Anda di halaman 1dari 12

DIAGNOSIS & ANALISIS MIKROSKOPIS

PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun Oleh :
Anna Sufi Annisa (P133743431835)
Guna memenuhi tugas akhir mata kuliah urinalisa cairan tubuh manusia
berdasarkan gabungan dari dua jurnal internasional.

SARJANA TERAPAN TEKNIK LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019 / 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Diagnosis dan Analisis Penyakit Rheumatoid Artritis” ini tepat pada
waktunya. Saya ucapkan terimakasih kepada ibu Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd.,
M.Pd. sebagai dosen pengampu yang telah mengampu saya dalam penyusunan
makalah ini. Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada penulis yang tulisanya
saya kutip sebagai bahan rujukan untuk menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.

Sebagai manusia kita tidak akan luput dari kesalahan. Oleh karena itu, saya
ucapkan maaf yang sebesar besarnya jika ada banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini.

Semarang, 16 November 2019

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat
menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan
fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan
baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik.
Bagaimana timbulnya kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya
dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada
sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan
gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo,
1994)
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health,
1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme
menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al,
1991).

3
Rheumatoid Artritis merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.
Bisanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah
ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari
artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada
wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-
4 ditemukan pada 70% pasien ).
Rheumatoid Artritis diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat
predisposisi terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang
penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Rheumatoid Artritis?
2. Bagaimana metode yang digunakan untuk pemeriksaan Rheumatoid Artritis?
3. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis?
C. Tujuan penulisan
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1) Definisi penyakit Rheumatoid Artritis
2) Metode pemeriksaan penyakit Rheumatoid Artritis
3) Pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Rheumatoid Artritis


Definisi Rheumatoid arthritis (RA) pada jurnal yang saya kutip adalah
penyakit kronis yang dapat menyebabkan morbiditas dan kecacatan jangka panjang
yang signifikan. Meskipun rejimen terapeutik saat ini, termasuk kelompok yang
disebut obat antirematik yang dimodifikasi, tampaknya efektif secara klinis, sedikit
bukti menunjukkan bahwa mereka disukai mempengaruhi hasil jangka panjang
untuk pasien RA. Salah satu alasan yang mungkin untuk kegagalan rejimen saat ini
untuk mengubah hasil jangka panjang RA adalah bahwa pasien tidak diobati cukup
awal dalam proses penyakit. Harris mengusulkan bahwa perkembangan dari onset
gejala menjadi kerusakan kartilago ireversibel dapat terjadi dengan cepat pada RA,
dan bahwa waktu optimal untuk memulai terapi adalah dalam waktu 2 bulan setelah
timbulnya gejala. Pengobatan sebelumnya dengan obat antirematik pemodifikasi
penyakit telah diusulkan. Sementara Weinblatt dan Maier tidak bisa membenarkan
temuan bahwa tanggapan pengobatan lebih baik pada RA dini, laporan terbaru dari
Borg, Strand, dan Felson menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit awal
memiliki respons yang lebih baik terhadap pengobatan daripada pasien dengan
penyakit yang sudah lama.
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002)
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada

5
sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan
sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks,
dan temporomandibular.

B. METODE
Salah satu metode yang digunakan untuk analisis Rheumatoid Artriris yaitu
mikroskopis, dengan perhitungan jumlah leukosit pada cairan synovial sendi.
C. INSTRUMEN
Pemeriksaan secara mikroskopis menggunakan alat :
1) Mikroskop
2) Bilik hitung
3) Deck glass
4) Pipet tetes
5) Pipet thoma leukosit (hemocytometer)
D. ANALISIS (MIKROSKOPIS) PENYAKIT RHEUMATOID ARTRITIS
Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal yaitu: analisis cairan sinovial,
tetapi mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi. Pemeriksaan cairan sendi
dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan, nyeri, dan
pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil menggunakan jarum yang ditusuk
ke dalam cairan itu berada (area diantara tulang pada sendi tersebut). Cairan
sinovial menjadi pelumas dalam sendi. Cairan sinovial akan memberikan nutrisi
bagi tulang rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam
pergerakan sendi).

6
Berikut adalah pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa RA
1. Menghitung jumlah sel
Upaya ini dilakukan seperti menghitung leukosit dalam darah
tepi, akan tetapi cairan pengencer Turk tidak dapat dipakai karena asam
acetat membekukan mucin yang terdapat dalam cairan sendi. Pakailah
larutan NaCl 0,85 % sebagai pengganti cairan Turk untuk menghitung
jumlah sel dan kamar hitung Fuchs-Rosenthal seperti diterangkan
dalam bab mengenai cairan otak, dalam keadaan normal jumlah sel
dalam cairan sendi <200 per µl. Pertambahan cairan sendi oleh causa
bukan radang dapat meningkatkan jumlah itu sampai 2.000 per µl,
sedangkan adanya radang mendorong angka itu sampai >2.000 per µl.
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada sendi
dapat membedakan inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis
dan infectious arthrtis.
a) Pre analitik
- Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam
kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan
faktor pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
- Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
- Persiapan sampel :
 Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru
dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
 Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk
dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer
hialuronidase.
 Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka
digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini dapat
melisiskan eritrosit.
b) Analitik
Cara kerja :
1. Pipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.

7
2. Pipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet beberapa
menit agar isi pipet bercampur baik.
3. Kemudian dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5. Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit
dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan
hasilnya dikali 20 (pengenceran).
7. Nilai rujukan: jumlah lekosit normal < 200/mm3.
c) Pasca analitik
Interpretasi :
 Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik
(penyakit degeneratif).
 Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 menandakan
inflamatorik akut.
~ Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3, rata-rata
17.800/mm3
~ Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3, rata-
rata 15.500/mm3.
2. Menghitung jenis sel
Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh yang lain dengan
cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau Wright.
Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang dari 25%
dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi. Semakin tinggi
angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.

8
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan
inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious
arthrtis.
a) Pre Analitik
- Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass
kemudian diwarnai.
- Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
- Persiapan sampel :
 Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
 Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari
sedimen cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
b) Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian
dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit
lalu dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ±
1 – 2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama
3 menit.
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci
dengan air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran
100 x menggunakan oil emersi.
8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.

9
c) Pasca analitik

Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses


inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%)

Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
~ Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%.
~ Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
3. Kristal-kristal
a) Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
b) Analitik
Cara kerja :
1. Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah
disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass.
2. Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
3. Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
c) Pasca analitik
Interpretasi :
~ Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cairan sendi adalah cairan pelumas yang terdapat pada sendi.
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis
penyebab peradangan, nyeri, dan pembengkakan pada sendi. Dalam
proses pengambilan sampel cairan sendi yang perlu diperhatikan yaitu
sterilitas dalam proses pengambilan dan menggunakan teknik
pengambilan yang benar. Jenis pemeriksaan dari cairan sendi diawali
dengan pemeriksaan mikroskopi.

B. INFORMASI yang DIPEROLEH

Pemeriksaan cairan sendi atau pemeriksaan cairan synovial


dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab peradangan sendi,
yeri, dan pembengkakan pada sendi. Cairan sendi diambil dengan
menggunakan jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu berada (area
diantara tulang pada sendi tersebut). Cairan synovial menjadi pelumas
dalam sendi. Cairan synovial akan memberikan nutrisi bagi tulang
rawan sehingga tidak dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam
pergerakan sendi). Dalam melakukan analisis cairan sendi atau analisis
cairan synovial terdapat beberapa parameter pemeriksaan yang perlu
dilakukan diantaranya parameter karakteristik fisik, karakteristik kimia,
karakteristik untuk dapat menegakkan diagnosis.

11
DAFTAR PUSTAKA

RINDFLEISCH, ADAM, M.D., dan MULLER, DANIEL, M.D., PH.D. 2005. Diagnosis and
Management of Rheumatid Artthrtis. Jurnal diakses melalui web
file:///C:/Users/Annisa%20sufi/Downloads/SUFI/Diagnosis%20dan%20Manajemen.pdf,
21:14 WIB

Chan, Kin-Wei A., Felson, David T., Walker, Alexander M., Dan Yood, Robert A. 2009. The
Lag Time Between Onset Of Symptoms and Diagnosis Of Rheumatoid Arthritis. Jurnal
diakses melalui web
file:///C:/Users/Annisa%20sufi/Downloads/SUFI/keterlambatan%20waktu%20antara%20gejal
a%20timbul%20dan%20diagnosa%20rheumatid%20arthritis.pdf . 21:55 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai