Oleh:
Chakila (15317060)
Muhammad Ezar Adi Nugroho (15317061)
Rinaldy Jose Nathanael (15317063)
Fahrizal Nugraha (15317065)
2019
DAFTAR ISI
i
BAB IV PROYEKSI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR ....................... 48
IV.1 Rencana Daerah Layanan dan Proyeksi......................................... 48
IV.2 Proyeksi Penduduk dan Infrastruktur. ........................................... 49
IV.3 Proyeksi Kebutuhan Air................................................................. 73
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
v
Bab I Pendahuluan
I. 1 Latar Belakang
Penyediaan air bagi masyarakat harus diusahakan merata di berbagai daerah dengan
memperhatikan aspek kualitas dan kuantitas air. Air yang akan didistribusikan harus
memiliki kualitas yang baik dimana harus diperhatikan aspek sanitasi dan
hubungannya dengan kesehatan masyarakat. Baik air bersih maupun air minum,
keduanya harus memenuhi baku mutu dan kriteria yang telah ditetapkan sesuai
dengan SNI 01-3553 2006 (Persyaratan mutu air minum dan kriteria kualitas air
bersih). Pembuangan limbah yang memenuhi baku mutu air menjadi hal yang sangat
penting mengingat semakin banyaknya limbah industri yang dibuang ke lingkungan.
Jika tidak memperhatikan baku mutu, tidak hanya badan air yang akan tercemar,
namun juga dampak tersebut akan dirasakan pada mahalnya proses pengolahan air
dikarenakan banyak unit pengolahan yang harus digunakan untuk menghilangkan
senyawa kimia berbahaya dalam air tersebut. Tidak hanya kualitas, kuantitas air pun
harus diusahakan cukup untuk memenuhi semua kebutuhan masyarakat di suatu
kawasan dengan target 100%.
Pemenuhan air dan sanitasi menjadi tujuan ke-enam dari SDG’s (Sustainable
Development Goals) yang disepakati oleh banyak negara. Pada tahun 2030, setiap
negara diharapkan telah mampu mewujudkan 100% akses terhadap air dan sanitasi
1
(Badan Pusat Statistik). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan capaian akses air
bersih di Indoneisa yang layak saat ini di Indonesia baru mencapai 72.55% dan dinilai
belum optimal. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara anggota PBB masih
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Namun dalam keberjalanannya, masih
banyak kendala yang dihadapi dalam pemenuhan kualitas dan kuantitas air di
Indonesia. Di Indonesia, salah satu kendala utama dalam penyediaan air bersih
adalah terbatasnya pasokan air. Sebagian besar PDAM beroperasi dengan
mengandalkan air baku dari air sungai. Namun dengan bertambahnya kegiatan
manusia dan industri, sungai secara terus menerus mengalami degradasi akibat
pencemaran, kerusakan DAS, masalah antropogenik, maupun tidak adanya
perlindungan terhadap sungai. Untuk masyarakat di pedesaan, air tanah seharusnya
dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Namun, sudah banyak pula air tanah yang
tercemar karena adanya aktifitas manusia di lahan pertanian seperti penggunaan
pestisida. Polutan yang ada di udara pun dapat dibawa oleh air hujan dan dapat
mencemari air tanah. Akibatnya, tidak ada lagi sumber air yang benar-benar aman
dan melalui proses pengolahan yang sederhana.
Pada daerah yang sedang ditinjau yaitu Kota Semarang, pelayanan air bersih belum
mencapai target 100%. Hal ini dikarenakan pasokan air yang didapat sering kali
kurang sehingga air yang dialirkan pun terbatas. Akibatnya di daerah tersebut
dilakukan sistem bergilir dengan distribusi air hanya pada waktu tertentu. Secara
garis besar, perlu dicari alternatif lain mengenai sumber air yang dapat digunakan
agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi di tahun berikutnya. Selain itu, harus
diperkirakan juga apakah sumber air yang akan digunakan dapat memenuhi semua
kebutuhan penduduk yang ada di Kota Semarang dengan melakukan proyeksi
penduduk. Setelah sumber air didapatkan, diperlukan perancangan unit transmisi dan
sistem distribusi yang akan dipakai untuk mengalirkan air ke sejumlah daerah di kota
tersebut. Sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan akan air bersih, diharapkan
kesejahteraan dan produktivitas masyarakat akan meningkat.
2
I. 2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari tugas perencanaan sistem penyediaan air minum adalah:
Dasar hukum yang berkaitan dengan konsep perencanaan sistem penyediaan air
minum adalah :
3
I.4 Ruang Lingkup
4
6. Bab VI Perencaaan Sistem Distribusi
Berisikan tentang perencanaan sistem distribusi, perancangan jalur dan aksesoris
yang dibutuhkan, perancangan reservoir dan pemompaan dan evaluasi desain
menggunakan EPA-Net per tahap perencanaan.
7. Bab VII Kesimpulan
Berisikan tentang rangkuman dari isi laporan yang menjawab maksud dan tujuan
5
Bab II Gambaran Umum
Kota Semarang memiliki luas wilayah total 373,7 km2. Secara administratif, Kota
Semarang terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Luas tersebut
terdiri Sekitar 11% tanah sawah dan sekitar 89% bukan lahan sawah. Menurut
penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah sawah tadah hujan
(53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat ditanami 2 (dua) kali.
Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan /tanah untuk
bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17 % dari total lahan bukan sawah.
Pembagian luas per kecamatan dapat terlihat lebih jelas dari Tabel II.1 dan Gambar
II.2 di bawah ini.
6
No Kecamatan Luas (km2) Persentase (%)
12 Semarang Utara 10.97 2.94
13 Semarang Tengah 6.14 1.64
14 Semarang Barat 21.74 5.82
15 Tugu 31.78 8.50
16 Ngaliyan 37.99 10.17
Kota Semarang 373.70 100.00
(Sumber : Kota Semarang dalam Angka, 2019)
7
II.1.2 Kondisi Geografi
Kota Semarang terletak antara garis 6°50' - 7°10' Lintang Selatan dan garis 109°35
110°50' Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah
Timu dengan kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan kabupaten Semarang dan
sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km.
Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis
pantai. Didalam proses perkembangannya, Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh
keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas, yaitu Kota
Pegunungan dan Kota Pantai. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena
berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor
pembangunan Jawa Tengah. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah,
Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport
darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi
simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah.
8
II.1.3 Kondisi Demografi
Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk tahun 2018, jumlah penduduk Kota
Semarang tercatat sebesar 1.786.114 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sejak tahun
2015-2018 sebesar 4,99 %. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan
kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, masih perlu
usaha keras untuk memberikan hasil yang nyata. Sekitar 72,19 % penduduk Kota
Semarang berumur produktif (15-64) th, sehingga angka beban tanggungan, yaitu
perbandingan antara penduduk usia produktif dengan penduduk usia tidak produktif
(0-14 dan 65 th keatas) pada tahun 2018 sebesar 38,52 yang berarti 100 orang
penduduk usia produktif menanggung 39 orang penduduk usia tidak produktif. Dalam
kurun waktu 5 tahun kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan
jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masing-masing kecamatan
belum merata. Di wilayah Kota Semarang, tercatat kecamatan Gayamsari sebagai
wilayah terpadat (13.235 penduduk per km2), sedangkan kecamatan Tugu merupakan
wilayah yang kepadatannya paling rendah (1.033 penduduk per km2).
Tabel II. 2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Semarang
9
No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
. Penduduk per Tahun
10
Semarang. Kali Garang yang bermata air dari gunung Ungaran memiliki alur sungai
yang mengalir ke arah utara hingga mencapai Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran
Kali Kreo dan Kali Kripik. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang
mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali
Kripik 12,3 %.
Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air
(aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini
sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota
Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan
membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 – 18 m.
Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali
pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 – 40 m.
Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air
yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya
disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit
sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang
bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang.
Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 – 90 meter, terletak di ujung Timur
laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara
lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini
disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang
potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki
perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi
damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 – 90 m. Pada daerah
perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar
yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu
lempung.
11
Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang
tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 181,33 mm per bulan
dalam setahun terakhir dengan rata-rata 18 hari hujan per bulan di musim hujan dan
9 hari hujan per bulan di musim kemarau. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di
Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin monsun SENW yang
umum.
Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai dan
daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir
kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang (rob). Banjir pasang (rob) ini terjadi karena
pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu
kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah
disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan
lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan muda) ditambah pembebanan tinggi oleh
bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat
dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar.
Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota
Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang
mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian. Perubahan iklim
global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau
menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di
daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang
mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas.
12
rendah yang sempit dan wilayah perbukitan yang memanjang dari sisi barat hingga
sisi timur Kota Semarang. Wilayah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit.
Daerah pesisir pantai merupakan wilayah terendah di Kota Semarang yang dibatasi
Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Luas daerah pantai di Kota
Semarang adalah 1% dari luas wilayah total dengan ketinggian 0-0,75 m dpl (diatas
permukaan laut). Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian tengah,
seperti daerah simpang lima dan pusat kota, dengan kemiringan antara 2 – 15 % dan
ketinggian antara 0,75 – 3,5 m dpl seluas 33% dari luas wilayah total. Sedangkan
wilayah dengan ketinggian antara 5-348 m dpl. Daerah ini memiliki ketinggian yang
bervariasi, seperti 136 m dpl di wilayah Jatingaleh, 253 m dpl di wilayah Mijen, serta
259 dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati.
Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I
(0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur,
Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang,
Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat,
Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III
(15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan
Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan
sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan
lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah
tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali
Garang dan Kali Kripik. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0
sampai dengan 348,00 meter di atas permukaan air laut (dpl).
Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 – 348 meter dpl yang diwakili
oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh, Gombel, Tugu, Mijen, dan Gunungpati.
Letak wilayah dataran tinggi berada di bagian selatan dengan kemiringan bervariasi
antara 5%-40%. Sedangkan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 meter dpl,
berupa pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%.
13
Topografi kota Semarang yang unik karena terdiri dari daerah pantai, dataran rendah
dan perbukitan, menjadi suatu potensi investasi bagi Kota Semarang. Dimana bagian
atas kota memiliki potensi investasi pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan
dan pariwisata. Sedangkan bagian bawah memiliki potensi investasi pada sektor
perdagangan, jasa, industri pengolahan, kelautan dan perikanan.
Ketinggian di Atas
Bagian Wilayah
Permukaan Laut (m)
1. Daerah Pantai 0,75
2. Pusat Keramaian Kota 2,45
3. Simpang Lima 3,49
4. Candi Baru 90,56
Ketinggian di Atas
Bagian Wilayah
Permukaan Laut (m)
5. Jatingaleh 136,00
6. Gombel 270,00
7. Gunungpati (Sebelah Barat) 259,00
8. Gunungpati (Sebelah Timur
348,00
Laut)
9. Mijen ( Bagian Atas ) 253,00
Data sementra, dan dalam proses pengelolahan
(Sumber: BPS Kota Semarang 2016)
14
II.2. Gambaran Khusus Kecamatan Genuk
II.2.1. Kependudukan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Semarang Tahun 2018, jumlah penduduk
Kecamatan Genuk (WNI+WNA) selama 10 tahun dari Tahun 2008-2017 disajikan
pada tabel berikut :
15
II.2.2. Fasilitas Umum
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih 1553 fasilitas umum yang
berada di Kecamatan Genuk untuk Tahun 2017.
16
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar
No Kelurahan
Unit Murid Guru Unit Murid Guru
11 Trimulyo 1 67 10 1 348 25
12 Terboyo Wetan 2 97 8 1 249 14
13 Terboyo Kulon 0 0 0 0 0 0
Jumlah 33 2056 141 24 8443 350
MTs SMA
No Kelurahan Murid Murid
Unit Guru Unit Guru
1 Muktiharjo Lor 0 0 0 0 0 0
2 Gebangsari 0 0 0 1 542 34
3 Genuksari 0 0 0 1 563 26
4 Bangetayu Kulon 0 0 0 2 375 48
5 Bangetayu Wetan 2.5 479 33 1 238 13
6 Sembungharjo 0 0 0 0 0 0
7 Penggaron Lor 1.25 198 37 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 0 0
17
MTs SMA
No Kelurahan Murid Murid
Unit Guru Unit Guru
9 Karangroto 1.25 399 25 2 64 15
10 Banjardowo 0 0 0 1 102 13
11 Trimulyo 0 0 0 0 0 0
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 3 0
13 Terboyo Kulon 0 0 0 1 342 40
Jumlah 5 1075 94 8 2229 189
MA Perguruan Tinggi
No Kelurahan Murid
Unit Guru Unit Murid Guru
1 Muktiharjo Lor 0 0 0 0 0 0
2 Gebangsari 0 0 0 0 0 0
3 Genuksari 0 0 0 0 0 0
4 Bangetayu Kulon 1 1111 50 0 0 0
5 Bangetayu Wetan 0 0 0 0 0 0
6 Sembungharjo 0 0 0 0 0 0
7 Penggaron Lor 1 98 25 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 0 0
9 Karangroto 1 196 24 0 0 0
10 Banjardowo 0 0 0 0 0 0
11 Trimulyo 0 0 0 0 0 0
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 0 0
13 Terboyo Kulon 0 0 0 3 17695 494
Jumlah 3 1405 99 3 17695 494
18
No. Kelurahan Unit Luas (Ha)
8 Kudu 0 -
9 Karangroto 0 -
10 Banjardowo 1 0,8
11 Trimulyo 0 -
12 Terboyo Wetan 0 -
13 Terboyo Kulon 0 -
Total 5 2,4057
Puskesmas
Rumah RS Dokter Bidan
No. Kecamatan Poliklinik /Puskesmas Apotik
Sakit Bersalin Praktek Praktek
pembantu
1 Muktiharjo Lor 0 0 2 1 0 2 1
2 Gebangsari 0 0 2 1 8 0 1
3 Genuksari 0 0 5 1 3 1 1
Bangetayu
4 0 0 0 0 4 1 1
Kulon
Bangetayu
5 0 0 0 1 4 1 0
Wetan
6 Sembungharjo 0 0 0 0 3 0 0
19
7 Panggaron Lor 0 0 0 0 0 0 0
8 Kudu 0 0 0 0 1 0 0
9 Karangroto 0 0 0 2 0 1 0
10 Banjardowo 0 0 1 0 6 1 1
11 Trimulyo 0 0 1 0 4 1 1
12 Terboyo Wetan 0 0 0 0 1 0 0
13 Terboyo Kulon 1 0 1 0 0 0 1
Jumlah 1 0 12 6 34 8 7
Kuil,Pura/
Masjid Surau Gereja
No. Kecamatan Vihara
(unit) (unit) (unit)
(unit)
1 Muktiharjo Lor 2 5 0 0
2 Gebangsari 5 2 3 0
3 Genuksari 5 28 1 0
4 Bangetayu Kulon 11 28 0 0
5 Bangetayu Wetan 4 41 1 0
6 Sembungharjo 7 25 0 0
7 Panggaron Lor 1 22 0 0
8 Kudu 4 25 0 0
9 Karangroto 9 12 0 0
10 Banjardowo 1 30 1 0
11 Trimulyo 1 10 0 0
12 Terboyo Wetan 3 3 0 0
13 Terboyo Kulon 1 9 0 0
Jumlah 54 240 6 0
Semarang 136
Packaging
Industri, PT
Nafindo, UD 28
20
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
2. Terboyo Wetan Wimbomono 54
Tritama 62
Plastindo,
PT
Trimulya 73
Kencana
Mas, PT
Sido 4391
Muncul, PT
Semarang 72
Indah Era
Modern, PT
Sejati Laker, 38
PT
Pondok 22
Bandeng
Superior PD
Plastik 44
Maju, CV
Plastik Laris 53
Jaya, CV
Panca Usaha
80
Sakti, PT
Olyndo
Indonesia II, 30
PT
Olyndo
Indonesia I, 208
PT
Mercu 57
Utama, CV
Masscom 189
Graphy, PT
Lukas 27
Santoso
Kinonsentra 408
Industrindo,
PT
3. Trimulyo Kencana 27
Plastik
Kharisma 20
21
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
Jaya
Gemilang,
PT
Mebel 298
Handarbeni,
CV
Mebel 24
Larisa
Overseasco,
PT
Menamco, 26
PT
Murti 214
Plastindo,
PT
Port Rush,
398
PT
Porka, PT 116
Rena Jaya, 745
PT
Tanjung 161
Kreasi
Parquet
Industri
Widodex 42
Prosindo
Jaya, PT
22
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
Plastik
20
Agusta
Plasco, CV 21
Pharco, PT 25
Perkasa
Fiberindo, 24
CV
Perc Infra
24
Jaya, PT
Pelkikindo
24
Sehati
Muncul
Putra Offset, 156
PT
Muliaprima
Replicatama, 90
PT
Mie Hadi
23
Santoso
Megah Jaya 116
Lestari
Prima, PT
Maryong
37
Mondo, PT
Makna
Karya 26
Bhakti, PT
Lilas
Cosmetic, 23
PT
Laju
65
Perkasa, CV
Kongo
Indonesia, 276
PT
Kingasri 104
Pratama, PT
23
No. Kelurahan Industri Jumlah
Pegawai
7. Genuksari Putra 21
angkasa, UD
Mebel 60
Riverside
Indonesia,
PT
Mebel 425
Danwood
Nusantara,
PT
Kartika 220
Makmur
Indah, PT
8. Bangetayu Mustika, PD 31
(BPS Kota Semarang, 2018)
24
Bab III Kriteria Perencanaan dan Metode Perhitungan
III.1 Standar Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Menurut SNI 03-7065 tahun 2005, kebutuhan air minum berupa kebutuhan air minum
sehari diperkirakan dengan menggunakan nilai pemakaian orang yang sesuai dengan
penggunaan gedung yang direncanakan. Kebutuhan air minum juga dapat meliputi
kebutuhan air untuk peralatan dan mesin yang memerlukan penambahan air secara
teratur atau terus menerus. Dan juga dapat berupa kebutuhan air untuk menjaga muka
air kolam, baik untuk air mancur maupun untuk kolam renang harus diperhitungkan
dengan perkiraan kehilangan air karena penguapan dan pelimpahan.
Kebutuhan air dapat berupa kebutuhan air domestik maupun kebutuhan air non
domestik. Kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air di dalam rumah, kebutuhan
air di luar rumah dan kran umum (Twort dan Ratnayaka, 2003). Kebutuhan air di
dalam rumah meliputi kebutuhan untuk minum, memasak, sanitasi, membersihkan
rumah, mencuci pakaian dan mencuci kendaraan. Sementara kebutuhan di luar rumah
meliputi kebutuhan untuk menyiram kebun, air mancur dan kolam renang.
Sedangkan untuk kebutuhan air minum non domestik adalah kebutuhan air minum
untuk fasilitas-fasilitas sosial ekonomi dan budaya yang terdapat pada suatu daerah
perencanaan. Kebutuhan air non domestik meliputi kebutuhan air untuk industri,
25
instansi/kantor, dan fasilitas umum. Penentuan kebutuhan air minum untuk non
domestik dilakukan dengan menggunakan standar kebutuhan air minum yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
1. Industri
Kebutuhan air untuk industri meliputi cakupan yang sangat luas dan beragam
mengingat industri terbagi dalam industri jasa dan industri yang memproduksi
barang.
a. Industri Jasa
Dalam industri jasa seperti industri kepariwisataan kebutuhan air diperhitungkan dari
fasilitas pendukung industri pariwisata tersebut, seperti kebutuhan air untuk restoran
atau rumah makan, kebutuhan air hotel, losmen atau penginapan, villa dan sarana
pariwisata lainnya. Mengacu pada standar Ditjen Cipta Karya (2000), kebutuhan air
untuk restoran atau rumah makan diperhitungkan terhadap jumlah tempat duduk yang
disediakan. Standar pemakaian air yang ditetapkan sebesar 100 lt/tempat duduk/hr.
Sementara kebutuhan air untuk hotel dihitung dari banyaknya kamar yang disediakan.
Kebutuhan air untuk hotel ditetapkan sebesar 150 lt/kamar/hr.
b.Industri Barang
Kebutuhan air untuk industri yang menghasilkan barang sangat tergantung dari jenis
barang yang dihasilkan. Seperti contoh industri minuman akan membutuhkan air
yang lebih besar dabandingkan dengan industri yang tidak berbasis pada air.
2.Instansi/Kantor
Kebutuhan air untuk instansi/kantor menurut Ditjen Cipta Karya (2000), ditentukan
dari banyaknya jumlah pegawai/karyawan. Penggunaan terbesar untuk kelompok ini
digunakan untuk kegiatan di kamar mandi. Kebutuhan air untuk instansi/kantor
ditetapkan sebesar 10 lt/pegawai/hari.
3. Fasilitas Umum
Kebutuhan air fasilitas umum diperhitungkan dari kebutuhan air untuk sekolah,
sarana kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.
26
a. Sekolah
Kebutuhan air untuk sekolah diperhitungkan dari banyaknya jumlah siswa dan
guru serta pegawai administrasi yang ada. Ditjen Cipta Karya (2000), menetapkan
kebutuhan air untuk sekolah sebesar 10 lt/murid/hr.
b. Sarana Kesehatan
Kebutuhan air untuk sarana kesehatan berupa rumah sakit dihitung dari
banyaknya tempat tidur/bed yang disediakan. Ditjen Cipta Karya (2000),
menetapkan bahwa kebutuhan air untuk rumah sakit sebesar 200 liter/bed/hari.
Sementara kebutuhan air untuk puskesmas ditetapkan sebesar 2 m3 /hari.
27
18 Restoran 15 liter/kursi
19 Toserba 5 liter/m2
20 Gedung Pertunjukan Bioskop 10 liter/kursi
(Sumber : SNI 03-7065 tahun 2005)
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan debit pengambilan. Debit pengambilan harus lebih besar daripada debit
yang diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum.
Tambahan 30% tersebut adalah untuk mengatasi keterbatasan sumber air pada saat
kekeringan, khususnya musim kemarau. Bilamana kapasitas pengambilan air baku
tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya akibat musim kemarau, maka
dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan menjadi debit cadangan pada
musim kemarau.
Pada perencanaan SPAM di Kecamatan Genuk, terdapat tiga sumber air yang
berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Sumber air pertama
adalah dari sungai, kedua adalah dari sumur dangkal, dan ketiga dari sumur dalam.
28
Ketiga sumber air tersebut memiliki karakteristik fisik dan kimiawi yang berbeda-
beda. Kualitas fisik dan kimia masing-masing ketiga sumber air dapat dilihat dengan
lebih jelas pada tabel-tabel di bawah.
KIMIA
Besi (Fe) mg/l 5
Kesadahan (CaCO3) mg/l 200
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 3
pH mg/l 6,5
DO mg/l 4
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 12
BOD mg/l 33
COD mg/l 60
29
Total coli mg/l 1100000
Fecal coli mg/l 1100000
30
Tabel III. 3 Kualitas Air Sumber II (sumur dangkal)
31
Tabel III. 4 Kualitas Air Sumber III (Sumur Dalam)
Berdasarkan kualitas air dari masing-masing sumber, air masih sangat jauh dari
standar baku mutu air minum sehingga membutuhkan unit pengolahan lebih lanjut
untuk dijadikan sumber air baku untuk minum. Sedangkan, berdasarkan kuantitas,
debit air sumber air I lebih memungkinkan untuk memenuhi evaluasi sumber air yaitu
kuantitas dan kontinuitas. Adapun dari segi aspek teknis dan ekonomi, sumber air I
yang merupakan air sungai dengan debit yang besar, lebih berpotensi untuk dijadikan
32
unit air baku. Dengan begitu, tidak dibutuhkan unit-unit tambahan untuk melakukan
transmisi air seperti pompa dan semacamnya sehingga biaya yang diperlukan menjadi
lebih ekonomis. Selain itu, mata air sering dijumpai mengandung CO2 agresif yang
tinggi yang tidak banyak berpengaruh pada kesehatan tetapi cukup berpengaruh pada
bahan pipa (korosi).
33
Kriteria pipa transmisi yang digunakan mengikuti kriteria yang diatur dalam Permen
PU no. 18 tahun 2007, yaitu seperti yang tercantum pada tabel berikut :
34
No Uraian Notasi Kriteria
maksimum
Kemiringan saluran
7 S (0,5 – 1 ) 0/00
terbuka
Tinggi bebas saluran
8 Hw 15 cm (minimum)
terbuka
Kemiringan tebing
45 ° ( untuk bentuk
9 terhadap -
trapesium)
dasar saluran
*Saluran terbuka hanya digunakan untuk transmisi air baku
(Sumber : Permen PU no. 18 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum)
Agar terciptanya pelayanan yang baik, maka perlu diperhatikan faktor – faktor
berikut:
a. Kuantitas air yang mencukupi kebutuhan masyarakat.
Jumlah air mencukupi minimal untuk mandi, makan, dan minum, atau sesuai
yang telah ditetapkan dalam perencanaan;
Tekanan air di pelanggan (titik jangkauan pelayanan terjauh) minimum 1 atm.
b. Ketersediaan air secara kontinu, dimana air harus mengalir di pelanggan selama
24 jam per hari.
c. Terjaganya kualitas air sepanjang pipa distribusi sampai diterima konsumen.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
pH antara 6 – 7,5;
35
Bakteriologis, yaitu bakteri E-coli = 0;
Sisa chlor minimal 0,2 ppm
d. Antisipasi terjadinya kehilangan air yang tiba-tiba seperti kebocoran pipa dan
pencurian air.
e. Tekanan pengaliran air harus dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan,
termasuk daerah yang paling kritis sekalipun.
36
Tabel III. 6 Kriteria Pipa Distribusi
37
III.3 Periode Perencanaan
Periode perencanaan merupakan jangka waktu dimana instalasi pengolahan air harus
memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat di daerah layanan. Pada
umumnya, periode perencanaan yang biasa digunakan adalah selama 20-25 tahun.
Namun, pada periode yang digunakan pada perencaanaan kali ini adalah 20 tahun.
Dengan pertimbangan bahwa dalam kurun waktu tersebut rasio pertumbuhan
penduduk Kecamatan Genuk tidak terlalu besar sehingga perencanaan dapat
dilakukan dengan baik.
Untuk mengetahui berapa banyak masyarakat yang akan dilayani selama 20 tahun ke
depan, maka perlu diperkirakan jumlah penduduknya. Jumlah penduduk di masa
mendatang dapat dilakukan dengan proyeksi penduduk. Dengan mengetahui jumlah
penduduk, akan diketahui berapa banyak air yang dibutuhkan oleh masing-masing
orang/liter/har. Oleh karena itu, instalasi pengolahan air harus benar-benar
berkomitmen untuk menyediakan air selama 20 tahun penuh demi pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Adapun dalam pemenuhan kebutuhan air, wilayah Kecamatan
Genuk dibagi menjadi sepuluh bagian. Dimana nantinya akan ditentukan berapa
banyak kebutuhan air di tiap bagian tersebut sehingga semua bagian akan mendapat
penyaluran air secara penuh untuk setiap masyarakatnya.
Pn = P0 {1 + (r.n)}
r = P2 – P1
38
Keterangan :
2. Metode Geometri
Dalam metode geometri, pertumbuhan penduduk diasumsikan mengikuti deret
geometri. Pertumbuhan diasumsikan konstan untuk jangka waktu tertentu.
Pn = Po (1 + r)n
P2−P1
r=
P1
Keterangan :
n = jangka waktu
39
p2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
Mudah mengurangi
dipasang efektivitas
(sumber : www.indiamart.com)
Dapat menahan penyaluran
mengalami selama
kerusakan pengangkutan
40
air) bahan tertentu
3 Concrete (beton) Bagian dalam Relatif lebih
pipa halus, berat
sehingga dapat Cenderung
meminimalkan patah saat
kehilangan pengangkutan
tekan akibat Sulit diperbaiki
friksi jika mengalami
Tahan lama kebocoran
(sumber : www.hynds.co.nz) Tidak berkarat
Tidak
terbentuk
lapisan di
bagian dalam
pipa
Biaya
pemeliharaan
murah
4 PVC Kuat Tidak tahan
Dapat menahan suhu yang
tekanan yang tinggi
tinggi Mudah
Sambungan mengalami
mudah dibuat deformasi
Tahan korosi
Ukuran
bermacam
(sumber : www.bunnings.com.au)
macam
41
Dalam pemilihan pipa terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
kekuatan pipa terhadap cairan yang akan ditransportasikan, daya tahan terhadap
korosi dan erosi, pengeluaran yang diperlukan untuk pipa dan penanganannya, serta
kondisi pipa, ketersediaan, bahan baku dan biaya pemeliharaan. Selain pipa, terdapat
juga beberapa perlengkapan pipa atau aksesoris yang mendukung sistem distribusi air
minum yang terdapat pada tabel berikut :
(sumber : www.tameson.com)
2 Air release valve Valve ini berfungsi untuk
mengeluarkan udara yang
terakumulasi pada pipe. Valve ini
secara terus menerus mengeluarkan
udara dari sistem, sehingga dapat
mencegah turunnya kapasitas
pengaliran, menurnkan daya
konsumsi dan mencegah agar udara
yang ada tidak menghalangi
penyaluran.
(sumber : www.cla-val.com)
3 Blow off valve Valve ini berfungsi seperti gate valve
42
yang dipasang pada setiap dead end
atau titik terendah dari setiap jalur
pipa
(sumber : www.indiamart.com)
4 Check valve Valve ini dipasang bila pengaliran di
dalam pipa diinginkan satu arah. Alat
ini dipasang pada pipa tekan antara
pompa dan gate valve. Tujuannya,
bila pompa mati maka pukulan akibat
aliran balik tidak merusak pompa.
(sumber : www.leengatevalves.co.uk)
5 Valve chamber Sebagai tempat pemeriksaan atau
perbaikan bila terjadi gangguan pada
valve. Penempatannya pada tempat
aksesoris yang penting dan pada jalur
pipa setiap jarak 300-600 m, terutama
pada pipa berdiameter besar
(sumber : hyndz.co.nz)
6 Thrust block Diperlukan pada pipa yang
mengalami beban hidrolik yang tidak
seimbang, misalnya pada pergantian
diameter pipa, akhir pipa, dan
43
belokan. Gaya ini harus ditahan oleh
thrust block untuk menjaga agar
fitting tidak bergerak. Umumnya
lebih praktis memasang thrust block
ini setelah saluran ditimbun tanah dan
dipadatkan, sehingga menjamin
mampu menahan getaran/gaya
hidrolik atau beban lain
(sumber : www.traxco.com)
7 Alat pengukur tekanan Dipasang pada pompa agar dapat
diketahui besarnya tekanan kerja
pompa. kontrol perlu dilakukan untuk
menjaga keamanan distribusi dari
tekanan kerja pompa dan menjaga
kontinuitas aliran.
(sumber : www.grainger.com)
8 Alat pengukur air Berfungsi untuk mengetahui besarnya
jumlah pemakaian air dan juga
sebagai alat pendeteksi kebocoran
44
(sumber : www.rainbird.com)
9 Bell dan spigot Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke
dalam bell (socket) pipa lainnya.
Untuk menghindari kebocoran,
menahan pipa serta memungkinkan
defleksi (sudut sambungan berubah)
maka dilengkapi dengan gasket.
(sumber : www.waterhelp.org)
10 Flange joint Biasnaya dipakai untuk pipa
bertekanan tinggi dan untuk
sambungan yang letaknya dekat
dengan instalasi pompa. Sebelum
kedua flange disatukan dengan mur
dan baut, maka di antara flange
disisipkan packing untuk mencegah
kebocoran
(sumber : www.anekaadhilogam.com)
11 Ball joint Digunakan untuk sambungan dua
45
pipa dalam air
(sumber : www.wateronline.com)
12 Reducer-increaser aksesoris sambungan pipa yang
digunakan untuk menggabungkan
pipa-pipa yang berdiameter berbeda
(pipa berdiameter besar ke pipa
diameter kecil atau sebaliknya)
(sumber: www.anekaadhilogam.com)
13 Bend komponen sambungan pipa air yang
berbentuk lengkung/bengkok dan
berfungsi untuk membengkokkan
arah pipa atau membelokkan arah
aliran air dengan mengikuti elevasi
tanah/media pemasangan sesuai
kebutuhan
(sumber : www.anekaadhilogam.com)
46
14 Tee Aksesoris sambungan pipa air
khususnya yang berfungsi sebagai
pemecah saluran pipa saluran yang
mana penyaluran air dibagi menjadi
dua arah.
(sumber : www.anekaadhilogam.com)
15 Tapping band Dipasang pada tempat yang perlu
disadap dan untuk dialirkan ke tempat
lain. Dalam hal ini, pipa distribusi di
bor dan tapping band dipasang
dengan baut di sekeliling pipa dengan
memeriksa agar cincin melingkar
penuh pada keliling lubang dan tidak
menutupi lubang tapping
(sumber : www.hynds.co.nz)
47
Bab IV Proyeksi dan Pemenuhan Kebutuhan Air
Pemenuhan kebutuhan air didasarkan juga pada pola penyebaran penduduk. Dengan
diketahuinya penyebaran penduduk, maka dapat ditentukan manakah daerah daerah
kecil dari daerah layanan yang menjadi prioritas utama. Untuk menentukan
pembagian daerah layanan guna memenuhi kebutuhan air, maka daerah Kecamatan
Genuk dibagi menjadi sepuluh bagian berdasarkan kepadatan dengan total 13
kelurahan yang ada, seperti pada gambar berikut :
48
Tabel IV. 1 Pembagian Wilayah Kabupaten Genuk Berdasarkan Kepadatan
Wilayah Wilayah
I Muktiharjo Lor
II Gebangsari , Bangetayu Kulon
III Banjardowo, genuksari
IV Bangetayu wetan
V Sembungharjo
VI Kudu, Penggaron Lor
VII Karangroto
VIII Trimulyo
IX Teboyo wetan
X Terboyo Kulon
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air minum untuk rumah tangga yang terdiri
dari sambungan rumah dan hidran umum. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air
minum domestik untuk periode perencanaan tertentu maka dilakukan perhitungan
proyeksi penduduk. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk
menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu metode
aritmatik, geometrik, regresi linier, eksponensial, dan logaritmik. Jumlah penduduk
selama 10 tahun terakhir di Kecamatan Semarang Barat dapat dilihat dalam tabel
berikut:
49
Tabel IV. 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Genuk 2008-2017
1. Metode Aritmatik
Model linear Aritmatik menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang
paling sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan
derajat pertama (first degree equation). Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis
lurus. Model ini berasumsi bahwa penduduk akan bertambah/berkurang sebesar
jumlah absolute yang sama/tetap (β) pada masa yang akan datang sesuai dengan
kecenderungan yang terjadi pada masa lalu. Menurut Klosterman (1990), mengacu
pada Pittengar (1976), mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data
yang tersedia relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan
model lain. Selanjutnya, menurut Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini
hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat, dan
tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai
fungsi dari waktu, dengan persamaan:
50
Keterangan :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke-n dimasa depan
Po = Jumlah penduduk data terakhir yang diketahui
r = Rata-rata pertumbuhan penduduk
Tn = Tahun ke-n
To = Tahun data awal
Pi = Jumlah penduduk tahun yang dicari
Pi-1 = Jumlah penduduk tahun sebelumnya
N = Jumlah data pada tahun yang diproyeksikan
Jumlah
y (t) = (Pi-P(i- [(Pn-
Tahun Penduduk (Pn-P)2 (Pn-Pr)2 STD R2
Pn 1))/N P)2/n]
(y)
2008 80600 80600 0 0 181715792 0
2009 83106 83595.6 250.6 239708.2 109926837.2 23970.816
2010 85877 86591.2 277.1 510081.6 56085121 51008.164
2011 88967 89586.8 309 384152 20190643.56 38415.204
2012 91527 92582.4 256 1113869 2243404.84 111386.92
2489.62 0.90697
2013 93439 95578 191.2 4575321 2243404.84 457532.1
2014 95211 98573.6 177.2 11307079 20190643.56 1130707.9
2015 97545 101569 233.4 16194186 56085121 1619418.6
2016 99508 104565 196.3 25571226 109926837.2 2557122.6
2017 110556 107560 1104.8 8973619 181715792 897361.94
Rata-
94080.2
rata
Total 2995.6 68869242 740323597.2 6886924.2
51
Perhitungan :
1) Menentukan nilai r
Mula-mula, ditentukan nilai r pada proyeksi jumlah penduduk tahun 2009 sebagai
berikut :
𝑃𝑖 − 𝑃(𝑖 − 1)
𝑟=
𝑁
83106 − 80600
𝑟=
10
r = 250.6
Cara diatas kemudian dipakai untuk mencari nilai r penduduk pada tahun berikutnya
sehingga didapatkan total dari r adalah 2995.6.
2) Menentukan nilai Pn
Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk di masa depan pada data
terakhir tahun 2008 sebagai berikut :
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 + ( 𝑟 𝑥 (𝑇𝑛 − 𝑇𝑜)
𝑃𝑛 = 80600 + ( 2995.6 × ( 2009 − 2008)
𝑃𝑛 = 83595.6
Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya.
= 239708.16
Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya. Sehingga
didapatkan total nilainya adalah 68869242.
52
4) Menentukan nilai (Pn – Pr)2
Dengan menggunakan data proyeksi tahun 2009, dengan Pr adalah nilai rata – rata
dari proyeksi jumlah penduduk disetiap tahun, maka perhitungannya sebagai berikut :
(Pn – Pr)2 = (83595.6 - 94080.2)2
= 109926837.2
Cara diatas sama untuk proyeksi jumlah penduduk di tahun berikutnya. Sehingga
didapatkan total nilainya adalah 740323597.2
STD = 2489.624827
7) Mencari nilai R2
Nilai koefisien determinasi R2 dapat ditentukan Dengan menggunakan rumus berikut
R2 = [(Pn – Pr)2 – (Pn-P)2 ]/(Pn – Pr)2
Sehingga nilai R2 yang didapatkan dari metode aritmatika adalah :
53
R2 = (740323597.2 – 68869242)/ 740323597.2
R2 = 0.906974136
2. Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah
penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Rumus metode
ini adalah;
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)𝑥
Dengan;
Pn = Jumlah penduduk hasil proyeksi setelah x tahun
Po = Jumlah penduduk data tahun terakhir
r = rasio pertumbuhan penduduk
x = tahun ke-
Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
[𝑃𝑖−𝑃(𝑖−1)]
𝑃𝑖
Dengan;
Pi = Jumlah Penduduk tahun ke-i
Maka, contoh perhitungan untuk tahun 2008 adalah :
[𝑃𝑖 − 𝑃(𝑖 − 1)] (80600 − 80600)
= =0
𝑃𝑖 80600
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
54
𝑛 = jumlah data
𝑟 = −0,001355755
(𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk pada tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (80600 − 80600)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 0
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
55
(𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (80600 − 92730.7)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 147154676.3
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛−P)2
𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 (80600 − 80600)2
=
𝑛 10
(𝑃𝑛 − P)2
=0
𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode geometri adalah sebagai berikut;
56
1
39712779.19 − 39712779.19 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10
𝑆𝑇𝐷 = 1890.54
Jumlah
[(Pi-P(i- [(Pn-
Tahun (t) penduduk X Pn (Pn-P)2 (Pn-Pr)2 STD R2
1))/Pi] P)2)/n
(P)
2008 80600 0 0 80600 0 147154676.3 0
2009 83106 0.03015 1 83080.7 638.611812 93122567.33 63.86118
2010 85877 0.03227 2 85637.8 57211.36108 50309538.01 5721.136
2011 88967 0.03473 3 88273.6 480809.9187 19866072.94 48080.99 1890.54 0.93898
2012 91527 0.02797 4 90990.5 287827.2068 3028393.556 28782.72
2013 93439 0.02046 5 93791 123929.1872 1124242.572 12392.92
2014 95211 0.01861 6 96677.8 2151391.866 15579043.11 215139.2
57
2015 97545 0.02393 7 99653.3 4445086.804 47922456.27 444508.7
2016 99508 0.01973 8 102720 10320128 99795362.48 1032013
2017 110556 0.09993 9 105882 21845756.23 172957293.6 2184576
Total 0.30778 39712779.19 650859646.2 3971278
Rata-rata 0.03078 92730.7
Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
Konstanta a
∑ 𝑦 ∑𝑥 2 − ∑ 𝑥∑(𝑥𝑦)
𝑎=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑𝑥)2
Dengan :
y= jumlah penduduk
x= tahun,
(926336)(40501645) − (20125)(1864482901)
𝑎=
10(40501645) − (20125)2
𝑎 = −5559467
58
Konstanta b
𝑁 ∑(𝑥𝑦) − ∑ 𝑥∑𝑦
𝑏=
𝑁 ∑ 𝑥 2 − (∑𝑥)2
Dengan y= jumlah penduduk dan x= tahun, maka perhitungan konstanta b adalah
10(1864482901) − (20125)(926336)
𝑏=
10(40501645) − (20125)2
𝑏 = 2808.5
maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
𝑃2008 = −5559467 + 2808.5(2008)
𝑃2008 =79995.4
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk pada tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (79995.4 − 80600)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 365585.1322
59
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (79995.4 − 92633.6)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 159725018.4
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛−P)2
𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 (365585.1322)2
=
𝑛 10
(𝑃𝑛−P)2
= 36558.5132
𝑛
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke - n
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
60
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode regresi linear adalah sebagai
berikut;
1
45054604.02 − 4505460.4 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10
𝑆𝑇𝐷 = 2013.68
2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2 − ∑(𝑃𝑛 − P)2
𝑟 =
∑(𝑃𝑛 − 𝑃𝑟)2
Dengan;
Pn = Proyeksi Penduduk tahun ke – n
Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017
P = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode regresi linear adalah sebagai berikut;
(650731556.4 − 45054604.02)
𝑟2 =
650731556.4
𝑟 2 = 0.9307
4. Metode Eksponensial
𝑃 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥
Dengan;
x = Tahun ke-
61
N = Jumlah data
a,b = Konstanta
Konstanta b
𝑁 ∑(𝑥 ln 𝑦) − (∑ 𝑥 ∑ ln 𝑦 )
𝑏=
𝑁(∑ 𝑥 2 ) − (∑𝑥)2
10(631.267) − (55)(114.324)
𝑏=
10(385) − (55)2
𝑏 = 0.030098263
Konstanta a
1
ln 𝑎 = (∑ ln 𝑦 − 𝑏 ∑ 𝑥)
𝑁
1
(55))
𝑎 = 𝑒 10(114.324+0,03009
𝑎 = 78190.68327
𝑃 = 𝑎. 𝑒 𝑏𝑥
Dengan;
62
x = Tahun
N = Jumlah data
a,b = Konstanta
maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
𝑃2008 = 80579.861
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
63
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛−P)2
𝑛
Dengan;
n = Jumlah Data
(𝑃𝑛 − P)2
= 405.551/10
𝑛
(𝑃𝑛 − P)2
= 40.5551
𝑛
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
1
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 2
∑(𝑃𝑛 − 𝑃)2 − ∑
𝑆𝑇𝐷 = ( 𝑛 )
𝑛
64
Dengan;
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode eksponensial adalah sebagai berikut;
1
39746039.17 − 3974603.917 2
𝑆𝑇𝐷 = ( )
10
𝑆𝑇𝐷 = 1891.33
Dengan;
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode eksponensial adalah sebagai berikut;
(695790579.8 − 39746039.17)
𝑟2 =
695790579.8
𝑟 2 = 0.942876434
65
Tabel IV. 5 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri (1)
Jumlah
Tahun (t) Penduduk n=x x2 ln y x ln y A b
(Pn=y)
2008 80600 1 1 11.2973 11.2973
2009 83106 2 4 11.3279 22.6557
2010 85877 3 9 11.3607 34.082
2011 88967 4 16 11.396 45.5841
2012 91527 5 25 11.4244 57.1219
2013 93439 6 36 11.4451 68.6704 78190.7 0.0301
2014 95211 7 49 11.4639 80.247
2015 97545 8 64 11.4881 91.9046
2016 99508 9 81 11.508 103.572
2017 110556 10 100 11.6133 116.133
Total 55 385 114.324 631.268
Rata-rata
Tabel IV. 6 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode geometri (2)
P [(Pn-
Tahun (t) (Pn-P)^2 (Pn-Pr)^2 STD R^2
proyeksi P)^2)/n
2008 80579.9 405.551868 144302020 40.5552
2009 83042 4090.45467 90375017.2 409.045
2010 85579.5 88530.7008 45368005.3 8853.07
2011 88194.4 596899.591 13290235.9 59690
2012 90889.3 406715.663 1178478.67 40671.6
1891.33 0.94288
2013 93666.5 51733.8647 682974.024 5173.39
2014 96528.5 1735815.67 6751799.1 173582
2015 99478 3736522.43 24328791 373652
2016 102518 9057922.02 47546850.4 905792
2017 105650 24067403.2 321966408 2406740
Total 39746039.2 695790580 3974604
Rata-rata 92612.6
66
5. Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑎 + 𝑏 ln 𝑥
Dengan:
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun ke-
y = jumlah penduduk yang diproyeksikan
N = jumlah data
a,b = konstanta
Adapun perhitungan yang perlu dilakukan untuk mendapatakan standar deviasi dan
faktor korelasi adalah sebagai berikut;
Konstanta b
𝑁 ∑(𝑦 ln 𝑥) − (∑ 𝑦 ∑ ln 𝑥 )
𝑏=
𝑁 ∑(ln 𝑥)2 − (∑ ln 𝑥)2
Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan
konstanta a adalah
10(1451329.102) − (926336)(15.1044)
𝑏=
10(27.6502)2 − (15,1044)2
𝑏 = 10784.51119
Konstanta a
1
𝑎= (∑ 𝑦 − 𝑏 ∑ ln 𝑥)
𝑁
Dengan y = jumlah penduduk, x = tahun, dan N = Jumlah data maka perhitungan
konstanta a adalah
1
𝑎= (926336 + 10784.5112 (15,1044))
10
𝑎 = 76344.22936
67
Jumlah penduduk hasil proyeksi tahun x (Pn = y)
𝑃 = 𝑎 + 𝑏 ln 𝑥
Dengan:
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
x = tahun ke-
y = jumlah penduduk yang diproyeksikan
N = jumlah data
a,b = konstanta
maka, jumlah penduduk hasil proyeksi tahun 2008 adalah sebagai berikut:
𝑃2008 = 76344.22936 + 10784.51119 (ln 1)
𝑃2008 = 76344.22936
Untuk mendapatkan nilai jumlah proyeksi di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan
perhitungan yang sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − 𝑃)2
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = (80600 − 76344.229)2
(𝑃𝑛 − 𝑃)2 = 18111583.75
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛 − Pr)2
Dengan;
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Pr = Rata-Rata Jumlah Penduduk dari tahun 2008 - 2017
68
Maka, perhitungan untuk tahun 2008 adalah sebabagi berikut;
(𝑃𝑛 − Pr)2 = (80600 − 92633.6)2
(𝑃𝑛 − Pr)2 = 144807529
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
(𝑃𝑛−P)2
𝑛
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan tahun 2008 adalah sebagai berikut;
(𝑃𝑛 − P)2 18111583.75
=
𝑛 10
(𝑃𝑛 − P)2
= 1811158.375
𝑛
Untuk mendapatkan nilai di tahun 2009-2017 bisa diperoleh dengan perhitungan yang
sama seperti diatas.
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
n = Jumlah Data
Maka, perhitungan standar deviasi untuk metode logaritmik adalah sebagai berikut;
69
1
133341666.7 − 13334166.67 2
STD = ( )
10
STD = 3464.20867
Faktor Korelasi (R2)
∑(Pn − Pr)2 − ∑(Pn − P)2
r2 =
∑(Pn − Pr)2
Dengan;
P = Jumlah penduduk hasil proyeksi
Pn = Jumlah Penduduk tahun terakhir yang diketahui
Pr = Rata-Rata jumlah penduduk dari tahun 2008 - 2017
Maka, perhitungan faktor korelasi untuk metode logaritmik adalah sebagai berikut;
(695786160.4 − 133341666.7)
r2 =
695786160.4
r 2 = 0.80835825
Jumlah
Tahun (x) Penduduk ln x (ln x)2 y ln x a B
(Pn=y)
2008 80600 0 0 0
2009 83106 0.693 0.48045 57604.7
2010 85877 1.099 1.20695 94345.5
2011 88967 1.386 1.92181 123334
2012 91527 1.609 2.59029 147307
76344.229 10784.5112
2013 93439 1.792 3.2104 167420
2014 95211 1.946 3.78657 185272
2015 97545 2.079 4.32408 202839
2016 99508 2.197 4.8278 218641
2017 110556 2.303 5.3019 254565
70
Total 926336 15.1 27.6502 1451329
Rata-rata
Tabel IV. 8 Hasil perhitungan proyeksi penduduk menggunakan metode logaritmik
Tabel IV. 9 Nilai standar deviasi dan koefisien determinasi setiap metode
Metode STD R2
Aritmatik 2489.62 0.907
Geometri 1890.54 0.939
Reg. Linear 2013.68 0.931
Eksponensial 1891.33 0.943
Logaritmik 3464.21 0.808
Berdasarkan nilai standar deviasi terkecil dan nilai koefisien determinasi yang paling
mendekati 1, metode yang terpilih untuk proyeksi penduduk adalah metode
Eksponensial. Dengan demikian, jumlah penduduk di wilayah Genuk yang telah
71
diproyeksikan sampai tahun 2039 dengan menggunakan metode eksponensial dapat
dilihat pada tebel berikut :
Tahun P
2008 80579.862
2009 83042.043
2010 85579.459
2011 88194.407
2012 90889.257
2013 93666.451
2014 96528.504
2015 99478.009
2016 102517.64
2017 105650.15
2018 108878.37
2019 112205.24
2020 115633.76
2021 119167.04
2022 122808.28
2023 126560.78
2024 130427.95
2025 134413.28
2026 138520.38
2027 142752.98
2028 147114.91
2029 151610.13
2030 156242.7
2031 161016.82
2032 165936.81
2033 171007.14
2034 176232.4
2035 181617.32
2036 187166.78
2037 192885.81
72
2038 198779.59
2039 204853.46
Berdasarkan data dari proyeksi kependudukan dan jumlah fasilitas sosial serta
fasilitas umum di Kecamatan Semarang Barat, dapat diketahui perkiraan kebutuhan
air total di daerah tersebut dengan terlebih dahulu membuat proyeksi kebutuhan air,
baik kebutuhan air domestik maupun non domestik.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk untuk 10-20 tahun ke masa yang akan datang,
didapatkan perkiraan jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM pada tahun 2029
sebanyak 151.610 jiwa dan pada tahun 2038 naik menjadi 204.853 jiwa. Besar
persentase tingkat pelayanan yang diharapkan pada tahun 2029 sebesar 70 %
sehingga jumlah penduduk yang terlayani sekitar 106127 jiwa. Sedangkan pada tahun
2039 diharapkan seluruh penduduk di Kecamatan Genuk dapat terlayani akses air
minum.
Dalam pendistribusian air minum oleh PDAM, tidak semua penduduk akan terlayani
air minum melalui sambungan rumah secara langsung, melainkan akan ada sebagian
penduduk yang terlayani melalui air kran umum. Pada tahun 2029, besar
perbandingan antara pelayanan melalui sambungan rumah dengan pelayanan melalui
hidran umum sebesar 80:20. Dengan perbandingan tersebut, dapat ditentukan bahwa
jumlah penduduk terlayani sambungan rumah sebesar 84.902 jiwa dan sisanya yaitu
21.225 jiwa akan terlayani melalui kran umum. Besarnya standar kebutuhan air
sambungan rumah ialah 130 loh sehingga didapatkan jumlah kebutuhan air
sambungan rumahnya sebesar 11037260 L/h. Untuk standar kebutuhan air kran
umum ialah sebesar 30 loh sehingga jumlah kebutuhan air kran umum mencapai
73
636750 L/h untuk di daerah tersebut. Maka jumlah keseluruhan untuk kebutuhan
domestik di tahun 2029 pada Wilayah Genuk diperkirakan akan mencapai 11674010
L/h. Sedangkan pada tahun 2039, perbandingan antara pelayanan melalui sambungan
rumah dengan pelayanan melalui kran umum sebesar 80:20 sehingga jumlah
penduduk terlayani sambungan rumah sebesar 163882 jiwa dengan jumlah kebutuhan
air sambungan rumah sebesar 21304712 L/h dan jumlah penduduk terlayani kran
umum sebesar 40971 jiwa dengan jumlah kebutuhan air kran umum sebesar 1229130
L/h. Maka jumlah keseluruhan untuk kebutuhan domestik di tahun 2039 pada
Wilayah Kecamatan Genuk diperkirakan akan mencapai 22533842 L/h.
Berikut tabel perkiraan jumlah kebutuhan air domestik untuk Wilayah Kecamatan
Barat pada 10-20 tahun ke masa yang akan datang.
Tabel IV. 11 Jumlah kebutuhan air domestik Wilayah Kecamatan Barat pada tahun
2029 dan 2039
Satuan Tahun
Uraian
2029 2039
Jumlah penduduk di wilayah pelayanan PDAM Jiwa 151.610 204.853
Tingkat pelayanan % 70 100
jumlah penduduk terlayani Jiwa 106127 204.853
persen sambungan rumah % 80 80
jumlah penduduk terlayani sambungan rumah Jiwa 84902 163882
standar kebutuhan air sambungan rumah L/orang/hari 130 130
jumlah kebutuhan air sambungan rumah L/hari 11037260 21304660
persen pelayanan kran umum % 20 20
jumlah penduduk terlayani kran umum Jiwa 21225 40971
standar kebutuhan air kran umum L/orang/hari 30 30
jumlah kebutuhan air kran umum L/hari 636750 1229130
74
jumlah kebutuhan domestik L/hari 11674010 22533790
Tabel IV. 12 Data Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Kecamatan Genuk
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
1. Sekolah TK Muktiharjo 158 Muri 15 L/muri PU 2355
Lor
d,gur d/hari
u
Gebangsari 340 Muri 15 L/muri PU 5100
d,gur d/hari
u
75
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u d/hari
76
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
SD Muktiharjo 698 Muri 15 L/muri PU 10470
Lor
d,gur d/hari
u
77
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u
78
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
SMP Gebangsari 895 Muri 15 L/muri PU 13425
d,gur d/hari
u
Bangetayu 266 Muri 15 L/muri PU 3990
Wetan d,gur d/hari
u
Sembungharjo 327 Muri 15 L/muri PU 4905
d,gur d/hari
u
41470
Kudu 100 Muri 15 L/muri PU 1500
d,gur d/hari
u
Karangroto 358 Muri 15 L/muri PU 5470
d,gur d/hari
u
Banjardowo 106 Muri 15 L/muri PU 1590
d,gur d/hari
u
Terboyo 111 Muri 15 L/muri PU 1665
Wetan d,gur d/hari
u
Terboyo 595 Muri 15 L/muri PU 8925
Kulon d,gur d/hari
u
MTs Bangetayu 512 Muri 15 L/muri PU 7680
Wetan d,gur d/hari
u 17565
Penggaron 235 Muri 15 L/muri PU 3525
Lor d,gur d/hari
u
Karangroto 424 Muri 15 L/muri PU 6360
d,gur d/hari
u
SMA Gebangsari 576 Muri 15 L/muri PU 8640
d,gur d/hari
u
Genuksari 589 Muri 15 L/muri PU 8835
d,gur d/hari
79
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
u
Bangetayu 423 Muri 15 L/muri PU 6345
Kulon d,gur d/hari 36225
u
Bangetayu 251 Muri 15 L/muri PU 3765
Wetan d,gur d/hari
u
Karangroto 79 Muri 15 L/muri PU 1185
d,gur d/hari
u
Banjardowo 115 Muri 15 L/muri PU 1725
d,gur d/hari
u
Terboyo 382 Muri 15 L/muri PU 5730
Kulon d,gur d/hari
u
MA Bangetayu 116 Muri 15 L/muri PU 17415
Kulon 1 d,gur d/hari
u 22560
Penggaron 123 Muri 15 L/muri PU 1845
Lor d,gur d/hari
u
Karangroto 220 Muri 15 L/muri PU 3300
d,gur d/hari
u
Univ Terboyo 181 Muri 15 L/muri PU 27283 27283
Kulon 89 d/hari 5
d,gur 5
u
80
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Genuksari 1 Unit 6000 L/ PU 6000
unit/har
i 30000
Bangetayu 1 Unit 6000 L/ PU 6000
Kulon unit/har
i
Banjardowo 1 Unit 6000 L/ PU 6000
unit/har
i
81
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Terboyo 219 Unit 1.2 L/unit/h PU 262.8
Kulon ari
82
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Apoti 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Muktiharjo
k Lor ari
83
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Banjardowo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
ari
Trimulyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
ari
Terboyo 3 Unit 500 L/unit/h PU 1500
Wetan ari
Terboyo 1 Unit 500 L/unit/h PU 500
Kulon ari
2500
16150
0
84
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Terboyo 3 Unit 500 L/unit/h PU 1500
Wetan ari
Terboyo 9 Unit 500 L/unit/h PU 4500
Kulon ari
85
Per Tahu Penggun Jenis Lokasi Uni Satua Satandar Satuan Sumber Keb. Jlh(L/h
ari)
. n aan t n Keb. Air Standar Standar Air
Lahan Unit (L/unit/hr) Keb.Air Keb.Air (L/har
i)
Bangetayu Pega 60 L/pega PU 1860
wai wai/har
31 i
Kebutuhan Non-Domestik
Sekolah
323123 323123
Pasar
30000 30000
Warung Makan
1449.6 1449.6
Fasilitas Kesehatan
52500 52500
Tempat Ibadah
161500 161500
Industri 811440 811440
86
IV.3.3 Kebutuhan Air Bersih Kecamatan Genuk
Dengan memperhitungakan kebocoran sebanyak 20%, maka kebutuhan air total
(domestik dan non-domestik) di Kecamatan Genuk adalah sebagai berikut :
2029 2039
87
Tabel IV. 15 Kualitas air sumber 1 (Sungai)
Zat Padat
mg/l 800
Tersuspensi
Kekeruhan NTU 600
Temperatur oC 30
Debit sungai Lps 1000
Debit andalan
M3/detik 0,8
(tahun 20)
KIMIA
Besi (Fe) mg/l 5
Kesadahan
mg/l 200
(CaCO3)
Klorida (Cl-) mg/l 30
Mangan (Mn) mg/l 3
pH mg/l 6.5
DO mg/l 4
Sulfat mg/l 60
Bikarbonat mg/l 12
BOD mg/l 33
COD mg/l 60
Total coli mg/l 1100000
Fecal coli mg/l 1100000
88
Tabel IV. 16 Kualitas air sumber 2 (Sumur dangkal)
89
PARAMETER SATUAN HASIL ANALISA
Zat Padat
mg/l 10
Tersuspensi
Kekeruhan NTU 15
Temperatur oC 26
Debit Lps 90
KIMIA
Dari ketiga sumber air baku yang berada di Kecamatan Genuk, dilakukan analisis
kelayakan dalam menentukan pemilihan sumber air yang akan ditransmisikan ke
PDAM. Analisis kelayakan ini dilakukan dengan melakukan penilaian dan
pembobotan terhadap faktor yang telah ditetapkan, yang kemudian masing-masing
hasil penilaian pada masing-masing alternatif sumber air dibandingkan dan diurutkan
sesuai dengan hasil pembobotannya. Alternatif sumber air yang terpilih adalah
sumber air yang hasil pembobotannya adalah yang mendapatkan nilai terbesar
diantara alternatif sumber air lainnya.
90
Analisis penentuan sumber air di Kecamatan Semarang Barat didasarkan pada
beberapa aspek dengan bobot sebagai berikut:
1. Kualitas air
Kualitas air dilihat berdasarkan kandungan parameter fisik dan kimia pada sumber air
tersebut. Parameter fisik dan kimia dari sumber ditentukan berdasarkan % persentase
penyisihan yang diperlukan agar air mencapai kualiatas yang diinginkan.
Kualitas
% Removal Poin
0%-20 % 10
21%-40% 8
41%-60% 6
61%-80% 4
81%-100% 2
2. Jarak transmisi
Jarak dilihat dari seberapa besar jarak yang ditempuh dari sumber air menuju daerah
penduduk.
Jarak Poin
>15 km 2
10 - 15 km 4
7 - 10 km 6
3 - 7 km 8
0 - 3 km 10
3. Kuantitas air
Kuantitas dilihat dari banyaknya air yang dapat dialiri berdasarkan debit
masing-masing sumber.
91
Tabel IV.19 Beban kriteria penilaian debit sumber air
Debit Poin
0 - 30 lps 3
31 - 60 lps 6
61 - 90 lps 9
> 90 lps 10
4. Kontinuitas
Kontinuitas dilihat dari ketersediaan sumber untuk mengairi selama 24 jam.
Kontinuitas air permukaan lebih baik dibandingkan dengan air tanah, maka untuk air
permukaan akan dibobotkan 10 poin sedangkan air tanah akan dibobotkan 7 poin.
Dari ketiga sumber air baku yang tersedia, dilakukan 3 alternatif pencampuran
sumber air untuk tercapainya efektivitas dan efisiensi yang maksimal agar tercapai
keempat aspek yang dipertimbangkan tersebut dengan usaha seminimal mungkin
untuk mengelola dan mengolah.
Alternatif yang ditawarkan adalah :
1. Air sungai 40% + Sumur dangkal 60%
2. Air sungai 40% + Sumur dalam 60%
3. Sumur dangkal 50% + Sumur dalam 50%
% Penyisihan Poin
Paramet Satua Alternatif Alternatif Alternatif Baku
Alt. Alt. Alt.
er n 1 2 3 Mutu Alt. 1 Alt. 3 Alt. 2
2 1 3
Debit Lps 418 454 60 - - - - - - -
TDS mg/l 249.5694 226.2115 97.5 500 0 0 0 10 10 10
TSS mg/l 767.2727 706.0352 17.5 50 93.5 92.92 0 0.65 0.71 10
Kekeruh
NTU 577.6077 530.4185 31.25 5 99.1 99.06 84 0.09 0.09 1.6
an
92
Besi mg/l 5.344498 5.594714 10.75 0.3 94.4 94.64 97.21 0.56 0.54 0.279
Kesadah
mg/l 209.689 241.63 518.75 500 0 0 3.614 10 10 9.639
an
Klorida mg/l 30 27.62115 15 250 0 0 0 10 10 10
Mangan mg/l 3.086124 3.237885 5 0.4 87 87.65 92 1.3 1.24 0.8
6.5 -
pH - 6.478469 6.678414 7.5 0.33 0 0 9.97 10 10
8.5
Sulfat mg/l 60 57.62115 45 250 0 0 0 10 10 10
Bikarbo
mg/l 12.3445 20.08811 65 - - - - - - -
nat
BOD mg/l 32.44019 30.85903 16.25 2 93.8 93.52 87.69 0.62 0.65 1.231
COD mg/l 58.70813 55.837 26.25 10 83 82.09 61.9 1.7 1.79 3.81
Total JPT/1
1056938 969281.9 25750 0 100 100 100 0 0 0
Coli 00 ml
Fecal JPT/1
1056938 969281.9 25750 0 100 100 100 0 0 0
Coli 00 ml
DHL ms/cm 660.793 468.1057 785 - - - - - - -
Rata-
rata 4.22 4.23 5.181
poin
Sedangkan, jarak masing-masing titik terdekat sumber air baku yang tersedia ke IPA
untuk sungai dan sumur dangkal masih berada dalam radius 3 km (nilai 10),
sedangkan sumur dalam berada pada radius 3-7 km (8 poin) sehingga poin jarak
diberikan dengan perhitungan campuran dari 2 sumber yang digunakan dalam setiap
alternatif. Untuk kuantitas, diberikan poin kepada ketiga alternatif sesuai besarnya
debit masing-masing alternatif seperti terlihat pada tabel IV.20 di atas. Untuk
kontinuitas, diberikan nilai berdasarkan jumlah besarnya persentase masing-masing
sumber air baku yang digunakan dalam setiap alternatif berdasarkan tabel pada poin 3
tentang kontinuitas air di atas. Maka, jika dirincikan dan disusun ke dalam tabel,
seluruh pemberian poin pembobotan untuk ketiga alternatif adalah seperti berikut :
93
Tabel IV.21 Hasil pembobotan ketiga alternatif sumber
Poin
Aspek & Bobot
Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3
Kuantitas (35%) 3.5 3.5 2.1
Kontinuitas
2.46 2.46 2.1
(30%)
Kualitas (20%) 0.84434 0.84636 1.03628
Jarak (15%) 1.5 1.32 1.35
Total Poin 8.30434 8.12636 6.58628
Berdasarkan Tabel IV.21, yang mendapatkan nilai tertinggi dalam memenuhi kriteria
pemilihan sumber air adalah Alternatif 1, yaitu pengambilan debit air baku campur
sebanyak 40% dari sungai dan 60% dari sumur dangkal, dengan poin total 8.30434.
1. Periode I (2019-2029)
Kegiatan pada periode pertama ini bersifat pengembangan jaringan perpipaan
eksisting sebagai bentuk pengembangan cakupan atau pelayanan SPAM. Pada
periode ini, target ketercapaian tingkat pelayanan penduduk yang terlayani adalah
sebesar 70 %. Untuk mencapai target tersebut, hal yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan air dalam jumlah yang cukup atau sesuai dengan kebutuhan air di
Kecematan Genuk, yaitu dengan cakupan 106127 penduduk yang terlayani serta
memenuhi standar dan tersedianya air berkesinambungan dengan harga terjangkau.
Strategi yang digunakan pada pengembangan SPAM di periode pertama ini adalah
94
dengan melakukan melakukan pengecekan atau pengontrolan terhadap jaringan
perpipaan eksisting secara berkala dalam rentang waktu tertentu agar fungsi dari
jaringan perpipaan dapat berjalan secara baik selama 10 tahun. Salah contoh hal yang
dapat dilakukan adalah dengan meminimalisir total kebocoran perpipaan sesuai
dengan kriteria perencaan air di Indonesia, yaitu sebesar 20-30 % untuk jumlah
penduduk 100.000 – 500.000 orang. Untuk periode pertama ini, ditargetkan untuk
jumlah penduduk yang terlayani Sambungan Rumah (SR) dengan yang terlayani
Hidran Umum (HU) memiliki perbandingan 80 : 20.
95
Bab V Perencanaan Jalur dan Aksesoris Transmisi
Sistem transmisi yaitu rangkaian perpipaan yang mengalirkan air dari sumber air
baku ke unit pengolahan dan membawa air yang sudah diolah dari Instalasi
pengolahan air ke reservoir distribusi. Ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai
unit produksi disebut jaringan pipa transmisi air baku, sedangkan ruas pipa pembawa
air minum dari unit produksi/bangunan penangkap air sampai reservoir atau batas
distribusi disebut jaringan pipa transmisi air minum.
Sumber air yang digunakan, seperti yang telah tertulis pada Bab IV tentang pemilihan
sumber air baku, adalah dari sungai dan sumur dangkal. Pada pengambilan air dari
sumber-sumber air baku tersebut, terdapat perencaan teknis unit air baku yang harus
diperhatikan. Unit air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan/atau
penyedia air baku, meliputi bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran, dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.
Perencanaan teknis pengembangan SPAM unit air baku harus disusun berdasarkan
ketentuan dimana debit pengambilan harus lebih besar daripada debit yang
diperlukan, sekurang-kurangnya 130% kebutuhan rata-rata air minum. Bilamana
kapasitas pengambilan air baku tidak dapat tercapai karena keterbatasan sumbernya
akibat musim kemarau, maka dilakukan konversi debit surplus pada musim hujan
menjadi debit cadangan pada musim kemarau. Debit cadangan ini harus melebihi
kapasitas kebutuhan air minum.
96
V.1.3 Bangunan Penangkap Air
Bangunan penyadap (Intake) atau penangkap adalah bangunan penangkap air atau
tempat air masuk sungai, danau, situ, atau sumber air lainnya. Perencanaan teknis
bangunan penangkap air baku harus memperhatikan keandalan bangunan,
pengamanan sumber air baku dari bahan pencemar, keselamatan, biaya operasi dan
pemeliharaan yang optimal. Bilamana diperlukan dapat dilakukan kajian lanjutan
antara lain kajian yang meneliti hak-hak atas penggunaan air baku, kuantitas, kualitas,
dan kontinuitas air baku, kondisi iklim yang akan mempengaruhi fluktuasi air baku
baik dari aaspek kualitatif maupun kuantitatif, level air banjir, dan level air minimum,
peraturan yang ditetapkan dalam pemanfaatan sumber air baku, informasi navigasi,
geografi, dan geologi, serta isu-isu ekonomi lainnya.
97
lebih mudah ditekuk dan memiliki densitas = 0.94 gr/cm3. Dapat mengalirkan air
bersuhu dingin maupun panas.
6. Pipa Galvanis
Pipa galvanis merupakan pipa dengan bahan dalam yang terbuat dari seng sehingga
pipa galvani memiliki sifat anti karat. Material yang meyusun pipa ini juga terbuat
dari material yang tahan banting dan anti pecah. Metode pelapisan pada pipa mudah
dilakukan sehingga harganya relatif lebih murah daripada pipa yang lain. Pipa ini
biasanya digunakan untuk saluran air dan pemasangan listrik.
Dari semua pipa diatas, maka pipa yang akan dipilih pada jalur transmisi adalah pipa
HDPE. Hal ini didasarkan pada karakteristik pipa yang kepadatannya jauh lebih
tinggi dibanding pipa lainnya, tidak terpengaruh dengan mikro-organisme, dan tahan
dalam keadaan apapun. Pipa HDPE memiliki diameter yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kecepatan yang sesuai dengan standar.
98
Gambar V. 1 Penampakan Pipa HDPE
(Sumber : https://www.google.com/search?q=pipa+HDPE&sxsrf=ACYBGNRknVm)
99
pipa tidak hanya berada di tempat yang lurus. Bisa saja pemasangan pipa terletak di
dekat penghalang, melalui dinding, atau bahkan ada hal lain yang tidak
memungkinkan pipa untuk tetap lurus.
2. Flange Joint
Merupakan aksesoris pipa yang digunakan untuk menyambung beberapa pipa
berdiameter sama atau tidak sama dengan setiap jenis flange joint memiliki
kegunanaannya masing-masing tergantung kebutuhan yang diinginkan.
3. Check Valve
Alat yang digunakan untuk membuat aliran air hanya mengalir ke satu arah saja atau
agar tidak terjadi reversed flow/back flow. Tidak menggunakan handel untuk
mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan dari aliran fluida itu sendiri.
Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik (backflow) Check Valve sering
digunakan sebagai pengaman dari sebuah equipment dalam sistem perpipaan
4. Gate Valve
Gate Valve adalah jenis valve pada sistem instalasi pemipaan yang berfungsi hanya
untuk memblokir dan meneruskan aliran (flow), sehingga tidak cocok bila digunakan
untuk mengontrol debit aliran. Untuk mencegah lewatnya aliran cairan (liquid), jenis
valve ini menggunakan lempengan (stopper) yang digerakan secara naik dan turun.
5. Cross/Tee
Berfungsi untuk menyambung tiga buah pipa yang berdiameter sama , dengan arah
tegak lurus. Berbentuk seperti huruf T dengan fungsi untuk persambungan pipa
percabangan.
6. Pompa
Pompa berguna untuk mengalirkan air dengan cara menaikkan tekanan agar air
sampai ke elevasi yang lebih tinggi atau agar air dapat mencapai ke titik elevasi yang
diinginkan.
100
7. Wash Out
Berfungi untuk mengeluarkan lumpur atau endapan yang terperangkam dalam pipa.
Biasanya dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur distribusi
di mana kotoran terakumulasi dan memungkinkan penguraian secara gravitasi, pada
ujung pipa yang mendatar/menurun, ataupun pada titik awal jembatan pipa.
8. Reducer/Increaser
Increase digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke diameter besar,
sedangkan reducer digunakan sebaliknya.
Adapun jenis aksesoris yang akan digunakan pada sistem transmisi dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
F-G Bend 30
G-H Bend 30
H-I Bend 15
I-J Bend 15
101
J–K Check Valve
Pompa
K–L Check valve
Pompa
Bend 90
L–M Bend 15
M–N Bend 90
Pompa
Wash Out
Air Valve
102
b. Sistem pengaliran pompa
Sistem pompa pada prinsipnya adalah menambah energi pada aliran sehingga dapat
mencapai tempat yang lebih tinggi. Hal ini dengan pertimbangan bahwa antara lokasi
distribusi dan lokasi sumber tidak mempunyai perbedaan ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air, sehingga air yang akan didistribusikan tidak dapat mencapai
ke jaringan pipa transmisi. Selain itu, juga dipakai untuk menambah tekanan agar air
dapat sampai ke daerah pelayanan yang terjauh.
103
secara bersama – bersama yang mana dioperasikan secara bergantian atau bersama-
sama sesuai dengan keadaan topografi daerah pelayanan
Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal
untuk menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi
kinetik dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun
kebocoran aliran air dalam pipa tersebut secara berlebihan.Sistem transmisi harus
menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan pukulan air (water
hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa transmisi terjadi
perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya pipa
transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.
Maka dari itu, untuk mencapai tujuan-tujuan dan memenuhi ketentuan serta
pertimbangan di atas, dalam merancang jalur pipa transmisi harus
mempertimbangkan hal-hal teknis sebagai berikut :
a. Mencari jalur yang terpendek sehingga dapat menekan biaya menjadi lebih
ekonomis.
104
b. Menghindari jalur yang mengakibatkan konstruksi sulit dan mahal seperti
menghindari hambatan sehingga tidak diperlukan pembuatan jembatan pipa,
tunnel, pompa, cut and cover, dan crossing dengan infrastruktur lain, misalnya rel
kereta api.
c. Mencari lokasi yang mudah untuk melakukan pengontrolan karena hal ini penting
di dalam operasi dan pemeliharaan saluran transmisi.
d. Tinggi hidrolis pipa minimum 5 m diatas pipa, sehingga cukup menjamin operasi
air valve.
e. Menghindari perbedaan elevasi yang terlalu besar sehingga tidak ada perbedaan
kelas pipa.
f. Mempermudah peletakan infrastruktur sistem transmisi misalnya untuk sistem
transmisi yang menggunakan pipa, blow off, dan lainnya.
105
Persamaan ini dibutuhkan untuk mengetahui tekanan dan kecepatan aliran yang ada
dalam pipa. Penentuan node dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu
perhitungan di lapangan atau dengan interpolasi kontur. Berikut persamaan
interpolasi kontur yang ada :
ET Tr1
Dx1 dp1
Tt1 Tr1
ER Tr2
Dx 2 dp2
Tt 2 Tr2
Dimana :
ET = Tinggi elevasi muka tanah 1 (m)
ER = Tinggi elevasi muka tanah 2 (m)
Dxn= Jarak antara ET dan ER (m)
Trn = Tinggi muka tanah elevasi rendah (m)
Ttn = Tinggi muka tanah elevasi tinggi (m)
Dpn= Jarak antara Tr dengan Tt (m)
ET ER
S
P1 2
Dimana :
S = Slope Medan
P1-2 = Jarak antara tinggi 1 dengan 2 (m)
106
Q A v
1
Q D 2v
4
4Q
v
D2
Dimana :
Q = Debit aliran (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
D = Diameter pipa (m)
Kehilangan tekanan (Hf) dalam pipa terjadi akibat friksi antar fluida dengan fluida
dan antara fluida dengan permukaan bagian dalam pipa yang dilalui fluida. Jenis
kehilangan tekanan sebagai berikut :
i. Headloss Minor
v2
Hf k
2 g
Dimana :
K = konstanta kontraksi untuk setiap jenis pipa berdasarkan diameternya
v = Kecepatan aliran (m/detik)
g = Percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
Q1,85
Hf L
(0,00155 D 2,65 C )1,85
Dimana :
Hf = Headloss mayor sepanjang pipa lurus (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit air (m3/detik)
C = Konstanta Hazen Williams
107
D = Diameter Pipa (m)
2. Perhitungan X (m)
Merupakan jarak horizontal antara segmen awal dan segmen akhir. Contoh x untuk
segmen X-A adalah 43.5 m.
3. Perhitungan y
Merupakan selisih elevasi titik awal dan titik akhir segmen. Contoh perhitungan
untuk segmen X-A adalah sebagai berikut
y = |elevasi awal – elevasi akhir |
= |9.7 – 9.8|
= 0.1 m
Perhitungan untuk segmen lainnya mengikuti perhitungan di atas.
108
𝐿 = √43.52 + 0. 12
𝐿 = 43.5 𝑚
Dimana y adalah selisih elevasi tanah dan Lekivalen adalah panjang ekivalen pipa.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
0.1 𝑚
𝑠=
47.85 𝑚
𝑠 = 0.00209
Dimana nilai Q(debit) adalah nilai dari kebutuhan total air yaitu sebesar 0,34 m3/s dan
Vasumsi = 1,4 m/s.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
109
𝑚3
0,34 s
𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 𝑚
1,4 𝑠
𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 = 0.242 𝑚2
Luas penampang pipa asumsi untuk semua segmen adalah sama.
4 × 𝐴𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝐷=√
𝜋
Dimana Aasumsi adalah luas penampang pipa dengan diameter yang diasumsikan.
Contoh perhitungan untuk segmen X-A:
4 𝑥 0.242 𝑚2
𝐷=√
3,14
𝐷 = 0,556𝑚 = 21.88 inchi
Diameter pipa asumsi untuk semua segmen adalah sama.
Untuk mengetahi nilai diameter pipa yang dipilih memenuhi standar atau tidak, maka
perlu dicek dengan menghitung kembali luas penampang dan kecepatan aliran yang
sesungguhnya dengan menggunakan diameter pipa pasaran. Diameter pipa galvanis
di pasaran yang mendekati diameter asumsi adalah 22 inchi atau 0.558 meter.
110
𝑚3
0,34 𝑠
𝑣=
0,244 𝑚2
𝑣 = 1.39 𝑚/𝑠
Karena nilai 0.6 < v < 1.5 m/s, yaitu 1,39 m/s maka dimensi pipa yang dipilih
memenuhi standar kebutuhan sistem transmisi. Hasil perhitungan seluruhnya dapat
dilihat pada table di bawah ini :
111
Segmen Elevasi Elevasi X (m) Y(m L (m) Lekiv S Q
Awal (m) Akhir ) (m) tanah (m3/s)
(m)
.
15
.
M-N 7,22 7,6 167,0 0,38 167,0 183,7 0,0020 0,34
112
V.2.2 Perhitungan Headloss Mayor
Headloss mayor didapatkan dari persamaan Hazen-Williams.
10.7 × 𝐿
𝐻𝑓 = 𝑄1.852
𝐶ℎ𝑤 1.852 × 𝐷4.87
Dengan:
Q = debit (m3/s)
Dengan nilai debit sebesar 0.34 m3/s, koefisien Hazen-Williams sebesar 130,
diameter pipa sebesar 0.558 m serta panjang equivalen segmen pipa sebesar
47.85012644 m untuk segmen X-A, maka didapatkan nilai headloss mayor sebesar :
10.7 × 47.85012644
𝐻𝑓 = 0.341.852
1301.852 × 0.5584.87
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 0.144688557 𝑚
Dengan menggunakan cara yang sama untuk semua segmen pipa pada semua variasi
panjang equivalen pipa maka didapatkan nilai headloss yang terdapat pada tabel di
bawah ini :
HL
Segmen Q C Dpasar Lekivalen
major
X-A 0.34 0.558 47.8501 0.14469
113
HL
Segmen Q C Dpasar Lekivalen
major
0.558 103.622 0.31333
C-D 0.34
v2
Hl ( )k
2g
Dimana :
114
g = percepatan gravitasi (9,81 m/detik2)
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa K-L dan nilai k bend
90 sebesar 0,8 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor untuk
bend 90 pada segmen K-L sebagai berikut :
1,391042
Hl ( ) 0,8
2 9,81
Hl 0,09862 0,8
Hl 0.07889922 m
Perhitungan nilai headloss minor bend 90 pada segmen lain dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.
v2
Hl ( )k
2g
Dimana :
115
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa D-E dan nilai K bend
30 sebesar 0,1 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor untuk
bend 30 pada segmen D-E sebagai berikut :
1,391042
Hl ( ) 0,1
2 9,81
Hl 0,09862 0,1
Hl 0.0098624 m
Perhitungan nilai headloss minor bend 30 pada segmen lain dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.
v2
Hl ( ) k
2g
Dimana :
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa A-B dan nilai K bend
15 sebesar 0,05 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk bend 15 pada segmen A-B sebagai berikut :
116
1,39104 2
Hl ( ) 0,05
2 9,81
Hl 0,09862 0,05
Hl 0.0049312 m
Perhitungan nilai headloss minor bend 15 pada segmen lain, dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.
Headloss minor pada aksesoris check valve dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perhitungan sebagai berikut :
v2
Hl ( ) k
2g
Dimana :
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa A-B dan nilai K check
valve sebesar 2 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk check valve pada segmen A-B sebagai berikut :
1,39104 2
Hl ( ) 2
2 9,81
Hl 0,09862 2
Hl 0.197248 m
Perhitungan nilai headloss check valve pada segmen lain, dapat dihitung
menggunakan cara yang sama.
117
e. Perhitungan headloss minor air valve
Headloss minor pada aksesoris air valve dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan perhitungan sebagai berikut :
v2
Hl ( ) k
2g
Dimana :
Dengan memasukkan nilai kecepatan aliran pada segmen pipa M-N dan nilai K air
valve sebesar 0,15 (Horstad Method, 2010), didapatkan perhitungan headloss minor
untuk air valve pada segmen M-N sebagai berikut :
1,391042
Hl ( ) 0,15
2 9,81
Hl 0,09862 0,15
Hl 0.0147936 m
Rekapitulasi perhitungan headloss minor dari tiap segmen dapat diilhat pada tabel di
bawah ini :
Total HL minor
Segmen v v^2/2g Aksesoris k HL minor
persegmen
0 0
A-B 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.202179251
Check Valve 2 0.197248
118
Bak Pelepas Tekan 0
B-C 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
C-D 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
D-E 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
Bend 30 0.1 0.0098624
E-F 1.39104 0.09862 Pompa 0 0 0.009862402
Wash Out 0
F-G 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
G-H 1.39104 0.09862 Bend 30 0.1 0.0098624 0.009862402
H-I 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
I-J 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
Check Valve 2 0.197248
J-K 1.39104 0.09862 0.19724805
Pompa 0 0
Check Valve 2 0.197248
K-L 1.39104 0.09862 Pompa 0 0 0.276147269
Bend 90 0.8 0.0788992
L-M 1.39104 0.09862 Bend 15 0.05 0.0049312 0.004931201
Bend 90 0.8 0.0788992
Pompa 0
M-N 1.39104 0.09862 0.093692824
Wash Out 0
Air Valve 0.15 0.0147936
Total
0.833373009
Hlmin
Sistem transmisi menggunakan pipa untuk mengalirkan air dari sumber air ke IPA,
sehingga untuk mengetahui profil hidrolisnya, perlu diketahui tekanan, total head,
EGL dan HGL dari pipa di sistem transmisi. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Perhitungan tekanan
Perhitungan tekanan yang perlu diketahui adalah tekanan yang ada di setiap
titik pada jalur transmisi. Sisa tekan di akhir pipa harus 40m, sehingga perhitungan
tekanan dihitung dari titik akhir pipa yang ada di IPA hingga ke titik akhir pipa yang
ada di sumber air. Perhitungan tekanan di tiap titik adalah :
Sisa tekan = tekanan +Hltotal (Hlmayor + Hlminor)
119
Contoh perhitungan untuk titik M adalah sebagai berikut :
Sisa tekan = tekanan + Hltotal (Hlmayor + Hlminor)
= 40 m + (0,555 + 0,093)
= 40.649 m
Perhitungan sisa tekan pada titik selanjutnya mengikuti perhitungan di atas. Adapun
sisa tekan di titik akhir di sumber sungai adalah sebesar 48.837 m. Hasil perhitungan
pada tiap titik dapat dilihat pada Tabel V. 7
Perhitungan EGL
Untuk perhitungan EGL pada tiap titik pipa, maka digunakan persamaan berikut :
EGLn = EGLn-1 - Hltotal
Untuk EGL di tiitk X adalah sama dengan total headnya yaitu 58.53 m, sedangkan
untuk EGL di titik A adalah sebagai berikut :
EGLB = EGLX - Hltotal
= 58.537 – (0.1446)
= 58.393 m
Untuk perhitungan EGL pada tiitk B sampai N mengikuti perhitungan di atas. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel V. 9
120
Perhitungan HGL
𝑣2
HGL = EGL - 2𝑔
Besarnya HGL untuk titik X adalah sama dengan EGL pada titik tersebut
yaitu sebesar 58.53m. Sedangkan perhitungan untuk titik A adalah sebagai berikut:
𝑣2
HGL = EGL - 2𝑔
1.42
= 58.393 - 2 𝑥 9,81
= 58.294 m
Untuk perhitungan EGL pada tiitk B sampai N mengikuti perhitungan di atas. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel V. 10
121
Tekanan Elevasi Total EGL HGL EGL head HGL head
Titik
(m) (m) Head (m) (m) (m) pompa (m) pompa (m)
D 47.2044 9.15 56.354421 56.9044 56.8054 96.90442136 96.80542136
E 46.2374 8.1 54.337359 55.9374 55.8384 95.93735895 95.83835895
F 46.0529 7.78 53.832897 55.7529 55.6539 95.75289655 95.65389655
G 45.7553 7.71 53.465334 55.4553 55.3563 95.45533415 95.35633415
H 45.5503 7.69 53.240272 55.2503 55.1513 95.25027175 95.15127175
I 45.1406 7.63 52.770641 54.8406 54.7416 94.84064054 94.74164054
Z 43.916 7.35 51.266009 54.0449 53.9459 94.04494054 93.94594054
J 43.1202 7.35 50.470219 52.8203 52.7213 92.82030934 92.72130934
K 41.4489 7.38 48.828871 51.149 51.05 91.14896129 91.04996129
L 41.0129 7.4 48.412924 50.713 50.614 90.71301402 90.61401402
M 40.6494 7.22 47.869433 50.3496 50.2506 90.34958282 90.25058282
N 40 7.45 47.45 50.2419 50.1429 90.24189 90.14289
Dengan:
P : daya Pompa (Tenaga Kuda)
Q : debit (m3/detik) = 0,34 m3/s
W : densitas atau kepadatan (kg/m3)
H : total tekanan (m)
η : efisiensi pompa (60% - 75%)
Q.w .H
Psungai = ,
75 .η
0.136 x 1000 x 48.042
= 75 x 0.70
122
= 124.45 HP
Q.w .H
Psumkal = , dengan Q adalah 60% dari kebutuhan total yaitu 0.204 m3/s
75 . η
0.204 x 1000 x 40.795
=
75 x 0.70
= 158.51 HP
123
Bab VI Perencanaan Sistem Distribusi
Jaringan dapat dirancang dalam bentuk melingkar atau skema cabang. Jaringan
bercabang meliputi beberapa sambungan bebas dengan banyak terminal yang
mencegah sirkulasi air di seluruh sistem dan air dipasok ke konsumen akhir melalui
satu pipa. Masalah yang terjadi dengan jaringan bercabang adalah jika satu pipa
dinonaktifkan untuk keperluan perawatan rutin, akan mengakibatkan tidak
terpenuhinya kebutuhan air kepada beberapa konsumen. Jaringan melingkar adalah
suatu jaringan yang memiliki beberapa pipa di setiap simpul (persimpangan,
sambungan), sehingga air dapat didistribusikan ke setiap titik distribusi melalui lebih
dari satu pipa. Masalah yang terjadi dengan jaringan melingkar adalah biaya
tambahan pembangunan dan perawatan pipa.
Menurut Kemala dan Rao (1988), Pada saat merencanakan pengembangan dari suatu
jalur perpipaan maka perlu diusahakan agar diperoleh sistem pengaliran yang baik ke
konsumen. Penyampaian air secara baik dan optimum kepada konsumen memerlukan
perencanaan sistem jaringan perpipaan yang akurat dengan memperhitungkan
beberapa hal diantaranya :
1. Jaringan direncanakan dengan biaya paling murah, yaitu dengan perencanaan jalur
yang terpendek dengan memiliki diameter terkecil.
124
2. Pemakaian energi operasi seminimal mungkin, yaitu secara gravitasi dengan
memanfaatkan tinggi muka tanah.
3. Terpenuhinya syarat-syarat hidrolis.
4. Kontinuitas pelayanan yang semaksimal mungkin.
5. Mudah dalam pemasangan, pemeliharaan, dan pengoperasiannya (secara teknis,
sistem mudah dikerjakan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan jalur distribusi adalah sebagai
berikut :
1. Menghindari penempatan pipa pada jalur yang sulit dan membutuhkan banyak
aksesoris
2. Menghindari belokan tajam dan penggunaan syphon karena adanya sungai.
3. Menghindari tempat-tempat yang memungkinkan terjadi kontaminasi, misal tempat
pengolahan limbah.
4. Penempatan pipa sebaiknya di tanah milik pemerintah atau pinggir jalan umum
agar menghemat biaya.
5. Menghindari tempat-tempat yang kurang stabil agar pipa tidak mudah rusak dan
pecah.
6. Sebaiknya pengaliran menggunakan sistem gravitasi dengan melihat kontur area
pelayanan.
Bentuk sistem jaringan perpipaan tergantung pada pola jalan yang ada dan jalan
rencana, topografi, pola perkembangan daerah pelayanan dan lokasi instalasi
pengolahan.Untuk daerah pelayanan Kecamatan Genuk, dipilih pola jaringan sistem
cabang. Pemilihan sistem jaringan cabang karena dari segi ekonomis sistem ini
menguntungkan karena pipa lebih pendek dan diameter lebih kecil. Pada daerah
pelayanan memiliki karakteristik sebagai berikut;
1. Bentuk dan arah perluasan memanjang
2. Elevasi permukaan tanah mempunyai perbedaan tinggi dan menurun secara teratur
3. Luas daerah pelayanan relatif kecil
125
Berikut adalah penentuan arah jalur pipa distribusi untuk RISPAM yang telah
dirancang dengan memperhatikan segala aspek
dengan debit harian adalah 0.26 m3/s. Maka, perhitungan debit pada blok A adalah
sebagai berikut;
Debit pada blok A adalah 0.022918 m3/s. Maka perhitungan debit di blok lainnya
dapat dihitung dengan persamaan yang sama seperti diatas.
126
Tabel VI. 1 Hasil perhitungan besar debit setiap wilayah
Tabel VI. 2 Jumlah dan Jenis Aksesoris yang Digunakan pada Jalur Primer Distribusi
AB 1 3 1 1
127
Segmen Jumlah Aksesoris
BC 1 1 1 1
CD 1 2 0 3
DE 1 5 1 4
EF 1 0 2 2
FG 1 3 1 2
GH 1 3 0 4
HI 1 0 2 0
IJ 1 0 3 1
JK 1 1 2 1
KL 1 0 1 3
LM 1 1 1 1
MN 1 0 2 0
NO 1 0 1 3
128
Pada node 1 melayani pipa a, b, c; node 2 melayani pipa d dan e, node 4 melayani
pipa a4 dan H, node 5melayani pipa a1 dan a3, node 6 melayani pipa a5, a4, dan a2 ;
node 7 melayani pipa z, node 8 melayani pipa w dan v, node 9 melayani pipa g dan h,
node 10 melayani pipa i dan j, node 11 melayani pipa x, node 12 melayani pipa u dan
y, node 13 melayani pipa a7, node 14 melayani pipa p, q, dan r; node 15 melayani
pipa s dan t, node 16 melayani pipa o dan n, node 17 melayani pipa m, l, dan k.
Daerah pelayanan pada node 1 adalah 3/4 bagia blok A dan 2/9 bagian blok D, node 2
melayani daerah 1/2 blok B, node 3 melayani daerah 1/4 blok B dan 1/9 blok D, Node
4 melayani daerah 1/4 blok B, Node 5 melayani daerah 1/4 blok C, Node 6 melayani
daerah 3/4 blok C, Node 7 melayani daerah 1/10 blok F, Node 8 melayani daerah
3/10 blok F, Node 9 melayani daerah 2/3 blok D, Node 10 melayani daerah 1/4 blok
E dan 1/4 blok J, Node 11 melayani daerah 1/4 blok E dan 3/10 Blok F, Node 12
melayani daerah 3/10 blok F dan 1/6 blok G, Node 13 melayani daerah 1/6 blok G,
Node 14 melayani daerah 2/5 blok H, Node 15 melayani daerah 4/6 blok G dan 2/5
blok H, Node 16 melayani daerah 1/2 blok I dan 1/5 blok H, dan Node 17 melayani
daerah 3/4 blok J dan 1/2 blok I.
Penentuan beban node dan diameter pipa, dapat dilakukan dengan mencari nilai-nilai
berikut terlebih dahulu, yaitu;
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑎 − 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑑𝑎𝑚
Contoh perhitungan ∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 pada node 1, adalah sebagai berikut;
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = |0.9 − 3|
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 = 2.1 𝑚
Perhitungan ∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒 untuk node lain dapat menggunakan persamaan yang sama
seperti diatas.
Slope
∆𝐻 𝑛𝑜𝑑𝑒
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 𝐿
129
Contoh perhitungan Slope pada node 1, adalah sebagai berikut;
2.1
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 5205.21
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 = 0,000403442
Perhitungan 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 untuk node lain dapat menggunakan persamaan yang sama seperti
diatas.
3 2
𝑄= × 0,022918356 + × 0,029399754
4 9
𝑄 = 0,023722046 𝑚3 /𝑠
Perhitungan kebutuhan air pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan
seperti diatas.
𝐷 = 0,272137406 𝑚
Perhitungan diameter pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan seperti diatas.
130
𝑄 = 0,023722046 𝑥 1000
𝐿
𝑄 = 23,72204596
𝑠
Perhitungan debit junction pada node lainnya dapat dihitung dengan persamaan
seperti diatas.
Kebutuhan Per
Kebutuhan
Node Elevasi Pipa Yang Dilayani Daerah Pelayanan Zona
Air (M3/S)
(M3)
3/4 Blok A Dan 2/9 Blok
1 0,9 A, B, C 0,023722046 2406800,081
D
2 0,51 D,E 1/2 Blok B 0,005477884 935963,7161
1/4 Blok B Dan 1/9 Blok
3 1,02 F 0,006005582 767988,8689
D
4 1,1 A6, H 1/4 Blok B 0,002738942 467981,8581
5 2,06 A1, A3 1/4 Blok C 0,007421691 678237,446
6 0,89 A5, A4, A2 3/4 Blok C 0,022265072 2034712,338
7 1,92 Z 1/10 Blok F 0,002815517 264418,1161
8 2,97 W, V 3/10 Blok F 0,008446551 793254,3482
9 2,56 G,H 2/3 Blok D 0,019599836 1800042,065
1/4 Blok E Dan 1/4 Blok
10 4,5 I, J 0,014686811 1349444,861
J
1/4 Blok E Dan 3/10
11 2,29 X 0,018302795 1580803,351
Blok F
3/10 Blok F Dan 1/6
12 3,1 U, Y 0,01153582 1161964,839
Blok G
13 2,1 A7 1/6 Blok G 0,00308927 368710,4904
14 2,5 R, Q, P 2/5 Blok H 0,015764384 1259826,653
131
Kebutuhan Per
Kebutuhan
Node Elevasi Pipa Yang Dilayani Daerah Pelayanan Zona
Air (M3/S)
(M3)
4/6 Blok G Dan 2/5 Blok
15 4,7 S, T 0,028121462 2734668,614
H
1/2 Blok I Dan 1/5 Blok
16 8,1 O, N 0,018977377 1818094,04
H
17 7,64 M, L, K 3/4 Blok J Dan 1/2 Blok I 0,025586883 2873868,29
Debit
Debit Aktual Panjang Diameter
Node Dh (M) Slope C Junction
(m3/s) Pipa (m) Pipa (m)
(L/s)
1 2,1 0,179937399 5205,21 0,000403442 0,272137406 23,72204596
2 2,49 0,318259689 1972,8675 0,001262122 0,125484683 5,477884308
3 1,98 0,514469153 600,3553 0,003298047 0,108260682 6,005581518
4 1,9 0,615560199 402,4152 0,004721492 0,075023877 2,738942154
5 0,94 0,176402774 2424,2582 0,000387747 0,176271636 7,421690657
6 2,11 0,20200819 4149,601 0,000508483 0,254223549 22,26507197
7 1,08 0,305385608 929,3696 0,001162078 0,098969787 2,815516877
8 0,03 0,042964783 1304,241 2,30019E-05 0,316790051 8,446550631
9 0,44 0,080436363 5457,7 8,062E-05 130 0,343733166 19,59983619
10 1,5 0,187120841 3438,023 0,000436297 0,223435007 14,68681061
11 0,71 0,173407265 1894,897 0,000374691 0,250072299 18,30279503
12 0,1 0,052225152 2942,4047 3,39858E-05 0,331140147 11,53582023
13 0,9 0,306724971 767,7257 0,001172294 0,102353406 3,089269596
14 0,5 0,084201404 5659,697 8,8344E-05 0,310961943 15,76438411
15 1,7 0,209140154 3119,1475 0,000545021 0,274186905 28,12146249
16 5,1 0,395778201 2612,933 0,00195183 0,185256903 18,97737661
17 4,64 0,27915221 4778,567 0,000971002 0,237010486 25,58688321
0.54 𝑄
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = √ ×𝐿
0.2785 × 𝑐 × 𝐷2.63
132
Dengan:
Q = debit (m3/s)
C = koefisien Hazen Williams
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
0.54 0.34
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = √ × 3468.4882
0.2785 × 130 × 0.5582.63
𝐻𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 = 10.46852386 𝑚
Maka headloss mayor pada titik 1 ke titik 2 adalah 10.46852386 m. Untuk
perhitungan titik lainnya dengan menggunakan persamaan yang sama seperti diatas.
Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D L penampang v Hv
Mayor
pipa
1 ke 2 10.34 0.39 0.000112 130 0.558 3468.488 0.244421 1.391044 0.098624 10.46852
1 ke 3 10.34 0.12 6.91E-05 130 0.558 1736.722 0.244421 1.391044 0.098624 5.24174
2 ke 3 20.34 0.51 0.000414 130 0.558 1233.074 0.244421 1.391044 0.098624 3.721641
2 ke 6 20.34 0.38 0.000514 130 0.558 739.7935 0.244421 1.391044 0.098624 2.23283
3 ke 4 30.34 0.08 0.000133 130 0.558 600.3553 0.244421 1.391044 0.098624 1.811981
4 ke 5 40.34 0.96 0.002386 130 0.558 402.4152 0.244421 1.391044 0.098624 1.214562
5 ke 6 50.34 1.17 0.000808 130 0.558 1447.727 0.244421 1.391044 0.098624 4.369501
133
Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D L penampang v Hv
Mayor
pipa
6 ke 8 60.34 1.48 0.000357 130 0.558 4149.601 0.244421 1.391044 0.098624 12.52425
5 ke 7 50.34 0.14 0.000143 130 0.558 976.5312 0.244421 1.391044 0.098624 2.947348
7 ke 8 70.34 0.45 0.000484 130 0.558 929.3696 0.244421 1.391044 0.098624 2.805005
8 ke 13 80.34 1.31 0.001004 130 0.558 1304.241 0.244421 1.391044 0.098624 3.936433
13 ke
12 120.34 1.52 0.000746 130 0.558 2038.245 0.244421 1.391044 0.098624 6.151791
11 ke
12 120.34 0.29 0.000321 130 0.558 904.1597 0.244421 1.391044 0.098624 2.728917
11 ke 7 110.34 0.37 0.000195 130 0.558 1894.897 0.244421 1.391044 0.098624 5.71914
13 ke
14 130.34 1.88 0.002449 130 0.558 767.7257 0.244421 1.391044 0.098624 2.317135
14 ke
15 150.34 1.95 0.000876 130 0.558 2225.933 0.244421 1.391044 0.098624 6.718267
12 ke
15 150.34 2.31 0.002586 130 0.558 893.2145 0.244421 1.391044 0.098624 2.695883
14 ke
16 140.34 5.5 0.000972 130 0.558 5659.697 0.244421 1.391044 0.098624 17.08199
15 ke
16 160.34 3.55 0.002443 130 0.558 1453.097 0.244421 1.391044 0.098624 4.385709
16 ke
17 160.34 0.8 0.00069 130 0.558 1159.836 0.244421 1.391044 0.098624 3.500595
17 ke
11 170.34 5.35 0.00164 130 0.558 3262.441 0.244421 1.391044 0.098624 9.846636
17 ke
10 170.34 2.7 0.001781 130 0.558 1516.126 0.244421 1.391044 0.098624 4.575941
10 ke
11 100.34 2.65 0.001346 130 0.558 1969.144 0.244421 1.391044 0.098624 5.943232
134
Luas
HL
Node Debit ∆h Slope c D Lpenampang v Hv
Mayor
pipa
9 ke 10 100.34 2.38 0.00162 130 0.558 1468.879 0.244421 1.391044 0.098624 4.433343
4 ke 9 90.34 1.46 0.000597 130 0.558 2443.899 0.244421 1.391044 0.098624 7.37613
1 ke 9 90.34 1.66 0.000551 130 0.558 3013.801 0.244421 1.391044 0.098624 9.096195
𝑣2
𝐻𝑚𝑖𝑛𝑜𝑟 =𝑘×
2𝑔
Dengan:
k = Koefisien kekasaran aksesoris
v = kecepatan aliran (m/s)
g = gravitasi (m2/s)
135
Untuk perhitungan total headloss pada titik 1 sampai titik 2 adalah sebagai berikut;
Total Headloss = 10.46852386 + 0.098624025
Total Headloss = 10.56714789 m
total
nilai
Node Aksesoris aksesori Hv HL minor
k
s
flanged tee dividing
1 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
2 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
3 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
4 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
5 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
6 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
7 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
8 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
9 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
10 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
11 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
12 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
136
total
nilai
Node Aksesoris aksesori Hv HL minor
k
s
flanged tee dividing
13 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
14 1 1 0.098624 0.098624
branched flow
flanged tee dividing
15 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
16 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
flanged tee dividing
17 branched flow, gate 2 1.15 0.098624 0.113418
valve
jalur 1-2 bend 90 2 0.6 0.098624 0.059174
jalur 6-8 bend 90 2 0.6 0.098624 0.059174
jalur 8-13 bend 90 1 0.3 0.098624 0.029587
100%
% Supply per jam = Total Jam Supply
Sistem pengaliran air dari reservoir dipompa dengan waktu istirahat pemompaan
selama 5 jam pada jam 21:00 – 02:00 dengan pertimbangan biaya pemompaan dan
maintenance. Maka, total jam supply dalam 1 hari adalah 19 jam.Hasil perhitungan
supply air per jam dalam persen terdapat pada Tabel VI.3
137
Sedangkan, data fluktuasi pemakaian air per jam dalam satu hari ditunjukkan pada
tabel berikut.
138
Perhitungan volume supply per jam
dengan hasil perhitungan volume supply per jam terdapat pada Tabel VI.4.
dengan hasil perhitungan volume usage per jam terdapat pada Tabel VI.4.
Untuk akumulasi volume supply dan usage, dilakukan penjumlahan supply atau
usage dengan sebelumnya. Kemudian dihitung selisih antara akumulasi supply dan
akumulasi usage tiap jamnya. Lalu, perhitungan volume reservoir dilakukan dengan
mengurangkan selisih maksimum dengan selisih minimum supply dan usage. Hasil
perhitungan akumulasi dan selisih supply dan usage, serta volume reservoir terdapat
pada Tabel VI.4.
139
Volume Volume Vol. Vol. Volume
Usage Selisih
Jam Supply (%) Supply Usage Supply Usage Reservoir
(%) (m3)
(m3) (m3) acc. (m3) acc. (m3) (m3/day)
08:00 - 09:00 5.263157895 3.5 1187.04 789.383 8309.29 9134.28 -824.99
09:00 - 10:00 5.263157895 1 1187.04 225.538 9496.33 9359.82 136.51
10:00 - 11:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 10683.4 9698.13 985.245
11:00 - 12:00 5.263157895 3 1187.04 676.614 11870.4 10374.7 1495.67
12:00 - 13:00 5.263157895 2 1187.04 451.076 13057.5 10825.8 2231.64
13:00 - 14:00 5.263157895 1.5 1187.04 338.307 14244.5 11164.1 3080.37
14:00 - 15:00 5.263157895 1 1187.04 225.538 15431.5 11389.7 4041.88
15:00 - 16:00 5.263157895 3 1187.04 676.614 16618.6 12066.3 4552.3
16:00 - 17:00 5.263157895 8 1187.04 1804.3 17805.6 13870.6 3935.04
17:00 - 18:00 5.263157895 9.5 1187.04 2142.61 18992.7 16013.2 2979.47
18:00 - 19:00 5.263157895 8 1187.04 1804.3 20179.7 17817.5 2362.21
19:00 - 20:00 5.263157895 5 1187.04 1127.69 21366.7 18945.2 2421.56
20:00 - 21:00 5.263157895 7 1187.04 1578.77 22553.8 20523.9 2029.84
21:00 - 22:00 0 5 0 1127.69 22553.8 21651.6 902.152
22:00 - 23:00 0 2 0 451.076 22553.8 22102.7 451.076
23:00 - 00:00 0 2 0 451.076 22553.8 22553.8 0
140
5000
3000
2000
(m3)
1000
0
0 5 10 15 20 25
-1000
-2000 Jam
Gambar VI. 2 Grafik Selisih Volume Supply dan Usage per Jam dalam Satu Hari
Dari perhitungan yang dilakukan yang hasilnya tertera pada Tabel VI.4, didapatkan
volume reservoir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk
Kecamatan Genuk adalah sebesar 5774.96 m3. Dari Gambar VI.2, terlihat pada
grafik, bahwa surplus yang paling besar atau selisih maksimum antara penggunaan
dan penyediaan air terjadi pada pukul 15:00, sedangkan defisit paling besar atau
selisih minimum terjadi pada pukul 07:00. Pada saat surplus terbesar, jumlah air yang
terdapat pada tangki reservoir dalam keadaan penuh, dimana hal ini mengindikasikan
jumlah penggunaan air sangat minim, yaitu pada pukul 15:00. Sedangkan pada saat
defisit terbesar, tangki reservoir kosong. Hal ini menunjukkan jumlah penggunaan air
pada pukul 07:00 sangat tinggi.
141
DAFTAR PUSTAKA
Suryadmaja, I & Norken, I & Dharma, IGB. (1970). “Karakteristik Pola Pemakaian
dan Pelayanan Air Bersih Di Wilayah Usaha PAM “PT. IRTAARTHA
BUANAMULIA.” Jurnal Spektran. Vol.3, No.1 (2015).
10.24843/SPEKTRAN.2015.v03.i01.p03.
Direktorat Jendral Cipta Karya. 2007. Pengembang Air Minum. Jakarta :
Kementerian Pekerjaan Umum RI
Kemendikbud. (2019). Data Pokok Sekolah Dasar dan Menengah.Jakarta:
Kemendikbud.
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah. (2019). Daftar Profil
Masjid. Jakarta: Ditjen Bimas Islam
Bappeda Kota Semarang. 2013. Kecamatan Genuk dalam Angka 2012. Semarang:
Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kotas Semarang.
Nopianto,Agung Nugradi. 2009. Identifikasi Ruang Hijau Kota Semarang. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Fauzan. 2016. Bab 2 : Gambaran Umum Kondisi Kota Semarang. Semarang:
Institutional Repository (UNDIP-IR).
142