran pipa saluran yang
mana penyaluran air dibagi menjadi
dua arah.

(sumber : www.anekaadhilogam.com)
15 Tapping band Dipasang pada tempat yang perlu
disadap dan untuk dialirkan ke tempat
lain. Dalam hal ini, pipa distribusi di
bor dan tapping band dipasang
dengan baut di sekeliling pipa dengan
memeriksa agar cincin melingkar
penuh pada keliling lubang dan tidak
menutupi lubang tapping

(sumber : www.hynds.co.nz)

47
Bab IV Proyeksi dan Pemenuhan Kebutuhan Air

IV.1 Rencana Daerah Layanan dan Proyeksi


Daerah yang akan dipenuhi kebutuhan airnya adalah Kabupaten Genuk yang berada
di Kota Semarang. Untuk memenuhi kebutuhan air, maka perlu diketahui bagaimana
penyebaran dan pertumbuhan masyarakat yang ada di Kabupaten Genuk.
Pertumbuhan masyarakat dapat diprediksi melalui analisa proyeksi penduduk selama
periode perencanaan 20 tahun ke depan. Pada umumnya, periode perencanaan yang
biasa digunakan adalah selama 20-25 tahun. Namun, pada periode yang digunakan
pada perencaanaan kali ini adalah 20 tahun. Dengan pertimbangan bahwa dalam
kurun waktu tersebut rasio pertumbuhan penduduk Kecamatan Genuk tidak terlalu
besar sehingga perencanaan dapat dilakukan dengan baik.

Pemenuhan kebutuhan air didasarkan juga pada pola penyebaran penduduk. Dengan
diketahuinya penyebaran penduduk, maka dapat ditentukan manakah daerah daerah
kecil dari daerah layanan yang menjadi prioritas utama. Untuk menentukan
pembagian daerah layanan guna memenuhi kebutuhan air, maka daerah Kecamatan
Genuk dibagi menjadi sepuluh bagian berdasarkan kepadatan dengan total 13
kelurahan yang ada, seperti pada gambar berikut :

Gambar IV. 1 Rencana Daerah Layananan

48
Tabel IV. 1 Pembagian Wilayah Kabupaten Genuk Berdasarkan Kepadatan

Wilayah Wilayah
I Muktiharjo Lor
II Gebangsari , Bangetayu Kulon
III Banjardowo, genuksari
IV Bangetayu wetan
V Sembungharjo
VI Kudu, Penggaron Lor
VII Karangroto
VIII Trimulyo
IX Teboyo wetan
X Terboyo Kulon

IV.2 Proyeksi Penduduk dan Infrastruktur

4.2.1 Proyeksi Penduduk

Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air minum untuk rumah tangga yang terdiri
dari sambungan rumah dan hidran umum. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air
minum domestik untuk periode perencanaan tertentu maka dilakukan perhitungan
proyeksi penduduk. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu metode
aritmatik, geometrik, regresi linier, eksponensial, dan logaritmik. Jumlah penduduk
selama 10 tahun terakhir di Kecamatan Semarang Barat dapat dilihat dalam tabel
berikut:

49
Tabel IV. 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Genuk 2008-2017

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)


2008 80600
2009 83106
2010 85877
2011 88967
2012 91527
2013 93439
2014 95211
2015 97545
2016 99508
2017 110556

(sumber: BPS Kota Semarang, 2018)

1. Metode Aritmatik
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang
paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan
derajat pertama (first degree equation). Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis
lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan bertambah/berkurang sebesar
jumlah absolute yang sama/tetap (β) pada masa yang akan datang sesuai dengan
kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Menurut Klosterman (1990), mengacu
pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data
yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan
model lain. Selanjutnya, menurut Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini
hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan
tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai
fungsi dari waktu, dengan persamaan:

50
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n dimasa depan
Po = Jumlah penduduk data terakhir yang diketahui
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk
Tn = Tahun ke-n
To = Tahun data awal
Pi = Jumlah penduduk tahun yang dicari
Pi-1 = Jumlah penduduk tahun sebelumnya
N = Jumlah data pada tahun yang diproyeksikan

Berikut hasil perhitungan proyeksi menduduk menggunakan metode aritmatika pada


tabel 4.2 berikut :

Tabel IV. 3 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Aritmati k

Jumlah
y (t) = (Pi-P(i- [(Pn-
Tahun Penduduk (Pn-P)2 (Pn-Pr)2 STD R2
Pn 1))/N P)2/n]
(y)
2008 80600 80600 0 0 181715792 0
2009 83106 83595.6 250.6 239708.2 109926837.2 23970.816
2010 85877 86591.2 277.1 510081.6 56085121 51008.164
2011 88967 89586.8 309 384152 20190643.56 38415.204
2012 91527 92582.4 256 1113869 2243404.84 111386.92
2489.62 0.90697
2013 93439 95578 191.2 4575321 2243404.84 457532.1
2014 95211 98573.6 177.2 11307079 20190643.56 1130707.9
2015 97545 101569 233.4 16194186 56085121 1619418.6
2016 99508 104565 196.3 25571226 109926837.2 2557122.6
2017 110556 107560 1104.8 8973619 181715792 897361.94
Rata-
94080.2
rata
Total 2995.6 68869242 740323597.2 6886924.2

51
Perhitungan :
1) Menentukan nilai r
Mula-mula, ditentukan nilai r pada proyeksi jumlah penduduk tahun 2009 sebagai
berikut :
𝑃𝑖 − 𝑃(𝑖 − 1)
𝑟=
𝑁
83106 − 80600
𝑟=
10
r = 250.6
Cara diatas kemudian dipakai untuk mencari nilai r penduduk pada tahun berikutnya
sehingga didapatkan total dari r adalah 2995.6.

2) Menentukan nilai Pn
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk di masa depan pada data
terakhir tahun 2008 sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + ( 𝑟 𝑥 (𝑇𝑛 − 𝑇𝑜)
𝑃𝑛 = 80600 + ( 2995.6 × ( 2009 − 2008)
𝑃𝑛 = 83595.6
Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya.

3) Menentukan nilai (Pn – P)2

Misalkan, dengan menggunakan data proyeksi tahun 2009 sebagai berikut :

(Pn – P)2 = (83595.6 – 83106)2

= 239708.16

Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya. Sehingga
didapatkan total nilainya adalah 68869242.

52
4) Menentukan nilai (Pn – Pr)2
Dengan menggunakan data proyeksi tahun 2009, dengan Pr adalah nilai rata – rata
dari proyeksi jumlah penduduk disetiap tahun, maka perhitungannya sebagai berikut :
(Pn – Pr)2 = (83595.6 - 94080.2)2

= 109926837.2

Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya. Sehingga
didapatkan total nilainya adalah 740323597.2

5) Mencari nilai [(Pn – P)2 / N]


Dengan menggunakan data proyeksi tahun 2009, sebagai berikut :
[(Pn – P)2 / N] = (239708.16 / 10)
= 23970.81
Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya sehingga
didapatkan jumlah dari setiap tahunnya adalah 6886924.2.

6) Mencari nilai Standar Deviasi


Dengan menggunakan rumus berikut, nilai standar deviasi dari pengolahan data
proyeksi dapat ditentukan.
1
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃)2 − ∑
𝑆𝑇𝐷 = ( 𝑛 )
𝑛

Maka, nilai standar deviasi dari metode aritmatika adalah :

STD = SQRT[(8973619.36 - 897361.936)/10]

STD = 2489.624827

7) Mencari nilai R2
Nilai koefisien determinasi R2 dapat ditentukan Dengan menggunakan rumus berikut
R2 = [(Pn – Pr)2 – (Pn-P)2 ]/(Pn – Pr)2
Sehingga nilai R2 yang didapatkan dari metode aritmatika adalah :

53
R2 = (740323597.2 – 68869242)/ 740323597.2
R2 = 0.906974136

2. Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah
penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Rumus metode
ini adalah;
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)𝑥
Dengan;
Pn = Jumlah penduduk hasil proyeksi setelah x tahun
Po = Jumlah penduduk data tahun terakhir
r = rasio pertumbuhan penduduk
x = tahun ke-

Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
[𝑃𝑖−𝑃(𝑖−1)]

𝑃𝑖
Dengan;
Pi = Jumlah Penduduk tahun ke-i
Maka, contoh perhitungan untuk tahun 2008 adalah :
[𝑃𝑖 − 𝑃(𝑖 − 1)] (80600 − 80600)
= =0
𝑃𝑖 80600
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 Rasio Pertumbuhan Penduduk (r)


[𝑃𝑖 − 𝑃(𝑖 − 1)]
∑( )
𝑃𝑖
𝑟=
𝑛
Dengan;
[𝑃𝑖−𝑃(𝑖−1)]
∑( ) = jumlah rasio penduduk
𝑃𝑖

54
𝑛 = jumlah data

Maka, rasio pertumbuhan penduduk adalah


−0,013557552
𝑟 = 10

𝑟 = −0,001355755

 Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun x tahun (Pn)


𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)𝑥
Dengan;
Pn = jumlah penduduk tahun ke – n
Po = jumlah penduduk tahun terakhir yang diketahui
r = rasio pertumbuhan penduduk
x = tahun ke-
maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2009 adalah sebagai berikut;
𝑃2009 = 80600( 1 + 0.03078)0
𝑃2009 = 83080.7
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2010-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk pada tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (80600 − 80600)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 0
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

55
 (𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (80600 − 92730.7)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 147154676.3
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

(𝑃𝑛−P)2

𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 (80600 − 80600)2
=
𝑛 10
(𝑃𝑛 − P)2
=0
𝑛

 Standar Deviasi (STD)


1
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃)2 − ∑
𝑆𝑇𝐷 = ( 𝑛 )
𝑛

Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode geometri adalah sebagai berikut;

56
1
39712779.19 − 39712779.19 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10
𝑆𝑇𝐷 = 1890.54

 Faktor Korelasi (R2)


∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2 − ∑(𝑃𝑛 − P)2
𝑟2 =
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode geometri adalah sebagai berikut;
(650859646.2 − 39712779.19)
𝑟2 =
650859646.2
𝑟 2 = 0,93898

Berikut hasil perhitungan proyeksi menduduk menggunakan metode geometri pada


Tabel IV.4 berikut :

Tabel IV. 4 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri

Jumlah
[(Pi-P(i- [(Pn-
Tahun (t) penduduk X Pn (Pn-P)2 (Pn-Pr)2 STD R2
1))/Pi] P)2)/n
(P)
2008 80600 0 0 80600 0 147154676.3 0
2009 83106 0.03015 1 83080.7 638.611812 93122567.33 63.86118
2010 85877 0.03227 2 85637.8 57211.36108 50309538.01 5721.136
2011 88967 0.03473 3 88273.6 480809.9187 19866072.94 48080.99 1890.54 0.93898
2012 91527 0.02797 4 90990.5 287827.2068 3028393.556 28782.72
2013 93439 0.02046 5 93791 123929.1872 1124242.572 12392.92
2014 95211 0.01861 6 96677.8 2151391.866 15579043.11 215139.2

57
2015 97545 0.02393 7 99653.3 4445086.804 47922456.27 444508.7
2016 99508 0.01973 8 102720 10320128 99795362.48 1032013
2017 110556 0.09993 9 105882 21845756.23 172957293.6 2184576
Total 0.30778 39712779.19 650859646.2 3971278
Rata-rata 0.03078 92730.7

3. Metode Regresi Linear


Metode ini digunakan jika suatu daerah mempunyai tingkat pertumbuhan
penduduk yang tetap. Metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y
dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya dengan cara
menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat
dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat.
Persamaan yang digunakan adalah:
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
Dengan;
y = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = Tahun
N = Jumlah data
a,b = Konstanta

Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
 Konstanta a
∑ 𝑦 ∑𝑥 2 − ∑ 𝑥∑(𝑥𝑦)
𝑎=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑𝑥)2
Dengan :
y= jumlah penduduk
x= tahun,
(926336)(40501645) − (20125)(1864482901)
𝑎=
10(40501645) − (20125)2
𝑎 = −5559467

58
 Konstanta b
𝑁 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥∑𝑦
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑𝑥)2
Dengan y= jumlah penduduk dan x= tahun, maka perhitungan konstanta b adalah
10(1864482901) − (20125)(926336)
𝑏=
10(40501645) − (20125)2
𝑏 = 2808.5

 Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun x (Pn = y)


𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
Dengan;
y = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = Tahun
N = Jumlah data
a,b = Konstanta

maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
𝑃2008 = −5559467 + 2808.5(2008)
𝑃2008 =79995.4
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk pada tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (79995.4 − 80600)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 365585.1322

59
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (79995.4 − 92633.6)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 159725018.4
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

(𝑃𝑛−P)2

𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 (365585.1322)2
=
𝑛 10
(𝑃𝑛−P)2
= 36558.5132
𝑛

 Standar Deviasi (STD)


1
(𝑃𝑛−𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛−𝑃)2 − ∑
𝑛
𝑆𝑇𝐷 = ( )
𝑛

Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

60
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode regresi linear adalah sebagai
berikut;
1
45054604.02 − 4505460.4 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10
𝑆𝑇𝐷 = 2013.68

 Faktor Korelasi (R2)

2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2 − ∑(𝑃𝑛 − P)2
𝑟 =
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode regresi linear adalah sebagai berikut;
(650731556.4 − 45054604.02)
𝑟2 =
650731556.4
𝑟 2 = 0.9307

4. Metode Eksponensial

Metode ini memberikan variasi pertambahan dari pertambahan pertumbuhan


penduduk secara kontan.

𝑃 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥

Dengan;

P = Jumlah penduduk hasil proyeksi

x = Tahun ke-

y = Jumlah penduduk yang diproyeksikan

61
N = Jumlah data

a,b = Konstanta

Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi


dan faktor korelasi adalah sebagai berikut;

 Konstanta b

𝑁 ∑(𝑥 ln 𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ ln 𝑦 )
𝑏=
𝑁(∑ 𝑥 2 ) − (∑𝑥)2

Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan


konstanta a adalah

10(631.267) − (55)(114.324)
𝑏=
10(385) − (55)2

𝑏 = 0.030098263

 Konstanta a

1
ln 𝑎 = (∑ ln 𝑦 − 𝑏 ∑ 𝑥)
𝑁

Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan


konstanta a adalah

1
(55))
𝑎 = 𝑒 10(114.324+0,03009

𝑎 = 78190.68327

 Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun x (Pn = y)

𝑃 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥

Dengan;

62
x = Tahun

N = Jumlah data

a,b = Konstanta

maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:

𝑃2008 = 78190.68327 × 𝑒 0.0301(1)

𝑃2008 = 80579.861

Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − 𝑃)2

Dengan;

P = Jumlah penduduk hasil proyeksi

Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;

(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (80600 − 80579.861)2

(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 405.5518678

Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − Pr)2

Dengan;

Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017

63
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;

(𝑃𝑛 − Pr)2 = (80600 − 92612.577)2

(𝑃𝑛 − Pr)2 = 144302020

Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

(𝑃𝑛−P)2

𝑛

Dengan;

P = Jumlah penduduk hasil proyeksi

Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

n = Jumlah Data

Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;

(𝑃𝑛 − P)2
= 405.551/10
𝑛

(𝑃𝑛 − P)2
= 40.5551
𝑛

Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 Standar Deviasi (STD)

1
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃)2 − ∑
𝑆𝑇𝐷 = ( 𝑛 )
𝑛

64
Dengan;

P = Jumlah penduduk hasil proyeksi

Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

n = Jumlah Data

Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode eksponensial adalah sebagai berikut;

1
39746039.17 − 3974603.917 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10

𝑆𝑇𝐷 = 1891.33

 Faktor Korelasi (R2)

∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2 − ∑(𝑃𝑛 − P)2


𝑟2 =
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2

Dengan;

P = Jumlah penduduk hasil proyeksi

Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui

Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017

Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode eksponensial adalah sebagai berikut;

(695790579.8 − 39746039.17)
𝑟2 =
695790579.8

𝑟 2 = 0.942876434

Berikut hasil perhitungan proyeksi menduduk menggunakan metode eksponensial


pada tabel IV.5 dan IV.6 :

65
Tabel IV. 5 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri (1)

Jumlah
Tahun (t) Penduduk n=x x2 ln y x ln y A b
(Pn=y)
2008 80600 1 1 11.2973 11.2973
2009 83106 2 4 11.3279 22.6557
2010 85877 3 9 11.3607 34.082
2011 88967 4 16 11.396 45.5841
2012 91527 5 25 11.4244 57.1219
2013 93439 6 36 11.4451 68.6704 78190.7 0.0301
2014 95211 7 49 11.4639 80.247
2015 97545 8 64 11.4881 91.9046
2016 99508 9 81 11.508 103.572
2017 110556 10 100 11.6133 116.133
Total 55 385 114.324 631.268
Rata-rata

Tabel IV. 6 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri (2)

P [(Pn-
Tahun (t) (Pn-P)^2 (Pn-Pr)^2 STD R^2
proyeksi P)^2)/n
2008 80579.9 405.551868 144302020 40.5552
2009 83042 4090.45467 90375017.2 409.045
2010 85579.5 88530.7008 45368005.3 8853.07
2011 88194.4 596899.591 13290235.9 59690
2012 90889.3 406715.663 1178478.67 40671.6
1891.33 0.94288
2013 93666.5 51733.8647 682974.024 5173.39
2014 96528.5 1735815.67 6751799.1 173582
2015 99478 3736522.43 24328791 373652
2016 102518 9057922.02 47546850.4 905792
2017 105650 24067403.2 321966408 2406740
Total 39746039.2 695790580 3974604
Rata-rata 92612.6

66
5. Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑎 + 𝑏 ln 𝑥

Dengan:
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun ke-
y = jumlah penduduk yang diproyeksikan
N = jumlah data
a,b = konstanta

Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
 Konstanta b
𝑁 ∑(𝑦 ln 𝑥) − (∑ 𝑦 ∑ ln 𝑥 )
𝑏=
𝑁 ∑(ln 𝑥)2 − (∑ ln 𝑥)2
Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan
konstanta a adalah
10(1451329.102) − (926336)(15.1044)
𝑏=
10(27.6502)2 − (15,1044)2
𝑏 = 10784.51119
 Konstanta a
1
𝑎= (∑ 𝑦 − 𝑏 ∑ ln 𝑥)
𝑁
Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan
konstanta a adalah
1
𝑎= (926336 + 10784.5112 (15,1044))
10
𝑎 = 76344.22936

67
 Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun x (Pn = y)
𝑃 = 𝑎 + 𝑏 ln 𝑥
Dengan:
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun ke-
y = jumlah penduduk yang diproyeksikan
N = jumlah data
a,b = konstanta

maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
𝑃2008 = 76344.22936 + 10784.51119 (ln 1)
𝑃2008 = 76344.22936
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (80600 − 76344.229)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 18111583.75
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 (𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017

68
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (80600 − 92633.6)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 144807529
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

(𝑃𝑛−P)2

𝑛
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 18111583.75
=
𝑛 10
(𝑃𝑛 − P)2
= 1811158.375
𝑛
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.

 Standar Deviasi (STD)


1
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃)2 − ∑
𝑆𝑇𝐷 = ( 𝑛 )
𝑛

Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode logaritmik adalah sebagai berikut;

69
1
133341666.7 − 13334166.67 2
STD = ( )
10
STD = 3464.20867
 Faktor Korelasi (R2)
∑(Pn − Pr)2 − ∑(Pn − P)2
r2 =
∑(Pn − Pr)2
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode logaritmik adalah sebagai berikut;
(695786160.4 − 133341666.7)
r2 =
695786160.4
r 2 = 0.80835825

Berikut hasil perhitungan proyeksi menduduk menggunakan metode logaritmik pada


tabel IV.7 dan IV.8 :

Tabel IV. 7 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode logaritmik

Jumlah
Tahun (x) Penduduk ln x (ln x)2 y ln x a B
(Pn=y)
2008 80600 0 0 0
2009 83106 0.693 0.48045 57604.7
2010 85877 1.099 1.20695 94345.5
2011 88967 1.386 1.92181 123334
2012 91527 1.609 2.59029 147307
76344.229 10784.5112
2013 93439 1.792 3.2104 167420
2014 95211 1.946 3.78657 185272
2015 97545 2.079 4.32408 202839
2016 99508 2.197 4.8278 218641
2017 110556 2.303 5.3019 254565

70
Total 926336 15.1 27.6502 1451329
Rata-rata
Tabel IV. 8 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode logaritmik

Tahun (x) P Proyeksi (Pn-P)2 (Pn-Pr)2 [(Pn-P)2)/n STD R2


2008 76344.2294 18111583.7 144807529 1811158.37
2009 83819.4829 509057.826 90775161.8 50905.7826
2010 88192.2259 5360270.87 45651643.6 536027.087
2011 91294.7364 5418356.79 13443955.6 541835.679
2012 93701.2305 4727278.42 1224563.56 472727.842
3464.21 0.80836
2013 95667.4794 4966120.46 648669.16 496612.046
2014 97329.9191 4489818.3 6642990.76 448981.83
2015 98769.9899 1500600.34 24121850 150060.034
2016 100040.222 283260.683 47257375.4 28326.0683
2017 101176.484 87975319.3 321212422 8797531.93
Total 133341667 695786160 13334166.7
Rata-rata 92633.6

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai standar deviasi dan koefisien


determinasi dari kelima metode proyeksi yang ada adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 9 Nilai standar deviasi dan koefisien determinasi setiap metode

Metode STD R2
Aritmatik 2489.62 0.907
Geometri 1890.54 0.939
Reg. Linear 2013.68 0.931
Eksponensial 1891.33 0.943
Logaritmik 3464.21 0.808

Berdasarkan nilai standar deviasi terkecil dan nilai koefisien determinasi yang paling
mendekati 1, metode yang terpilih untuk proyeksi penduduk adalah metode
Eksponensial. Dengan demikian, jumlah penduduk di wilayah Genuk yang telah

71
diproyeksikan sampai tahun 2039 dengan menggunakan metode eksponensial dapat
dilihat pada tebel berikut :

Tabel IV. 10 Proyeksi penduduk dengan metode terpilih

Tahun P
2008 80579.862
2009 83042.043
2010 85579.459
2011 88194.407
2012 90889.257
2013 93666.451
2014 96528.504
2015 99478.009
2016 102517.64
2017 105650.15
2018 108878.37
2019 112205.24
2020 115633.76
2021 119167.04
2022 122808.28
2023 126560.78
2024 130427.95
2025 134413.28
2026 138520.38
2027 142752.98
2028 147114.91
2029 151610.13
2030 156242.7
2031 161016.82
2032 165936.81
2033 171007.14
2034 176232.4
2035 181617.32
2036 187166.78
2037 192885.81

72
2038 198779.59
2039 204853.46

IV.3 Proyeksi Kebutuhan Air

Berdasarkan data dari proyeksi kependudukan dan jumlah fasilitas sosial serta
fasilitas umum di Kecamatan Semarang Barat, dapat diketahui perkiraan kebutuhan
air total di daerah tersebut dengan terlebih dahulu membuat proyeksi kebutuhan air,
baik kebutuhan air domestik maupun non domestik.

IV.3.1 Kebutuhan Domestik

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk untuk 10-20 tahun ke masa yang akan datang,
didapatkan perkiraan jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM pada tahun 2029
sebanyak 151.610 jiwa dan pada tahun 2038 naik menjadi 204.853 jiwa. Besar
persentase tingkat pelayanan yang diharapkan pada tahun 2029 sebesar 70 %
sehingga jumlah penduduk yang terlayani sekitar 106127 jiwa. Sedangkan pada tahun
2039 diharapkan seluruh penduduk di Kecamatan Genuk dapat terlayani akses air
minum.

Dalam pendistribusian air minum oleh PDAM, tidak semua penduduk akan terlayani
air minum melalui sambungan rumah secara langsung, melainkan akan ada sebagian
penduduk yang terlayani melalui air kran umum. Pada tahun 2029, besar
perbandingan antara pelayanan melalui sambungan rumah dengan pelayanan melalui
hidran umum sebesar 80:20. Dengan perbandingan tersebut, dapat ditentukan bahwa
jumlah penduduk terlayani sambungan rumah sebesar 84.902 jiwa dan sisanya yaitu
21.225 jiwa akan terlayani melalui kran umum. Besarnya standar kebutuhan air
sambungan rumah ialah 130 loh sehingga didapatkan jumlah kebutuhan air
sambungan rumahnya sebesar 11037260 L/h. Untuk standar kebutuhan air kran
umum ialah sebesar 30 loh sehingga jumlah kebutuhan air kran umum mencapai

73
636750 L/h untuk di daerah tersebut. Maka jumlah keseluruhan untuk kebutuhan
domestik di tahun 2029 pada Wilayah Genuk diperkirakan akan mencapai 11674010
L/h. Sedangkan pada tahun 2039, perbandingan antara pelayanan melalui sambungan
rumah dengan pelayanan melalui kran umum sebesar 80:20 sehingga jumlah
penduduk terlayani sambungan rumah sebesar 163882 jiwa dengan jumlah kebutuhan
air sambungan rumah sebesar 21304712 L/h dan jumlah penduduk terlayani kran
umum sebesar 40971 jiwa dengan jumlah kebutuhan air kran umum sebesar 1229130
L/h. Maka jumlah keseluruhan untuk kebutuhan domestik di tahun 2039 pada
Wilayah Kecamatan Genuk diperkirakan akan mencapai 22533842 L/h.

Berikut tabel perkiraan jumlah kebutuhan air domestik untuk Wilayah Kecamatan
Barat pada 10-20 tahun ke masa yang akan datang.

Tabel IV. 11 Jumlah kebutuhan air domestik Wilayah Kecamatan Barat pada tahun
2029 dan 2039

Satuan Tahun
Uraian
2029 2039
Jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM Jiwa 151.610 204.853
Tingkat pelayanan % 70 100
jumlah penduduk terlayani Jiwa 106127 204.853
persen sambungan rumah % 80 80
jumlah penduduk terlayani sambungan rumah Jiwa 84902 163882
standar kebutuhan air sambungan rumah L/orang/hari 130 130
jumlah kebutuhan air sambungan rumah L/hari 11037260 21304660
persen pelayanan kran umum % 20 20
jumlah penduduk terlayani kran umum Jiwa 21225 40971
standar kebutuhan air kran umum L/orang/hari 30 30
jumlah kebutuhan air kran umum L/hari 636750 1229130

74
jumlah kebutuhan domestik L/hari 11674010 22533790

IV.3.2 Kebutuhan Non-Domestik


Kebutuhan non-domestik didasarkan pada jumlah data fasilitas umum dan fasilitas
sosial yang ada di Kecamatan Genuk. Berikut adala perhitungan :

Tabel IV. 12 Data Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Kecamatan Genuk

Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
1. Sekolah TK Muktiharjo 158 Muri 15 L/muri PU 2355
Lor
d,gur d/hari
u
Gebangsari 340 Muri 15 L/muri PU 5100
d,gur d/hari
u

Genuksari 381 Muri 15 L/muri PU 5715


d,gur d/hari
u

Bangetayu 96 Muri 15 L/muri PU 1440


Kulon
d,gur d/hari
32940
u

Bangetayu 207 Muri 15 L/muri PU 3105


Wetan
d,gur

75
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u d/hari

Sembungharjo 217 Muri 15 L/muri PU 3255


d,gur d/hari
u

Penggaron 115 Muri 15 L/muri PU 1725


Lor
d,gur d/hari
u

Kudu 76 Muri 15 L/muri PU 1140


d,gur d/hari
u

Karangroto 209 Muri 15 L/muri PU 3135


d,gur d/hari
u

Banjardowo 216 Muri 15 L/muri PU 3240


d,gur d/hari
u

Trimulyo 77 Muri 15 L/muri PU 1155


d,gur d/hari
u

Terboyo 105 Muri 15 L/muri PU 1575


Wetan
d,gur d/hari
u

76
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
SD Muktiharjo 698 Muri 15 L/muri PU 10470
Lor
d,gur d/hari
u

Gebangsari 115 Muri 15 L/muri PU 17310


4 d/hari
d,gur
u

Genuksari 214 Muri 15 L/muri PU 32205


7 d/hari
d,gur
u

Bangetayu 313 Muri 15 L/muri PU 4695


Kulon d/hari 11548
d,gur
5
u

Bangetayu 120 Muri 15 L/muri PU 18120


Wetan 8 d/hari
d,gur
u

Sembungharjo 827 Muri 15 L/muri PU 12405


d/hari
d,gur
u

Kudu 172 Muri 15 L/muri PU 2580


d/hari
d,gur
u

Karangroto 121 Muri 15 L/muri PU 1815


6 d/hari
d,gur

77
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u

Banjardowo 423 Muri 15 L/muri PU 6345


d/hari
d,gur
u

Trimulyo 373 Muri 15 L/muri PU 5595


d/hari
d,gur
u

Terboyo 263 Muri 15 L/muri PU 3945


Wetan d/hari
d,gur
u

MI Gebangsari 95 Muri 15 L/muri PU 1425


d,gur d/hari
u
Genuksari 368 Muri 15 L/muri PU 5520
d,gur d/hari
u 29595
Sembungharjo 216 Muri 15 L/muri PU 3240
d,gur d/hari
u
Penggaron 895 Muri 15 L/muri PU 13425
Lor d,gur d/hari
u
Karangroto 186 Muri 15 L/muri PU 2790
d,gur d/hari
u
Banjardowo 62 Muri 15 L/muri PU 930
d,gur d/hari
u
Trimulyo 151 Muri 15 L/muri PU 2265
d,gur d/hari
u

78
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
SMP Gebangsari 895 Muri 15 L/muri PU 13425
d,gur d/hari
u
Bangetayu 266 Muri 15 L/muri PU 3990
Wetan d,gur d/hari
u
Sembungharjo 327 Muri 15 L/muri PU 4905
d,gur d/hari
u
41470
Kudu 100 Muri 15 L/muri PU 1500
d,gur d/hari
u
Karangroto 358 Muri 15 L/muri PU 5470
d,gur d/hari
u
Banjardowo 106 Muri 15 L/muri PU 1590
d,gur d/hari
u
Terboyo 111 Muri 15 L/muri PU 1665
Wetan d,gur d/hari
u
Terboyo 595 Muri 15 L/muri PU 8925
Kulon d,gur d/hari
u
MTs Bangetayu 512 Muri 15 L/muri PU 7680
Wetan d,gur d/hari
u 17565
Penggaron 235 Muri 15 L/muri PU 3525
Lor d,gur d/hari
u
Karangroto 424 Muri 15 L/muri PU 6360
d,gur d/hari
u
SMA Gebangsari 576 Muri 15 L/muri PU 8640
d,gur d/hari
u
Genuksari 589 Muri 15 L/muri PU 8835
d,gur d/hari

79
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u
Bangetayu 423 Muri 15 L/muri PU 6345
Kulon d,gur d/hari 36225
u
Bangetayu 251 Muri 15 L/muri PU 3765
Wetan d,gur d/hari
u
Karangroto 79 Muri 15 L/muri PU 1185
d,gur d/hari
u
Banjardowo 115 Muri 15 L/muri PU 1725
d,gur d/hari
u
Terboyo 382 Muri 15 L/muri PU 5730
Kulon d,gur d/hari
u
MA Bangetayu 116 Muri 15 L/muri PU 17415
Kulon 1 d,gur d/hari
u 22560
Penggaron 123 Muri 15 L/muri PU 1845
Lor d,gur d/hari
u
Karangroto 220 Muri 15 L/muri PU 3300
d,gur d/hari
u
Univ Terboyo 181 Muri 15 L/muri PU 27283 27283
Kulon 89 d/hari 5
d,gur 5
u

Pasar Muktiharjo 1 Unit 6000 L/ PU 6000


Lor unit/har
i
Gebangsari 1 Unit 6000 L/ PU 6000
unit/har
i

80
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Genuksari 1 Unit 6000 L/ PU 6000
unit/har
i 30000
Bangetayu 1 Unit 6000 L/ PU 6000
Kulon unit/har
i
Banjardowo 1 Unit 6000 L/ PU 6000
unit/har
i

Warung Muktiharjo 43 Unit 1.2 L/unit/h PU 51.6


Lor
Makan ari

Gebangsari 45 Unit 1.2 L/unit/h PU 54


ari
Genuksari 116 Unit 1.2 L/unit/h PU 139.2
ari
Bangetayu 219 Unit 1.2 L/unit/h PU 262.8
Kulon ari
Bangetayu 113 Unit 1.2 L/unit/h PU 135.6 1449.6
Wetan ari
Sembungharjo 91 Unit 1.2 L/unit/h PU 109.2
ari
Penggaron 34 Unit 1.2 L/unit/h PU 40.8
Lor ari
Kudu 39 Unit 1.2 L/unit/h PU 46.8
ari
Karangroto 85 Unit 1.2 L/unit/h PU 102
ari
Banjardowo 43 Unit 1.2 L/unit/h PU 51.6
ari
Trimulyo 45 Unit 1.2 L/unit/h PU 54
ari
Terboyo 116 Unit 1.2 L/unit/h PU 139.2
Wetan ari

81
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Terboyo 219 Unit 1.2 L/unit/h PU 262.8
Kulon ari

Sarana Ruma Terboyo 200 Bed 200 L/bed/h PU 40000


Kulon ari
Kesehat h
an Sakit

Polikl Unit 500 L/unit/h PU 1000


Muktiharjo
inik 2 ari
Lor

Unit 500 L/unit/h PU 1000


Gebangsari 2
ari
Unit 500 L/unit/h PU 2500
Genuksari 5
ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Banjardowo
ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Trimulyo
ari
Terboyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500 52500
Kulon ari
Puske 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Muktiharjo ari
smas Lor

1 Unit 500 L/unit/h PU 500


Gebangsari
ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Genuksari
ari
Bangetayu 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Wetan ari
Karangroto 2 Unit 500 L/unit/h PU 1000
ari

82
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Apoti 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Muktiharjo
k Lor ari

1 Unit 500 L/unit/h PU 500


Gebangsari
ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Genuksari
ari
Bangetayu 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Kulon ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Banjardowo
ari
1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Trimulyo
ari
Terboyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Kulon ari

Tempat Masji Muktiharjo 2 Unit 500 L/unit/h PU 10000


Lor ari
Ibadah d

Gebangsari 5 Unit 500 L/unit/h PU 2500


ari
Genuksari 5 Unit 500 L/unit/h PU 2500
ari
Bangetayu 11 Unit 500 L/unit/h PU 5500
Kulon ari
Bangetayu 4 Unit 500 L/unit/h PU 2000
Wetan ari
Sembungharjo 7 Unit 500 L/unit/h PU 3500
ari
Penggaron 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Lor ari
Kudu 4 Unit 500 L/unit/h PU 2000
ari
Karangroto 9 Unit 500 L/unit/h PU 4500
ari

83
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Banjardowo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
ari
Trimulyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
ari
Terboyo 3 Unit 500 L/unit/h PU 1500
Wetan ari
Terboyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Kulon ari
2500
16150
0

Surau Muktiharjo 5 Unit 500 L/unit/h 2500


Lor ari
/Lang
gar

Gebangsari 2 Unit 500 L/unit/h PU 1000


ari
Genuksari 28 Unit 500 L/unit/h PU 14000
ari
Bangetayu 28 Unit 500 L/unit/h PU 14000
Kulon ari
Bangetayu 41 Unit 500 L/unit/h PU 20500
Wetan ari
Sembungharjo 25 Unit 500 L/unit/h PU 12500
ari
Penggaron 22 Unit 500 L/unit/h PU 11000
Lor ari
Kudu 25 Unit 500 L/unit/h PU 12500
ari
Karangroto 12 Unit 500 L/unit/h PU 6000
ari
Banjardowo 30 Unit 500 L/unit/h PU 15000
ari
Trimulyo 10 Unit 500 L/unit/h PU 5000
ari

84
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Terboyo 3 Unit 500 L/unit/h PU 1500
Wetan ari
Terboyo 9 Unit 500 L/unit/h PU 4500
Kulon ari

Gerej Gebangsari 3 Unit 500 L/unit/h PU 1500


ari
a

Genuksari 1 Unit 500 L/unit/h PU 500


ari
Bangetayu 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Wetan ari
Banjardowo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
ari

Industri Terboyo Pega 60 L/pega PU 34848


Kulon wai
wai/har 0
580 i
8
Trimulyo Pega 60 L/pega PU 12426
207 wai wai/har 81144
0
1 i 0
Muktiharjo Pega 60 L/pega PU 76740
Lor 127 wai wai/har
9 i
Banjardowo Pega 60 L/pega PU 16140
269 wai wai/har
0
0 i
Gebangsari Pega 60 L/pega PU 55140
wai wai/har
919 i
Genuksari Pega 60 L/pega PU 43560
wai wai/har
726 i

85
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Bangetayu Pega 60 L/pega PU 1860
wai wai/har
31 i

Rekapitulasi kebutuhan non-domestik yang ada di Kecamatan Genuk, Kota Semarang


data dilihat pada tabel berikut :

Tabel IV. 13 Rekapitulasi Kebutuhan Air Non-Domestik

Kebutuhan Non-Domestik

Tahun 2029 2039

Sekolah
323123 323123
Pasar
30000 30000
Warung Makan
1449.6 1449.6
Fasilitas Kesehatan
52500 52500
Tempat Ibadah
161500 161500
Industri 811440 811440

Jumlah Kebutuhan Non- 1380013 1380013


Domestik

86
IV.3.3 Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Genuk
Dengan memperhitungakan kebocoran sebanyak 20%, maka kebutuhan air total
(domestik dan non-domestik) di Kecamatan Genuk adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 14 Rekapitulasi Kebutuhan Air Total

No. Uraian Satuan Tahun

2029 2039

1. Total kebutuhan domestic L/h 11674010 22533790


2. Total kebutuhan non-domestik L/h 1380013 1380013

Total (domestik+non domestik) L/h 13054023 23913803

3. Persentase Kebutuhan instalasi % 5 5

4. Kebutuhan instalasi 652701.5 652701.5

Total (domestik+non 13706724.5 24566504.5


domestic+kebutuhan instalasi)
5. Persentase Kebocoran air % 20 20

6. Kebocoran air 2741344.9 4913300.9

Total kebutuhan (domestik + non 16448069.4 29479805.4


domestic + kebutuhan instalasi +
kebocoran air )

IV.4 Pemilihan Sumber Air


Dalam melakukan pemilihan sumber air terdapat beberapa pon yang harus
diperhatikan, sebagai berikut :

87
Tabel IV. 15 Kualitas air sumber 1 (Sungai)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat
mg/l 250
Terlarut

DHL ms/cm 480

Zat Padat
mg/l 800
Tersuspensi
Kekeruhan NTU 600
Temperatur oC 30
Debit sungai Lps 1000
Debit andalan
M3/detik 0,8
(tahun 20)

KIMIA
Besi (Fe) mg/l 5
Kesadahan
mg/l 200
(CaCO3)
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 3
pH mg/l 6.5
DO mg/l 4
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 12
BOD mg/l 33
COD mg/l 60
Total coli mg/l 1100000
Fecal coli mg/l 1100000

88
Tabel IV. 16 Kualitas air sumber 2 (Sumur dangkal)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat
mg/l 240
Terlarut
Zat Padat
mg/l 40
Tersuspensi
Kekeruhan NTU 80
Temperatur oC 28
Debit Lps 30
KIMIA
DHL ms/cm 2000
Besi (Fe) mg/l 13
Kesadahan
mg/l 425
(CaCO3)
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 5
pH mg/l 6
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 20
BOD mg/l 20
COD mg/l 30
JPT/100
Total Coli 100000
ml
JPT/100
Fecal Coli 100000
ml

Tabel IV. 17 Kualitas air sumber 23(Sumur dalam)

PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA


FISIK
Zat Padat
mg/l 50
Terlarut

89
PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA
Zat Padat
mg/l 10
Tersuspensi

Kekeruhan NTU 15

Temperatur oC 26
Debit Lps 90
KIMIA

DHL ms/cm 380

Besi (Fe) mg/l 10


Kesadahan
mg/l 550
(CaCO3)
Klorida (Cl-) mg/l 10
Mangan (Mn) mg/l 5
pH mg/l 8
Sulfat mg/l 40
Bikarbonat mg/l 80
BOD mg/l 15
COD mg/l 25
JPT/100
Total Coli 1000
ml
JPT/100
Fecal Coli 1000
ml

IV.4.2 Kriteria dan Pembobotan

Dari ketiga sumber air baku yang berada di Kecamatan Genuk, dilakukan analisis
kelayakan dalam menentukan pemilihan sumber air yang akan ditransmisikan ke
PDAM. Analisis kelayakan ini dilakukan dengan melakukan penilaian dan
pembobotan terhadap faktor yang telah ditetapkan, yang kemudian masing-masing
hasil penilaian pada masing-masing alternatif sumber air dibandingkan dan diurutkan
sesuai dengan hasil pembobotannya. Alternatif sumber air yang terpilih adalah
sumber air yang hasil pembobotannya adalah yang mendapatkan nilai terbesar
diantara alternatif sumber air lainnya.

90
Analisis penentuan sumber air di Kecamatan Semarang Barat didasarkan pada
beberapa aspek dengan bobot sebagai berikut:

1. Kualitas air
Kualitas air dilihat berdasarkan kandungan parameter fisik dan kimia pada sumber air
tersebut. Parameter fisik dan kimia dari sumber ditentukan berdasarkan % persentase
penyisihan yang diperlukan agar air mencapai kualiatas yang diinginkan.

Tabel IV. 18 Beban kriteria penilaian % removal

Kualitas
% Removal Poin
0%-20 % 10
21%-40% 8
41%-60% 6
61%-80% 4
81%-100% 2

2. Jarak transmisi
Jarak dilihat dari seberapa besar jarak yang ditempuh dari sumber air menuju daerah
penduduk.

Tabel IV. 19 Beban kriteria penilaian jarak tempuh sumber air

Jarak Poin
>15 km 2
10 - 15 km 4
7 - 10 km 6
3 - 7 km 8
0 - 3 km 10

3. Kuantitas air
Kuantitas dilihat dari banyaknya air yang dapat dialiri berdasarkan debit
masing-masing sumber.

91
Tabel IV.19 Beban kriteria penilaian debit sumber air

Debit Poin
0 - 30 lps 3
31 - 60 lps 6
61 - 90 lps 9
> 90 lps 10

4. Kontinuitas
Kontinuitas dilihat dari ketersediaan sumber untuk mengairi selama 24 jam.
Kontinuitas air permukaan lebih baik dibandingkan dengan air tanah, maka untuk air
permukaan akan dibobotkan 10 poin sedangkan air tanah akan dibobotkan 7 poin.
Dari ketiga sumber air baku yang tersedia, dilakukan 3 alternatif pencampuran
sumber air untuk tercapainya efektivitas dan efisiensi yang maksimal agar tercapai
keempat aspek yang dipertimbangkan tersebut dengan usaha seminimal mungkin
untuk mengelola dan mengolah.
Alternatif yang ditawarkan adalah :
1. Air sungai 40% + Sumur dangkal 60%
2. Air sungai 40% + Sumur dalam 60%
3. Sumur dangkal 50% + Sumur dalam 50%

Berikut adalah hasil penilaian dan pembobotan kualitas sumber air :

Tabel IV.20 Kualitas dan pembobotan nilai untuk ketiga alternatif

% Penyisihan Poin
Paramet Satua Alternatif Alternatif Alternatif Baku
Alt. Alt. Alt.
er n 1 2 3 Mutu Alt. 1 Alt. 3 Alt. 2
2 1 3
Debit Lps 418 454 60 - - - - - - -
TDS mg/l 249.5694 226.2115 97.5 500 0 0 0 10 10 10
TSS mg/l 767.2727 706.0352 17.5 50 93.5 92.92 0 0.65 0.71 10
Kekeruh
NTU 577.6077 530.4185 31.25 5 99.1 99.06 84 0.09 0.09 1.6
an

92
Besi mg/l 5.344498 5.594714 10.75 0.3 94.4 94.64 97.21 0.56 0.54 0.279
Kesadah
mg/l 209.689 241.63 518.75 500 0 0 3.614 10 10 9.639
an
Klorida mg/l 30 27.62115 15 250 0 0 0 10 10 10
Mangan mg/l 3.086124 3.237885 5 0.4 87 87.65 92 1.3 1.24 0.8
6.5 -
pH - 6.478469 6.678414 7.5 0.33 0 0 9.97 10 10
8.5
Sulfat mg/l 60 57.62115 45 250 0 0 0 10 10 10
Bikarbo
mg/l 12.3445 20.08811 65 - - - - - - -
nat
BOD mg/l 32.44019 30.85903 16.25 2 93.8 93.52 87.69 0.62 0.65 1.231
COD mg/l 58.70813 55.837 26.25 10 83 82.09 61.9 1.7 1.79 3.81
Total JPT/1
1056938 969281.9 25750 0 100 100 100 0 0 0
Coli 00 ml
Fecal JPT/1
1056938 969281.9 25750 0 100 100 100 0 0 0
Coli 00 ml
DHL ms/cm 660.793 468.1057 785 - - - - - - -
Rata-
rata 4.22 4.23 5.181
poin

Sedangkan, jarak masing-masing titik terdekat sumber air baku yang tersedia ke IPA
untuk sungai dan sumur dangkal masih berada dalam radius 3 km (nilai 10),
sedangkan sumur dalam berada pada radius 3-7 km (8 poin) sehingga poin jarak
diberikan dengan perhitungan campuran dari 2 sumber yang digunakan dalam setiap
alternatif. Untuk kuantitas, diberikan poin kepada ketiga alternatif sesuai besarnya
debit masing-masing alternatif seperti terlihat pada tabel IV.20 di atas. Untuk
kontinuitas, diberikan nilai berdasarkan jumlah besarnya persentase masing-masing
sumber air baku yang digunakan dalam setiap alternatif berdasarkan tabel pada poin 3
tentang kontinuitas air di atas. Maka, jika dirincikan dan disusun ke dalam tabel,
seluruh pemberian poin pembobotan untuk ketiga alternatif adalah seperti berikut :

93
Tabel IV.21 Hasil pembobotan ketiga alternatif sumber

Poin
Aspek & Bobot
Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3
Kuantitas (35%) 3.5 3.5 2.1
Kontinuitas
2.46 2.46 2.1
(30%)
Kualitas (20%) 0.84434 0.84636 1.03628
Jarak (15%) 1.5 1.32 1.35
Total Poin 8.30434 8.12636 6.58628

Berdasarkan Tabel IV.21, yang mendapatkan nilai tertinggi dalam memenuhi kriteria
pemilihan sumber air adalah Alternatif 1, yaitu pengambilan debit air baku campur
sebanyak 40% dari sungai dan 60% dari sumur dangkal, dengan poin total 8.30434.

IV.5 Tahapan Perencanaan

Periode perencanaan pengembangan SPAM untuk Kecematan Genuk, Semarang


adalah 20 tahun. Dimana tahap perencanaannya dibagi menjadi dua periode, yaitu
periode pertama dari tahun 2019 sampai 2029 dan periode kedua dari tahun 2029
sampai 2039. Berikut Rencana SPAM Kecamatan Genuk, Semarang :

1. Periode I (2019-2029)
Kegiatan pada periode pertama ini bersifat pengembangan jaringan perpipaan
eksisting sebagai bentuk pengembangan cakupan atau pelayanan SPAM. Pada
periode ini, target ketercapaian tingkat pelayanan penduduk yang terlayani adalah
sebesar 70 %. Untuk mencapai target tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan air dalam jumlah yang cukup atau sesuai dengan kebutuhan air di
Kecematan Genuk, yaitu dengan cakupan 106127 penduduk yang terlayani serta
memenuhi standar dan tersedianya air berkesinambungan dengan harga terjangkau.
Strategi yang digunakan pada pengembangan SPAM di periode pertama ini adalah

94
dengan melakukan melakukan pengecekan atau pengontrolan terhadap jaringan
perpipaan eksisting secara berkala dalam rentang waktu tertentu agar fungsi dari
jaringan perpipaan dapat berjalan secara baik selama 10 tahun. Salah contoh hal yang
dapat dilakukan adalah dengan meminimalisir total kebocoran perpipaan sesuai
dengan kriteria perencaan air di Indonesia, yaitu sebesar 20-30 % untuk jumlah
penduduk 100.000 – 500.000 orang. Untuk periode pertama ini, ditargetkan untuk
jumlah penduduk yang terlayani Sambungan Rumah (SR) dengan yang terlayani
Hidran Umum (HU) memiliki perbandingan 80 : 20.

2. Periode II (2029 – 2039)


Untuk tahap perencanaan periode kedua tetap akan dilakukan pengembangan
SPAM dengan cakupan pelayanan air minum untuk seluruh penduduk Kecematan
Genuk. Strategi yang digunakan pada periode kedua ini tetap sama seperti periode
pertama, yaitu dengan melakukan pengontrolan atau pengecekan secara berkala
dengan target total kebocoran diminmalisir hingga 10%. Target tersebut akan dicapai
dengan cara melakukan pergantian pipa walaupun akan membutuhkan biaya
tambahan. Dilain sisi, air dari kebocoran dapat dimanfaatkan dengan membuat sistem
penampungan terpusat sebagai tempat cadangan air di musim kemarau. Dimana
kebutuhan air pada musim kemarau tidak sebanding dengan jumlah ketersediaan air
yang ada. Sehingga ketercapaian diakhir periode tahap perencanaan kedua adalah
70% penduduk terlayani sambungan rumah dan 30% penduduk terlayani kran umum.

95
Bab V Perencanaan Jalur dan Aksesoris Transmisi

V.1 Teori Dasar Sistem Transmisi

V.1.1 Definisi & Jenis

Sistem transmisi yaitu rangkaian perpipaan yang mengalirkan air dari sumber air
baku ke unit pengolahan dan membawa air yang sudah diolah dari Instalasi
pengolahan air ke reservoir distribusi. Ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai
unit produksi disebut jaringan pipa transmisi air baku, sedangkan ruas pipa pembawa
air minum dari unit produksi/bangunan penangkap air sampai reservoir atau batas
distribusi disebut jaringan pipa transmisi air minum.

V.1.2 Sumber Air

Sumber air yang digunakan, seperti yang telah tertulis pada Bab IV tentang pemilihan
sumber air baku, adalah dari sungai dan sumur dangkal. Pada pengambilan air dari
sumber-sumber air baku tersebut, terdapat perencaan teknis unit air baku yang harus
diperhatikan. Unit air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau
penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.

Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan dimana debit pengambilan harus lebih besar daripada debit yang
diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana
kapasitas pengambilan air baku tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya
akibat musim kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan
menjadi debit cadangan pada musim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi
kapasitas kebutuhan air minum.

96
V.1.3 Bangunan Penangkap Air
Bangunan penyadap (Intake) atau penangkap adalah bangunan penangkap air atau
tempat air masuk sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya. Perencanaan teknis
bangunan penangkap air baku harus memperhatikan keandalan bangunan,
pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar, keselamatan, biaya operasi dan
pemeliharaan yang optimal. Bilamana diperlukan dapat dilakukan kajian lanjutan
antara lain kajian yang meneliti hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas, kualitas,
dan kontinuitas air baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air baku
baik dari aaspek kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air minimum,
peraturan yang ditetapkan dalam pemanfaatan sumber air baku, informasi navigasi,
geografi, dan geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.

V.1.4. Aksesoris dan Jenis Pipa


Dalam perencanaan unit transmisi terdapat beberapa jenis pipa yang menunjang
sebagai berikut:

A. Jenis Pipa Transmisi


1. Pipa Besi (Cast Iron Pipe)
Pipa ini memiliki kelebihan yaitu umur pakai yang lama, tahan terhadap tekanan dan
korosi. Kekuatan pipa besi ini sangat tinggi sehingga sering digunakan untuk daerah
dengan kondisi peletakan pipa yang sulit.

2. PVC (Poly Vinyl Chloride)


Pipa ini memiliki kelebihan dalam penanganan, ketahanan terhadap asam, korosi,
serta ringan dan fleksibel. Kelemahan pipa ini adalah tidak tahan terhadap beban
yang berat.

3. HDPE (Poly Ethylene)


Pipa ini memiliki kepadatannya jauh lebih tinggi dibanding pipa lainnya, tidak
terpengaruh dengan mikro-organisme, maka itu tahan dalam keadaan apapun.
Memiliki tingkat fleksibilitas tinggi, meskipun tidak sekuat pipa besi (steel pipe) serta

97
lebih mudah ditekuk dan memiliki densitas = 0.94 gr/cm3. Dapat mengalirkan air
bersuhu dingin maupun panas.

4. DCIP (Ductile Cast Iron Pipe)


Pipa DCIP stabil pada kondisi air mengalir, tidak mudah pecah bila mendapat
tekanan beban dari luar. Ketahanan korosi nya lebih tinggi daripada Steel pipe dan
iron pipe. Pipa DCIP terbuat dari baja yang bersifat impermiable yang tidak
menyerap senyawa dari lingkungan sehingga termasuk ramah lingkungan. Pipa DCIP
mampu mengalirkan sampai tekanan 50 bar.

5. Pipa Baja (Steel Pipe)


Digunakan untuk pengaliran yang bertekanan. Bagian dalam dilapisi oleh semen atau
beton dan bagian luar oleh bitumen. Lebih mudah terjadi korosi daripada jenis pipa
yang lain, tetapi memiliki harga yang lebih rendah serta proses inspeksi lebih
sederhana dan mudah, lapisan galvanis dapat diperiksa dengan mata, dan
ketebalannya dapat diuji dengan metode sederhana dan tidak merusak.

6. Pipa Galvanis
Pipa galvanis merupakan pipa dengan bahan dalam yang terbuat dari seng sehingga
pipa galvani memiliki sifat anti karat. Material yang meyusun pipa ini juga terbuat
dari material yang tahan banting dan anti pecah. Metode pelapisan pada pipa mudah
dilakukan sehingga harganya relatif lebih murah daripada pipa yang lain. Pipa ini
biasanya digunakan untuk saluran air dan pemasangan listrik.

Dari semua pipa diatas, maka pipa yang akan dipilih pada jalur transmisi adalah pipa
HDPE. Hal ini didasarkan pada karakteristik pipa yang kepadatannya jauh lebih
tinggi dibanding pipa lainnya, tidak terpengaruh dengan mikro-organisme, dan tahan
dalam keadaan apapun. Pipa HDPE memiliki diameter yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kecepatan yang sesuai dengan standar.

98
Gambar V. 1 Penampakan Pipa HDPE
(Sumber : https://www.google.com/search?q=pipa+HDPE&sxsrf=ACYBGNRknVm)

Tabel V. 1 Spesifikasi Pipa HDPE di Pasaran

B. Jenis Aksesoris Transmisi


1. Bend / Elbow
Merupakan jenis komponen pada sistem pipa dengan bentuk yang membungkuk pada
sudutnya yang bisa dimanfaatkan pada sudut sehingga pipa menjadi lurus. Dengan
kata lain, juga bisa disebut dengan pipa sudut dengan sudut antara lain sebesar 90,
30, 45 dan 15 derajat. Hampir sama dengan pipa yang lainnya, pipa ini bisa dibuat
dari berbagai macam bahan. Kehadiran Elbow sangat dibutuhkan karena pemasangan

99
pipa tidak hanya berada di tempat yang lurus. Bisa saja pemasangan pipa terletak di
dekat penghalang, melalui dinding, atau bahkan ada hal lain yang tidak
memungkinkan pipa untuk tetap lurus.

2. Flange Joint
Merupakan aksesoris pipa yang digunakan untuk menyambung beberapa pipa
berdiameter sama atau tidak sama dengan setiap jenis flange joint memiliki
kegunanaannya masing-masing tergantung kebutuhan yang diinginkan.

3. Check Valve
Alat yang digunakan untuk membuat aliran air hanya mengalir ke satu arah saja atau
agar tidak terjadi reversed flow/back flow. Tidak menggunakan handel untuk
mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri.
Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow) Check Valve sering
digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem perpipaan

4. Gate Valve
Gate Valve adalah jenis valve pada sistem instalasi pemipaan yang berfungsi hanya
untuk memblokir dan meneruskan aliran (flow), sehingga tidak cocok bila digunakan
untuk mengontrol debit aliran. Untuk mencegah lewatnya aliran cairan (liquid), jenis
valve ini menggunakan lempengan (stopper) yang digerakan secara naik dan turun.

5. Cross/Tee
Berfungsi untuk menyambung tiga buah pipa yang berdiameter sama , dengan arah
tegak lurus. Berbentuk seperti huruf T dengan fungsi untuk persambungan pipa
percabangan.

6. Pompa
Pompa berguna untuk mengalirkan air dengan cara menaikkan tekanan agar air
sampai ke elevasi yang lebih tinggi atau agar air dapat mencapai ke titik elevasi yang
diinginkan.

100
7. Wash Out
Berfungi untuk mengeluarkan lumpur atau endapan yang terperangkam dalam pipa.
Biasanya dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur distribusi
di mana kotoran terakumulasi dan memungkinkan penguraian secara gravitasi, pada
ujung pipa yang mendatar/menurun, ataupun pada titik awal jembatan pipa.

8. Reducer/Increaser
Increase digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter besar,
sedangkan reducer digunakan sebaliknya.

Adapun jenis aksesoris yang akan digunakan pada sistem transmisi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

Tabel V. 2 Rekapitulasi Aksesoris yang Digunakan

Segmen Aksesoris Jumlah Total Aksesoris


A–B Pompa Bend 15 (6)
Bend 15 Bend 30 (4)
Check Valve Bend 90 (2)
Bak Pelepas Tekan Pompa (5)
Bak pelepas tekan (1)
B-C Bend 15
Wash out (2)
C-D Bend 15
Check valve (3)
D-E Bend 30 Air valve (1)
E–F Bend 30
Pompa
Wash out

F-G Bend 30

G-H Bend 30

H-I Bend 15

I-J Bend 15

101
J–K Check Valve
Pompa
K–L Check valve
Pompa
Bend 90
L–M Bend 15
M–N Bend 90
Pompa
Wash Out
Air Valve

V.1.5. Sistem Pengaliran


Pada perencanaan unit jalur transmisi air bersih, ada beberapa sistem pengaliran yang
dapat diterapkan, yaitu :
a. Sistem pengaliran gravitasi
Sistem gravitasi adalah sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan
cara memanfaatkan energi potensial gravitasi yang dimiliki air akibat perbedaan
ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir. Biasanya sistem ini digunakan
apabila elevasi sumber air baku atau instalasi pengolahan secara topografi berada
jauh di atas elevasi daerah pelayanan.

Gambar V. 2 Sistem pengaliran gravitasi


(Sumber : Ensiklopedia Lingkungan, 2016)

102
b. Sistem pengaliran pompa
Sistem pompa pada prinsipnya adalah menambah energi pada aliran sehingga dapat
mencapai tempat yang lebih tinggi. Hal ini dengan pertimbangan bahwa antara lokasi
distribusi dan lokasi sumber tidak mempunyai perbedaan ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air, sehingga air yang akan didistribusikan tidak dapat mencapai
ke jaringan pipa transmisi. Selain itu, juga dipakai untuk menambah tekanan agar air
dapat sampai ke daerah pelayanan yang terjauh.

Gambar V. 3 Sistem pengaliran pompa


(Sumber : Ensiklopedia Lingkungan, 2016)

c. Sistem pengaliran kombinasi


Sistem gabungan yaitu sistem pengaliran air dari sumber ketempat reservoir dengan
cara menggabungkan dua sistem transmisi yaitu sistem pompa dan sistem gravitasi

103
secara bersama – bersama yang mana dioperasikan secara bergantian atau bersama-
sama sesuai dengan keadaan topografi daerah pelayanan

V.1.6 Perencanaan Jalur transmisi


Perencanaan teknis unit transmisi harus mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari
unit produksi menuju reservoir). Hal ini dikarenakan transmisi distribusi pada
dasarnya harus dirancang untuk dapat mengalirkan debit aliran untuk kebutuhan jam
puncak, sedangkan pipa transmisi air baku dirancang mengalirkan kebutuhan
maksimum. Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa
dibawah level garis hidrolis untuk menjamin aliran sebagaimana diharapkan dalam
perhitungan agar debit aliran yang dapat dicapai masih sesuai dengan yang
diharapkan.

Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal
untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi
kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun
kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.Sistem transmisi harus
menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water
hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi
perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa
transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.

Maka dari itu, untuk mencapai tujuan-tujuan dan memenuhi ketentuan serta
pertimbangan di atas, dalam merancang jalur pipa transmisi harus
mempertimbangkan hal-hal teknis sebagai berikut :
a. Mencari jalur yang terpendek sehingga dapat menekan biaya menjadi lebih
ekonomis.

104
b. Menghindari jalur yang mengakibatkan konstruksi sulit dan mahal seperti
menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan pembuatan jembatan pipa,
tunnel, pompa, cut and cover, dan crossing dengan infrastruktur lain, misalnya rel
kereta api.
c. Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan pengontrolan karena hal ini penting
di dalam operasi dan pemeliharaan saluran transmisi.
d. Tinggi hidrolis pipa minimum 5 m diatas pipa, sehingga cukup menjamin operasi
air valve.
e. Menghindari perbedaan elevasi yang terlalu besar sehingga tidak ada perbedaan
kelas pipa.
f. Mempermudah peletakan infrastruktur sistem transmisi misalnya untuk sistem
transmisi yang menggunakan pipa, blow off, dan lainnya.

Gambar V. 4 Perancangan Jalur Pipa Transmisi

VI.7 Persamaan Kalkulasi Sistem Transmisi


Terdapat beberapa persamaan yang dibutuhkan dalam perancangan sistem transmisi
air bersih. Berikut persamaan yang dibutuhkan :
a. Persamaan elevasi tanah pada titik tertentu (node)

105
Persamaan ini dibutuhkan untuk mengetahui tekanan dan kecepatan aliran yang ada
dalam pipa. Penentuan node dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu
perhitungan di lapangan atau dengan interpolasi kontur. Berikut persamaan
interpolasi kontur yang ada :
ET  Tr1
Dx1   dp1
Tt1  Tr1
ER  Tr2
Dx 2   dp2
Tt 2  Tr2
Dimana :
ET = Tinggi elevasi muka tanah 1 (m)
ER = Tinggi elevasi muka tanah 2 (m)
Dxn= Jarak antara ET dan ER (m)
Trn = Tinggi muka tanah elevasi rendah (m)
Ttn = Tinggi muka tanah elevasi tinggi (m)
Dpn= Jarak antara Tr dengan Tt (m)

ET  ER
S
P1 2
Dimana :
S = Slope Medan
P1-2 = Jarak antara tinggi 1 dengan 2 (m)

b. Persamaan Kecepatan Aliran


Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diizinkan adalah 0,3 - 2,5 m/detik pada debit
jam puncak. Kecepatan yang terlalu kecil dapat menyebabkan endapan yang ada
dalam pipa tidak bisa terdorong. Selain itu, pemborosan biaya dapat juga terjadi
karena adanya diameter pipa yang bisa. Sedangkan, pada kecepatan yang terlalu besar
mengakibatkan pipa mudah aus dan mempunyai headloss yang tinggi, sehingga perlu
diukur kecepatan aliran dengan persamaan perhitungan sebagai berikut :

106
Q  A v
1
Q   D 2v
4
4Q
v
 D2
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
D = Diameter pipa (m)

Kehilangan tekanan (Hf) dalam pipa terjadi akibat friksi antar fluida dengan fluida
dan antara fluida dengan permukaan bagian dalam pipa yang dilalui fluida. Jenis
kehilangan tekanan sebagai berikut :
i. Headloss Minor
v2
Hf  k 
2 g
Dimana :
K = konstanta kontraksi untuk setiap jenis pipa berdasarkan diameternya
v = Kecepatan aliran (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)

ii. Headloss Mayor

Q1,85
Hf  L
(0,00155  D 2,65  C )1,85

Dimana :
Hf = Headloss mayor sepanjang pipa lurus (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
C = Konstanta Hazen Williams

107
D = Diameter Pipa (m)

V.2 Perhitungan Sistem Transmisi

V.2.1 Perhitungan Dimensi


Dimensi pipa merupakan hal yang utama yang harus diketahui dalam sistem
penyediaan air minum. Dimensi pipa mencakup panjang,luas maupun diameter pipa
yang akan digunakan pada sistem perancangan jalur transmisi. Penentuan dimensi
pipa ini nantinya dapat digunakan untuk mengetahui apakah pipa tersebut dapat
mengalirkan debit yang diinginkan. Perhitungan dimensi pipa adalah sebagai berikut :

1. Elevasi awal dan elevasi akhir


Elevasi awal dan elevasi akhir didapat dari perencanaan jalur pipa transmisi.

2. Perhitungan X (m)
Merupakan jarak horizontal antara segmen awal dan segmen akhir. Contoh x untuk
segmen X-A adalah 43.5 m.

3. Perhitungan y
Merupakan selisih elevasi titik awal dan titik akhir segmen. Contoh perhitungan
untuk segmen X-A adalah sebagai berikut
y = |elevasi awal – elevasi akhir |
= |9.7 – 9.8|
= 0.1 m
Perhitungan untuk segmen lainnya mengikuti perhitungan di atas.

4. Perhitungan panjang pipa (m)


𝐿 = √𝑥 2 + 𝑦 2

Dimana x = jarak horizontal dan y = selisih elevasi.


Contoh perhitungan untuk panjang pipa X – A:

108
𝐿 = √43.52 + 0. 12
𝐿 = 43.5 𝑚

5. Perhitungan panjang pipa ekivalen (m)


𝐿𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1.1 𝐿

Dimana L adalah panjang pipa dalam meter.


Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
𝐿𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1.1 (43.5 𝑚)
𝐿𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 47.85𝑚

6. Perhitungan slope tanah


𝑦
𝑠=
𝐿𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛

Dimana y adalah selisih elevasi tanah dan Lekivalen adalah panjang ekivalen pipa.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
0.1 𝑚
𝑠=
47.85 𝑚
𝑠 = 0.00209

7. Perhitungan luas penampang pipa asumsi (m2)


𝑄
𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 =
𝑣𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

Dimana nilai Q(debit) adalah nilai dari kebutuhan total air yaitu sebesar 0,34 m3/s dan
Vasumsi = 1,4 m/s.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:

109
𝑚3
0,34 s
𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 𝑚
1,4 𝑠
𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 0.242 𝑚2
Luas penampang pipa asumsi untuk semua segmen adalah sama.

8. Perhitungan diameter pipa asumsi (m)

4 × 𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝐷=√
𝜋

Dimana Aasumsi adalah luas penampang pipa dengan diameter yang diasumsikan.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
4 𝑥 0.242 𝑚2
𝐷=√
3,14
𝐷 = 0,556𝑚 = 21.88 inchi
Diameter pipa asumsi untuk semua segmen adalah sama.

Untuk mengetahi nilai diameter pipa yang dipilih memenuhi standar atau tidak, maka
perlu dicek dengan menghitung kembali luas penampang dan kecepatan aliran yang
sesungguhnya dengan menggunakan diameter pipa pasaran. Diameter pipa galvanis
di pasaran yang mendekati diameter asumsi adalah 22 inchi atau 0.558 meter.

9. Perhitungan luas penampang pipa sesungguhnya (m2)


1 2
𝐴= × 𝜋 × (𝐷𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 )
4

Contoh perhitungan segmen X-A:


1
𝐴 = × 3,14 × (0,558 𝑚)2
4
𝐴 = 0.244 𝑚2

10. Perhitungan kecepatan aliran dalam pipa (m/s)


𝑄
𝑣=
𝐴

Contoh perhitungan segmen X-A:


Dimana Q(debit)=0,34 m3/s dan A = luas penampang pipa (m2)

110
𝑚3
0,34 𝑠
𝑣=
0,244 𝑚2
𝑣 = 1.39 𝑚/𝑠

Karena nilai 0.6 < v < 1.5 m/s, yaitu 1,39 m/s maka dimensi pipa yang dipilih
memenuhi standar kebutuhan sistem transmisi. Hasil perhitungan seluruhnya dapat
dilihat pada table di bawah ini :

Tabel V. 3 Perhitungan Dimensi (1)

Segmen Elevasi Elevasi X (m) Y(m L (m) Lekiv S Q


Awal (m) Akhir ) (m) tanah (m3/s)
(m)
1.
X-A 9,7 9,8 43,5 0,1 43,5 47,8 0,002 0,34
2.
A-B 9,8 9,68 230,4 0,12 230,4 253,5 0,0004 0,34
3.
B-C 9,68 9,72 59,18 0,04 59,1 65,0 0,0006 0,34
4.
C-D 9,72 9,15 94,2 0,57 94,2 103,6 0,005 0,34
5.
D-E 9,15 8,1 287,8 1,05 287,8 316,5 0,003 0,34
6.
E-F 8,1 7,78 52,5 0,32 52,5 57,7 0,0055 0,34
7.
F-G 7,78 7,71 86,5 0,07 86,5 95,1 0,0007 0,34
8.
G-H 7,71 7,69 58,7 0,02 58,7 64,5 0,0003 0,34
9.
H- I 7,69 7,63 121,7 0,06 121,7 133,8 0,0004 0,34
10
.
I-J 7,63 7,35 366,7 0,28 366,7 403,3 0,0006 0,34
11
.
Z-J 7,35 7,35 239,2 0,28 239,2 263,1 0,0010 0,34
12
. 6,15E-
J-K 7,35 7,38 443,2 0,03 443,2 487,5 05 0,34
13
.
K-L 7,38 7,4 48,06 0,02 48,06 52,86 0,0003 0,34
14 L-M 7,4 7,22 107,8 0,18 107,8 118,5 0,0015 0,34

111
Segmen Elevasi Elevasi X (m) Y(m L (m) Lekiv S Q
Awal (m) Akhir ) (m) tanah (m3/s)
(m)
.
15
.
M-N 7,22 7,6 167,0 0,38 167,0 183,7 0,0020 0,34

Tabel V. 4 Perhitungan Dimensi (2)

Segmen Vasumsi Aasumsi Dasumsi Dasumsi Dpasaran Dpasaran A V


(m) (m) (m) (inchi) (inchi) (m) (m2) (m)
1. 0,244
X-A 1,4 0,242 0,556 21,8 22 0,558 1,39
2. 0,556 0,244 1,39
A-B 1,4 0,242 21,8 22 0,558
3. 0,556 0,244 1,39
B-C 1,4 0,242 21,8 22 0,558
4. 0,556 0,244 1,39
C-D 1,4 0,242 21,8 22 0,558
5. 0,556 0,244 1,39
D-E 1,4 0,242 21,8 22 0,558
6. 0,556 0,244 1,39
E-F 1,4 0,242 21,8 22 0,558
7. 0,556 0,244 1,39
F-G 1,4 0,242 21,8 22 0,558
8. 0,556 0,244 1,39
G-H 1,4 0,242 21,8 22 0,558
9. 0,556 0,244 1,39
H=I 1,4 0,242 21,8 22 0,558
10. 0,556 0,244 1,39
I-J 1,4 0,242 21,8 22 0,558
11. 0,556 0,244 1,39
Z-J 1,4 0,242 21,8 22 0,558
12. 0,556 0,244 1,39
J-K 1,4 0,242 21,8 22 0,558
13. 0,556 0,244 1,39
K-L 1,4 0,242 21,8 22 0,558
14. 0,556 0,244 1,39
L-M 1,4 0,242 21,8 22 0,558
15. 0,556 0,244 1,39
M-N 1,4 0,242 21,8 22 0,558

112
V.2.2 Perhitungan Headloss Mayor
Headloss mayor didapatkan dari persamaan Hazen-Williams.

10.7 × 𝐿
𝐻𝑓 = 𝑄1.852
𝐶ℎ𝑤 1.852 × 𝐷4.87

Dengan:

Q = debit (m3/s)

C = koefisien Hazen Williams

D = diameter pipa (m)

L = panjang equivalen segmen pipa (m)

Dengan nilai debit sebesar 0.34 m3/s, koefisien Hazen-Williams sebesar 130,
diameter pipa sebesar 0.558 m serta panjang equivalen segmen pipa sebesar
47.85012644 m untuk segmen X-A, maka didapatkan nilai headloss mayor sebesar :

10.7 × 47.85012644
𝐻𝑓 = 0.341.852
1301.852 × 0.5584.87

𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0.144688557 𝑚

Dengan menggunakan cara yang sama untuk semua segmen pipa pada semua variasi
panjang equivalen pipa maka didapatkan nilai headloss yang terdapat pada tabel di
bawah ini :

Tabel V. 5 Nilai Headloss Mayor Pada Setiap Segmen Pipa

HL
Segmen Q C Dpasar Lekivalen
major
X-A 0.34 0.558 47.8501 0.14469

0.558 253.528 0.76661


A-B 0.34 130

B-C 0.34 0.558 65.098 0.19684

113
HL
Segmen Q C Dpasar Lekivalen
major
0.558 103.622 0.31333
C-D 0.34

D-E 0.34 0.558 316.582 0.95728

E-F 0.34 0.558 57.7511 0.17463

0.558 95.15 0.28771


F-G 0.34

G-H 0.34 0.558 64.57 0.19525

H-I 0.34 0.558 133.87 0.40479

I-J 0.34 0.558 403.37 1.21971

0.558 263.175 0.79579


Z-J 0.34

J-K 0.34 0.558 487.52 1.47416

K-L 0.34 0.558 52.866 0.15986

L-M 0.34 0.558 118.58 0.35856

0.558 183.788 0.55574


M-N 0.34
Total
8.00493
Hlmaj

V.2.3 Perhitungan Headloss Minor

a. Perhitungan headloss minor bend 90

Headloss minor pada aksesoris bend 90 dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan perhitungan sebagai berikut :

v2
Hl  ( )k
2g

Dimana :

v = kecepatan aliran (m/detik)

114
g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

k = faktor koreksi aksesoris

Hl=Headloss minor (m)

Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa K-L dan nilai k bend
90 sebesar 0,8 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor untuk
bend 90 pada segmen K-L sebagai berikut :

1,391042
Hl  ( )  0,8
2  9,81
Hl  0,09862  0,8
Hl  0.07889922 m

Perhitungan nilai headloss minor bend 90 pada segmen lain dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.

b. Perhitungan headloss minor bend 30

Headloss minor pada aksesoris bend 30 dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan perhitungan sebagai berikut :

v2
Hl  ( )k
2g

Dimana :

v = kecepatan aliran (m/detik)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

k = faktor koreksi aksesoris

Hl= Headloss minor (m)

115
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa D-E dan nilai K bend
30 sebesar 0,1 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor untuk
bend 30 pada segmen D-E sebagai berikut :

1,391042
Hl  ( )  0,1
2  9,81
Hl  0,09862  0,1
Hl  0.0098624 m

Perhitungan nilai headloss minor bend 30 pada segmen lain dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.

c. Perhitungan headloss minor bend 15

Headloss minor pada aksesoris bend 15 dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan perhitungan sebagai berikut :

v2
Hl  ( )  k
2g

Dimana :

v = kecepatan aliran (m/detik)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

k = faktor koreksi aksesoris

Hl= Headloss minor (m)

Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa A-B dan nilai K bend
15 sebesar 0,05 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk bend 15 pada segmen A-B sebagai berikut :

116
1,39104 2
Hl  ( )  0,05
2  9,81
Hl  0,09862  0,05
Hl  0.0049312 m

Perhitungan nilai headloss minor bend 15 pada segmen lain, dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.

d. Perhitungan headloss minor check valve

Headloss minor pada aksesoris check valve dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perhitungan sebagai berikut :

v2
Hl  ( )  k
2g

Dimana :

v = kecepatan aliran (m/detik)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

k = faktor koreksi aksesoris

Hl= Headloss minor (m)

Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa A-B dan nilai K check
valve sebesar 2 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk check valve pada segmen A-B sebagai berikut :

1,39104 2
Hl  ( ) 2
2  9,81
Hl  0,09862  2
Hl  0.197248 m

Perhitungan nilai headloss check valve pada segmen lain, dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.

117
e. Perhitungan headloss minor air valve

Headloss minor pada aksesoris air valve dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perhitungan sebagai berikut :

v2
Hl  ( )  k
2g

Dimana :

v = kecepatan aliran (m/detik)

g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)

k = faktor koreksi aksesoris

Hl= Headloss minor (m)

Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa M-N dan nilai K air
valve sebesar 0,15 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk air valve pada segmen M-N sebagai berikut :

1,391042
Hl  ( )  0,15
2  9,81
Hl  0,09862  0,15
Hl  0.0147936 m

Rekapitulasi perhitungan headloss minor dari tiap segmen dapat diilhat pada tabel di
bawah ini :

Tabel V. 6 Perhitungan Headloss Minor pada Aksesoris tiap Segmen

Total HL minor
Segmen v v^2/2g Aksesoris k HL minor
persegmen
0 0
A-B 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.202179251
Check Valve 2 0.197248

118
Bak Pelepas Tekan 0
B-C 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
C-D 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
D-E 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
Bend 30 0.1 0.0098624
E-F 1.39104 0.09862 Pompa 0 0 0.009862402
Wash Out 0
F-G 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
G-H 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
H-I 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
I-J 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
Check Valve 2 0.197248
J-K 1.39104 0.09862 0.19724805
Pompa 0 0
Check Valve 2 0.197248
K-L 1.39104 0.09862 Pompa 0 0 0.276147269
Bend 90 0.8 0.0788992
L-M 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
Bend 90 0.8 0.0788992
Pompa 0
M-N 1.39104 0.09862 0.093692824
Wash Out 0
Air Valve 0.15 0.0147936
Total
0.833373009
Hlmin

V.2.4 Pehitungan EGL dan HGL Sistem Transmisi

Sistem transmisi menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari sumber air ke IPA,
sehingga untuk mengetahui profil hidrolisnya, perlu diketahui tekanan, total head,
EGL dan HGL dari pipa di sistem transmisi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

 Perhitungan tekanan
Perhitungan tekanan yang perlu diketahui adalah tekanan yang ada di setiap
titik pada jalur transmisi. Sisa tekan di akhir pipa harus 40m, sehingga perhitungan
tekanan dihitung dari titik akhir pipa yang ada di IPA hingga ke titik akhir pipa yang
ada di sumber air. Perhitungan tekanan di tiap titik adalah :
Sisa tekan = tekanan +Hltotal (Hlmayor + Hlminor)

119
Contoh perhitungan untuk titik M adalah sebagai berikut :
Sisa tekan = tekanan + Hltotal (Hlmayor + Hlminor)
= 40 m + (0,555 + 0,093)
= 40.649 m
Perhitungan sisa tekan pada titik selanjutnya mengikuti perhitungan di atas. Adapun
sisa tekan di titik akhir di sumber sungai adalah sebesar 48.837 m. Hasil perhitungan
pada tiap titik dapat dilihat pada Tabel V. 7

 Perhitungan total head


Persamaan yang digunakan untuk menghitung total head adalah sebagai berikut :
Total head = elevasi + tekanan pipa
Contoh perhitungan total head di titik X adalah sebagai berikut :
Total head = elevasi + tekanan pipa
= 9.7 + 48.83
= 58.537 m
Perhitungan total head untuk titik yang lainnya mengikuti perhitungan di atas. Hasil
perhitungan total head pada setiap titik dapat dilihat pada Tabel V. 8

 Perhitungan EGL
Untuk perhitungan EGL pada tiap titik pipa, maka digunakan persamaan berikut :
EGLn = EGLn-1 - Hltotal
Untuk EGL di tiitk X adalah sama dengan total headnya yaitu 58.53 m, sedangkan
untuk EGL di titik A adalah sebagai berikut :
EGLB = EGLX - Hltotal
= 58.537 – (0.1446)
= 58.393 m
Untuk perhitungan EGL pada tiitk B sampai N mengikuti perhitungan di atas. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel V. 9

120
 Perhitungan HGL
𝑣2
HGL = EGL - 2𝑔

Besarnya HGL untuk titik X adalah sama dengan EGL pada titik tersebut
yaitu sebesar 58.53m. Sedangkan perhitungan untuk titik A adalah sebagai berikut:
𝑣2
HGL = EGL - 2𝑔
1.42
= 58.393 - 2 𝑥 9,81

= 58.294 m
Untuk perhitungan EGL pada tiitk B sampai N mengikuti perhitungan di atas. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel V. 10

 Perhitungan EGL dan HGL setelah penambahan head pompa


EGLhead pompa = EGLn + head pompa
HGLhead pompa = HGLn + head pompa
Dengan head pompa adalah sebesar 40m, maka perhitungan untuk titik X adalah
sebagai berikut :
EGLhead pompa = EGLn + head pompa = 58.537 + 40 = 98.537 m
HGLhead pompa = HGLn + head pompa = 58.537 + 40 = 98.537 m
EGL dan HGL pada titik X setelah penambahan head pompa adalah sama yaitu
sebesar 98.537 m. Melalui cara yang sama juga dapat ditentukan EGLhead pompa dan
HGLhead pompa untuk titik A sampai N. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel V.
11

Tabel V. 12 Hasil Perhitungan

Tekanan Elevasi Total EGL HGL EGL head HGL head


Titik
(m) (m) Head (m) (m) (m) pompa (m) pompa (m)
X 48.8378 9.7 58.537763 58.5378 58.5378 98.53776301 98.53776301
A 48.6932 9.8 58.493163 58.3932 58.2942 98.39316301 98.29416301
B 47.7244 9.68 57.404384 57.4244 57.3254 97.42438376 97.32538376
C 47.5227 9.72 57.242653 57.2227 57.1237 97.22265256 97.12365256

121
Tekanan Elevasi Total EGL HGL EGL head HGL head
Titik
(m) (m) Head (m) (m) (m) pompa (m) pompa (m)
D 47.2044 9.15 56.354421 56.9044 56.8054 96.90442136 96.80542136
E 46.2374 8.1 54.337359 55.9374 55.8384 95.93735895 95.83835895
F 46.0529 7.78 53.832897 55.7529 55.6539 95.75289655 95.65389655
G 45.7553 7.71 53.465334 55.4553 55.3563 95.45533415 95.35633415
H 45.5503 7.69 53.240272 55.2503 55.1513 95.25027175 95.15127175
I 45.1406 7.63 52.770641 54.8406 54.7416 94.84064054 94.74164054
Z 43.916 7.35 51.266009 54.0449 53.9459 94.04494054 93.94594054
J 43.1202 7.35 50.470219 52.8203 52.7213 92.82030934 92.72130934
K 41.4489 7.38 48.828871 51.149 51.05 91.14896129 91.04996129
L 41.0129 7.4 48.412924 50.713 50.614 90.71301402 90.61401402
M 40.6494 7.22 47.869433 50.3496 50.2506 90.34958282 90.25058282
N 40 7.45 47.45 50.2419 50.1429 90.24189 90.14289

V.2.5 Perhitungan Daya Pompa yang Diperlukan


Daya pompa adalah besarnya energi persatuan waktu atau kecepatan untuk
melakukan kerja untuk mengalirkan fluida. Perhitungan daya pompa dilakukan untuk
menentukan spesifikasi pompa yang akan digunakan. Pompa yang digunakan terletak
di sumber air sumur dangkal dan sungai dengan efisiensi (η) pompa yang ditentukan
adalah 70% . Sehingga perhitungan daya yang dibutuhkan:
Q.w .H
P =
75 .η

Dengan:
P : daya Pompa (Tenaga Kuda)
Q : debit (m3/detik) = 0,34 m3/s
W : densitas atau kepadatan (kg/m3)
H : total tekanan (m)
η : efisiensi pompa (60% - 75%)

Q.w .H
Psungai = ,
75 .η
0.136 x 1000 x 48.042
= 75 x 0.70

122
= 124.45 HP

Q.w .H
Psumkal = , dengan Q adalah 60% dari kebutuhan total yaitu 0.204 m3/s
75 . η
0.204 x 1000 x 40.795
=
75 x 0.70

= 158.51 HP

123
Bab VI Perencanaan Sistem Distribusi

VI.1 Perancangan Jalur dan Aksesoris Distribusi

VI.1.1 Jalur distribusi


Jaringan distribusi, menurut SNI 7509:2011 adalah rangkaian sistem perpipaan untuk
mendistribusikan air minum dari reservoir distribusi ke konsumen. Jaringan distribusi
berfungsi untuk memasok air ke badan-badan domestik, komersial, dan industri
dengan tekanan ambang batas yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, bervariasi
sepanjang hari, musim, dan tahun.

Jaringan dapat dirancang dalam bentuk melingkar atau skema cabang. Jaringan
bercabang meliputi beberapa sambungan bebas dengan banyak terminal yang
mencegah sirkulasi air di seluruh sistem dan air dipasok ke konsumen akhir melalui
satu pipa. Masalah yang terjadi dengan jaringan bercabang adalah jika satu pipa
dinonaktifkan untuk keperluan perawatan rutin, akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya kebutuhan air kepada beberapa konsumen. Jaringan melingkar adalah
suatu jaringan yang memiliki beberapa pipa di setiap simpul (persimpangan,
sambungan), sehingga air dapat didistribusikan ke setiap titik distribusi melalui lebih
dari satu pipa. Masalah yang terjadi dengan jaringan melingkar adalah biaya
tambahan pembangunan dan perawatan pipa.

Menurut Kemala dan Rao (1988), Pada saat merencanakan pengembangan dari suatu
jalur perpipaan maka perlu diusahakan agar diperoleh sistem pengaliran yang baik ke
konsumen. Penyampaian air secara baik dan optimum kepada konsumen memerlukan
perencanaan sistem jaringan perpipaan yang akurat dengan memperhitungkan
beberapa hal diantaranya :
1. Jaringan direncanakan dengan biaya paling murah, yaitu dengan perencanaan jalur
yang terpendek dengan memiliki diameter terkecil.

124
2. Pemakaian energi operasi seminimal mungkin, yaitu secara gravitasi dengan
memanfaatkan tinggi muka tanah.
3. Terpenuhinya syarat-syarat hidrolis.
4. Kontinuitas pelayanan yang semaksimal mungkin.
5. Mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya (secara teknis,
sistem mudah dikerjakan).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan jalur distribusi adalah sebagai
berikut :
1. Menghindari penempatan pipa pada jalur yang sulit dan membutuhkan banyak
aksesoris
2. Menghindari belokan tajam dan penggunaan syphon karena adanya sungai.
3. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadi kontaminasi, misal tempat
pengolahan limbah.
4. Penempatan pipa sebaiknya di tanah milik pemerintah atau pinggir jalan umum
agar menghemat biaya.
5. Menghindari tempat-tempat yang kurang stabil agar pipa tidak mudah rusak dan
pecah.
6. Sebaiknya pengaliran menggunakan sistem gravitasi dengan melihat kontur area
pelayanan.

Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang ada dan jalan
rencana, topografi, pola perkembangan daerah pelayanan dan lokasi instalasi
pengolahan.Untuk daerah pelayanan Kecamatan Genuk, dipilih pola jaringan sistem
cabang. Pemilihan sistem jaringan cabang karena dari segi ekonomis sistem ini
menguntungkan karena pipa lebih pendek dan diameter lebih kecil. Pada daerah
pelayanan memiliki karakteristik sebagai berikut;
1. Bentuk dan arah perluasan memanjang
2. Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan menurun secara teratur
3. Luas daerah pelayanan relatif kecil

125
Berikut adalah penentuan arah jalur pipa distribusi untuk RISPAM yang telah
dirancang dengan memperhatikan segala aspek

Gambar VI. 1 Penentuan Arah Jalur Pipa Distribusi Primer

VI.1.2 Perhitungan Debit Distribusi


Untuk mendapatkan debit pada setiap blok, maka perbandingan luas blok terhadap
luas totalnya. Berikut adalah tabel luas masing-masing blok yang dicari melalui
autocad. Perhitungan debit pada setiap blok :

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑙𝑜𝑘 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑙𝑜𝑘


=
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

dengan debit harian adalah 0.26 m3/s. Maka, perhitungan debit pada blok A adalah
sebagai berikut;

2201157.4231 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐵𝑙𝑜𝑘


=
24971290.37 0.26

Debit pada blok A adalah 0.022918 m3/s. Maka perhitungan debit di blok lainnya
dapat dihitung dengan persamaan yang sama seperti diatas.

126
Tabel VI. 1 Hasil perhitungan besar debit setiap wilayah

Debit Debit per


Luas/Total
Wilayah Luas (m2) domestik wilayah
Luas
(m3/s) (m3/s)

A 2201157.423 0.088148 0.022918


B 1052229.536 0.042138 0.010956
C 2851218.345 0.11418 0.029687
D 2823653.081 0.113076 0.0294
E 3786509.857 0.151635 0.039425
0.26
F 2704118.826 0.108289 0.028155
G 1780224.187 0.071291 0.018536
H 3785163.587 0.151581 0.039411
I 2131239.041 0.085348 0.02219
J 1855776.486 0.074316 0.019322
Total 24971290.37

VI.1.3 Penentuan Aksesoris Distribusi


Aksesoris yang ditentukan adalah aksesoris yang ada pada jalur pipa primer pada
sistem distribusi. Adapun pada tiap segmen digunakan minimal 1 buah valve untuk
memudahkan pengecekan kebocoran. Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah
jaran antara sebuah valve dengan valve terdekat harus di bawah 1,5 km, jika lebih
maka harus ditambahkan valve pada jalur tersebut. Rekapitulasi jenis dan jumlah
aksesoris yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel VI. 2 Jumlah dan Jenis Aksesoris yang Digunakan pada Jalur Primer Distribusi

Segmen Jumlah Aksesoris

Gate Valve Bend 45 Bend 90 Bend 15

AB 1 3 1 1

127
Segmen Jumlah Aksesoris

Gate Valve Bend 45 Bend 90 Bend 15

BC 1 1 1 1

CD 1 2 0 3

DE 1 5 1 4

EF 1 0 2 2

FG 1 3 1 2

GH 1 3 0 4

HI 1 0 2 0

IJ 1 0 3 1

JK 1 1 2 1

KL 1 0 1 3

LM 1 1 1 1

MN 1 0 2 0

NO 1 0 1 3

VI.1.4 Penentuan Beban Node dan Diameter Pipa


Untuk masing-masing node elevasi pada node 1 sebesar 0.9 m, node 2 sebesar 0.51
m, Node 3 sebesar 1.02 m , Node 4 sebesar 1.1 m, Node 5 sebesar 2.06 m, Node 6
sebesar 0.89 m, Node 7 sebesar 1.92 m, Node 8 sebesar 2.97 m, Node 9 sebesar 2.56
m, Node 10 sebesar 4.5 m, Node 11 sebesar 2.29 m, Node 12 sebesar 3.1 m, Node 13
sebesar 2.1 m, Node 14 sebesar 2.5 m, Node 15 sebesar 4.7 m, Node 16 sebesar 8.1
m, Node 17 sebesar 7.64 m, dan PDAM memiliki elevasi sebesar 3 m.

128
Pada node 1 melayani pipa a, b, c; node 2 melayani pipa d dan e, node 4 melayani
pipa a4 dan H, node 5melayani pipa a1 dan a3, node 6 melayani pipa a5, a4, dan a2 ;
node 7 melayani pipa z, node 8 melayani pipa w dan v, node 9 melayani pipa g dan h,
node 10 melayani pipa i dan j, node 11 melayani pipa x, node 12 melayani pipa u dan
y, node 13 melayani pipa a7, node 14 melayani pipa p, q, dan r; node 15 melayani
pipa s dan t, node 16 melayani pipa o dan n, node 17 melayani pipa m, l, dan k.

Daerah pelayanan pada node 1 adalah 3/4 bagia blok A dan 2/9 bagian blok D, node 2
melayani daerah 1/2 blok B, node 3 melayani daerah 1/4 blok B dan 1/9 blok D, Node
4 melayani daerah 1/4 blok B, Node 5 melayani daerah 1/4 blok C, Node 6 melayani
daerah 3/4 blok C, Node 7 melayani daerah 1/10 blok F, Node 8 melayani daerah
3/10 blok F, Node 9 melayani daerah 2/3 blok D, Node 10 melayani daerah 1/4 blok
E dan 1/4 blok J, Node 11 melayani daerah 1/4 blok E dan 3/10 Blok F, Node 12
melayani daerah 3/10 blok F dan 1/6 blok G, Node 13 melayani daerah 1/6 blok G,
Node 14 melayani daerah 2/5 blok H, Node 15 melayani daerah 4/6 blok G dan 2/5
blok H, Node 16 melayani daerah 1/2 blok I dan 1/5 blok H, dan Node 17 melayani
daerah 3/4 blok J dan 1/2 blok I.

Penentuan beban node dan diameter pipa, dapat dilakukan dengan mencari nilai-nilai
berikut terlebih dahulu, yaitu;

 ∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑎 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑑𝑎𝑚
Contoh perhitungan ∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 pada node 1, adalah sebagai berikut;
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = |0.9 − 3|
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = 2.1 𝑚
Perhitungan ∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 untuk node lain dapat menggunakan persamaan yang sama
seperti diatas.

 Slope
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝐿

129
Contoh perhitungan Slope pada node 1, adalah sebagai berikut;
2.1
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 5205.21

𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0,000403442

Perhitungan 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 untuk node lain dapat menggunakan persamaan yang sama seperti
diatas.

 Kebutuhan Air (m3/s)


3 2
𝑄= × 𝑄𝑏𝑙𝑜𝑘 𝐴 + × 𝑄𝐵𝑙𝑜𝑘 𝐷
4 9
Pada node 1 karena melayani daerah pelayanan Blok A dan D, maka menggunakan
debit daerah pelayanan blok A dan D sehingga perhitungannya adalah sebagai
berikut;

3 2
𝑄= × 0,022918356 + × 0,029399754
4 9

𝑄 = 0,023722046 𝑚3 /𝑠
Perhitungan kebutuhan air pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan
seperti diatas.

 Diameter Pipa (m)


1
0,023722046
𝐷=( )2,63
0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝑆 0,5

Maka, perhitungan diameter pipa pada node 1 adalah sebagai berikut;


1
0,009109499
𝐷 = (0,2785 𝑥 130 𝑥 0,0004034420,5 )2,63 , dengan C = 130

𝐷 = 0,272137406 𝑚

Perhitungan diameter pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan seperti diatas.

 Debit Junction (L/s)


𝑄 = 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑥 1000
Perhitungan debit junction pada node 1 adalah sebagai berikut;

130
𝑄 = 0,023722046 𝑥 1000
𝐿
𝑄 = 23,72204596
𝑠
Perhitungan debit junction pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan
seperti diatas.

 Debit Aktual (L/s)


𝑄 = 0,2785 𝑥 𝐶 𝑥 𝐷 2,63 𝑥 𝑆 0,54
Perhitungan debit aktual pada node 1 adalah sebagai berikut;
𝑄 = 0,2785 𝑥 130 𝑥 0,5882,63 𝑥 0,0004034420,54,
dengan diamter aktual = 588 mm
𝑄 = 0,179937399 𝐿/𝑠

Tabel VI. 3 Data Hasil Perhitungan

Kebutuhan Per
Kebutuhan
Node Elevasi Pipa Yang Dilayani Daerah Pelayanan Zona
Air (M3/S)
(M3)
3/4 Blok A Dan 2/9 Blok
1 0,9 A, B, C 0,023722046 2406800,081
D
2 0,51 D,E 1/2 Blok B 0,005477884 935963,7161
1/4 Blok B Dan 1/9 Blok
3 1,02 F 0,006005582 767988,8689
D
4 1,1 A6, H 1/4 Blok B 0,002738942 467981,8581
5 2,06 A1, A3 1/4 Blok C 0,007421691 678237,446
6 0,89 A5, A4, A2 3/4 Blok C 0,022265072 2034712,338
7 1,92 Z 1/10 Blok F 0,002815517 264418,1161
8 2,97 W, V 3/10 Blok F 0,008446551 793254,3482
9 2,56 G,H 2/3 Blok D 0,019599836 1800042,065
1/4 Blok E Dan 1/4 Blok
10 4,5 I, J 0,014686811 1349444,861
J
1/4 Blok E Dan 3/10
11 2,29 X 0,018302795 1580803,351
Blok F
3/10 Blok F Dan 1/6
12 3,1 U, Y 0,01153582 1161964,839
Blok G
13 2,1 A7 1/6 Blok G 0,00308927 368710,4904
14 2,5 R, Q, P 2/5 Blok H 0,015764384 1259826,653

131
Kebutuhan Per
Kebutuhan
Node Elevasi Pipa Yang Dilayani Daerah Pelayanan Zona
Air (M3/S)
(M3)
4/6 Blok G Dan 2/5 Blok
15 4,7 S, T 0,028121462 2734668,614
H
1/2 Blok I Dan 1/5 Blok
16 8,1 O, N 0,018977377 1818094,04
H
17 7,64 M, L, K 3/4 Blok J Dan 1/2 Blok I 0,025586883 2873868,29

Tabel VI. 4 Data Hasil Perhitungan

Debit
Debit Aktual Panjang Diameter
Node Dh (M) Slope C Junction
(m3/s) Pipa (m) Pipa (m)
(L/s)
1 2,1 0,179937399 5205,21 0,000403442 0,272137406 23,72204596
2 2,49 0,318259689 1972,8675 0,001262122 0,125484683 5,477884308
3 1,98 0,514469153 600,3553 0,003298047 0,108260682 6,005581518
4 1,9 0,615560199 402,4152 0,004721492 0,075023877 2,738942154
5 0,94 0,176402774 2424,2582 0,000387747 0,176271636 7,421690657
6 2,11 0,20200819 4149,601 0,000508483 0,254223549 22,26507197
7 1,08 0,305385608 929,3696 0,001162078 0,098969787 2,815516877
8 0,03 0,042964783 1304,241 2,30019E-05 0,316790051 8,446550631
9 0,44 0,080436363 5457,7 8,062E-05 130 0,343733166 19,59983619
10 1,5 0,187120841 3438,023 0,000436297 0,223435007 14,68681061
11 0,71 0,173407265 1894,897 0,000374691 0,250072299 18,30279503
12 0,1 0,052225152 2942,4047 3,39858E-05 0,331140147 11,53582023
13 0,9 0,306724971 767,7257 0,001172294 0,102353406 3,089269596
14 0,5 0,084201404 5659,697 8,8344E-05 0,310961943 15,76438411
15 1,7 0,209140154 3119,1475 0,000545021 0,274186905 28,12146249
16 5,1 0,395778201 2612,933 0,00195183 0,185256903 18,97737661
17 4,64 0,27915221 4778,567 0,000971002 0,237010486 25,58688321

VI.1.5 Penentuan Headloss Mayor, Headloss Minor

VI.1.5.1 Headloss Mayor

Perhitungan Headloss Mayor dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan


sebagai berikut :

0.54 𝑄
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = √ ×𝐿
0.2785 × 𝑐 × 𝐷2.63

132
Dengan:
Q = debit (m3/s)
C = koefisien Hazen Williams
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)

Untuk headloss mayor pada Titik 1 ke titik 2 adalah sebagai berikut;

0.54 0.34
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = √ × 3468.4882
0.2785 × 130 × 0.5582.63

𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 10.46852386 𝑚
Maka headloss mayor pada titik 1 ke titik 2 adalah 10.46852386 m. Untuk
perhitungan titik lainnya dengan menggunakan persamaan yang sama seperti diatas.

Tabel VI.4 Perhitungan headloss mayor

Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D L penampang v Hv
Mayor
pipa

1 ke 2 10.34 0.39 0.000112 130 0.558 3468.488 0.244421 1.391044 0.098624 10.46852

1 ke 3 10.34 0.12 6.91E-05 130 0.558 1736.722 0.244421 1.391044 0.098624 5.24174

2 ke 3 20.34 0.51 0.000414 130 0.558 1233.074 0.244421 1.391044 0.098624 3.721641

2 ke 6 20.34 0.38 0.000514 130 0.558 739.7935 0.244421 1.391044 0.098624 2.23283

3 ke 4 30.34 0.08 0.000133 130 0.558 600.3553 0.244421 1.391044 0.098624 1.811981

4 ke 5 40.34 0.96 0.002386 130 0.558 402.4152 0.244421 1.391044 0.098624 1.214562

5 ke 6 50.34 1.17 0.000808 130 0.558 1447.727 0.244421 1.391044 0.098624 4.369501

133
Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D L penampang v Hv
Mayor
pipa

6 ke 8 60.34 1.48 0.000357 130 0.558 4149.601 0.244421 1.391044 0.098624 12.52425

5 ke 7 50.34 0.14 0.000143 130 0.558 976.5312 0.244421 1.391044 0.098624 2.947348

7 ke 8 70.34 0.45 0.000484 130 0.558 929.3696 0.244421 1.391044 0.098624 2.805005

8 ke 13 80.34 1.31 0.001004 130 0.558 1304.241 0.244421 1.391044 0.098624 3.936433

13 ke
12 120.34 1.52 0.000746 130 0.558 2038.245 0.244421 1.391044 0.098624 6.151791
11 ke
12 120.34 0.29 0.000321 130 0.558 904.1597 0.244421 1.391044 0.098624 2.728917

11 ke 7 110.34 0.37 0.000195 130 0.558 1894.897 0.244421 1.391044 0.098624 5.71914

13 ke
14 130.34 1.88 0.002449 130 0.558 767.7257 0.244421 1.391044 0.098624 2.317135

14 ke
15 150.34 1.95 0.000876 130 0.558 2225.933 0.244421 1.391044 0.098624 6.718267

12 ke
15 150.34 2.31 0.002586 130 0.558 893.2145 0.244421 1.391044 0.098624 2.695883
14 ke
16 140.34 5.5 0.000972 130 0.558 5659.697 0.244421 1.391044 0.098624 17.08199
15 ke
16 160.34 3.55 0.002443 130 0.558 1453.097 0.244421 1.391044 0.098624 4.385709
16 ke
17 160.34 0.8 0.00069 130 0.558 1159.836 0.244421 1.391044 0.098624 3.500595
17 ke
11 170.34 5.35 0.00164 130 0.558 3262.441 0.244421 1.391044 0.098624 9.846636
17 ke
10 170.34 2.7 0.001781 130 0.558 1516.126 0.244421 1.391044 0.098624 4.575941
10 ke
11 100.34 2.65 0.001346 130 0.558 1969.144 0.244421 1.391044 0.098624 5.943232

134
Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D Lpenampang v Hv
Mayor
pipa
9 ke 10 100.34 2.38 0.00162 130 0.558 1468.879 0.244421 1.391044 0.098624 4.433343
4 ke 9 90.34 1.46 0.000597 130 0.558 2443.899 0.244421 1.391044 0.098624 7.37613
1 ke 9 90.34 1.66 0.000551 130 0.558 3013.801 0.244421 1.391044 0.098624 9.096195

VI.1.5.2 Perhitungan Headloss Minor

Untuk perhitungan headdlos minor, dapat dilakukan perhitungan dengan persamaan


perhitungan sebagai berikut :

𝑣2
𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 =𝑘×
2𝑔
Dengan:
k = Koefisien kekasaran aksesoris
v = kecepatan aliran (m/s)
g = gravitasi (m2/s)

Untuk headloss minor pada titik 1 adalah sebagai berikut;


Pada titik 1 terdapat aksesoris flanged tee dividing branched flow dengan k= 1
Sehingga perhitungannya pada titik 1 adalah
𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 1 × 0.098624025
𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 = 0.098624025 m

Sehingga perhitungan untuk masing-masing titik disesuaikan dengan aksesoris yang


dipasang berserta koefisiennya dengan perhitungan yang sama seperti diatas.
Koefisien untuk askesoris flanged tee dividing branched flow = 0,19, gate valve =
0,15, bend 90 = 0.3, dan bend 45 = 0.4

Perhitungan headloss total dapat dilakukan dengan persamaan perhitungan sebagai


berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑦𝑜𝑟 + 𝐻𝑒𝑎𝑑𝑙𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑜𝑟 𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎

135
Untuk perhitungan total headloss pada titik 1 sampai titik 2 adalah sebagai berikut;
Total Headloss = 10.46852386 + 0.098624025
Total Headloss = 10.56714789 m

Tabel VI. 5 Perhitungan distribusi headloss minor

total
nilai
Node Aksesoris aksesori Hv HL minor
k
s
flanged tee dividing
1 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
2 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
3 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
4 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
5 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
6 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
7 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
8 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
9 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
10 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
11 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
12 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve

136
total
nilai
Node Aksesoris aksesori Hv HL minor
k
s
flanged tee dividing
13 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
14 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
15 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
16 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
17 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
jalur 1-2 bend 90 2 0.6 0.098624 0.059174
jalur 6-8 bend 90 2 0.6 0.098624 0.059174
jalur 8-13 bend 90 1 0.3 0.098624 0.029587

jalur 14-16 bend 90, bend 45 2 0.7 0.098624 0.069037

jalur 17-11 bend 45 1 0.4 0.098624 0.03945

VI.2 Perancangan reservoir dan pemompaan


Penentuan kapasitas reservoir merupakan fungsi dari kapasitas jaringan distribusi,
lokasi reservoir, dan jumlah penggunaan air pada wilayah layanan. Pada sistem
distribusi di Kecamatan Genuk, debit air yang dialirkan adalah sebesar 0,26 m3/s.
Pada perhitungan reservoir, jumlah penggunaan air yang dihitung adalah penggunaan
air perjam selama 24 jam. Persen supply per jam dihitung dengan rumus,

100%
% Supply per jam = Total Jam Supply

Sistem pengaliran air dari reservoir dipompa dengan waktu istirahat pemompaan
selama 5 jam pada jam 21:00 – 02:00 dengan pertimbangan biaya pemompaan dan
maintenance. Maka, total jam supply dalam 1 hari adalah 19 jam.Hasil perhitungan
supply air per jam dalam persen terdapat pada Tabel VI.3

137
Sedangkan, data fluktuasi pemakaian air per jam dalam satu hari ditunjukkan pada
tabel berikut.

Tabel VI. 5 Penggunaan air per jam

Jam Usage air per jam (%)


00:00 - 01:00 1
01:00 - 02:00 1
02:00 - 03:00 1.5
03:00 - 04:00 1.5
04:00 - 05:00 5
05:00 - 06:00 7
06:00 - 07:00 12
07:00 - 08:00 8
08:00 - 09:00 3.5
09:00 - 10:00 1
10:00 - 11:00 1.5
11:00 - 12:00 3
12:00 - 13:00 2
13:00 - 14:00 1.5
14:00 - 15:00 1
15:00 - 16:00 3
16:00 - 17:00 8
17:00 - 18:00 9.5
18:00 - 19:00 8
19:00 - 20:00 5
20:00 - 21:00 7
21:00 - 22:00 5
22:00 - 23:00 2
23:00 - 00:00 2

138
 Perhitungan volume supply per jam

Volume Supply per jam = %Supply per jam × Qmax/hari

dengan hasil perhitungan volume supply per jam terdapat pada Tabel VI.4.

 Perhitungan volume usage per jam digunakan rumus,

Volume Usage per jam = %Usage per jam × Qmax/hari

dengan hasil perhitungan volume usage per jam terdapat pada Tabel VI.4.

Untuk akumulasi volume supply dan usage, dilakukan penjumlahan supply atau
usage dengan sebelumnya. Kemudian dihitung selisih antara akumulasi supply dan
akumulasi usage tiap jamnya. Lalu, perhitungan volume reservoir dilakukan dengan
mengurangkan selisih maksimum dengan selisih minimum supply dan usage. Hasil
perhitungan akumulasi dan selisih supply dan usage, serta volume reservoir terdapat
pada Tabel VI.4.

Tabel VI. 6 Perhitungan volume reservoir

Volume Volume Vol. Vol. Volume


Usage Selisih
Jam Supply (%) Supply Usage Supply Usage Reservoir
(%) (m3)
(m3) (m3) acc. (m3) acc. (m3) (m3/day)
00:00 - 01:00 0 1 0 225.538 0 225.538 -225.54
01:00 - 02:00 0 1 0 225.538 0 451.076 -451.08
02:00 - 03:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 1187.04 789.383 397.659
03:00 - 04:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 2374.08 1127.69 1246.39
5774.96
04:00 - 05:00 5.263157895 5 1187.04 1127.69 3561.12 2255.38 1305.75
05:00 - 06:00 5.263157895 7 1187.04 1578.77 4748.17 3834.14 914.022
06:00 - 07:00 5.263157895 12 1187.04 2706.45 5935.21 6540.6 -605.39
07:00 - 08:00 5.263157895 8 1187.04 1804.3 7122.25 8344.9 -1222.7

139
Volume Volume Vol. Vol. Volume
Usage Selisih
Jam Supply (%) Supply Usage Supply Usage Reservoir
(%) (m3)
(m3) (m3) acc. (m3) acc. (m3) (m3/day)
08:00 - 09:00 5.263157895 3.5 1187.04 789.383 8309.29 9134.28 -824.99
09:00 - 10:00 5.263157895 1 1187.04 225.538 9496.33 9359.82 136.51
10:00 - 11:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 10683.4 9698.13 985.245
11:00 - 12:00 5.263157895 3 1187.04 676.614 11870.4 10374.7 1495.67
12:00 - 13:00 5.263157895 2 1187.04 451.076 13057.5 10825.8 2231.64
13:00 - 14:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 14244.5 11164.1 3080.37
14:00 - 15:00 5.263157895 1 1187.04 225.538 15431.5 11389.7 4041.88
15:00 - 16:00 5.263157895 3 1187.04 676.614 16618.6 12066.3 4552.3
16:00 - 17:00 5.263157895 8 1187.04 1804.3 17805.6 13870.6 3935.04
17:00 - 18:00 5.263157895 9.5 1187.04 2142.61 18992.7 16013.2 2979.47
18:00 - 19:00 5.263157895 8 1187.04 1804.3 20179.7 17817.5 2362.21
19:00 - 20:00 5.263157895 5 1187.04 1127.69 21366.7 18945.2 2421.56
20:00 - 21:00 5.263157895 7 1187.04 1578.77 22553.8 20523.9 2029.84
21:00 - 22:00 0 5 0 1127.69 22553.8 21651.6 902.152
22:00 - 23:00 0 2 0 451.076 22553.8 22102.7 451.076
23:00 - 00:00 0 2 0 451.076 22553.8 22553.8 0

140
5000

Selisih Volume Supply-Usage


4000

3000

2000

(m3)
1000

0
0 5 10 15 20 25
-1000

-2000 Jam

Gambar VI. 2 Grafik Selisih Volume Supply dan Usage per Jam dalam Satu Hari

Dari perhitungan yang dilakukan yang hasilnya tertera pada Tabel VI.4, didapatkan
volume reservoir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk
Kecamatan Genuk adalah sebesar 5774.96 m3. Dari Gambar VI.2, terlihat pada
grafik, bahwa surplus yang paling besar atau selisih maksimum antara penggunaan
dan penyediaan air terjadi pada pukul 15:00, sedangkan defisit paling besar atau
selisih minimum terjadi pada pukul 07:00. Pada saat surplus terbesar, jumlah air yang
terdapat pada tangki reservoir dalam keadaan penuh, dimana hal ini mengindikasikan
jumlah penggunaan air sangat minim, yaitu pada pukul 15:00. Sedangkan pada saat
defisit terbesar, tangki reservoir kosong. Hal ini menunjukkan jumlah penggunaan air
pada pukul 07:00 sangat tinggi.

141
DAFTAR PUSTAKA

Suryadmaja, I & Norken, I & Dharma, IGB. (1970). “Karakteristik Pola Pemakaian
dan Pelayanan Air Bersih Di Wilayah Usaha PAM “PT. IRTAARTHA
BUANAMULIA.” Jurnal Spektran. Vol.3, No.1 (2015).
10.24843/SPEKTRAN.2015.v03.i01.p03.
Direktorat Jendral Cipta Karya. 2007. Pengembang Air Minum. Jakarta :
Kementerian Pekerjaan Umum RI
Kemendikbud. (2019). Data Pokok Sekolah Dasar dan Menengah.Jakarta:
Kemendikbud.
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. (2019). Daftar Profil
Masjid. Jakarta: Ditjen Bimas Islam
Bappeda Kota Semarang. 2013. Kecamatan Genuk dalam Angka 2012. Semarang:
Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kotas Semarang.
Nopianto,Agung Nugradi. 2009. Identifikasi Ruang Hijau Kota Semarang. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Fauzan. 2016. Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Kota Semarang. Semarang:
Institutional Repository (UNDIP-IR).

142

Anda mungkin juga menyukai